Anda di halaman 1dari 2

Penguatan Identitas Suku Samin di Era Modernisasi

Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai keanekaragaman suku, ras, budaya, bahasa, dan
sumber daya alam. Indonesia kaya akan budaya yang terdiri dari berbagai suku dari Sabang sampai
Merauke. Keanekaragaman budaya Indonesia dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa sekaligus identitas
nasional. Budaya sebagai sarana persatuan terkadang memicu peluang untuk terjadinya suatu konflik
sosial di masyarakat. Budaya yang ada seharusnya dikelola dengan baik dan dilestarikan supaya dapat
menjadi modal pembangunan Indonesia. Menurut Wilbert E. Moore , modernisasi adalah sebuah konsep
transformasi seluruh kehidupanbersama dari tradisional atau pramodern dalam arti teknologi dan
organisasi sosial kearah modern yaitu pola ekonomis dan politis seperti kehidupan negara-negara Barat
( Rosana,2011). Globalisasi membawa perubahan yang cukup signifikan terhadap budaya yang ada di
Indonesia. Salah satunya adalah suku Samin yang telah mengalami perubahan pola kehidupan tradisional
menuju masyarakat modern.

Suku Samin merupakan suku yang bermukim di Pulau Jawa, tepatnya di Blora, Jawa Tengah dan
perbatasan Bojonegoro, Jawa Timur. Suku Samin mempunyai ajaran yang dikenal dengan Sedulur Sikep.
Ajaran Sedulur Sikep ini mengadung nilai-nilai kearifan lokal berupa panduan hidup untuk masyarakat
Samin. Masuknya teknologi sebagai bagian dari globalisasi turut membawa dampak terhadap suku
Samin, baik itu positif maupun negatif.  Namun, perubahan pola kehidupan suku Samin mulai mengalami
degradasi di era modernisasi ini. Suku Samin adalah sekelompok orang yang mengikuti ajaran Samin
Surosentiko yang muncul pada masa kolonial Belanda. Masyarakat samin sebagai salah satu kelompok
etnik yang ada di Indonesia tentu memiliki nilai-nilai budaya yang berbeda dengan masyarakat lainnya.
Modernisasi dalam lingkup masyarakat tradisional akan menimbulkan implikasi terhadap masyarakat
tersebut. Penelitian ini bertujuan memahami makna modernisasi bagi Ketua Adat suku Samin yang
berada di daerah Tanduran dan untuk mengkonfirmasi bagaimana kebijakan yang diterima oleh sebagian
penganut ajaran. Dalam penelitian ini, perkembangan jaman didefinisikan sebagai adanya kemajuan
dalam kehidupan yaitu adanya teknologi dan kebijakan pemerintah. Di sisi lain, identitas Suku Samin  di
kalangan generasi penerusnya kian memudar. Arus globalisasi yang memicu masuknya budaya luar
membuat generasi muda lebih tertarik. Penggunaan pakaian menjadi wujud kongret dari permasalah ini.
Para generasi penerus Suku Samin yang telah berubah menggunakan pakaian modern. Terkadang merasa
malu menggunakan pakaian khasnya dalam berinteraksi dengan masyarakat umum. Ada pula generasi
penerus Suku Samin yang tidak mau mengakui bahwa mereka adalah keturunan Suku Samin. Kondisi ini
terjadi karena perubahan pola pikir yang terpengaruh oleh budaya luar termasuk generasi penerus  Suku
Samin.

Dari fakta yang dipaparkan diatas dapat   terlihat bahwa identitas Suku Samin  telah   terpengaruh oleh
budaya luar. Perubahan terjadi karena penemuan-penemuan baru dalam masyarakat (Soekanto,1990).
Perkembangan pesat teknologi  menghasilkan penemuan-penemuan alat dan barang yang memudahkan
pekerjaan manusia. Penemuan baru itu diterima oleh Suku Samin, kemudian berakulturasi dengan budaya
asli mereka. Jadi, timbulah pengaruh positif dan negatif di kehidupan Suku Samin.  Penemuan baru dalam
bidang teknologi seperti televisi dan handphone mendorong para generasi penerus Suku Samin
melakukan identifikasi dan meniru  budaya luar itu sedangkan    para  sesepuh  atau  Samin Dalam  lebih
bisa menyaring pengaruh budaya luar dan tetap mempertahankan budaya asli .
Perkembangan zaman yang mendorong budaya yang tidak sesuai dengan ciri bangsa Indonesia telah
membawa dampak buruk yang sekarang telah dirasakan oleh masyarakat sendiri. Dibutuhkan nilai-nilai
lokal seperti nilai Ajaran Sedulur Sikep untuk menyaring budaya luar yang tidak sesuai.  Oleh karena itu,
upaya penguatan identitas Suku Samin  sangat diperlukan.

Penguatan identitas Suku Samin  membutuhkan berbagai pihak untuk mewujudkan  upaya tersebut. Pihak
-pihak yang dapat mewujudkannya adalah  pihak pemerintah, para pemimpin atau sesepuh Suku Samin,
dan para generasi penerus Suku Samin. Pihak pemerintah berperan sebagai fasilitator terhadap
pengembangan budaya  Suku Samin. Seperti yang terlihat beberapa tahun ini telah dilakukan  penobatan
Suku Samin sebagai warisan budaya tak benda oleh Gubernur Jawa Timur dan sebuah acara kange  yune
untuk para pemuda ---pemudi Suku Samin. Untuk masa yang akan datang diharapkan pemerintah dapat
melakukan kebijakan lain seperti karnaval budaya Suku Samin secara nasional, pembuatan museum
khusus untuk Suku Samin, pengenalan Suku Samin dalam pembelajaran formal, dan sebagainya. Selain
itu pihak sesepuh Suku Samin berperan untuk membantu pemahaman kepada generasi penerusnya
tentang nilai-nilai ajaran Sedulur Sikep dan penguatan mental generasi muda untuk bangga bahkan tidak
malu mengakui diri sebagai keturunan Suku Samin. Selanjutnya peran generasi penerus Suku Samin
adalah partisipasi  dan mendukung dalam semua bentuk kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah dan
para sesepuh Suku Samin.  Semua bentuk upaya penguatan identitas tersebut dapat terwujud jika berbagai
pihak terlibat . Disisi lain, nilai-nilai Sedulur Sikep yang menjadi pedoman kehidupan Suku Samin ini
dapat dijadikan sebagai modal pemabangunan Indonesia kedepan. Kondisi moral Indonesia sekarang
yang memprihatikan baik dari para elite politik maupun generasi penerus bangsa menjadikan pentingnya
nilai-nilai kearifan lokal seperti nilai-nilai dalam ajaran Sedulur Sikep dapat menjadi solusi dari perbaikan
mentalitas bangsa ini.

      

Anda mungkin juga menyukai