Anda di halaman 1dari 31

Materi Budaya Alam Minangkabau

A. Sopan Santun Menurut Adat Minangkabau


1. Sopan Santun Pada Waktu Berbicara Dan Menjawab Pertanyaan
Masyarakat di Minangkabau dalam berbicara mempunyai aturan dan
tatakrama yang harus dipatuhi. Menurut Ibrahim (2012: 335) “dalam berbicara
jauhkanlah kata-kata kotor, kata-kata yang ,menyakitkan hati orang”.
Minangkabau mengenal dengan raso dan pareso maksudnya dalam berbicara
jangan sampai membuat orang sakit hati. Selain itu, karena “mulutmu adalah
harimaumu”.

Pantun adat mengatakan:


Anjalai di tangah koto
Tumbuah sarumpun jo lagundi
Kok tak pandai ba kato-kato
Bak alu pancucuak duri
Terjemahan:
Anjalai di tengah koto
Tumbuh serumpun dengan ligundi
Jika tidak pandai berkata-kata
Seperti alu pencukil duri

Maksud dari pantun diatas yaitu Seseorang yang tak pandai berbicara secara
baik, sama dengan alu pencongkel duri yaitu nantinya hanya akan menyakti hati
orang lain.

Petitih lain mengatakan:

“Kok bakato paliharo muluik, kok bajalan paliharo kaki, bakato guluanglah
lidah, bajalan renjeanglah langkah.”
Maksudnya dalam melakukan sesuatu haruslah berfikir terlebih dahulu
termasuk dalam berbicara.
Adat minagkabau selain mengatur masyarakatnya dalam berbicara juga
mengatur dalam hal menjawab pertanyaan,bila orang bertanya jawablah dengan
sopan dan hormat, jangan bersikap tak acuh terhadap orang lain. Kala tidak dapat
menjawab pertanyaan atau memberikan informasi jawablah dengan baik dan
sopan.

1
2. Sopan Santun Pada Waktu Duduk
Jika duduk di hamparan, duduklah bersila baik-baik dan jangan tegakkan lutut.
Juga bila duduk di kursi tidak baik melipat kaki di atas lutut. Kepada perempuan
yang duduk di hamparan sekali-kali jangan tegakkan lutut, baik di hadapan ibu-
bapak, adik dengan kakak, dihadapan mamak dengan nenek, apalagi di hadapan
laki-laki lain. Tujuannya selain tidak sopan juga untuk menghindari aurat jangan
kelihatan.
Budaya minangkabau mengenal duduk baselo dan duduk basimpuah. Duduk
baselo ini dilakukan oleh kaum laki-laki sedangkan duduk basimpuah dilakukan
oleh kaum perempuan.
a. Cara duduk di hamparan
Dengan berjalannya waktu banyak hal yang berubah di miangkabau
seperti cara makan, duduk dan lain-lain.
Saat ini hampir disetiap rumah ada kursi, permadani, tikar, dan alat
tempat duduk lainnya. Pada acara-acara tertentu orang minang masih sering
menggunakan hamparan atau tikar untuk tempat duduk, misalnya di acara
malewakan gala, baralek, mufakat kaum, kematian.dan sebagainya. Cara
duduk seseorang memperlihatkan budi orang itu, seperti pantun ini:
Dek ribuik rabahlah padi
Di cupak datuak katumangguangan
Kok hiduik indak babudi
Duduak tagak kamari cangguang

b. Cara duduk laki-laki


Duduk di tikar bagi laki-laki di minangkabau adalah duduk baselo
(bersila). Duduk seperti inilah yang disebut duduk beradat.
Cara duduk baselo yaitu kedua kaki dilipat teratur, lutut tidak boleh
ditegakkan, punggung tidak boleh membungkuk karena akan merusak tulang
punggung. Jadi, waktu duduk baselo kaki dilipat dan punggung lurus sehingga
duduk bisa bertahan dalam waktu lama. Kalau sudah begitu pertanda duduk
laki-laki sudah memenuhi adat yang berlaku.
c. Cara duduk perempuan
Perempuan di minangkabau juga mempunya cara duduk yang disebut
duduk basimpuah (bersimpuh). Caranya adalah lipat kaki kanan dan kaki kiri
di bagian samping tubuh. Posisinya, ujung kaki kiri diletakkan ke samping

2
pinggul, kaki kanan disusun sejajar dengan kaki kiri. Bisa juga dilakukan
sebaliknya. Tutuplah baik-baik bagian anggota tubuh yang mungkin akan
menimbulkan rasa malu. Jika duduk perempuan di Minangkabau tidak sesuai
dengan aturannya maka disebut dengan duduk sumbang. Duduk sumbang
adalah duduk yang tidak boleh dilakukan oleh seorang gadih minang atau
perempuan di Minangkabau.

Sumbang duduak menurut adat minangkabau bila seorang wanita:

1) Duduk di tepi jalan tanpa ada yang menemani dan tidak ada keperluan.
2) Duduk dimana laki-laki banyak duduk dan bermain-main.
3) Duduk di atas pintu atau kepala tangga sedangkan orang banyak hilir
mudik di tempat itu.
4) Duduk berdekat-dekatan dengan famiili yang laki-laki seperti adik, kakak,
mamak, ipar, bisan, apalagi dengan laki-laki lain.
5) Duduk menyerupai duduk laki-laki seperti baselo.

3. Sopan Santun pada Waktu Makan


Adat mengatakan:
Makan sasuok duo suok
Cukuik katigo paruik kanyang
Jan makan sakulek ilang
Jan minum saraguak abih

Artinya: makan dan minumlah dengan tertib, berlakulah sopan dan santun,
hingga tidak menyerupai hewan makan. Selain itu perlu diperhatikan apabila kita
makan bersama dengan orang yang lebih tua, dahulukanlah beliau makan, begitu
juga menyudahinya. Tujuannya ialah untuk menghargai yang lebih tua. Janganlah
makan dengan suap yang besar dan sekali kunyah masuk perut. Kalau minum
teguklah perlahan-lahan dan jangan sampai kedengaran seperti hewan minum.
Makan secara adat dimulai dan diselesaikan dengan diadakan kata
persembahan, dan ini menunjukkan musyawarah dalam mencapai kata mufakat.
Demikian juga makan makanan lain seperti pisang dan sebagainya. Menurut
kebiasaan yang berlaku orang minangkabau bila makan pisang. Kulit pisang
dikelupaskan menjadi empat. Tidak baik mengelupaskan kulit pisang menjadi tiga

3
bagian atau kurang. Kalau hal ini terjadi dikatakan seperti beruk mengelupaskan
pisang.
Barangkali orang minangkabau menganggap bilangan empat ada kaitannya
denganadat nan ampek, kato nan ampek, suku nan ampek, nagari nan ampek, dan
lain-lain.Dengan mengingat yang empat akan teringat yang lainnya bahkan
seorang yang kurang ilmu dikatakan juga: indak tau nan ampek.
Masyarakat minangkabau dalam makan bersama ada beberapa pantangan yaitu
:
a. Tidak boleh berbunyi.
b. Tidak boleh sambil berbicara.
c. Tidak boleh menjangkau makanan yang jauh.
d. Tidak boleh mengambil nasi dengan tangan kanan.
e. Tidak boleh meninggalkan tempat makan lebih dahulu kecuali orang tua telah
mengizinkan.
f. Tidak boleh lebih dahulu selesai makan bila masih ada yang makan.

