Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PERTEMUAN 5

(Analisa Geografi Rural Desa Rimbo Panjang)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Geografi Desa Kota yang diampu oleh:
Rery Novio, S.Pd.,M.Pd.

DISUSUN OLEH :
Adek Eka Putri 20045001

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
BAGIAN 1 “ RURAL GEOGRAPHY”
Geografis Desa Rimbo Panjang adalah sebuah Desa di Kecamatan Tambang yang
sekarang berbatasan langsung dengan Kota Pekanbaru yang membentang jalan raya
Pekabaru-Bangkinang lebih kurang 10 KM persegi. Pada awalnya Desa Rimbo Panjang
adalah daerah hutan dan rimba yang ditempati oleh masyarakat yang berasal dari Sumatra
Barat sejak tahun 1951 yang ditempati oleh beberapa kepala keluarga. Dulunya desa ini
adalah sebuah korong atau dusun dalam Desa Tambang yang dikepalai oleh bapak Djanah.
Seiring berjalannya waktu, Desa Rimbo Panjang mulai banyak di tempati oleh warga dari
Sumatra Barat, maka pada tahun 1971 diusulkan menjadi Desa Muda sampai tahun 1974
yang di pimpin oleh Bapak Abdul Malik Yusuf. Kemudian pada tahun 1979 diusulkan
menjadi Desa Defenitif sampai dengan sekarang. Selama kurun waktu tersebut sudah
dipimpin oleh 4 kepala desa yaitu bapak Abdul Malik Yusuf, Dasrul AR, Masril, Zalka Putra
sampai dengan sekarang. Desa Rimbo Panjang adalah sebuah desa yang kehidupan
masyarakatnya adalah pertanian,perkebunan, dan buruh harian. Hasil pertanian yang paling
terkenal dan menjadi buah segar unggulan Kampar 15.Sedangkan fasilitas umum yang
terdapat dan di bangun di desa ini adalah terdapat rumah ibadah, poskesdes, posyandu,
sekolah dari Paud, TK, SD, SMAN,SMKN dan serta bangunan aparat sipil seperti kantor
kepala desa. Namun seperti rural desa kebanyakan tentunya tidak memiliki bank, bioskop,
supermarket, hanya terbatas e-banking.

Berbicara, mengenai geografi pertanian dapat dilihat sudah banyak terdapat lahan
garapan dengan jenis pertanian menetap (sedentary agricultural) atau dikenal pola pertanian
maju yang menyebar di area dusun 1 2 3 Rimbo Panjang. Di sisi lain kebutuhan akan bahan
pakan yang sehat dan bebas bahan kimia semakin besar seiring dengan meningkatnya
kesadaran akan gaya hidup sehat khususnya di perkotaan, telah menjadikan pertanian organik
sebagai solusi. Sudah diberdayakan dan peningkatan Pertanian organik identik dengan
penggunaan bahan-bahan alami dalam pengolahannya sehingga menghasilkan produk yang
segar dan bebas bahan kimia. Dengan pengembangan di sektor ini maka akan tercipta
simbiosis mutualisme antara desa sebagai penghasil tanaman organik dengan kota sebagai
target pasar tanaman organik ini

Hubungan sosial di desa Rimbo Panjang, berkenaan dalam sisi struktur sosial
masyarakat pedesaan sangat mengedepankan pola adat melayu dan minang di mana adat
melayu dan minang sendiri selalu mengedepankan tatakrama, sopan santun dengan
berazazkan hukum islam yang erat serta tak terpisahkan. Jaringan kekerabatan pada dasarnya
memang bermula dari kesamaan dan homogenitas leluhur, sehingga minim sekali dan tidak
ada sistem hierarki apalagi kesenjangan ditambah kebanyakan hanya ada kelas ekonomi
bawah dan menengah. Berkenaan dengan sosiologi pertanian tentunya beras hasil padi yang
sering disebut beras lading adalah aset berharga dan merupakan akomodir roda ekonomi desa
melaui hubungan timbal balik dengan kota besar di Kabupaten.Perubahan masyarakat
pedesaan pada umumnya sulit dan minim minat untuk menjadi seorang petani, sekalipun
merupakan desa agrowisata, masih banyak pandangan miring dan sentiment negatif terhadap
profesi ini, disusul modernisasi ataupun kemajuan teknologi yang mampu merubah mindset
dan pola pikir.

