Anda di halaman 1dari 3

“PENGELOLAAN BUANGAN INDUSTRI”

Nama : Edo Septiansyah

NIM : D1051181001

Cari artikel/jurnal tentang metode pengolahan pada IPAL industri pelapisan logam!!

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Naimah dan Rahyani


Ermawati(2011),Limbah industri pelapisan logam tergolong dalam kategori limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) dan memerlukan penanganan secara khusus.
(Viera & Valesky 2000).Salah satu polutan yang mendapat perhatian dalam pengelolaan
lingkungan adalah logam berat. Pembuangan limbah terkontaminasi oleh logam berat ke
dalam sumber air bersih (air tanah atau air permukaan) menjadi masalah utama pencemaran
karena sifat toksik dan tak terdegradasi secara biologis (non biodegradable). Jenis logam
berat yang tergolong memiliki tingkat toksisitas tinggi antara lain Hg, Cd, Cu, Ag, Ni, Pb, As,
Pb, CR, Sn, Zn,dan Mn (Kapoor et al. 1999).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Satmoko yudo dan Nusa idaman said
(2005), Unit IPAL industri kecil pelapisan logam ini dirancang sedemikan rupa agar cara
operasinya mudah dan biaya perasionalnya murah. Unit ini terdiri dari perangkat utama dan
perangkat penunjang. Perangkat utama dalam sistem pengolahan terdiri dari unit pencampur
statis (static mixer), bak antara, bak koagulasi-flokulasi, saringan multimedia/ kerikil, pasir,
karbon, mangan zeolit (multimedia filter), saringan karbon aktif (activated carbon filter), dan
saringan penukar ion (ion exhange filter). Perangkat penunjang dalam sistem pengolahan ini
dipasang untuk mendukung operasi treatment yang terdiri dari pompa air baku untuk intake
(raw water pump), pompa dosing (dosing pump), tangki bahan kimia (chemical tank), pompa
filter untuk mempompa air dari bak koagulasi-flokulasi ke saringan/filter, dan perpipaan serta
kelengkapan lainnya. Proses pengolahan diawali denganmemompa air baku dari bak
penampungan kemudian diinjeksi dengan bahan kimia ferrosulfat dan PAC (Poly
Allumunium Chloride), kemudian dicampur melalui static mixer supaya bercampur dengan
baik. Kemudian air baku yang teroksidasi dialirkan ke bak koagulasi-flokulasi dengan waktu
tinggal sekitar 2 jam. Setelah itu air dari bak dipompa ke saringan multimedia, saringan
karbon aktif dan saringan penukar ion. Hasil air olahan di masukkan ke bak penampungan
untuk digunakan kembali sebagai air pencucian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Idral Amri (2020) , teknologi
elektrokoagulasi, merupakan salah satu teknologi yang efektif dan efisien untuk pemurnian
limbah industri pelapisanlogam secara batch (Yudo dan Said, 2005), kemudian
dikembangkan penelitian pemurnian air gambut yang mengandung ion logam (ferro)
menggunakan system elektrokoagulasi secara kontinyu (Amri et al., 2018). Elektrokoagulasi
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar TSS,
Kandungan logam dan pH sesuai dengan Permen LH No.5 tahun 2014. Elektrokoagulasi ini
merupakan proses koagulasi atau penggumpalan dengan tenaga listrik melalui proses
elektrolisis untuk mengurangi atau menurunkan ionion logam dan partikel-partikel di dalam
air. Untuk mengurangi pencemaran air, maka diperlukan pengolahan limbah terlebih dahulu
sebelum limbah tersebut dibuang ke sungai. Prinsip dasar dari elektrokoagulasi adalah reaksi
reduksi dan oksidasi (redoks). Dalam suatu sel elektrokoagulasi, peristiwa oksidasi terjadi di
elektroda (+) yaitu anoda, sedangkan reduksi terjadi di elektroda (-) yaitu katoda. Pada
akhirnya terbentuk flokulan yang akan mengikat kontaminan maupun partikel-partikel dari
air baku tersebut. Proses Elektrokoagulasi dikenal juga sebagai elektrolisis gelombang
pendek (Wiyanto et al, 2014).hasil penelitian elektrokoagulasi ini, mampu menurunkan kadar
TSS, kandungan logam Cr didalam limbah cair pelapisan logam dan juga mampu
menetralkan pH.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nony Puspawati (2014), Mardiyono


dkk. (2006), telah melakukan penelitian tentang reduksi logam berat krom(VI) pada limbah
cair industri tekstil dengan beberapa bakteri, di antaranya Pseudomonas aeruginosa,
Escherichia coli, dan Klebsiella pneumonia. Bakteri-bakteri tersebut dapat menurunkan kadar
Krom(VI). Mardiyono dkk. (2009), juga telah melakukan penelitian mengenai reduksi logam
berat Krom pada limbah cair industri tekstil dengan menggunakan Saccharomyces
cerevisiae.Hasil penelitian tahun I tahun 2013 oleh Nony dkk, Pemanfaatan Mikroba Jamur
Untuk Mengatasi Pencemaran Logam-Logam Berat Berbahaya Pada Limbah Cair Industri
Pelapisan Logam menggambarkan bahwa mikroba jamur yaitu Saccharomyces cereviceae,
Rhizopus oryzae, Aspergillus niger dan Monilia sitophila dapat digunakan untuk menurunkan
kadar logam berat berbahaya Ni dan Cr pada limbah cair industri pelapisan logam. Prosentase
penurunan kadar logam berat Ni oleh Rhizopus oryzae sebesar 29,664 % dan Monilia
sitophila sebesar 24,167 %; Penurunan kadar Cr ditunjukkan oleh Saccharomyces cerevisiae
yaitu 50,270 % Aspergillus niger sebesar 48,039 % (Nony dkk, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anisah Hasna Jauharoh,metode pengolahan
pada IPAL industri pelapisan logam ada 3 yaitu menggunakan teknologi elektrokoagulasi,
sedimentasi dan filtrasi.

Anda mungkin juga menyukai