4. Sopan Santun Berpakaian


Masyarakat minangkabau identik dengan baju kurung, yang mana baju kurung
itu menutup aurat perempuan minangkabau. Menurut adat dan syarak hindarilah
membuka sebagian dari aurat seperti membuka kuduk, sebagian dari dada oleh
seorang wanita. Hindarilah berpakaian yang tidak menurut adat yang tidak pada
tempatnya seperti laki-laki bersubang, berkalung, dan memakai gelang.
Menurut budaya minangkabau pakaian yang digunakan oleh kaum wanita
pada umumnya tertutup, yaitu memakai baju kurung dipadu dengan kain sarung
atau rok panjang serta dilengkapi dengan kerudung. Sedangkan untuk kaum laki-
laki memakai baju model koko sekarang dengan paduan kain sarung dilengkapi
dengan kopiah atau peci (teluk belangu).
Kerudung yang digunakan sebagai pelengkap baju kurung bagi kaum wanita
berfungsi sebagai penutup kepala (menutup aurat bagi mereka yang taat
menjalankan ajaran agama islam) atau hanya dipakai diselempangkan di atas bahu
menjurai ke bawah. Baju kurung secara umum ada dua model, yaitu yang di belah
di depan dari atas sampai ke bawah, mirip dengan model kebaya panjang.
Bedanya tidak memakai lipatan jahitan di pinggang atau lurus saja.

4
Baju kurung digunakan dalam segala kesempatan berdasarkan waktu dan
tempat dapat dibagi menjadi 5 jenis berikut:
a. Menghadiri perhelatan atau baralek.
b. Melayat kematian atau peristiwa duka lainnya.
c. Pakaian sehari-hari di dalam dan di luar rumah,
d. Pakaian untuk pergi ke sawah/ lading.
e. Pakaian pengantin.

Baju kurung sebagai pakaian untuk menghadiri perhelatan atau baralek


biasanya memiliki warna yang cerah, untuk menggambarka suasana bahagia. Kain
sarung atau rok panjang yang dipakai juga berwarna cerah atau sama dengan
warna baju kurungnya. Kerudung/ selendang disesuaikan dengan baju dan kain.
Pakaian pada saat baralek ada yang memakai sunting, tetapi sunting kecil saja,
terutama untuk mengiringkan anak daro.

a. Cara berpakaian yang baik bagi laki-laki


Di minangkabau berpakaian sangat banyak makna dan kegunaannya,
tidak hanya melindungi tubuh dari cuaca atau sekedar menutup aurat tapi
pakaian juga bisa melambangkan kedudukan sosial seseorang dan juga
mencerminkan sikap sopan santun si pemakainya. Cara berpakaian laki-laki di
minangkabau dapat dibedakan sesuai peruntukannya antara lain:
1) Pakaian untuk penghulu dan pemangku adat.
2) Pakaian pesta.
3) Pakaian anak muda.
4) Pakaian anak-anak

Pakaian penghulu dan pemangku adat biasanya dipakai pada acara-acara


adat dan acara-acara kebesaran lainnya. Pakaian adat untuk laki-laki biasa
perlengkapannya tidak sebanyak pakaian penghulu.

Pakaian pesta biasanya digunakan untuk acara-acara pesta dan kegiatan


lain sehingga kita dapat membedakan antara pakaian harian di rumah dengan
pakaian pesta.

Pakaian sehari-hari anak muda minangkabau terdiri dari baju gunting cina,
celana panjang dari kain batik dan di bahunya tersandang kain sarung bermotif

5
halus biasanya disebut sarung bugih. Kepala ditutup dengan pecis yang terbuat
dari beludru yang disebut \kopiah.

b. Cara berpakaian yang baik bagi perempuan


Perempuan di minangkabau disebut bundo kanduang. Jadi yang
dimaksud perempuan menurut minangkabau adalah seorang wanita baik gadis
atau telah menjadi ibu yang senantiasa mempunyai sifat terpuji menurut adat.
Oleh karena itu dalam berpakaian perempuan minangkabau hendaklah
memperhatikan cara-cara berpakaian jangan sampai terjadi sumbang
berpakaian.

Sumbang berpakaian bagi seorang perempuan adalah sebagai berikut:

1) Berpakaian seperti laki-laki kecuali ada suatu hal yang sangat penting
perlu berpakaian demikian.
2) Memperlihatkan aurat.
3) Berpakaian ketat dan lain-lain

Baju kuruang

Pakaian adat untuk wanita disebut juga pakaian bundo kanduang.


Perlengkapannya adalah tangkuluak tanduak penutup kepala. Tangkuluak
terbuat dari kain balapak hasil tenunan. Bentuk tangkuluak mirip dengan
gonjong rumah gadang. Baju kuruang terbuat dari beludru. Kain saruang
songket pada bagian bawahnya. Selempang yang dipasang dari bahu ke
pinggang yang melintang pada badan, gelang, dan kalung. Pakaian sehai-hari
wanita minangkabau adalah baju kurung , memakai tutup kepala (takngkuluak
biaso) memakai kain dari kain panjang. Pakaian wanita selalu menutup aurat,
tidak mencolok dan selalu kelihatan sopan.

5. Sopan Santun Bepergian


Adat minang kabau sangat membatasi pergaulan perempuan dan laki-laki.
Dilarang oleh adat bergaul bebas antara laki-laki dengan perempuan atau bepergia
dengan yang bukan famili atau bukan suami.

6
Pepatah adat mengatakan:
Abih sandiang dek bageso
Abih miang dek bagisia
Abih gali dek galitik
Terjemahan:
Habis sanding karena bergeser
Habis miang karena bergisir
Habis geli karena gelitik
Maksudnya: akan habis malu dan sopan jika sesuatu yang tidak baik
terbiasa dilakukan. Akan lebih terlarang menurut adat dan berdosa menurut syarak
apabila ada kumpul kerbau atau hidup bersama tanpa ada perkawinan yang sah.

Dalam perjalanan atau bepergian dengan teman tidak sejenis ada sopan
santunnya seperti:

a. Bepergian lebih dari dua orang, kalau perlu mengikutkan orang yang lebih
dewasa.
b. Bepergian hendaklah diketahui oleh orang tua.
c. Tidak boleh bepergian terlalu jauh dari rumah.
d. Laki-laki hendaklah menjaga teman wanitanya selama dalam perjalanan.
e. Jangan sekali-kali meninggalkan teman perempuan sendirian.
f. Perempuan juga harus menghargai teman laki-lakinya.

Dalam bergaul kita harus mempertahankan rasa malu, sebab dalam ajaran
nabi, malu itu sebagian dari iman.

Pepatah minangkabau mengatakan:


Alah kaliki dek binalu
Tumbuah sarumpun di tapi tabek
Kok abih raso jo malu
Bak kayu lungga pangabek
Jadi bila rasa malu telah hilang dalam diri kita maka kita tidak akan
dihargai lagi oleh orang.

7
6. Sopan Santun Bertamu
Adat minangkabau menggunakan sopan santun dalam pergaulan. Budi pekerti
yang tinggi menjadi salah satu ukuran martabat seseorang. Etika menjadi salah
satu sifat yang harus dimiliki setiap individu minang.

Adat minang menyebutkan sebagai berikut:

Nan kuriak iyolah kundi


Nan merah iyolah sago
Nan baiak iyolah budi
Nan indah iyolah baso
Kuek rumah dek basandi
Rusak sandi rumahbinaso
Kuek bangso karano budi
Rusak budi bangso binaso
Adat minang sejak berabad-abad yang lalu telah memastikan bila akhlak
suatu bangsa telah rusak maka dapat dipastikan suatu waktu kelak bangsa itu akan
binasa, akan hancur lebur ditelan sejarah.

