Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

MATA PELATIHAN : BELA NEGARA


NAMA PEMATERI : DEFRIMEN, S.Pd, M.Si
NAMA CPNS : RENI GUSTIA, A.Md. Gz (A8.3.30)
NIP : 199408092022032008
INSTANSI :Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi

1. Bentuk kongrit dalam menerapakan nilai-nilai Bela Negara dalam kehidupan sehari- hari,
bermasyarakat dan lingkungan kerja.
a. Bentuk kongrit dalam kehidupan sehari-hari :
- Menghormati orang tua, kakak, dan menyayangi adik
- Membantu perkerjaan anggota keluarga seperti anak membantu mencuci piring
- Menjaga komunikasi dengan anggota keluarga seperti selalu menyampaikan
pendapat saat berkumpul, mendengarkan anggota keluarga saat mengobrol.
- Merawat anggota keluarga yang sedang sakit.
- Menghargai pendapat anggota keluarga
- Menjalan kan kewajiiban agama dan kepercayaan dengan baik dan benar contohnya
shalat lima waktu bagi umat islam, membaca alquran
- Membayar dan menyetorkan pajak tepat waktu.
- Menjaga kesehatan seperti berolahraga, megonsumsi makanan yang sehat
- Mematuhi rambu lalu lintas saat berkendara.
b. Bentuk kongrit nilai bela negara dalam bermasyarakat
- Menolong masyarakat yang terkena musibah contohnya memberikan bantuan untuk
masyarakat yang terkena banjir, menggalang dana untuk masyarakat yang terkena
bencana.
- Gotong royong menjaga kebersihan selokan dan lingkungan
- Melaksanakan ronda malam dan siskamling
- Membantu tetangga yang kesusahan dan hidup rukun di lingkungan masyarakat.
- Mendengarkan pendapat orang lain ketika melakukan musyawarah.
- Menjaga kelestarian lingkungan dengan cara memanan pohon
- Tidak Membuang Sampah sembarangan seperti di sungai dan di jalan
- Menggunakan produk anak banga atau produk dalam negri contoh nya menggunkan
pakai tenun asli Sumatera Barat
- Menggunakan Produk Daur Ulang seperti botol bekas di jadikan pot bunga
- Mempelajari sejarah perjuangan pahlawan
- Mengikuti upacara bendera dengan khidmat
- Menghindari golput ketika pemilu berlangsung
c. Bentuk kongrit nilai bela Negara di Tempat kerja
- Tidak membeda-bedakan teman, rekan kerja, tetangga dan pasien karena ras,
suku,agama.
- Tidak membedakan pelayanan kepada pasien
- Melakukan semua pekerjaan dengan jujur dan giat
- Melayani masyarakat sepenuh hati contohnya ramah terhadap pasien
- Disiplin dalam bekerja contohnya datang tepat waktu
- Menaati seluruh peraturan yang telah di tetapkan di tempat kerja
- Menggunakan seragam kerja sesuai aturan di tempat kerja
- Saling kerjasama di tempat kerja contohnya di Puskemas semua profesi bekerja sama
dalam memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat.
- Menghilangkan sikap negative seperti malas dalam bekerja
- Menciptakan suasana kerja yang harmonis contohnya selalu menyapa rekan kerja
- Meningkatkan produktivitas kerja seperti rajin dan menyelesaikan pekerjaan tepat
waktu
- Membantu rekan kerja yang sedang mengalami kesulitan
- Melakukan musyawarah di tempat kerja untuk menetapkan sebuah kebijakan
- Bijak dalam menggunkan media social misalnya pandai memililah-milah informasi