BAGIAN 2 “PEMAHAMAN TENTANG PEDESAAN”


Berdasarkan Perda Kab.Kampar No.3 Tahun 2012 mengenai Pembentukan Desa Rimbo
Panajng. Pembentukan desa Permai didasarkan pada aspirasi masyarakat dengan tujuan
meningkatkan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelayanan terhadap
masyarakat serta menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa sebagaimana disebutkan dalam pasal 2.
Sedangkan pasal 3 mengemukakan letak desa Rimbo Panjang yang berada di Kecamatan
Tambang Kabupaten Kampar. Selanjutnya, pada pasal 4 ayat 2 menyebutkan batas-batas
wilayah Desa Rimbo Panjang adalah sebagai berikut :
a) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Karya Indah;
b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Parit Baru ;
c) Sebelah Timur berbatasan dengan Pekanbaru ;
d) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kualu Nenas.
Masyarakat pedesaan terkhusus desa Rimbo Panjang jika di komparasikan dengan
masyarakat -masyarakat perkotaan. Berbicara soal hubungan sosial di daerah pedesaan dapat
diamati begitu jelas, di mana kekerabatan, kekeluargaan masih terjalin dengan erat.
Sedangkan, di perkotaan kita juga bisa mengamati bahwa kegiatan warga yang terjadi kerap
diembel-embeli atau perlu di berikan sanksi agar tergerak rasa di hati. Namun, Perubahan
dalam masyarakat telah terjadi, terlebih daerah tersebut juga tidak mendukung akses
pertanian dan pola pertanian. Identifikasi wilauyah menjadi kunci sekaligus sebabkan pola
kemajuan dan perubahan terjadi melalui industri. Hal serupa, bisa saja terjadi dengan
meninjau antropologi masyarakat setempat serta dinamisnya pola pikir manusia yang
mendiaminya. Namun, hal tersebut masih kemungkinan serta menjadi variabel lain di kala
desa agrowisata. Untuk saat ini, belum ada perbedaan yang mencolok budaya melayu dan
minang masih menjadi poros serta kultur yang mengatur agar tetap bijak dalam bertindak
atau bertutur, diiringi hukum agama menjadi landasan utama sekalipun dalam hal sederhana
seperti menata masyarakatnya.

BAGIAN 3 “GLOBALISASI, MODERNITAS, DAN DUNIA PEDESAAN”


Globalisasi pada dasarnya memang sudah mulai terlihat dan tergambar meskipun belum
terlalu jelas apalagi optimal, di daerah setempat terkhusus desa Rimbo Panjang itu sendiri.
Desa Rimbo Panjang yang notabene merupakan tergambar dan memiliki image sebagai desa
agrowisata. Hal ini pula, menjadikan karakter tersebut begitu kuat sehingga pola kemajuan
dan pembaharuan telah menjadi hal yang tak bisa terelakkan. Di sisi lain, pendaftaran sebagai
objek wisata di wonderful Indonesia sebagai tekad dan semangat yang kuat oleh aparat
pemerintahan desa untuk mempromosikan desa yang masih berumur kecambah namun
memiliki auman layaknya singa yang sedang marah.
Globalisasi dan modernitas yang mulai memasuki desa pada hakikatnya laksana pisau
bermata dua. Hal inipun juga akan berlaku di desa Rimbo Panjang, semua kembali tergantung
langkah dalam menyikapi pembaharuan dan pengaruh yang terus masuk setiap saat, terlebih
desa ini sangat potensial karena berbatasan langsung dengan kota Pekanbaru. Kembali lagi,
mengecilkan ruang lingkup dan objek pembahasan yaitu desa Rimbo Panjang memiliki tiga
komponen kelebihan yang bisa dimaksimalkan dan terus menjadi poros untuk dilakukan
pembaharuan yaitu sisi agraris atau pertaniannya, serta pariwisata.

BAGIAN 4 “PERUBAHAN PERTANIAN”


