Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH KOMUNIKASI MULTIKULTURAL

Komunikasi Suku Kubu dalam Membentuk Komunikasi Multikultural di Era Digital


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia tercipta suatu pola, di mana pola tersebut membentuk suatu
budaya dan tatan dalam kehidupan bermasyarakat. Budaya sangat berperan dalam
kehidupan manusia dan akan terus berkembang setiap saat hingga dunia berakhir. Budaya
dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang dapat membangkitkan minat, di mana hal itu
dapat didefinisikan sebagai tatanan pegetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap,
makna, hirarki, agama, waktu, pernanan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-
objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi,
melalui usaha individu dan kelompok. Indonesia memiliki masyarakat yang majemuk dan
memiliki macam keanekaragaman, di mana dalam keberagaman tersebut masing-masing
memiliki keunikan dapat dilihat dari banyaknya etnis, suku, dan budaya yang sangat
beranekaragam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa sejarah dari suku Kubu?

2. Bagaimana cara berkomunikasi suku pedalaman Kubu dengan budaya suku luar?

3. Mengapa suku Kubu masih memilih hidup di tengah hutan daripada mengikuti
perkembangan dunia modern saat ini?

4. Apa saja peran budaya dalam membentuk komunikasi multikultural di era digital pada
komunitas adat di wilayah terpencil?

5. Bagaimana proses perubahan yang terjadi di wilayah suku Kubu?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejarah dari suku pedalaman suku Kubu


2. Untuk mengetahui cara berkomunikasi suku pedalaman Kubu

3. Untuk mengetahui alasan masyarakat suku pedalaman Kubu tidak mengikuti


perkembangan dunia modern

4. Untuk mengetahui peran budaya dalam membentuk komunikasi multikultural di era


digital pada suku di wilayah terpencil

5. Untuk mengetahui proses perubahan yang terjadi di wilayah suku Kubu.

1. Sejarah Suku Kubu

Suku Kubu yang terdapat di daerah Sumatera Selatan tersebar di pedalaman Muara Enim,
Lahat, Musi Banyu Asin dan Musi Rawas yang saat ini dikenal dengan istilah “Suku Anak
Dalam”. Suku Kubu sesuai dengan sebutan yang diberikan oleh masyarakat sekitar
merupakan segolongan orang-orang yang berasal dari hutan rimba raya pedalaman Jambi
dan Sumatera Selatan, yang mana pola pemikiran masyarakat ini dianggap masih tertinggal
jauh dari masyarakat pada umumnya. Sekolompok manusia ini mereka menjadi manusia
yang hidup berjarak dengan masyarakat pada umumnya.

Bagi kelompok masyarakat ini, berburu adalah salah satu usaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, khususnya kebutuhan makan keluarga. Pada saat berburu semua
peralatan berburu milik masyarakat ini dibawa dan dibuat sendiri oleh pemiliknya. Jenis
alat berburu berupa seperti “kecepek” pernah dilarang oleh pemerintah, tetapi masyarakat
ini tetap mempertahankannya karena memang sangat dibutuhkan untuk mendapatkan
hewan buruannya

Dalam masyarakat suku kubu memiliki satu ungkapan yang selalu menjadi pegangan
mereka yaitu “pataling rogong hingga plai bapuncak” yang berarti “pepohonan yang masih
hijau hingga batang kayu yang hanya tinggal cabang dan ranting rantingnya” yang mana
arti dari ungkapan itu adalah seluruh hutan miliknya dan disediakan untuk mereka, dan
menjadi ungkapan yang turun temurun ke generasi selanjutnya.

Jambi adalah sebuah propinsi yang ada di Indonesia. Di sana ada sebuah masyarakat yang
dikategorikansebagai terasing, yaitu masyarakat Kubu. Mereka tersebar secara
mengelompok di daerah pedalaman (hutan)pada beberapa kabupaten yang tergabung
dalam wilayah Provinsi Jambi, yakni Bungo Tebo, Sarolangun, Bangko dan Batanghari. Ini
artinya hanya Kotamadya Jambi, Kerinci, dan Tanjungjabung yang ‘bebas' dari orang Kubu.
Mungkin inilah yang kemudian membuat seseorang jika mendengar kata ‘Kubu' maka yang
ada di kepalanya adalah Jambi, walaupun orang Kubu ada juga di daerah Sumatera Selatan
tepatnya di Kecamatan awas Ilir, Kabupaten Musi Rawas.

2. Cara Berkomunikasi

Dalam pendekatan pemerintah dengan Suku Anak Dalam kita dapat melihat bagaimana
pola komunikasi linear sangat berpengaruh terhadap masuknya budaya baru kedalam
Suku Anak Dalam. Pola komunikasi linear diperkenalkan pertama kali oleh David Kenneth
Berlo pada tahun 1960, pola komunikasi ini di perkenalkan dengan menggunakan dasar
yang sering di sebut SMCR. Pola komunikasi linear ini memiliki komponen-komponen
dasaryaitu meliputi sumber atau pengirim pesan (source/sender), pesan (message),
saluran (channel), dan juga penerima pesan (receiver) (Berlo, 1960). Model yang di
kembangkan oleh Berlo ini menggambarkan bagaimana pengirim pesan dan penerima
pesan berkomunikasi. Berlo mencetuskan pola komunikasi yang menggambarkan proses
terjadinya komunikasi.