2. Bagaimana mewujudkan kearifan local dengan merefleksikan nilai-nilai bela Negara ?


Kearifan lokal dianggap penting sebagai pegangan hidup masyarakat dan sebagai dasar
untuk seseorang berhubungan dengan orang lain, dengan alam, dan dengan kehidupan. Pada suku
atau komunitas apapun di wilayah Indonesia, kearifan lokal menempati posisi khusus dan
terhormat dalam kehidupan masyarakat pemiliknya.
Secara garis besar kearifan lokal dalam memperkokoh semangat bela negara dapat
mendukung terwujudnya ketahanan nasional dengan menjadikan Indonesia unggul. Berbuat yang
terbaik melalui profesi dan kedudukan masing-masing warga Negara apapun keahliannya untuk
disumbangkan kepada kepentingan bangsa dan negara baik di bidang keamanan maupun
kesejahteraan serta melaksanakan disiplin nasional dengan mematuhi segala peraturan dan
perundangan Negara, inilah dimensi esensial dari Bela Negara.
Contoh mewujudkan kearifan local dengan merefleksikan nilai-nilai bela Negara :
 Satu Nusa Satu Bangsa dan satu bahasa sebagai esensi sumpah pemuda pada tanggal 28
oktober 1928 merupakan kearifan local dalam tatanan nasional, kesadaran, keikhlasan
dan komitmen untuk mengutamakan persatuan dan kesatuan.
 Untuk tetap “survive” dan “eksis” Orang Baduy sangat kuat mempertahankan “pikukuh”
(ketentuan adat) dalam menjalani kehidupannya. Pengetahuan tradisionalnya telah
mampu melindungi dirinya dari bahaya banjir walaupun tinggal dekat sungai; rumah
tahan gempa padahal hidup di daerah rawan gempa; mampu menjaga hutan lind ungnya
dari bahaya kebakaran padahal harus menebang dan membakar hutan untuk menyediakan
lahan perkebunan dan pertanian.
 Masyarakat Dayak yang memiliki tradisi Nataki, tradisi membuka hutan dengan
membuat batas api ketika mereka harus membakar pohon-pohon untuk menyiapkan lahan
pertanian, perkebunan, dan keperluan lainnya.
 Masyarakat Tengger di sekitar Gunung Bromo, desa Wonokitri, Jawa Timur mempunyai
prinsip “tebang satu tanam dua” untuk menjaga hutan lindungnya. Dengan memegang
“Sesanti Pancasetia” (5 petunjuk kesetiaan) dan menghindari malima dipadu dengan
walima, terbukti bahwa angka kriminalitas nyaris tidak terdapat pada masyarakat
Tengger. Sesanti Pancasetia merupakan semacam ikrar kesetiaan akan budaya (menjaga
adat leluhur), wacana (ucapan yang sesuai dengan perbuatan), “semaya” (janji),
“laksana” (tanggung jawab terhadap tugas), dan mitra (kesetiakawanan). Menghindari
malima (hal yang biasa dikenal juga dalam masyarakat Jawa pada umumnya), yaitu
menghindar menjadi maling, main judi, minum minuman keras yang memabukkan,
“madat” (menggunakan candu, dsb), dan main perempuan dipadukan dengan prinsip
“walima” yaitu manusia harus “waras” (sehat jasmani dan rohani), “wareg” (cukup
makan), “wastra” (cukup sandang), “wasis” (cukup ilmu pengetahuan), dan “wisma”
(memiliki rumah) akan merupakan pengetahuan dasar mengenai kehidupan yang mulia.
 Masyarakat Lombok Barat dan Bali memiliki Awig-Awig yang memuat aturan adat yang
harus dipenuhi dan sebagai pedoman dalam bersikap dan bertindak terutama dalam
berinteraksi dan mengelola sumberdaya alam & lingkungan.
 Masyarakat Orang Rimba Jambi dengan Hompongan yang merupakan hutan belukar
yang melingkupi kawasan inti pemukiman Orang Rimba (di kawasan Taman Nasional
Bukit Dua Belas, Jambi) yang sengaja dijaga keberadaannya yang berfungsi sebagai
benteng pertahanan dari gangguan pihak luar.
 Masyarakat Bali dengan Tri Hita Karana, suatu konsep yang berintikan keharmonisan
hubungan antara Manusia-Tuhan, manusia-manusia, dan manusiaalam merupakan tiga
penyebab kesejahteraan jasmani dan rohani. Ini berarti bahwa nilai keharmonisan
hubungan antara manusia dengan lingkungan merupakan suatu kearifan ekologi.
 Masyarakat Kasepuhan Sirnaresmi Jawa Barat dengan Seren Taun memiliki banyak arti
bagi masyarakat kasepuhan diantaranya adalah puncak prosesi ritual pertanian yang
bermakna hubungan manusia, alam, dan pencipta-Nya sebagai ungkapan rasa syukur
setelah mengolah lahan pertanian dengan segala hambatan dan perjuangannya untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Adat istiadat Kasepuhan ini mengatur pola kehidupan
masyarakat dalam berhubungan dengan sang pencipta (Hablum minallah), hubungan
antar manusia (Hablum minan naas) dan hubungan manusia dengan alam lingkungannya
(Hablum minal alam).
 Masyarakat Ammatoa, Kajang, Sulawesi Selatan dengan Pasang Ri Kajang merupakan
pandangan hidup komunitas Ammatoa, yang mengandung etika dan norma, baik yang
berkaitan dengan perilaku sosial, maupun perilaku terhadap lingkungan dan alam
sekitarnya, maupun hubungan manusia dengan PenciptaNya. Ammatoa bertugas untuk
melestarikan Pasang Ri Kajang dan menjaganya agar komunitas Ammatoa tetap tunduk
dan patuh kepada Ammatoa sebagai Kepala Suku Kajang yang merupakan pandangan
yang bersifat mengatur, tidak dapat dirubah, ditambah maupun dikurangi