Adat minang mengatur dengan jelas tata kesopanan dalam pergaulan. Kita
tinggal mengamalkannya.

Pepatah menyebutkan:

Nan tuo dihormati

Nan ketek disayangi

Samo gadang bao bakawan

Ibu jo bapak diutamakan

Budi pekerti adalah salah satu sifat yang dinilai tinggi oleh adat minang.
Begitu pula rasa malu dan sopan santun bertamu atau berkunjung dan menerima
ramu atau menerima kunjungan.

8
a. Cara bertamu yang baik
Pada surat An-nur ayat 27 yang artinya “hai orang-orang yang
beriman janganlah kamu masuk ke rumah seseorang sebelum kamu minta izin
dan mengucapkan salam kepada yang punya rumah.”

Bila bertamu ke rumah seseorang carilah waktu yang tepat misalnya

1) Bertamu atau berkunjunglah di saat orang ada di rumah.


2) Lebih baik diberitahu dulu kedatangan kita.
3) Bertamulah di saat tuan rumah sedang tidak sibuk dan tidak sedang
istirahat.
Kesimpulannya jangan sampai dengan kedatangan kita tuan rumah merasa
terganggu.
b. Sopan santun bertamu
Di minangkabau, tamu adalah raja, namun kita sebagai tamu tidak
boleh bersikap seenaknya saja. Kita harus mengikuti tata cara bertamu yaitu:
1) Waktu kita tiba di rumah orang yang kita kunjungi ketuklah pintu sambil
mengucapkan salam.
2) Masuklah ke dalam rumah setelah dipersilahkan masuk oleh tuan rumah.
3) Duduklah setelah dipersilahkan duduk oleh tuan rumah.
4) Ambil tempat duduk dengan posisi membelakang ke pintu masuk.
5) Sampaikan maksud bertamu setelah suasana mengizinkan.
6) Sopan santun saat pulang bertamu.

Bila maksud kita bertamu sudah selesai, kita segera pamit pada tuan
rumah. Tidak baik bertamu lama-lama karena akan menggangu pekerjaan tuan
rumah. Waktu akan keluar rumah ucapkan salam pada tuan rumah sambil
bersalaman.

9
B. Sifat-Sifat Terpuji Menurut Adat Minangkabau
1. Saling Mencintai Dan Saling Hormat Menghormati Sesama Manusia
Dalam lingkungan pergaulan masyarakat minang, berlaku ketentuan yang
berlandaskan pada rasa kebersamaan, dan memelihara sikap menjaga perasaan
orang lain agar tidak tersinggung, yang disebut dengan sikap saling menghargai.
Jadi, sikap salin menghargai sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebab setiap orang ingin dihargai dan dicintai. Itulah sebabnya, orang
Minangkabau terlihat seperti satu keluarga.
Sebagai orang Minang kabau, kita tentu bangga dengan semua itu. Marilah
kita pupuk rasa kekeluargaan itu, baik antara sesama teman, dengan guru, ataupun
dengan orang lain. Dan menghargai seseorang dapat dilakukan berupa pemberian
hadiah, pujian, ucapa selamat, dan sebagainya.
a. Menerima informasi tentang perlunya mempunyai sifat-sifat saling mencintai
dan hormat menghormati sesama teman, guru dan orang lain.
1) Perlunya saling mencintai dan menghormati sesama teman.
Seorang anak laki-laki bernama Yosa. Ia murid kelas tiga dan
mempunyai banyak teman. Setiap akhir tahun Yosa mendapat rapor
kenaikan kelas. Naik kelas merupakan hasil karyanya selama satu tahun.
Yosa mendapat hadiah yang sangat besar dari teman-temannya, yaitu
mereka memberikan ucapan selamat kepada Yosa atas prestasi yang
didapatnya. Sehingga Yosa bertekad dalam hati untuk belajar lebih giat
lagi.
Cerita diatas menjelaskan betapa besar manfaat adanya sikap saling
mencintai dan saling menghormati yang dilakukan berupa ucapa selamat.
2) Contoh sikap menghargai teman:

Saleh beragama islam, berteman dengan Tanto yag beragama


kristen. Pagi-pagi sebelum masuk kelas mereka berjanji akan main layang-
layang sepulang sekolah. Tiba-tiba Saleh membatalkan rencana tersebut,
“Tanto, saya minta maaf karna tidak dapat bermain layang-layang setelah
bersekolah. Hari ini saya aka shalat jumat bersama ayah dan kakak.
Bagaimana kalau nanti jam empat sore saja. Udaranya tidak terlalu
panas,” kata Saleh pada Tanto. Tanto menjawab, “Ya, tidak apa-apa.

10
Pulanglah segera untuk mempersiapkan diri agar tidak terlambat shalat
jumat nya.”

Jadi, mereka berdua saling menghormati, sehingga terciptalah pergaulan


yang harmonis.

b. Mencintai dan menghormati guru dan orang lain


Guru ibarat orang tua disaat kamu disekolah. Hormati dan cintailah
dia. Dengarkanlah da ikutilah pelajaran yang dijelaskannya, agar mudah
dipahami. Selesaikanlah tugas-tugas yang diberikanya. Patuhilah segala
nasehatnya.
Bila kelas kotor bersihkanlah sebelum guru memasuki kelas, dan
ucapkan salam saat guru memasuki ruang kelas, atau saat bertem dijalan.
Seorang anak yang hormat dan baik pasti disayangi oleh guru. Jadi, jadilah
anak yang baik, yang memiliki sifat saling cinta dan menghormati, sehingga
kita akan disayangi oleh semua orang.

c. Menyimpulkan perlunya sifat saling mencintai dan menghormati sesama


manusia
Semua manusia sama di sisi Tuhan. Hanya saja yang membedakannya
adalah amal ibadahnya. Menghormati orang lain adalah ibadah. Jadi,
berusahalah membina hubungan yang baik dengan orang lain, tanpa
membeda-bedakan. Di Minagkabau, ada beberapa bentuk cara menghormati
orang lain, seperti:
1) Saling bertegur sapa.
2) Meneghadiri undangan.
3) Bila ada tamu disuguhi minuman, dan lain-lain.

Adat Minagkabau mengajurkan kita saling mencintai. Orang yang saling


mencintai akan hidup dengan tenteram, yang diungkapkan seperti dibawah ini:

Sasakik sasanang
Sahino samalu
Ka bukik samo mandaki
Ka lurah samo manurun

11
Tatalungkuik samo makan tanah
Tatilantang samo makan ambun
Ado samo dimakan
Indak ado samo dicari
Demikianlah adat Minangkabau mengajarkan kita tentang sikap saling
mencintai dan menghormati.