Pertanian pada hakikatnya memang sudah menjadi identitas masyarakat desa bahkan
pola keterkaitan desa dan kota di mana sebagai penghasil dan pengolah telah terjalin sejak
lama. Tidak terkecuali, bagi masyarakat desa Rimbo Panjang sendiri, pola pertanian telah
dimulai sejak dulu, dan dalam rentang priode sebelum abad 20 kebanyakan masyarakat desa
Rimbo Panjang masih banyak yang nomaden atau berpindah dari lahan garapan satu lahan
lainnya ataupun mereka membuat dua sisi yaitu lahan permanen atau tetap, sedangkan lahan
kedua dijadikan lahan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Menelusuri lebih lanjut, berdasarkan informasi yang di dapatkan dari narasumber


langsung dan saksi hidup dari pengolahan lahan pertanian berpindah yang dilakukan oleh
masyarakat, yang kini merupakan bagian dari Kecamatan Tambang. Para tetua tersebut
menyebutkan bahwasanya hal ini dilakukan untuk membuka lahan, sehingga siapa yang
memberanikan diri untuk menjangkau daerah tersebut serta menggarap lahan, maka secara
langsung daerah tersebut akan jadi miliknya, Perpindahan satu lahan ke lahan tidak ubah
seperti konsep memperbanyak kepemilikan tanah yang kadang diberikan tanda seperti tugu
atau sempadan pada tanah yang dikuasai.

Seiring berjalannya waktu, pergantian zaman yang telah terjadi menyebabkan intervensi
negara dalam pertanian juga turut memudarkan hal ataupu kebiasaan yang berlaku sedari
dulu terlebih pasca kemerdekaan. Setelah dirumuskan ladasan konsitusional seperti UUD
1945 Pasal 33 ayat 3 berbunyi Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal inipun,
kian menyulitkan kebiasaan yang sedari dulu dilakukan dengan menggarap lahan berpindah
dari satu tempat ke tempat lain. Karena, tanah yang tak berpenghuni tentunya akan jadi milik
negara dan tidak sembarang lagi untuk mengakuisisi karena jelas akan di pidana. Berbicara
pertanian dan intervensi yang telah dilakukan oleh negara dalam lahan pertanian seperti
memberikan bantuan bibit dalam kegiatan pertanian atau perkebunan, serta alat pengolahan
semacam kontraktor, bajak sawah, dll.
Pertanian Produktif yang dilakukan oleh pemerintah yang bersinergi dengan aparatur
pejabat desa, antara lain kebijakan pertanian organik yang dikembangkan di dusun Pelayar,
dan dusun Ayun. Sedangkan upaya pertanian hidroponik kini mulai diupayakan di dusun
Motong demi meningkatkan misi desa agrowisata. Kebangkitan pertanian bahkan mendekati
kejayaan agraris pak Harto adalah tatkala Indonesia masih dipimpin pak SBY dalam priode
akhir jabatannya dan awal kepemimpinan kepala desa Permai pertama yaitu Pak Syarifuddin.

BAGIAN 5 “PEREKONOMIAN PEDESAAN YANG BERUBAH”


Berkaca pada keterkaitan dengan sub-topik sebelumnya bahwasanya perubahan yang
datang dan hadir serta masuk ke suatu kawasan adalah sesuatu yang lumrah dan tak bisa
dihindarkan. Terlebih dengan melihat letak geografis dari desa Rimbo Panjang itu sendiri,
yang sebagaimana telah dikaji serta di bahas pada chapter kedua. Perekonomian merupakan
aspek yang tak bisa terelakkan dalam kestabilan dan ketahanan maupun keberlangsungan
kualitas kesejahteraan di desa bersangkutan.

Merujuk pada perekonomian desa baik saat masih bergabung dan menjadi satu kesatuan
utuh dengan desa induk sebelumnya ketimbang dengan kondisi seusai pemekaran, tentunya
kita akan menemukan perbedaan yang signifikan. Angin surga yang datang dengan terbitnya
Perda Kab. Kampar dan menyetujui pemekaran desa Rimbo Panjang telah menaikkan taraf
hidup masyarakat bahkan kini dilabeli sebagai desa agrowisata dan perkebunana terkemuka
di Kabupaten Kampar. Bukan, hanya soal agrowisata kiat perdagangan pun juga turut maju
dan berkembang dengan adanya UMKM pengolahan keripik nenas,keripik nangka,keripik
apel ,sirup nenas, selai nenas dll telah berkembang serta tengah diupayakan memiliki izin
BPOM dengan merk tersendiri, bahkan penggunaan media teknologi komunikasi dalam
pemasaran juga turut diberdayakan dalam menjadikan desa yang berkemajuan.