3. Mendisain tata tertib acara protocol untuk acara resmi kenegaraan, kemudian susunan lay out
kursi para pejabat.
TATA TERTIB ACARA KUNJUNGAN TAMU NEGARA
1. Pendahuluan
- Seluruh perlengkapan upacara sudah siap
- Pasukan masuk formasi dan persiapan
- Para undangan tiba di tempat upacara
- Wakil Presiden dan .Ibu tiba di tempat upacara
- Presiden RI dan ibu tiba di tempat upacara
2. Acara Utama
a. Saat pesawat terbang mendekati daerah upacara dan Panji Presiden/ Kepala
Pemerintahan Tamu Negara telah tampaksangsakala mendengarkan lagu Tanda Siap
- Para undangan dan pasukan jaga kehormatan mengambil sikap sempurna
- Para undangan menempatkan diri sesuai urutan tata tempat
- Masyarakat tamu Negara Indonesia menempatkan diri pada urutan tat tempat paling
akhir
b. Pesawat Negara tiba di tempat upacara
Kepala protocol Negara bersama sama dengan duta besar tamu Negara, naik ke
pesawat dan mempersilahkan tamu negara dan rombongan resmi untuk turun dari
pesawat. Rombongan staf dan wartawan turun melalu pintu belakang dan langsung
menuju ke kendaraan yang akan membawa mereka ke tempat penginapan.
Rombongan wartawan mengambil tempat di podium wartawan.
c. Acara di Tangga Pesawat
- Tamu Negara disambut oleh presiden atau wakil presiden beserta ibu dan pejabat
pendamping.
- Pengalungan bunga kepada tamu Negara dan nyonya dilakukan oleh seorang putrid
Indonesia.
- Presiden dan Wakil Presiden memperkenalkan para menteri pendamping dan ajudan.
- Setelah itu tamu Negara memperkenalkan para menteri pendampingnya.
- Setelah acara perkenalan kepala protocol Negara mempersilahkan Presiden/Wakil
Presiden RI dan tamu Negara beserta rombongan menuju ke mimbar upacara.
- Istri tamu Negara dan Ibu Negara RI berdiri di mimbar belakang tamu Negara dan
Presiden.
- Wakil Presiden dan Ibu berdiri di samping mimbar kehormatan.
3. Salam Kebangsaan
- Pasukan jaga kehormatan memberi aba-aba hormat senjata saattamu telah berada di
atas mimbar.
- Korsik memperdengarkan lagu kebangsaan Negara tamu disusul lagu kebangsaan
Indonesia Raya.
- Baterai Artileri kehormatan memberikan 21 kali tembakan penghormatan.
- Penembakan diusahakan bersamaan dengan lamanya kedua lagu kebangsaan.
- Hadirin undangan menyampaikan penghormatan.
- Pasuka jaga kehormatan memerintahkan tegak senjata setelah lagu kebangsaan
selesai.
4. Laporan Komandan Upacara
- Sangsakala meniupkan tanda laporan.
- Setelah itu up maju ke depan mimbar dan lapor : “Lapor Upacara Dalam Rangka
Penyambutan Tamu Negara dan Pemeriksaan Pasukan Siap untuk di mulai”.
- Siap untuk mengikuti acara pemeriksaan pasukan.
5. Pemeriksaan Pasukan
- Setelah tamu Negara dan Presiden turun tiga langkah dari mimbar, korsik
memperdengarkan lagu mars pemeriksaan.
- Pada waktu pemeriksaan up berrjalan satu langkah ke samping kanan presiden dan
setangah langkah di belakang presiden.
- Pemeriksaan dimulai dari rombongan pembawa bendera.
- Panji-panji memberikan penghormatan.
- Kompi memberi aba-aba hormat senjata.
- Kompi terakhir memberikan aba-aba tegak senjata bila tamu Negara telah melalui
kompinya.
- Tamu Negara dan Presiden kembali ke mimbar dan up kembali ke tempat laporan
dan melapor :”Lapor, pemeriksaan selesai.
6. Acara Penutup ( Penghormatan Pasukan)
- Pasukan jaga kehormataan memberikan aba-aba Hormat Senjata
- Hadirin undangan sikap sempurna
- Korsik meperdengarkan lagu inspektur upacara
- Panji-panji turut menghormat
- Pasukan tegak senjata setelah lagu inspekut upacara
- Selesai acara penghormatan tamu Negara dan Presiden diantar oleh kepala protocol
Negara turun dari mimbar
- Tamua Negara dan presiden diperkenalkan kepada para pejabat tinggi Indonesia,
corps diplomatic, anggota staf kedutaan besar tamu Negara
- Sementara acara berlangsung anggota rombongan lainnya mengambil tempatnya
masing-masing di dalam mobil yang telah di tentukan
- Kepala prtokol memperkenalkan ajudan kepada tamu Negara
- Kepala protocol Negara mempersilahkan tamu Negara beserta presiden mengabil
tempat dikendaraan menuju wisma Negara.
7. Hal yang harus diperhatikan saat acara kedatangan tamu Negara :
1. Pakaian Upacara Penyambutan
- Sipil : P.S.L
- ABRI : PDU-L
- Wanita : Pakaian Nasional
2. Petugas barang berusaha dapat menyelesaikan dan mengantarkan barang-barang
tamu Negara ke kamarnya masing-masing sebelum upacara tamu Negara.
3. Bila turun hujan upacara penyambutan ditiadakan. Tamu Negara langsung menuju
mobil ke VIP Room.
4. Tamu Negara diantar oleh Presiden dan wakil Presiden RI besreta Ibu dan pejabat
pendamping ke tempat menginap.
5. Tamu Negara didampingi oleh Presiden atau Wakil Presiden menuju istana merdeka
untuk acara kunjungan kehormatan.
6. Ketika turun dari kendaraan tamu Negara disambut oleh kepala rumah tangga
kepresidenan.
7. Bila tamu Negara bermalam di wisma Negara disambut oleh kepala protocol
kepresidenan.
8. Tamu Negara Tiba di Wisma Negara
- Tamu Negara dipersilahkan untuk beristirahat
- Presiden menuju ke Istana Merdeka untuk acara selanjutnya
9. Kunjungan Kehormatan
- Setelah beristirahat tamu Negara mengadakan kunjungan kehormatan kepada
Presiden di Istana Merdeka diantar oleh menteri pendamping dan ajudan
- Melakukan tukar menukar tanda kenang kenangan
- Wartawan diberikan kesempatan untuk pengabdiannya