2. Suka Menolong
a. Perlunya Sifat Tolong Menolong Sesama Teman
Masyarakat Minangkabau sangat menyadari bahwa kita tidak bisa
hidup tanpa pertolongan dari orang lain. Jadi, kita hidup harus suka berbuat
baik, bergotong royong, tolong menolong, menesehati sesama, da menjunjung
tinggi rasa kebersamaan. Adat mengatakan: barek samo dipikua, ringan samo
dijinjiang, ka bukik samo mandaki, ka lurah samo manurun.
Orang yang suka menolong, akan memiliki banyak teman, apalagi kita
memberika pertolongan itu dengan rasa ikhlas tapa mengharapkan imbalan
dari orang yang kita tolong, seperti yang dinyatakan ole Rasulullah yang
berbunyi: Sesungguhnya tangan yang di atas lebih mulia dari tangan yang
dibawah. Artinya, sesungguhnya orang yang memberi pertolongan kepada
orang yang membutuhkan jauh lebih mulia daripada orang yang meminta
pertolongan. Adat Minangkabau juga mengatakan:
Hiduik dikandung adaik
Adaik hiduik tolong manolong
Adaik mati janguak manjanguak
Adaik lai bari mambari
Adaik indak basalang tenggang

Adaik hiduik tolong menolong maksudnya setiap orang orang yang


hidup harus tolong menolong. Kita menolong orang yang sedang
membutuhkan. Kita membantu teman yang sedang kesulitan, kita memberi
orang yang tidak punya, dan kita mengulurkan tangan kepada mereka yang
berharap.
Kita menolong tidak pandang suku, tidak memandang bangsa.
Pokoknya, setiap orang yang memerlukan pertolongan, kita tolong sebisa kita.
Tandanya kita orang yang beragama dan beradat.

12
b. Menolong Teman Yang Sedang Kesusahan
Menolong yang sedang kesusahan sangat dianjurkan didalam
Minangkabau. Setelah kita mengetahui bahwasanya sangat penting memilki
sifat tolong menolong, dan tentunya kita ingin memberikan pertolongan
kepada teman yang sedang kesusahan.

Contohnya:

Suatu pagi Yosa tiba di sekolah, dilihatnya temannya Wiki yang piket
kelas hari itu sangat gelisah karena belum selesai membersihkan kelas,
sementara lima menit lagi lonceng akan berbunyi.

Yosa heran da bertanya-tanya dalam hati, sebab selama ini Wiki


termasuk anak yang patuh dan rajin, lalu Yosa bertanya, “ Ki, kenapa kamu
terlambat piket sekarang ?” Wiki menjawab, “Saya terlambat berangkat dari
rumah, karena ibu saya sakit.” “O, begitu!” Lalu Yosa segera menolong
temannya itu membersihkan kelas walaupun Yosa tidak piket.

Dan sebelum lonceng masuk berbunyi, pekerjaan itu sudah selesai


sehingga Wiki dan Yosa dapat mengikuti kegiatan senam pagi.

Dalam belajar, Bu guru menyuruh anak-anak mengeluarkan pensil


untuk menggambar. Wiki melihat Yosa kasak-kusuk mengutak atik tasnya.

Lalu Wiki bertanya, “Apa yang kamu cari Yosa?” “Pensilku tidak
ketemu, Ki,” jawab Yosa. “O, itu! Kenapa kamu susah, pakai saja pensilku,
karena aku punya dua pensil,” sambil memberikan sebuah pensil kepada
Yosa.

Dari cerita diatas, kita dapat melihat dua orang teman yang saling
tolong-menolong. Jadi, berilah pertolongan itu sesuai dengan kemampuanmu.
Jangan memberi pertolongan pada perbuatan kejahatan.

c. Perlunya Mempunyai Sifat Tolong Menolong Sesama Manusia Dalam


Kehidupan Sehari-Hari
Agama menjadi tuntunan hidup kita sehari-hari. Orang Minangkabau
beradat dan beragama islam. Orang yag tidak beragama hidupnya tidak ada

13
pegangan. Dan tentunya orang yang seperti itu tidak memiliki atau tidak
memakai raso jo pareso.
Orang yang beragama mempunyai sifat tolong-menolong yang
merupakan ciri khas orang Minangkabau, yang didalam basaha Minang
disebut capek kaki ringan tangan, artinya orang yang suka menolong. Dan
pertolongan yang diberikan dan diharapkan adalah pertolongan diberbagai
pekerjaan ataupun pertolongan disaat kesusahan. Dan dalam memberikan
pertolongan yaitu kepada orang yang membutuhkan, dan juga sesuai dengan
kemampuan yang kita miliki.

3. Rendah Hati
a. Contoh-Contoh Sifat Rendah Hati
Banyak contoh-contoh sifat rendah hati yang bisa kita lihat dalam
kehidupan sehari-hari. Yang mana diungkapkan dalam kato pusako berikut ini:
Kok mandi di ilie-ilie
Kok bakato dibawah-bawah
Sifat sombong usah dipakai
Budi baik nan kapaguno

Mandi di ilie-ilie dan bakato dibawah-bawah menandakan orang harus


rendah hati, menunjukkan bahwa ia tidak sombong dan tidak angkuh.

Ada beberapa tanda seseorang itu mempunyai sifat rendah hati, antara
lain: ia sesalu minta maaf kalau bersalah, dan selalu minta ampun dan bertobat
kalau berdosa, yang juga diungkapkan dalam kato pusako dibawah ini:

Salah cotok malantiangkan


Salah ambik mangambalikan
Salah makan mamuntahkan
Salah pado manusia minta maaf
Salah pado Allah minta tobat
Sifat rendah hati juga ditandai oleh:

1) Tutur katanya lembut dan sopan.


2) Tidak suka berbicara kasar.

14
3) Suka tersenyum pada semua orang.
4) Bicara tidak tergesa-gesa.
5) Tidak suka berbicara dengan suara keras.
6) Berbicara tenang dan mudah dipahami orang.

Jadi, sifat rendah hati itu harus kita pupuk, supaya orang menyenangi kita.
Contoh kisah keluarga yang mempunyai sifat rendah hati:

Keluarga Teladan

Pak Mahmud dan keluarganya tinggal di Sungayang. Istrinya bernama Bu


Intan. Ibu Intan adalah guru sekolah dasar. Pak Mahmud mempunyai du orang
anak, yang laki-laki bernama Arman dan yang perempuan bernama Anisa. Pak
Mahmud orag terpandang di masyarakat. Beliau sekeluarga berbudi baik dan
tidak pula sombong.

Disaat pak Mahmud duduk-duduk didepan rumahnya, lewat sepasang


suami istri yang selama ini belum pernah dilihatnya.

Lalu pak Mahmud menyapa dengan ramah. Setelah diselidiki tahulah Pak
Mahmud bahwa orang itu tetangga barunya, bernama Pak Nurdin, yang baru
pindah dari kota lain. Malamnya, keluarga pak Mahmud berkunjung ke rumah
tetangga barunya itu untuk memperkenalkan diri.

b. Sifat-Sifat Rendah Hati Dalam Pergaulan Sesama Teman


Orang yang mempunyai sifat rendah hati akan disenangi orang dan
banyak teman. Dia aakan mudah bergaul dimana saja. Yang sangat penting
orang yang rendah hati pernah memilih teman, baginya manusia ini sama.
Apakah dia kaya atau miskin, apakah cantik atau jelek, anak pejabat atau
rakyat biasa. Semua itu tetap dijadka teman yang baik bagi orang yang rendah
hati.
Agar kamu bisa menjadi orang yang mempunyai sifat rendah hatiada
beberapa contoh sikap yang dapat kamu lakukan:
1) Bila kamu kebetulan anak seorang pejabat, janganlah sombong dan jangan
angkuh. Kamu harus menyadari yang menjadi pejabat itu adalah orang
tuamu, bukan kamu.

