Anda di halaman 1dari 3

Nama :

NPN :
Kelas :

OPINI PUBLIK dengan topik :


“PERKEMBANGAN MASYARAKAT
DARI ERA MODERN KE ERA POST MODERN
TERKHUSUS MASYARAKAT PULAU NIAS”

Manusia selalu mengalami perubahan-perubahan selama hidup baik secara individu maupun
secara kolektif dalam konteks kehidupan bermasyarakat. Perkembangan masyarakat dapat kita lihat
dalam pola perilaku manusia sehari-hari. Misalanya, jika dulu kebiasaan manusia menyapa dengan
menganggukkan kepala sambil tersenyum, sekarang dengan adanya gadget pola kebiasaan itu sudah
mulai memudar. Manusia lebih mememerhatikan dan mengutamakan gadget dari pada lingkungan
bahkan keluarga. Misalnya lagi, jika dulu kebiasaan orang Nias bila menerima tamu maupun dalam
acara adat, memberi minum tamu dengan menyeduhkan teh ataupun kopi. Tapi, kebiasaan itu sudah
hilang, saat ini dengan zaman yang semakin instan atau sebaga gampang dan cepat, sekarang memberi
tamu minuman tinggal menyeduhkan dengan aqua gelas atau air putih biasa.
Dengan seiring barjalannya waktu, pola pikir dan tingkah laku manusia pun mulai ikut berubah,
dan hal tersebut wajar saja terjadi. Namun harusnya manusia juga dapat membatasi hal tersebut,
bukannya malah terperangkap dan terbawa dalam arus, sehingga tak bisa terkendali lagi. Menyalah
artikan kebasasan dengan melakukan kepentingan sendiri, sehingga melupakan hak-hak orang lain.
Membeli suatu barang bukan hanya sebuah kebutuhan lagi, melainkan hanya untuk memuaskan
keinginan untuk bergaya.
Memang ada juga beberapa hal positif dengan adanya perkembangan saat ini. Misalnya, dengan
adanya internet maka masyarakat yang terpencil dapat cepat tahu berita dan kejadia dari dalam negeri
maupun luar negeri. Tapi kadang kala masyarakat Nias menyalahgunakan internet untuk keperluan
yang tidak seharusnya, seperti melakukan penipuan, membuka situs-situs dewasa, dan sebagainya.
Pola pikir masyarakat yang masih sempit dan terbatas dimana juga pendidikan masih kurang.
Kurangnya pendirian yang kokoh dan mudah tergoyahkan dan terpengaruh oleh hal-hal baru. Mulai
tidak saling menghargai, hanya karna perdebatan kecil menjadi masalah yang besar hingga menjadi
dendam bertahun-tahun.
Perubahan gaya hidup masyarakat Nias sudah mulai berupa dari beberapa tahun yang lalu,
seiring dengan masuknya internet dan perkembangan zaman. Keingina masyarakat yang tidak ada
habisnya dan selalu mengalami kekurangan, tidak pernah ada kata puas akan sesuatu hal yang didapat.
Memenuhi kebutuhan bukan lagi hal yang utama, melainkan kebutuhan untuk gaya hidup adalah hal
yang diutamakan. Pemintaan masyarakat yang beragam dan bermacam-macan serta tidak konsisten
atau cepat beruha dan terpengaruh oleh hal-hal sekitar.
Semakin banyak anak muda yang tidak lagi bercita-cita sebagai dokter, guru, polisi, namun
konteksnya berubah seiring arus globalisasi yang sangat pesat, cita-citanya menjadi Youtuber,
Selebgram, Gamers, profesi yang di era ini memanfaatkan kecanggihan teknologi secara masif.
Masyarakat dari segala lapisan mulai dari pinggiran sampai ke tengah kota betul-betul kritis
memerhatikan calon pemimpin negaranya dilihat dari banyaknya respon-respon yang muncul lewat
sosial media. Karena begitu banyaknya iklan yang ada, maka seringkali masyarakat Nias terpengaruh
oleh berita-berita mitos.
Hubungan antar sesama semakin renggang karena terlalu sibuk dengan urusan masing-masing.
Bila dulu sering bersendawa kerumah-rumah tetangga, sekarang bahkan tidak pernah keluar rumah,