Keprotokolan mengatur 3 hal utama yaitu, Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata
penghormatan.
1. TATA TEMPAT : Pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan,
Perwakilan Negara Asing dan/atau Organisasi Internasional, serta Tokoh Masyarakat
tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.
2. TATA UPACARA: Aturan untuk melaksanakan upacara dalam Acara Kenegaraan
atau Acara Resmi.
3. TATA PENGHORMATAN: Aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi
Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, Perwakilan Negara Asing dan/atau Organisasi
Internasional, dan Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara
Resmi.
Susunan lay out kursi para pejabat.

STAGE

PODIUM

12 11 10 9 4 2 1 3 5 6 7 8

13 13 13

16 14 15

18 17 18 17 18 17

30 29 28 27 22 20 19 21 23 24 25 26

Aturan Tata Tempat (UU No. 9 Tahun 2010)


1. Presiden 16. Kepala perwakilan RI di Luar negeri
2. Wakil Presiden 17. Gubernur
3. Pimpinan Lembaga MPR 18. Wakil Gubernur
4. Pimpinan Lembaga DPR 19. Ketua Muda MA
5. Pimpinan Lembaga DPD 20. Anggota MPR
6. Pimpinan Lembaga BPK 21. Anggota DPR
7. Pimpinan Lembaga MA 22. Anggota DPD
8. Pimpinan Lembaga MK 23. Anggota BPK
9. Pimpinan Lembaga KY 24. Anggota MA
10. Duta Besar Asing RI 25. Anggota MK
11. Duta Besar Asing RI 26. Anggota Hakim Agung
12. Duta Besar Asing RI 27. Bupati
13. Menteri 28. Walikota
14. Pejabat setingkat menteri 29. Wakil Bupati
15. Kepala LPNK 30. Wakil Walikota
4. Menjelaskan kesiap-siagaan jasmani dan rohani.
a. Kesiapsiagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk melakuksanakan
tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Komponen penting dalam
kesiapsiagaan jasmani, yaitu kesegaran jasmani dasar yang harus dimiliki untuk dapat
melakukan suatu pekerjaan tertentu baik ringan atau berat secara fisik dengan baik dengan
menghindari efek cedera dan atau mengalami kelelahan yang berlebihan. Kesiapsiagaan
jasmani perlu selalu dijaga dan dipelihara, karena manfaat yang didapatkan dengan
kemampuan fisik atau jasmaniah yang baik maka kemampuan psikis yang baik juga akan
secara otomatis dapat diperoleh.
Istilah “mensana in corporesano” artinya didalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat.
Berdasarkan istilah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan memiliki kesiapsiagaan
jasmani yang baik sebagai upaya menjaga kebugaran PNS, maka disaat yang sama akan
memperoleh kebugaran mental atau kesiapsiagaan mental, atau dapat dikatakan sehat Jasmani
dan Rohani. Manfaat kesiapsiagan yaitu memiliki postur yang baik, memberikan penampilan
yang berwibawa lahiriah karena mampu melakukan gerak yang efisien. Memiliki ketahanan
melakukan pekerjaan yang berat dengan tidak mengalami kelelahan yang berarti ataupun
cedera, sehingga banyak hasil yang dicapai dalam pekerjaannya. Memiliki ketangkasan yang
tinggi, sehingga banyak rintangan pekerjaan yang dapat diatasi, sehingga semua pekerjaan
dapat berjalan dengan cepat dan tepat untuk mencapai tujuan.
b. Kesiapsiagan mental
Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi mental,
perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan sesuai
dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik tuntutan dalam diri sendiri
maupun luar dirinya sendiri, seperti menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah, sekolah,
lingkungan kerja dan masyarakat.
Untuk itu agar setiap orang dapat mencapai tingkat kesiapsiagaan mental yang baik, maka
hendaknya:
a. Menerima dan mengakui dirinya sebagaimana adanya (Ikhlas dan bersyukur).
b. Berpikir positif dan bersikap sportif.
c. Percaya diri dan memiliki semangat hidup.
d. Siap menghadapi tantangan dan berusaha terus untuk mengatasinya.
e. Terbuka, tenang, tidak emosi bila menghadapi masalah.
f. Banyak bergaul dan bermasyarakat secara positif.
g. Banyak latihan mengendalikan emosi negatif, dan membiasakan membangkitkan emosi
positif.