15
2) Bila orang tuamu kurang mampu, jangan kamu merasa rendah diri. Sebab
rezki itu Tuhan yang menentukan.
3) Begitu juga bila kamu belum berhasil mendapat juara kelas, padahal kamu
sudah belajar sungguh-sungguh, jangan merasa rendah diri. Berusahalah
terus.
4. Hemat
Hemat artinya hati-hati dalam menggunakan harta, khususnya dalam
mengeluarkan uang. Maksudnya dalam memakai atau mengeluarkan uang harus
penuh perhitungan. Jadi, hemat merupakan pola hidup yang mengatur pengeluaran
seefisien mungkin guna memenuhi kehidupan sehari-hari. Adat minangkabau
menganjurkan kepada masyarakatnya untuk memiliki sifat hemat. Hidup hemat
sangat penting dalam kehidupan.

Sebagaimana pepatah minang mengatakan:

Baimaik sabalun abih


Ingek sabalun kanai
Ado jan dimakan
Indak ado baru dimakan
Artinya, kita harus berhemat sebelum yang kita miliki habis dan kita juga
dianjurkan agar berhati-hati sebelum kena (maksudnya sebelum mendapat
kesusahan). Selagi ada jangan dimakan dulu (maksunya di saat kita memiliki
sesuatu harus berhemat) dan jika sudah datang musim sakit barulah dimakan
(maksudnya jika sudah berada dalam kesusahan maka barulah perlu untuk
dipergunakan). Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk selalu hidup hemat.

Hemat itu terdiri dari dua macam, yaitu:

a. Hemat Untuk Diri Sendiri


Hemat untuk diri sendiri dapat kita lakukan dengan cara menghemat
waktu. Kita sebaiknya menggunakan waktu yang terluang untuk kegiatan yang
bermanfaat, seperti waktu untuk belajar, beolahraga dan beribadah. Karena
belajar yang rajin akan membuat kita menjadi pandai, berolahraga yang teratur
aka membuat kita menjadi sehat, dan beribadah yang taat akan membuat kita

16
menjadi umat yang saleh. Jadi dengan menghemat waktu, kita bisa terhindar
dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat.

b. Hemat Untuk Harta Benda


Hemat untuk harta benda dapat kita lakukan dengan cara menggunakan
sesuatu yang kita miliki seperlunya saja dan juga selalu menjaga/merawat
harta benda yang dimilki agar dapat dipergunakan di kemudian hari. Seperti:
1) Menabungkan sisa uang belanja.
2) Membeli barang yang sesuai dengan kebutuhan saja.
3) Menggunakan listrik seperlunya.
4) Jangan mencoret-coret dan merobek buku.
5) Membersihkan barang setelah dipakai

Dengan demikian, kita harus biasakan untuk bersifat hemat. Karena


jika kita bisa untuk berhemat, maka mudah-mudahan kita akan terhindar dari
kesusahan. Dan perlu diingat bahwa sifat hemat tidak sama dengan sifat imaik
(kikir), karena hemat tetap mengeluarkan uang atau menggunkan sesuatu
tetapi tidak berlebihan.

Dalam adat minangkabau, lumbung padi merupakan ciri hemat


masyarakat minang. Lumbung padi atau rangkiang adalah tempat
penyimpanan hasil sawah. Rangkiang ini terletak di hadapan rumah gadang.
Rangkiang menurut adat minangkabau ada tiga macam, yaitu :

1) Lumbuang sitinjau lauik


Guna padinya untuk menolong orang yang terlantar dalam perjalanan.
2) Lumbuang sibayau-bayau
Guna padinya untuk menolong orang-orang yang kesempitan di dalam
kampuang dan nagari.
3) Lumbuang baperong
Guna padinya untuk makanan sehari-hari oleh anak kemenakan yang
menghuni rumah gadang.

17
Dilihat dari kegunaan lumbuang padi tersebut, dapat diketahui bahwa
masyarakat minangkabau mempunyai sifat hemat. Rezeki yang dikaruniakan
Tuhan, mereka manfaatkan dengan teratur dan tidak digunakan sesuka hati.

5. Jujur Dan Bertanggung Jawab


Jujur adalah sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya
dan apa adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Kujujuran dalam kehidupan
sehari-hari sangat dipelukan untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain.
Membiasakan berkata dan bekerja jujur sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain. Oleh karena itu kita harus selalu untuk bersifat jujur. Sedangkan orang
yang tidak jujur dengan perkataannya disebut pembohong. Orang yang
pembohong tidak disenangi bahkan dibenci dalam pergaulan.

Bak pituah urang tuo-tuo:

Satali pambali kumayan


Sakupang pambali kato
Sakali lancuang ka ujian
Saumua hidup urang indak picayo
Jadi, bila kita tidak jujur satu kali saja maka seumur hidup orang tidak
akan percaya lagi terhadap kita.

Orang yang tidak jujur biasanya mempunyai sifat yang sangat tercela, di
mulut manis tapi di hati jahat dan suka menipu. Seperti adat yang
mengatakan :papek di lua ruciang di dalam, talunjuak luruih kalingkiang bakaik
atau umpama buah kadondong di lua licin di dalam baduri.

Selain sifat jujur, sifat tanggung jawab perlu juga kita milki. Tanggung
jawab adalah kesediaan seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
dengan sadar dan bersungguh-sungguh. Melaksanakan tanggung jawab
seharusnya dengan kesadaran sendiri dan ikhlas, bukan karena terpaksa dan rasa
takut.

18
Orang yang tidak bertanggung jawab atas segala perkataan dan
perbuatannya disebut orang pengecut. Adat minang mengatakan : Raso kabarek
dilapekan, raso kasulik dielakkan, bak caro mangganggam baro. Artinya,
seseorang yang tidak bertanggung jawab atas tugas dan kewajibannya.

Setiap yang kita kerjakan pasti ada akibatnya, baik atau buruknya harus
kita pertanggungjawabkan. Pituah orang tuo-tuo mangatokan : tangan
mancancang, bahua mamikua, barani mautang, barani mambaia, tibo di mato
indak dipiciangkan, tibo diparuik indak dikampiahkan. Jadi, orang yang jujur
adalah orang yang suka bertanggung jawab. Adat minangkabau selalu mewajibkan
setiap orang untuk bersifat jujur dan bertanggung jawab.

6. Tenggang rasa
Tenggang rasa merupakan sifat menghargai dan menghormati orang lain.
Manusia diberi Tuhan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan dapat
dipergunakan untuk menentukan buruk dan baik. Ukuran untuk menentukan buruk
dan baik disebut raso jo pareso. Raso artinya perasaan sedangkan pareso adalah
hasil pikiran manusia. Jadi, raso jo pareso bermakna kita menggunakan perasaan
dengan berhati-hati, kita memeriksa/mencari tahu apakah lawan bicara kita
tersinggung atau tidak, pantaskah kata-kata yang kita keluarkan, itu semua diatur
oleh prinsip raso jo pareso ini kita terapkan dalam diri.
Pituah urang tuo-tuo mengatakan : nan elok dek awak, katuju dek urang, sakik
dek awak, sakik dek urang. Artinya, berbuatlah dalam pergaulan yang baik bagi
kita, juga baik bagi orang lain. Karena yang sakit oleh kita, juga sakit oleh orang
lain.
Di minangkabau tenggang rasa mempunyai arti yang sangat mendalam. Ini
dapat terbukti dari sifat tenggang rasa oleh masyarakatnya, apakah itu tenggang
rasa pada perbuatan maupun terhadap perkataan. Seperti tertuang dalam kata-kata
adat:
Anak di pangkua,
Kamanakan dibimbiang,
Urang kampuang dipatenggangkan
Artinya: tanggung jawab pada kemenakan dengan mengarahkan pada
perbuatan yang baik.

