Anda di halaman 1dari 4

Difusi Inovasi

Latar Belakang Teori Difusi Inovasi


Bryan dan Thompson (2002), mengatakan, munculnya Teori Difusi
Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903, ketika seorang
sosiolog Perancis, Gabriel Tarde dalam bukunya “The Laws of Imitation”,
memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva
ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi
seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini
ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan
sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.
Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa
menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi.
Sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian penting
dalam penelitian-penelitian sosiologi.
Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal Gross,
mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para
petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus
menegaskan tentang difusi inovasi model kurva S. Salah satu kesimpulan
penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa tingkat adopsi inovasi
pertanian mengikuti suatu kurva normal berbentuk S ketika diamati secara
kumulatif dari waktu ke waktu (Brown, 1981).
Pada tahun 1950-an pemerintah Amerika Serikat ingin mengetahui
bagaimana dan mengapa sebagian petani di sana mengadopsi teknik-teknik
baru dalam pertanian dan sebagian lainnya tidak. Meskipun pada awalnya
teori difusi ini ditujukan untuk memahami difusi dari teknik-teknik pertanian
tapi pada perkembangan selanjutnya teori difusi ini digunakan pada bidang-
bidang lainnya.
Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi pada tahun
1960, di mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan berbagai
topik yang lebih kontemporer, seperti dengan bidang pemasaran, budaya, dan
sebagainya. Pada tahun 1962, Everett M. Rogers menulis sebuah buku yang
berjudul “ Diffusion of Innovations “ yang selanjutnya buku ini menjadi
landasan pemahaman tentang inovasi, mengapa orang mengadopsi inovasi,
faktor-faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana
inovasi tersebut berproses di antara masyarakat.

Pengertian Dasar Difusi Inovasi


Difusi Inovasi terdiri dari padanan 2 kata yaitu difusi dan inovasi.
Rogers (1983) menjelaskan difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana
suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu
tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga
sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru.
Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan
sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
sistem sosial.
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang
dianggap/dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan
dianggap/dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian
orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa
yang dirasakan oleh individu atau kelompokterhadap ide, praktek atau benda
tersebut.
Dari kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah suatu
proses penyebarserapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk
merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu
tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang
berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok
anggota dari sistem sosial (Rogers, 1983).

Unsur-Unsur Difusi Inovasi


Menurut Rogers (1983), dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat)
elemen pokok, yaitu:
1. Inovasi, yaitu gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif
menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap
baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’
dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
2. Saluran komunikasi, yaitu seperangkat alat untuk menyampaikan pesan-
pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran
komunikasi, sumber paling tidak perlu memperhatikan: (a) tujuan
diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi
dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang
banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat,
cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi
dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara
personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran
interpersonal.
3. Jangka waktu, yaitu proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang
mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan
pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi
waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam: (a) proses pengambilan
keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang yang relatif lebih awal atau
lebih lambat dalam menerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian
inovasi dalam sistem sosial.
4. Sistem sosial, yaitu kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan
terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka
mencapai tujuan bersama
Pada tahun berikutnya, Rogers (1995) menjelaskan lebih terinci berbagai
variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta
tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang
berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup: (1) atribut
inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of
innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels), (4)
kondisi sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah
(change agents).

Anda mungkin juga menyukai