5. Menyusun tata tertib upacara sipil dan kelengkapan upacara sipil


Tata tertib upacara sipil :
1. Persiapan Upacara
- Atur peserta dalam kelompok barisan oleh pimpinan barisan
- Petugas upacara seperti petugas bendera, pembaca UUD ’45, dll berada di posisi
masing-masing
- Pemimpin upacara masuk ke lapangan dan mengambil alih komando dan merapikan
barisan peserta.
- Pembawa acara membaca urutan upacara
2. Pelaksanaan Upacara
- Ketua pelaksana atau penanggung jawab lapor ke pembina upacara bahwa upacara
siap mulai.
- Pembawa upacara mengatakan upacara segera dimulai, pembina upacara memasuki
tempat upacara.
- Pemimpin menyiapkan barisan sebelum pembina tiba.
- Pembina memasuki lokasi upacara diantar penanggung jawab.
- Penghormatan umum kepada pembina upacara dipimpinoleh pemimpin upacara.
- Pemimpin upacara lapor kepada pembina upacara bahwa upacara siap dimulai.
- Penaikan bendera merah-putih oleh petugas.
- Setelah bendera siap lakukan penghormatan kepada bendera.
- Mengheningkan cipta dipimpin oleh pembina upacara.
- Pembacaan teks pancasila
- Pembacaan UUD 1945
- Pembacaan teks lain sesuai acara
- Amanat pembina upacara, barisan diistirahatkan. Siapkan jika telah selesai
- Pembacaan Doa
- Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara bahwa upacara telah selesai
- Penghormatan umum kepada pembina upacara oleh pemimpin upacara
- Pembina upacara meninggalkan tempat upacara dan diluar lokasi disambut
penanggungjawab / ketua panitia
- Pemimpin upacara mengembalikan komando ke pemimpin barisan lalu
menginggalkan tempat upacara
- Pemimpin barisan membubarkan barisan

Kelengkapan upacara sipil :