BAGIAN 6 “PERUBAHAN SOSIAL & DEMOGRAFI”


Seumpama kata pujangga laksana cendawan di timpa hujan kelak kan basah
menghujam tanah sehingga semua jadi merekah. Berkaca pada keadaan desa Rimbo Panjang
sebagai buntut dari kemajuan yang terjadi saat ini, berkenaan dengan kontra urbanisasi belum
sama sekali terjadi atau mungkin itu akan dirasakan kelak dalam tempo satu dasawarsa atau
dekade mendatang. Lain halnya faktor sebab akibat lebih terasa pada kemajuan pola pikir,
karakter, dan pola prilaku yang mana mulai merujuk pada invidualisme, serta hegemoni
meskipun masih bisa dibatasi. Tren masyarakat atau kebiasaan serta gaya yang mulai
mencuat serta yang terasa lebih luas juga signifikan, antara lain, peningkatan kepemilikan
kendaraan pribadi, kemajuan teknologi, perluasan pendidikan tinggi, dan harapan hidup yang
lebih panjang.

Data terakhir mengenai kepemilikan kendaraan pribadi di dominasi oleh sepeda motor
sebanyak 80% sedangkan 3% sisanya adalah kendaraan roda dua lain yaitu sepeda. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan hasrat yang mempengaruhi sikap individu yang turut serta
berimbas pada kalangan luas. Di sisi lain, berbicara soal bonus demografi belum terlalu
terlihat bahkan dapat dikategorikan memiliki jenis piramida batu nisan jika dibandingkan
desa lainnya di mana angka kelahiran begitu sedikit, sedangkan angka kematian yang
melonjak bahkan terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAGIAN 7 “MENGUBAH KOMUNITAS”


Berkenaan dengan komunitas dalam hal ini sekumpulan manusia yang seiras, sejenis
serta menempati region yang sama. Di mana, bersatu dan padunya serta berintegrasi bahkan
merealisasikan suatu intansi pemerintahan desa muda yang berdaulat dan sah bukanlah satu
perkara yang mudah. Semua terbentuk dari menyeragamkan pandangan dan perasaan untuk
menuangkan satu ide demi memajukan serta menghidupkan asa yang sebelumnya masih lalu
lalang di kepala. Keinginan untuk memajukan suatu peradaban kecil atas paying bernama
desa tentunya jadi tantangan namun semua terbentuk atas kesatuan rasa untuk riwayat sejarah
menjadi awal sirah sekalipun masih bisa terancam goyah. Namun, semua seakan menjadi
suratan takdir di mana komunitas yang terbentuk, akan menjadi sebuah lembaran baru yang
akan terus berganti halaman, bab bahkan chapter sekalipun masih dalam buku yang sama tapi
kisah dari komunitas ini dalam masa akan selalu berbeda terlebih berkaca dari apa yang telah
dilalui sebelumnya.

BAGIAN 8 “PERUBAHAN LINGKUNGAN DAN DAERAH PEDESAAN”


Terbentuknya desa Rimbo Panjang adalah salah satu kebanggaan dan nikmat yang patut
di syukuri sampai nafas ini terhenti bahkan estafet kehidupan telah beralih pada generasi
belia yang kelak juga akan menua pada masanya. Pada masa sebelumnya saat masih menjadi
satu kesatuan dengan desa induk sebelum pemekaran, sangat minim pembangunan, desa
motong terus terpotong dengan abrasi yang terus merongrong serta taka ada kesempatan
untuk tanjung itu meneriakkan tolong. Suara rintih dari lirih dari pintu rumah kecil yang
dipaksa untuk muat sekalipun untuk menjulurkan kaki saja bisa tersendat. Roda ekonomi
masih diupayakan terus bergerak sekalipun dengan keadaan berkarat sampai jalannya kian
melambat.

Semua berubah 360° saat masa itu tiba, tepatnya satu dekade yang lalu. Rimbo Panjang
berdiri dan masa pembaharuan serta perbaikan mulai dijalani. Kesadaran pemerintah desa
muda akan memajukan sektor wisata kembali ditunjukkan saat acara menanam seribu pohon,
secara sukarela dan bangga menjadi pelopor serta menyediakan salah satu tempat
berlangsungnya kegiatan. Acara inti diadakan di Bali oleh pemerintah Republik Indonesia,
adalah turut serta mengundang C. Ronaldo. Perubahan lainnya dengan memperhatikan sektor
lingkungan yang kini menjadi bukti nyata gebrakan dari perubahan yang telah dilakukan.
Kemajuan lainnya terasa adalah meningkatnya kualitas dan kuantitas pembangunan bahkan
telah terdapat poskesdes khusus yang berdomisili di desa Rimbo Panjang dan keadaan desa
yang membaik dari saat masih menjadi satu bagian dengan desa sebelum.

Anda mungkin juga menyukai