3. Perkembangan Dunia Modern

Sebaran Orang Rimba di Jambi berada di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD)
dimana kawasan tersebut masih sangat terkenal dengan banyaknya hewan, salah satunya
gajah Sumatera. Orang rimba juga dapat ditemukan di hutan-hutan sekunder dan
perkebunan kelapa sawit sepanjang jalan lintas Sumatera hingga ke batas Sumatera
Selatan.

Mereka melakukan Berburu dan Meramu yang nantinya hasilnya akan digunakan untuk
makan dan kebutuhan sehari-hari. Banyak sekali senjata yang digunakan seperti parang,
kampak, pisau dan lainnya. Walaupun banyak yang dari mereka sekarang telah memiliki
lahan karet dan pertanian lainnya, Anak Dalam Batin Sembilan yang tinggal menetap di
daerah Sumatra Selatan terutama daerah Rawas Rupit dan Musi Lakitan masih banyak
suku Anak Dalam yang menggantungkan hidup di persawitan, bahkan ada yang ‘mencuri’
hasil perusahaan sawit sekitar. Mereka seperti itu karena memegang prinsip dasar “apa
yang tumbuh dalam adalah milik mereka Bersama”.

Sebagian dari mereka bertahan dalam sudung-sudung, yakni pondok dengan alasan
pelepah sawit dan terpal plastik. Meski sebagian dari mereka masuk dalam program
perumahan pemerintah, namun kehidupan warga SAD tersebut tetap marginal karena
tidak memiliki tempat berusaha. Hal itu dikarenakan hutan rimba yang menjadi
penghidupan sudah tidak ada dan mengambil berondolan sawit dianggap melakukan
pencurian.

4. Peran Komunikasi

Dalam masyarakat suku kubu memiliki satu ungkapan yang selalu menjadi pegangan
mereka yaitu “pataling rogong hingga plai bapuncak” yang berarti “pepohonan yang masih
hijau hingga batang kayu yang hanya tinggal cabang dan ranting rantingnya” yang mana
arti dari ungkapan itu adalah seluruh hutan miliknya dan disediakan untuk mereka, dan
menjadi ungkapan yang turun temurun ke generasi selanjutnya.

Akhirnya suku Kubu mulai meninggalkan kebiasaan lamanya yaitu keluar-masuk hutan,
dikarenakan tanaman yang mereka tanam mulai menunjukan hasil dan itu merupakan
hasil jerih payah mereka.

5. Proses Perubahan Wilayah Suku Kubu

Sebagian dari mereka bertahan dalam sudung-sudung, yakni pondok dengan alasan
pelepah sawit dan terpal plastik. Meski sebagian dari mereka masuk dalam program
perumahan pemerintah, namun kehidupan warga SAD tersebut tetap marginal karena
tidak memiliki tempat berusaha. Hal itu dikarenakan hutan rimba yang menjadi
penghidupan sudah tidak ada dan mengambil berondolan sawit dianggap melakukan
pencurian.

Kesimpulan
Suku Kubu yang sudah dimukimkan oleh pemerintah melalui Proyek Nasional
Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing, pada kenyataannya pemerintah masih
mengalami kegagalan. Hal ini dikarenakan sistem kehidupan dengan pola mata
pencaharian asli dan cara hidup nomaden yang sudah tertanam selama berabad-abad
dan turun temurun dari nenek moyang masyarakat suku Kubu, sulit untuk mereka
tinggalkan. Dalam proses adaptasi di lingkungannya, pemukiman yang telah disediakan
oleh pemerintah akhirnya menimbulkan sistem kehidupan dua tempat tinggal. Hal
ini mengakibatkan sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh pemerintah melalui
Pronas PKMT tidak dipergunakan dan dirawat dengan baik. Selain itu, kondisi jalan atau
infrastruktur yang menghubungkan Desa Sungai Kijang dengan ibukota Kecamatan
Rawas Ulu yang tidak memadai atau rusak parah membuat masyarakat ini susah
untuk berkembang dan lebih memilih untuk masuk ke hutan kembali.

Daftar Pustaka

https://www.antaranews.com/berita/2207110/meneropong-suku-anak-dalam-jambi-bertahan-bagi-
kehidupan-anak-cucu

https://desamind.id/2022/06/20/menilik-suku-anak-dalam/

https://www.google.com/amp/s/www.inews.id/amp/news/nasional/fakta-unik-suku-kubu-asal-usul-
bahasa-hingga-tradisi-adat-istiadatnya

https://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JPP/article/view/428/293

https://www.academia.edu/13063722/Asal_Usul_Suku_Anak_Dalam_Kubu

Anda mungkin juga menyukai