19
Sebagai orang minangkabau yang baik, sifat tenggang rasa memang perlu
dimiliki, agar terjalin hubungan yang harmonis di lingkungan tempat tinggal di
mana kita berada baik di rumah, di sekolah, maupun di tengah masyarakat.

Adat mengatakan:
Sakik di silau
Mati dijanguak
Rusuak dipujuak
Tagamang dijawek
Artinya, kalau ada orang yang sedang sakit, kita lihat dan menjenguk
orang yan meninggal (takziah). Hiburlah orang yang kena musibah. Jadi, kita
sebagai masyarakat minangkabau hendaknya saling merasakan. Kalau orang
mendapat kemalangan, kita merasakannya. Kalau orang mendapat kegembiraan,
kita juga ikut gembira. Dengan demikian sifat tenggang rasa sangat diperlukan,
sebagai tanda kita hidup bermasyarakat.

7. Rasa malu
Rasa malu menurut adat minangkabau, yaitu perasaan takut untuk dilihat atau
tidak dilihat oleh seseorang atau orang lain. Rasa malu biasanya timbul jika
berbuat salah, jika rasa malu sudah tertanam pada diri seseorang maka orang
tersebut akan jarang melakukan kesalahan. Banyak contoh perbuatan yang
mendatangkan malu. Misalnya, saat makan mengeluarkan suara capak. Begitu
juga kita harus merasa malu jika tidak mengerjakan PR.
Orang yang tidak bermalu, bila tidak dapat membedakan antara budi yang baik
dan budi yang buruk. Seperti nasihat adat : paliharo kaki jan sampai salah
langkah, paliharo lidah supayo jan sampai salah mangecek, paliharo mato jan
sampai salah maliek. Bak kato urang tuo-tuo jan buruak Cando, salah pandang.
Untuk itu kita harus berhati-hati dalam berbuat, bertindak dan berkata-kata. Jika
tidak, pasti akan mendapat malu. Sebab perbuatan yang tidak sesuai dengan ukua
jo jangko akan dapat membuat malu.

20
Untuk menanamkan rasa malu, adat minangkabau mengajarkan seperti :

a. Melatih perasaan, mengembangkan perasaan halus dalam diri kita.


Mengetahui baik dan buruk.
b. Melatih pikiran, bisa berpikir jernih dan teliti, dan lain-lain.

Untuk melatih rasa malu gunakan perasaan dan pikira. Mendidik rasa malu
harus dimulai dari diri sendiri semenjak masih kecil. Contohnya :

a. Malu jika meninggalkan sholat.


b. Malu terhadap keluarga seperti malu tidak mengindahkan nasihat orang tua,
malu jika berkelahi dengan adik sendiri.

Jika kita sudah terdidik dengan rasa malu maka kita termasuk orang yang
beradat menurut ada minangkabau.

C. Sifat-Sifat Yang Harus Dihindari Menurut Adat Minangkabau


Pengertian sumbang menurut adat Minangkabau adalah sikap dan perilaku
yang tidak sesuai etika adat. Sumbang menurut adat Minangkabau belum tentu
sumbang menurut adat istiadat di tempat lain.
Sebagai contoh: menurut adat Minangkabau peremupuan tidak boleh duduak
baselo(duduk dengan melipatkan kaki bersilang masing-masing telapak kaki atau
tumit dihimpit oleh paha yang lain), tapi harus duduk bersimpuh. Di tempat lain ada
adat istiadat yang memperbolehkan perempuan duduk bersila. Di Jawa misalnya pada
situasi-situasi tertentu, perempuan malah diharuskan duduk bersila.
Pengertian salah menurut adat Minangkabau ialah pelanggaran yang dilakukan
secara sadar atau tidak sadar terhadap norma-norma dan peraturan-peraturan yang
berlaku. Perbuatan salah misalnya mengambil sesuatu yang bukan hak, melanggar
larangan, pengertian sumbang dengan salah dapat dilihat dalam contoh sebagai
berikut:
Seseorang dikatakan salah kalau dia duduk diatas meja karena meja bukanlah
sarana untuk tempat duduk. Orang itu tidak akan dikatakan salah jika dia duduk di
kursi. Orang itu dikatakan berbuat sumbang sekalipun dia duduk di kursi tapi tidak
sopan dilihat orang lain. Ketidak sopanan itu mungkin karena duduk dengan kaki

21
diangkat lebih tinggi dari tempat duduk, atau karena ada orang yang lebih tua (senior)
di sekitar tempat itu duduk di lantai.
Adapun pengertian sumbang salah ialah perilaku yang menunjukkan
pelanggaran terhadap etika adat istiadat. Sumbang menurut pandangan orang lain,
salah menurut senior yang bersangkutan. Sebagai contoh ialah seseorang yang duduk
di kursi tadi dimana seniornya duduk di lantai. Orang lain akan menilai bahwa
perilakunya yang demikian adalah sumbang menurut adat, sedangkan seniornya akan
menilai perilakunya itu adalah salah, sebab itu si senior atau salah seorang senior
lainnya akan menegurnya. Adat Minangkabau menetapkan minimal 12 macam pokok-
pokok sumbang.

Sumbang duo baleh, yaitu:

1. Sumbang duduak
2. Sumbang tagak
3. Sumbang diam
4. Sumbang bajalan
5. Sumbang kato
6. Sumbang caliak
7. Sumbang bapakaian
8. Sumbang bagaua
9. Sumbang karajo
10. Sumbang tanyo
11. Sumbang jawab
12. Sumbang kurenah

1. Sumbang Duduak

Sumbang duduakialah sumbang bagi seseorang apabila ia duduk tidak sesuai


dengan etika duduk menurut adat. Khusus untuk perempuan, sumbang duduk
tersebut dapat dibagi atas tiga kondisi duduk, yaitu cara duduk, tempat yang
diduduki, dan situasi dimana duduk. Sumbang duduk bagi perempuan menurut
caranya diantaranya ialah:

22
a. Duduak baselo (duduk bersila) yaitu duduk dengan melipatkan kaki berslang
dimana ujung kaki kiri dihimpit paha kanan dan ujung kaki kanan dihimpit
paha kiri.
b. Duduak Mangangkang (duduk mengangkang) yaitu duduk dengan membuka
lebar kedua paha sekalipun telah ditutupi dengan kain atau pakai celana.
c. Duduak Mancongkong (duduk berjongkong) yaitu duduk dimana hanya
telapak kaki saja menginjak atau tercecah ke tempat duduk, kedua pinggulnya
tergantung dan menempel di kedua betis.

Sumbang duduk menurut tempat yang diduduki ialah apabila duduk di tempat
yang bukan disediakan untuk tempat duduk, seperti:

a. Di meja, di atas lemari, atau bukan tempat duduk, sedangkan tempat duduk
telah disediakan.
b. Di jendela, di pintu, di atas tangga, atau di tempat yang seakan-akan dianggap
menarik perhatian orang.
c. Di pinggir jalan, di tempat orang lalu-lalang atau di tempat umum tanpa ada
orang menemani, atau walaupun banyak orang tetapi mengganggu kepada
yang lain.

Sumbang duduk menurut situasi ialah duduk yang tidak diperbolehkan karena
situasi dan kondisinya yang dianggap tidak pantas. Contohnya ialah:

a. Seorang perempuan duduk di dekat lelaki yang banyak yang sedang


bercengkrama atau sedang bermain.
b. Seorang perempuan duduk sangat berdekatan dengan laki-laki yang bukan
muhrimnya
c. Tanpa diajak ikut pula duduk bersama orang tua-tua, apakah dalam suatu
musyawarah atau hanya sekedar berhandai-handai.
d. Duduk di dekat orang lain yang sedang mengadakan pertemuan atau
membicarakan sesuatu.

