Anda di halaman 1dari 2

KERANGKA TEORI

DIFUSI INOVASI

Pada dasarnya, Teori Difusi Inovasi menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi
dikomunikasikan lewat channel tertentu sepanjang waktu kepada anggota kelompok
dari suatu sistem sosial. “Diffusion is the process by which an innovation is
communicated through certain channels over time among the members of a social
system.” (Rogers, 1983:5).

Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat)
elemen pokok, yaitu: Inovasi, Saluran Komunikasi, Jangka Waktu, dan Sistem Sosial.
Inovasi adalah gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang.
Kebaruan inovasi itu diukur secara subjektif, menurut pandangan individu yang
menangkapnya. Saluran komunikasi adalah ‘alat untuk menyampaikan pesan-pesan
inovasi dari sumber ke penerima.

Untuk menyamakan persepsi, perlu diketahui definisi komunikasi menurut (Rogers,


1983:17), yaitu “as the process by which participants create and share information with
one another to reach mutual understanding”, atau suatu proses di mana orang yang
terlibat di dalamnya menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain agar terdapat
penyamaan persepsi. Hal yang terpenting dalam difusi adalah adanya pertukaran
informasi antara satu orang dengan lainnya atau lebih untuk mengomunikasikan ide
baru tersebut.

Saluran komunikasi yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap seberapa besar
efek dari pertukaran informasi tersebut sehingga diperlukan ketepatan dalam memilih
atau menggunakannya. Kondisi kedua belah pihak yang akan bertukar informasi pun
perlu diperhatikan karena memengaruhi keefektifan penyampaian pesan. Menurut
Rogers ada dua saluran komunikasi yang dapat digunakan, yaitu media massa dan
interpersonal.

Dalam kasus Suku Kubu dalam Membentuk Komunikasi di Era digital, difusi inovasi
menjadi teori yang tepat untuk digunakan, dimana dalam pendekatan pemerintah
dengan Suku Anak Dalam kita dapat melihat bagaimana pola komunikasi linear sangat
berpengaruh terhadap masuknya budaya baru kedalam Suku Anak Dalam. Pola
komunikasi linear diperkenalkan pertama kali oleh David Kenneth Berlo pada tahun
1960, pola komunikasi ini di perkenalkan dengan menggunakan dasar yang sering di
sebut SMCR. Pola komunikasi linear ini memiliki komponen-komponen dasaryaitu
meliputi sumber atau pengirim pesan (source/sender), pesan (message), saluran
(channel), dan juga penerima pesan (receiver) (Berlo, 1960).

Model yang di kembangkan oleh Berlo ini menggambarkan bagaimana pengirim pesan
dan penerima pesan berkomunikasi. Berlo mencetuskan pola komunikasi yang
menggambarkan proses terjadinya komunikasi. Dimana pemerintah begitu pelan
mendekati Suku Anak Dalam agar tidak merasa terancam, sampai hingga akhirnya
pemerintah berhasil membuat suku Kubu mulai meninggalkan kebiasaan lamanya yaitu
keluar-masuk hutan, dikarenakan tanaman yang mereka tanam mulai menunjukan hasil
dan itu merupakan hasil jerih payah mereka. Sebagian dari mereka bertahan dalam
sudung-sudung, yakni pondok dengan alasan pelepah sawit dan terpal plastik. Meski
sebagian dari mereka masuk dalam program perumahan pemerintah, namun kehidupan
warga SAD tersebut tetap marginal karena tidak memiliki tempat berusaha. Hal itu
dikarenakan hutan rimba yang menjadi penghidupan sudah tidak ada dan mengambil
berondolan sawit dianggap melakukan pencurian.

Anda mungkin juga menyukai