sibuk membuka gadget. Sehingga lebih mudah percaya dengan hal-hal didunia maya atau berita-berita
di media sosial, sehingga melupakan lingkungan sekitar. Ditambah dengan terjadinya wabah Covid-19
saat ini yang semakin membatasi masyarakat untuk berinteraksi satu dengan yang lain. Rasa
keingintahuan yang sangat besar sehingga melakukan berbagai cara untuk mencari tahu hal tersebut.
Kurangnya keterbukaan dan selalu merasa benar dan paling benar.
Dengan hal itu semua, mulai muncul beberapa kesadaran masyarakat betapa pentinggnya
menjaga sebuah adat-istiadat masing-masing kaum. Mulai ada sebagian kecil yaang memikirkan cara
mempertahankan budaya-budaya bangsa. Dengan mulai melakukan festival kebudayaan di kota-kota,
membangun dan menjaga peninggalan zaman dulu. Mulai ada keterbukaan satu sama lain, menghargai
sejarah dan peninggalan zaman dulu. Dikalagan anak muda saat ini mulai memikirkan dan merancang
masa depan yang lebih baik, walaupun masih sebagian kecil.
Kehidupan postmodern menciptakan pola-pola konsumsi baru yang merupakan ciri khas dari
kehidupan postmodern tersebut dan membuat orang atau para konsumen bisa menikmati apa-apa yang
disediakan oleh era kehidupan tersebut yang disebabkan oleh khayalan. Untuk memenuhi kebutuhan itu
maka manusia harus bekerja. Pekerjaan merupakan identitas dari manusia itu sendiri. Mencari dan
bekerja merupakan hal yang menjadi ciri khas masyarakat. Misalnya, banya para pemuda Nias yang
baru tamat sekolah langsung pergi keluar daerah untuk mencari pekerjaan, demi mewujudkan
impiannya.
Manusia sudah mulai sadar akan kodratnya sebagai manusia sosial yang saling membutuhkan,
walaupun kadang kala masih tingginya gengsi dan ego. Perubahan pola pandang menghargai buatan
lokal dan karya dalam negeri serta lebih mengutamakan produk dalam negeri. Kebebasab untuk
mengemukaan pendapat dengan gaya bahasa masing-masing. Masyarakat Nias mulai menyertakan
pemuda/pemudi dalam berbagai kegiatan, misalnya kegiatan keagamaa.
Masyaratak Nias saat ini, seringkali mudah tertipu hanya dengan iklan-iklan yang belum tentu
kebenarannya, lebih mementingkan keuntungan sesaat tanpa berpikir akibat jangka panjang. Penilai
tentang sesuatu hal dipengaruhi dengan berita-berita yang tidak jelas yang sedang beredar. Masyarakat
Nias kebanyakan memberi penilaian bukan berdasarkan kenyataan yang objektif, melainkan
berdasarkan isu-isu yang beredar dilingkungan tersebut. Misalnya, pemilihan Pimpina Desa saat ini,
masyarakat Nias cenderung memilih pepimpin berdasarkan nilai uang yang diberikan calon pemimpin
tersebut. Apa bila pemilihan tidak berdasarkan nilai uang tersebut, maka masyarakat lebih cenderung
tidak mengikuti pemilihan dan mencari alasan untuk mendapatkan keinginnnya ataupun mempengaruhi
masyarakat yang lainnya agar sependapat dengan dirinya.
Masyarakat saat ini juga terkesan tidak memiliki etika saat berada dalam ruang diskusi atau saat
ada pertemuan kelompok. Bahasa yang digunakan dalam diskusi sering kali terkesan tidak lagi
memiliki kejelasan makna dan konsisten, sehingga sering terjadi perdebatan yang tidak lagi jelas dan
mengaitkan pada masalah pribadi yang mengakibatkan terjadinya kekacauan bahkan pertengkaran.
Merasa pendapat sendiri yang paling benar, sehingga tidak membiarkan orang lain memberi
pendapatnya.
Masyarakat saat ini juga mulai cenderung melaukan acara adat pernikahan di gedung-gedung di
perkotaan dari pada di rumahnya sendiri, sehingga mulai merubah kebiasaan ada-istiadat yang