2. Sumbang Kato
Sumbang kato (sumbang kata, atau sumbang perkataan), disebut juga sumbang
bakato (sumbang berkata), atau sumbang bicaro (sumbang berbicara). Sumbang
kata ialah sumbang bagi seorang jika berbicara tidak sesuai degan etika adat

23
Minangkabau. Hal-hal yang dikategorikan sebagai sumbang kata itu diantaranya
ialah:
a. Berbicara terlalu keras sehingga melebihi kebutuhan dengar si pendengarnya,
termasuk si pendengar bukan lawan bicara.
b. Berbicara dengan ucapan atau kata-kata yang kotor, cabul atau porno,
termasuk ucapan-ucapan carut marut.

c. Berbicara yang diselingi dengan tertawa terbahak-bahak.

Kebiasaan tertawa terbahak-bahak adalah perilakua yang tidak baik yang


menandakan kurangnya iman di dada. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa
hal-hal yang lucu atau mengembirakan dapat merangsang orang untuk tertawa.
Tetapi bukan harus tertawa seperti itu. Di sinilah perlunya memakai etika
dalam pergaulan, membatasi segala sesuatu agar tidak dianggap seenaknya.
Agama dan adat menghimbau, jika ada sesuatu yang mengembirakan atau
dianggap lucu yang merangsang untuk tertawa, batasilah dan dengan
cukupgalak nabi (tertawa ala Nabi) saja, yaitu tertawa tanpa mengeluarkan
suara, atau cukup tersenyum saja.

d. Berbicara yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, atau berbicara tidak pada
tempatnya, seperti hal-hal yang hanya dibicarakan dikalangan perempuan saja
dibicarakan pada lelaki, atau sesuatu yang perlu dibicarakan langsung dengan
seseorang, dibicarakan dengan orang tuanya.
e. Bagarah (berkata dengan bergurau). Dikatakan orang juga sumbang apabila
seorang perempuan bagarah dengan laki-laki lain, atau famili yang lebih tua
seperti, ninik mamak, kakak ipar, nenek, kakek dan orang yang setingkat
dengan itu.

3. Sumbang Tanyo
Sumbang tanyo artinya ialah cara bertanya yang dianggap tidak sesuai dengan
etika, apakah caranya yang tidak benar, atau bertanya dengan pur-pura tidak tahu.
Salah satu cara untuk mengatasi ketidaktahuan ialah dengan cara bertanya. Sebab
dengan cara bertanya, ketidaktahuan itu bisa teratasi. Dan kalau tidak mau

24
bertanya, bisa pula menyebabkan kesulitan dan kerugian. Mamang adat
mengingatkan:
Malu batanyo sasek di jalan
Sagan mandayuang anyuik sarantau.

Terjemahan:
Malu bertanya sesat di jalan
Segan mendayung hanyut serantau).
Artinya, jika malu bertanya akan sesat di jalan, bahkan mungkin
kembali saja ke pangkalan sebelum sampai ke tujuan.

Namun demikian, jika bertanya tanpa perhitungan dan tanpa etika, bisa
pula mendatangakan masalah bagi si penanya atau pihak yang ditanya. Dan
bisa pula menyebabkan salah pengertian yang mengundang perselisihan kedua
belah pihak. Pertanyaan atau cara yang tidak berkenan di hati orang yang
ditanya dan menyebabkan salah pegertian itu, disebut sumbang tanya.

Orang-orang bijak selalu berhati-hati jika akan bertanya kepada


seseorang. Malah ada yang berusaha agar apa yang seharusnya ditanyakan,
didiamkan dulu atau direnungkan dulu. Mudah-mudahan dengan cara diam
dan mengamati data yang ada, hal yang akan ditanyakan pada seseorang itu
akan dapat terjawab sendiri.

Sisi lain yang perlu diperhatikan ialah situasi dan kondisi orang tempat
bertanya. Apakah orang itu mungkin bisa tempat bertanya atau tidak, karena
tidak semua orang bisa dijadikan tempat bertanya. Orang bijak dalam keadaan
seperti ini biasanya terlebih dahulu berpegang kepada pepatah:

Diam dapek ameh


Bakato dapek perak
Terjemahan:
Kalau diam akan dapat emas
Kalau berkata/bertanya akan dapat perak.
Artinya, timbangan akan bertanya atau tidak adalah pilihan antara
emas dan perak. Jika bertanya, diibaratkan hasilnya akan mendapat perak.

25
Tetapi jika diam saja dan mencari sendiri atau menunggu sendiri jawaban
pertanyaan tu, diibaratkan akan mendapatkan emas.

Sumbang tanya bisa dan mudah terjadi. Apalagi di zaman sekarang


banyak orang yang sudah mengabaikan dan tidak tahu dengan etika bertanya.
Pertanyaan yang sumbang akan amengundang kesalah pengertian. Untuk itu
pituah rang tuo-tuo menasehatkan kepada yang muda-muda:

Murah kato takatokan


Sulik kato jo timbangan
Mangango mangko mangecek
Bapikia mangko batanyo
Nanang saribu aka
Dek saba bana nan tibo.
Terjemahan:
Mudah kata terkatakan
Sulit kata harus dengan pertimbangan
Menganga sebelum berbicara
Berpikir sebelum bertanya
Diam seribu akal
Karena sabar yang benar akan tiba
Artinya kata-kata yang mudah didapat memang mudah pula
diucapkan; dan kata-kata yang sulit perlu dipertimbangkan dahulu
sebelum diucapkan. Memang tidak semua pertanyaan itu dapat
diucapkan dengan mudah. Jika terlebih dahulu telah dapat
membedakan pertanyaan itu sulit atau mudah, tentu akan dapat
mempertimbangkannya dengan baik.

26
D. Bahasa Dalam Pergaulan Minangkabau
Berbahasa merupakan bagian dari tatakrama. Oleh karena itu adat
minangkabau sangat mengatur masyarakatnya dalam berbahasa. Salah satunya
berbicara haruslah diingat artinya dalam berbicara harus hati-hati supaya tidak
menyinggung perasaan orang. Dalam berbicara dengan orang lain dalam kehidupan
sehari-hari, seorang haruslah menggunakan tatakrama menurut status sosialnya
masing-masing. Tata krama yang mengatur berbicara seseorang menurut lawan
bicaranya disebut dengan kato nan ampek(kata yang empat). Bahkan jika sesorang
yang berbicara tidak sopan dan bertingkah laku yang tidak baiak sering juga di sebut
orang yang indak tau dek ampek . sehingga kato nan ampek itu bukanlah hal yang
baru lagi didengar oleh masyarakat minangkabau.Yang selanjutnya akan dibahas
dibawah ini:
1. Kato Mandaki (Kata Mendaki)
Yaitu bahasa yang digunakan orang yang status sosialnya lebih rendah dari
lawan bicaranya. Umpanya orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua,
murid kepada guru, bawahan kepada atasan. Seperti petitih yang mengatkan
“bakato dibawah-bawah, manyauak diilie-ilie”. Dalam berbicara kita harus
menggunakan pemakaian kata lebih rapi, ungkapanya jelas, dan penggunaan kata
pengganti orang pertama, kedua, ketiga bersifat khusus. Contoh untuk kata
pengganti orang pertama biasanya menggunakan kata ambo, panggilan untuk
orang lebih tua atau panggilan kehormatan untuk orang tua yaitu mamak, inyiak,
uda, etek, amai atau uni, atau beliau untuk orang ketiga.