1. Inspektur Upacara adalah pembesar upacara dengan tingkat preseance tertinggi dan
mendahului seluruh hadirin dalam upacara serta kepadanya diberikan penghormatan oleh
seluruh peserta upacara.
2. Komandan Upacara adalah pemimpin bagi seluruh peserta upacara dalam melaksanakan
upacara, sehingga hadirin upacara harus tunduk dan patuh kepada perintah dan/atau aba-aba
yang diberikannya mengingat aba-aba yang diberikannya sebagian merupakan perintah yang
didelegasikan oleh Inspektur Upacara.
3. Perwira Upacara bertugas sejak dari penyusunan rencana upacara dan mengendalikan
jalannya upacara secara keseluruhan.
4. Pembawa dan/atau Pembaca Naskah Upacara adalah Petugas Upacara yang bertugas secara
khusus membawa atau membacakan Naskah Pancasila, Naskah Proklamasi Kemerdekaan,
Naskah Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, Naskah Sumpah Pemuda, Naskah Ikrar
Kesatuan (sepertihalnya Panca Prasetya KORPRI, Sapta Marga, Tri Brata, dan lain-lain)
maupun Naskah Doa.
5. Pembawa Acara Upacara adalah Petugas Upacara yang berperan dalam menghantarkan
susunan acara dalam upacara.
6. Peserta Upacara adalah hadirin dan undangan, termasuk di dalamnya seluruh Petugas
Upacara dalam Upacara Bendera pada Acara Kenegaraan. Setiap Peserta Upacara wajib
tunduk dan patuh terhadap perintah dan aba-aba yang diberikan oleh Komandan Upacara.
Peserta Upacara secara mendasar dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Peserta
Upacara Berdiri dan Peserta Upacara Duduk.
7. Petugas Upacara adalah para petugas yang berperan secara sentral dalam pelaksanaan
upacara. Adapun Petugas Upacara dalam Upacara Bendera adalah sebagai berikut:
a) Pasukan atau Petugas Pengibar Bendera
b) Korps Musik:
c) Ajudan Inspektur Upacara
d) Kelompok Paduan Suara
e) Perlengkapan Upacara Bendera Dalam upacara bendera dalam Acara Kenegaraan atau
Acara Resmi, Kelengkapan upacara sipil
- Bendera Berdasarkan pasal 4 ayat (1) UndangUndang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara Serta Lagu Kebangsaan, bahwa
Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3
(dua berbanding tiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah
berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.
- Tiang bendera dengan tali: Berdasarkan pasal 13 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara
Serta Lagu Kebangsaan, bahwa tiang bendera untuk pengibaran atau pemasangan Bendera
Negara diwajibkan memiliki ukuran besar dan tinggi yang seimbang dengan ukuran bendera.
apabila ukuran bendera 200X300 centi meter (khusus untuk Istana Kepresidenan) maka
tinggi tiang bendera adalah 17 meter dari permukaan tanah. Apabila bendera berukuran
120X180 centi meter (untuk penggunaan di lapangan umum) maka tinggi tiang bendera
secara skalatis sedikitnya 10,2 meter. Tiang dilengkapi dengan tali dan roller sehingga
memungkinkan untuk kegiatan pengibaran dan penurunan bendera dengan mengikatkan
