Anda di halaman 1dari 2

7 unsur Universal Kebudayaan suku Samin, Blora, Jawa Tengah

1. Sistem Kepercayaan
Pemikiran dan ajaran Samin Surontiko diawali oleh kondisi masyarakat akan
kebencian perlakuan pemerintahan kolonial belanda. Eksploitasi penjajah dan
kerakusan birokrat colonial bangsa bumipoetra merupakan pemicu utama munculnya
ajaran ini.
2. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan media utama dalam komunikasi. Bahasa merupakan alat
komunikasi yang berwujud kode dan symbol. Masyarakat samin secara umum
menggunakan bahasa jawa sebagai media komunikasi antar warga. Bahasa jawa
memiliki banyak tingkatan yang penggunanya di sesuaikan dengan konteks dan
posisi/derajat antara komunikator dan komunikan. Inti dari gerakan Samin adalah
melalui bahasa Jawa ngoko kasar dan sering disertai samepa(perumpamaan). Bagi
mereka menghormati orang lain tidak dari bahasa yang digunakan tapi sikap dan
perbuatan yang ditunjukkan.
3. Organisasi sosial dan sistem kekerabatan.
Masyarakat Samin memiliki persamaan dengan kekerabatan Jawa pada umumnya.
Sebutan-sebutan dan cara penyebutannya sama. Hanya saja mereka tidak terlalu
mengenal hubungan darah atau generasi lebih keatas setelah kakek atau nenek.
Hubungan ketetanggaan baik sesama Samin masyarakat maupun diluar Samin terjalin
dengan baik. Dalam menjaga dan melestarikan hubungan kekerabatan masyarakat
Samin memiliki tradisi untuk saling berkunjung terutama pada saat satu keluarga
mempunyai hajat sekalipun tempat tinggalnya jauh.
4. Kesenian.
Upacara tradisi yang ada pada masyarakat Samin antara lain, nyadran (bersih desa)
sekaligus menguras sumber iar pada sumur tua yang banyak memberi manfaat pada
masyarakat. Tradisi slamatan yang berkaitan dengan daur hidup yaitu, kehamilan,
kelahiran, khitan, perkawinan dan kematian. Mereka melakukan tradisi tersebut secara
sederhana.
Adapun kesenian mereka yaitu, tari tayup, dan wayang tengul. Tari tayup merupakan
tari pergaulan yang populer bagi masyarakat Bojonegoro dan sekitar. Tarian ini
biasanya dilakukan oleh pria dengan diiringi gamelan dan tembang-tembang Jawa
yang dilantunkan oleh Waranggono yang syairnya syarat dengan petuah dan ajaran.
Wayang tengul adalah kesenian wayang khas Bojonegoro dalam bentuk 3 dimensi
dengan diiringi gamelan pelog atau slendro.

5. Mata pencaharian.

Sebagian besar masyarakat Samin sekarang ini adalah petani. Pandangan terhadap
lingkungan sangat positif, mereka memanfaatkan alam misalnya, mengambil kayu
secukupnya saja tidak pernah mengeploitasi. Hal ini sama sesuai dengan pikiran
masyarakat Samin yang cukup sederhana, tidak berlebihan, dan apa adanya. Tanah
bagi mereka ibarat ibu sendiri, artinya tanah memberi kehidupan bagi mereka.
Sebagai petani tradisional maka tanah mereka perlakukan sebaik-baiknya.
6. Teknologi.
Masyarakat Samin dikenal dengan keluguan, kejujuan dan apa adanya, tidak berbuat
aneh-aneh dan selalu mentaati peraturan. Pakaian orang Samin biasanya terdiri dari
baju lengan panjang tidak memakai kerah, berwarna hitam. Laki-laki memakai ikat
kepala. Untuk pakaian wanita bentuknya memakai lengan panjang, berkain sebatas
dibawah tempurung lutut atau diatas mata kaki. Sekalipun masyarakat Samin
berusaha mempertahankan tradisi namun tidak urung pengaruh kemajuan zaman juga
mempengarui mereka. Misalnya, pemakaian traktor dan pupuk kimiawi dalam
pertanian, alat rumah tangga dari plastik, aluminium, dan lainnya. Yang diharapkan
tidak hilang terpupus zaman adalah nilai-nilai positif atau kearifan lokal yang telah
ada pada masyarakat Samin tersebut, misalnya kejujuran, dan kearifan dalam
memakai alam, semangat gotong-royong dan saling menolong yang masih tinggi.
7. Ilmu Pengetahuan Alam.
Pandangan terhadap lingkungan sangat positif, mereka memanfaatkan alam misalnya,
mengambil kayu secukupnya saja tidak pernah mengeploitasi. Hal ini sama sesuai
dengan pikiran masyarakat Samin yang cukup sederhana, tidak berlebihan, dan apa
adanya. Tanah bagi mereka ibarat ibu sendiri, artinya tanah memberi kehidupan bagi
mereka. Sebagai petani tradisional maka tanah mereka perlakukan sebaik-baiknya.
Dalam pengolahan lahan (tumbuhan apa yang akan ditanam) mereka hanya
berdasarkan musim saja yaitu penghujan dan kemarau. Masyarakat Samin menyadari
isi dan kekayaan alam habis atau tidak tergantung pada pemanfaatannya.

Anda mungkin juga menyukai