Contoh kato mandaki dalam perkataan ialah:

27
a. Kepada orang tua laki-laki menyapa dengan panggilan abak, bapak, ayah,
buya.
b. Kepada orang tua perempuan menyapa dengan panggilan mande, umi, amak,
ibu, mama, amai dan lain-lain.
c. Kepada kakak perempuan menyapa dengan panggilan uni, kakak, ayang, cani.
d. Kepada kakak laki-laki menyapa dengan panggilan ajo, kanda, uda, akak.
e. Kepada orang tua dari ayah dan ibu biasanya dengan panggilan kakek, nenek,
inyiak, anduang, angku, uwo.
f. Kepada adik atau kakak perempuan ayah dan ibu biasa dipanggil etek, ande.
g. Kepada saudara laki-laki ibu biasanya dengan panggilan mak etek, mak uncu,
mak adang.

Contoh kato mandaki dalam perbuatan diantaranya:

a. Waktu berjalan, kita ingin mendahului oaring yang lebih tua, kita permisi
terlebih dahulu.
b. Dalam melaksankan pekerjaan kita mintak izin terlebih dulu kepada orang
lebih tua.

Kesadaran untuk menghormati orang yang lebih tua seperto diungkapkan sebagai
berikut:

Turuik pangaja urang tuo

Supayo badan nak salamaik

Talangkah babaliak

Sasek suruik

Baitu paham kito handaknyo

Pangjaran rang tuo jikok di langga

Cilako badan kasudahanyo

Sikap jalan manadaki harus dibiasakan sejak kecil, sehingga bila besar nanti
jadi orang yang pandai bergaul. Tanda seseorang memakai kato mandaki atau
hormat ke yang lebih tua akan nampak ketika ia berbicara, bersikap dan
bertingkah laku, misalnya waktu menegur, menyampaikan pesan, menerima
perintah.

28
2. Kato Manurun (Kata Menurun)
Adalah bahasa yang digunakan untuk orang yang statusnya lebih tinggi dari
lawan bicaranya. Umpanya yang dipakai mamak kepada kemenakanya, guru
kepada murid, atasan kepada bawahanya seperti pepatah yang mengatakan:

Jalan manurun tantak-antak


Ingek-ingek nan dibawah ko tasingguang
Jago kato kato kok mangnai
Maksud pepetah diatas adalah dalam berbicara perlu juga diperhatikan,
agar menghindari manghardik atau berkata mementingkang diri sendiri tidak
memikirkan atau tidak memperdulikan persaan lawan bicara yang akan
tersinggung, sehinggan dalam berbicara jaga perkataan agar tidaka ada yang sakit
hati. Seperti pepatah mengatakan:”ingek-ingek nan diateh, nan dibawah kok
maimpok, tirih kok datang dari lantai, galodo kok tibo di muaro”. Artinya ini
merupakan suatu pedoman penting bagi atasan atau yang dituakan untuk tidak
terlalu cepat emosi, jangan mencaci maki, jangan mengajari anak buah atau murid
yang bersifat pribadi di tempat ramai. Sifat utama seorang tua dalah bepandang
lapang, baa lam laweh, bahati lapang paham salasai. Selain itu juga harus diingat.

Nak tinggi naikan budi


Nak mulie tapake janji
Nak taguah paham dikunci
Pemakain kata untuk kato manurun ini adalah awak den, dan untuk orang
pertama awak anga untuk laki-laki dan awak kau untuk perempuan. Contoh kato
manurun biasanya nasehat. Seoarang mamak yang sedang menesehati beberapa
pemuda dan pemudi agar menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh

3. Kato Malereng (Kata Melereng)


Adalah bahasa yang digunakan kepada orang yang posisinya sama, yang
saling menyegani, seperti orang yang mempunyai hubungan kekerabatan.
Misalnya ipar, besan, mertua, dan menantu atau antara orang yang jabatanya
dihormati seperti penghulu, ulama atau guru. Pemakain tatabahsanya lebih banyak
pribahasa, seperti perumpamaan, kiasan atau sindiran. Dalam pergaulan sehari-

29
hari penggunaan kata kiasan ini memerlukan kearifan menanggapinya. Arif dan
bijaksana dalam adat disebut “kato bayang” seperti pepatah dibawah ini:

Alun bakilek, alah bakalam


Bulan disangko tigopuluah
Tikilek ikan dalam aie
Ikan takilek jalo tibo
Lah tantu jantan batinonyo
Kato malereng ini berlaku dalam pembicaraan anatara mamak dengan
anak kemenakan dan menantu. Contoh jika seorang mamak berkunjung untuk
melihat keadaan anak kemanakan serta menantunya. Pada waktu itu mamak
melihat ada sesuatu yang tidak beres pada rumah anak kemenakanya tersebut,
misalnya atap rumah bocor dan tidak diperbaiki oleh sang menantu, maka beliau
akan mengeluarkan pertanyaan dengan kata melereng. “Rambio yang batanam di
banda kironya badaun juo”. Apabila menantunya seorang ynag pemalas biasanya
dia akan malu. Akan tetapi jika memang menantunya memang tidak mempunyai
pilihan lain disebabkan karena kesibukanya atau karena tidak memiliki uang untuk
memperbaiki rumah maka dia akan menjawab dengan kata-kata kiasan juga “iyo,
lai badaun tapi parangyo patah”. Artinya ada kebutuhan rumah tangga lainya yang
lebih penting dan mendesak dari pada memperbaiki atap rumah.

Pemakain kata dalam kato melereng yaitu awak mbo sedangkan untuk
orang pertama tergantung gelar yang sudah dimiliki.

4. Kato Mandata (Kata Mendatar)


Yaitu bahasa ynag digunakan diantara orang yang status sosialnya sama dan
hubunganya akrab. Dalam pergaulan yang sama besar perlu diingat untuk salming
menghargai, memakai kata merendah, dan jauhi berkata kasar. Karena dalam
pergaulan sesame baya dengan teman-teman sering timbul perselisihan karena
masing-masing merasa lebih kuat.
Pemakaian bahasanya kata pengganti orang pertama adalah aden atau den, ang
untuk orang kedua laki-laki dank kau untuk orang kedua perempuan,inyo atau
anyo untuk orang ketiga. Prinsip pergaulan dengan teman sebaya ini, diungkupkan
oleh pepatah adat sebagai berikut:

30
Muluik manih kucindan merah
Budi baik basu katuju
Lamak basantan tanguli
Pandai bagau samo gadang
Ingek runcing kok managanai
Jago sandiang kok malukoi
Kato mandata ini sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
menegur teman yang sedang lewat dijalan “oi Man dari ma waang tadi?” “Aden
dari Surau,” jawabnya

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya


budaya minangkabau ini sangat mengikat dan menuntun masyarakatnya untuk
menjadikan masyarakat minangkabau yang bermoral dan hal itu dibuktikan dalam
berbicarapun masyarakat minangkabau memiliki budaya tersendiri bagaimana
berbicara kepada yang lebih tua, kecil, orang yang disegani dan yang sebaya, ini
juga menggambarkan masyarakat minangkabau itu memiliki kedudukan yang
sama orang yang lebih tua tidak seenaknya berbicara kepada ynag lebih kecil. Jadi
jika dipahami lebih lanjut dalam berbicara diminangkabau ini ada kata yang
empat (kato ampek) tujuanya agar berbicara itu melihat terlebih dahulu melihat
status lawan bicara.

31

Anda mungkin juga menyukai