biasanya. Pandangan mereka akan hal tersebut merupakan hal yang biasa saja, tanpa mereka sadari
akibat yang akan timbul dikemudian hari. Hal ini akan menjadi kebiasaan baru nantinya pada generasi
berikutnya, sehingga kebiasaan dulu mulai terkikis hingga menjadi sejarah saja nantinya. Banyak juga
pola pikiran yang baru muncul tentang jujuran/mahar adat Nias saat ini. Pola pikir masyarakat
cendrung menilai jujuran/mahar dilihat dari tingginya sekolah seorang perempuan. Bila dianalisis lebih
jauh dan diteliti secara mendalam, sebenarnya jujuran/mahar di Nias itu cendrerung besar bukan karena
tingga sekolah seseorang tapi biaya untuk sebuah pesta pernikahan saat ini yang sangat fantastik.
Apalagi mulainya kebiasaan baru dengan mengadakan persa di gedung-gedung yang besar, bukan lagi
di rumah. Bahkan jujuran yang diminta sering kali kurang bahkan membuat pihak mempelai
perempuan masih berutang. Pemahaman jujuran yang besar ini pun sering kali membuat masyarakat
takut untuk membuat acara pernikahan di Nias, mereka lebih cenderung menikahkan anak mereka di
luar daerah. Semakin meningkatnya acara adat dilakukan di gedung-gedung di perkotaan membuat
desa-desa terpencil semakin tertinggal.
Dengan semakin canggihnya teknologi dalam masyarakat saat ini membuat perdebatan
perbedaan tentang keagaaman semakin rumit dan tak terkendali. Merasa agama sendiri yang paling
benar, mengklaim agama yang lain bahkan saling senghina di media sosial tak bisa dicegah lagi.
Masyarakat Nias mulai ambil bagian dalam hal tersebut, ada saja yang menjadi provokator dan
semakin memanaskan situasi, hingga terjadi perkelahian di dunia nyata. Terdapat juga beberapa tokoh
agama yang ikut dalam permasalahan ini, berkomentar mencari-cari kesalahan kitab agama lain,
sehingga makin rumitnya perdebatan yang tiada akhirnya. Makin maraknya beredar di media sosial
berita-berita yang hanya mencari sensasi saja, atau makin banyaknya berita hoax sehingga sulit
membedakan yang asli denga yang palsu.
Masyarakat mulai membeda-bedakan masa kini dan masa lampau, seakan-akan mereka
merinduka masa-masa dulu yang masih mengirim surat lewat kertas bukan dengan chat/pesan.
Mengkisahkan betapa sulitnya masa-masa dulu dari pada masa sekarang yang serba simple atau instan.
Mulai mengingat kenangan-kenangan di masa dulu, dan berkhayal ingin kembali ke sama itu. Mulai
mengapresiasikan gaya pacaran dulu dari pada gaya pacaran saat ini yang berada dalam lingkup
pergaulan bebas. Jika zaman dulu kepintaran masih murni hasil perikiran dan jerih paya sendiri, namun
sekang sekarng segala sesuatu di ukur dengan menggunakan uang dan orang dalam. Anda sukses bila
menggunakan uang dan orang dalam, dan anda akan berjalan ditempat bila hanya mengandalkan
kepintaran.
Dilingkungan masyarakat Nias saat ini, realitanya yaitu segala sesuatu diukur berdasarkan uang
dan orang dalam, buka berdasarkan pengetahuan dan pengalaman. Banyak sekali contohnya dalam
kehidupan sehari-hari dapat kita lihat, misalnya dalam pengurusan berkas atau surat-surat apapun itu.
Jika ingin lebih cepat diproses maka diperlukan uang dengan jumlah tertentu, apa bila tidak
menggunakan unag, maka tunggalah dengan sabar berkas anda tersebut. Ataupun bila ada orang
terdekat yang sedang bekerja dalam ruang lingkup pengurusan berkat anda, maka anda akan aman. Hal
ini telah menjadi kebiasaan baru dalan kehidupan masyarakat Nias, yang kemungkinan tidak bisa
diubah lagi.

Anda mungkin juga menyukai