bendera pada tali tiang bendera.
- Mimbar upacara merupakan perlengkapan bagi inspektur upacara yang ditempatkan
menghadap tiang bendera dan komandan upacara, serta sedapat mungkin juga menghadap
seluruh peserta upacara. Bentuk mimbar upacara adalah panggung yang memungkinkan bagi
inspektur upacara untuk memandang seluruh peserta upacara. Mimbar dapat dilengkapi
dengan meja atau podium, namun jenis dan dalam penempatannya tidak menutupi
pandangan kelengapan upacara lain kepada inspektur upacara.
- Naskah dan/atau dokumen. Dalam Upacara Bendera, naskah dan/atau dokumen yang
dipersiapkan adalah Naskah Proklamasi Kemerdekaan dan Naskah Doa khususnya pada
Upacara Pengibaran Bendera saat Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI di Istana
Merdeka setiap tanggal 17 Agustus. Naskah dan/atau Dokumen lainnya yaitu Pancasila,
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, Naskah Ikrar Kesatuan (seperti halnya Panca
Prasetya KORPRI, Sapta Marga, Tri Brata, dan lain-lain) dipersiapkan untuk keperluan
Upacara Bendera pada Peringatan Hari-hari Besar Nasional atau acara peringatan Hari-hari
Besar Lembaga atau Kesatuan dan Lembaga lainnya
- Peralatan audio dan visual
- Peralatan pendukung dalam upacara bendera dipersiapkan dengan ketentuan wajib
memperhatikan keseluruhan susunan acara secara tepat, tidak kurang dan tidak berlebihan.
Yang dimaksud dengan tidak kurang dalam arti bahwa seluruh peralatan yang diperlukan
tersedia, sementara tidak berlebihan berarti peralatan pendukung upacara yang tidak secara
langsung berkaitan dengan susunan acara hendaknya ditiadakan agar tidak menimbulkan
ketertarikan yang berlebihan sehingga mengganggu konsentrasi para Peserta Upacara.
Sebagai contoh, pada situasi tertentu mimbar kehormatan upacara dapat diganti dengan meja
untuk meletakkan bendera, atau pada kesempatan berbeda bendera cukup diletakkan pada
nampan yang dibawa langsung oleh Pasukan Pengibar Bendera. Pangung-panggung
kehormatan yang sekiranya diperlukan dapat dipersiapkan pada tempat dimana.Inspektur
Upacara dan Pembesar Upacara lainnya berada. Sementara Tenda-tenda dan tempat-tempat
duduk juga perlu dipersiapkan untuk mengakomodir keperluan Para Peserta Upacara dengan
format duduk. Adanya berbagai rangkaian bunga, hiasan tenda dan panggung berupa
bendera, lampu-lampu serta ornamen ragam hias tertentu dapat membangun suasana yang
megah dan agung sepanjang dipasang dengan skala dan rancangan yang selaras dengan skala
luas lapangan atau lokasi upacara serta sesuai dengan tema upacara bendera. Kemeriahan
upacara bendera sulit dipungkiri akan tercipta pula dengan kemeriahan tata dekorasi
panggung dan tenda upacara, namun hendaknya tidak melampaui keagungan Sang Merah
Putih.
8. Tata Busana Upacara Bendera
9. Pejabat-Pejabat dan Tugas Pejabat Upacara Bendera Perwira upacara :

6. Menyusun rencana tindak lanjut untuk kewaspadaan dini atau kesiapsiagaan


Rencana tindak lanjut kewaspadaan dini di kehidupan sehari hari misal nya :
1. Melakukan latihan sederhana tujuannya meningkatkan volume oksigen (VO2max) di dalam
tubuh agar dapat dimanfaatkan untuk merangsang kerja jantung dan paru-paru, sehingga kita
dapat bekerja lebih efektif dan efisien. Makin banyak oksigen yang masuk dan beredar di
dalam tubuh melalui peredaran darah, maka makin tinggi pula daya/kemampuan kerja organ
tubuh.
2. Untuk mencapai tingkat kesegaran fisik (Physical Fitness) dalam kategori baik sehingga siap
dan siaga dalam melaksanakan setiap aktivitas sehari-hari, baik di rumah, di lingkungan kerja
atau di lingkungan masyarakat. Untuk mencapai tujuan dan sasaran latihan kesiapsiagaan
jasmani perlu memperhatikan faktor usia/umur. Umur merupakan salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi tingkat kesiapsiagaan Jasmani seseorang.
Berikut ini beberapa bentuk kesiapsiagaan fisik yang sering digunakan dalam melatih
kesiapsiagaan jasmani, yaitu;
1. Lari 12 menit mengelilingi lintasan atletik yang berukuran 400 m. Untuk pria setidaknya
6 kali putaran selama 12 menit. Untuk perempuan 5 kali putaran
2. Pull up bagi laki-laki dengan cara bergantung pada peganggan tiang secara vertical
dilakukan 10 kali gerakan sempurna. Bagi perempuan melakukan chinning sebanyak 20
kali secara sempurna
3. Sit up dilakukan dengan posisi tidur terlentang dengan kedua kaki rapat dan ditekuk
kemudian lakukan gerakan bangun. Untuk laki-laki dilakukan sebanyak 35 kali dan
untuk perempuan 30 kali.
4. Push up dilakukan dengan posisi tidur terlungkup kemudian lakukan gerakan naik turun
dengan bertempu pada kaki dan tangan. Bagi laki-laki dilakukan 35 kali dan perempuan
30 kali
5. Shutle run (Lari membentuk angka 8),diantara 2 buah tiang yang berjarak 10 meter
sebanyak 3 kali putaran
6. lari 2,4 km sebanyak 6 kali putaran
7. Berenang.

Anda mungkin juga menyukai