Maksud dari pantun diatas yaitu Seseorang yang tak pandai berbicara secara
baik, sama dengan alu pencongkel duri yaitu nantinya hanya akan menyakti hati
orang lain.
“Kok bakato paliharo muluik, kok bajalan paliharo kaki, bakato guluanglah
lidah, bajalan renjeanglah langkah.”
Maksudnya dalam melakukan sesuatu haruslah berfikir terlebih dahulu
termasuk dalam berbicara.
Adat minagkabau selain mengatur masyarakatnya dalam berbicara juga
mengatur dalam hal menjawab pertanyaan,bila orang bertanya jawablah dengan
sopan dan hormat, jangan bersikap tak acuh terhadap orang lain. Kala tidak dapat
menjawab pertanyaan atau memberikan informasi jawablah dengan baik dan
sopan.
1
2. Sopan Santun Pada Waktu Duduk
Jika duduk di hamparan, duduklah bersila baik-baik dan jangan tegakkan lutut.
Juga bila duduk di kursi tidak baik melipat kaki di atas lutut. Kepada perempuan
yang duduk di hamparan sekali-kali jangan tegakkan lutut, baik di hadapan ibu-
bapak, adik dengan kakak, dihadapan mamak dengan nenek, apalagi di hadapan
laki-laki lain. Tujuannya selain tidak sopan juga untuk menghindari aurat jangan
kelihatan.
Budaya minangkabau mengenal duduk baselo dan duduk basimpuah. Duduk
baselo ini dilakukan oleh kaum laki-laki sedangkan duduk basimpuah dilakukan
oleh kaum perempuan.
a. Cara duduk di hamparan
Dengan berjalannya waktu banyak hal yang berubah di miangkabau
seperti cara makan, duduk dan lain-lain.
Saat ini hampir disetiap rumah ada kursi, permadani, tikar, dan alat
tempat duduk lainnya. Pada acara-acara tertentu orang minang masih sering
menggunakan hamparan atau tikar untuk tempat duduk, misalnya di acara
malewakan gala, baralek, mufakat kaum, kematian.dan sebagainya. Cara
duduk seseorang memperlihatkan budi orang itu, seperti pantun ini:
Dek ribuik rabahlah padi
Di cupak datuak katumangguangan
Kok hiduik indak babudi
Duduak tagak kamari cangguang
2
pinggul, kaki kanan disusun sejajar dengan kaki kiri. Bisa juga dilakukan
sebaliknya. Tutuplah baik-baik bagian anggota tubuh yang mungkin akan
menimbulkan rasa malu. Jika duduk perempuan di Minangkabau tidak sesuai
dengan aturannya maka disebut dengan duduk sumbang. Duduk sumbang
adalah duduk yang tidak boleh dilakukan oleh seorang gadih minang atau
perempuan di Minangkabau.
1) Duduk di tepi jalan tanpa ada yang menemani dan tidak ada keperluan.
2) Duduk dimana laki-laki banyak duduk dan bermain-main.
3) Duduk di atas pintu atau kepala tangga sedangkan orang banyak hilir
mudik di tempat itu.
4) Duduk berdekat-dekatan dengan famiili yang laki-laki seperti adik, kakak,
mamak, ipar, bisan, apalagi dengan laki-laki lain.
5) Duduk menyerupai duduk laki-laki seperti baselo.
Artinya: makan dan minumlah dengan tertib, berlakulah sopan dan santun,
hingga tidak menyerupai hewan makan. Selain itu perlu diperhatikan apabila kita
makan bersama dengan orang yang lebih tua, dahulukanlah beliau makan, begitu
juga menyudahinya. Tujuannya ialah untuk menghargai yang lebih tua. Janganlah
makan dengan suap yang besar dan sekali kunyah masuk perut. Kalau minum
teguklah perlahan-lahan dan jangan sampai kedengaran seperti hewan minum.
Makan secara adat dimulai dan diselesaikan dengan diadakan kata
persembahan, dan ini menunjukkan musyawarah dalam mencapai kata mufakat.
Demikian juga makan makanan lain seperti pisang dan sebagainya. Menurut
kebiasaan yang berlaku orang minangkabau bila makan pisang. Kulit pisang
dikelupaskan menjadi empat. Tidak baik mengelupaskan kulit pisang menjadi tiga
3
bagian atau kurang. Kalau hal ini terjadi dikatakan seperti beruk mengelupaskan
pisang.
Barangkali orang minangkabau menganggap bilangan empat ada kaitannya
denganadat nan ampek, kato nan ampek, suku nan ampek, nagari nan ampek, dan
lain-lain.Dengan mengingat yang empat akan teringat yang lainnya bahkan
seorang yang kurang ilmu dikatakan juga: indak tau nan ampek.
Masyarakat minangkabau dalam makan bersama ada beberapa pantangan yaitu
:
a. Tidak boleh berbunyi.
b. Tidak boleh sambil berbicara.
c. Tidak boleh menjangkau makanan yang jauh.
d. Tidak boleh mengambil nasi dengan tangan kanan.
e. Tidak boleh meninggalkan tempat makan lebih dahulu kecuali orang tua telah
mengizinkan.
f. Tidak boleh lebih dahulu selesai makan bila masih ada yang makan.
4
Baju kurung digunakan dalam segala kesempatan berdasarkan waktu dan
tempat dapat dibagi menjadi 5 jenis berikut:
a. Menghadiri perhelatan atau baralek.
b. Melayat kematian atau peristiwa duka lainnya.
c. Pakaian sehari-hari di dalam dan di luar rumah,
d. Pakaian untuk pergi ke sawah/ lading.
e. Pakaian pengantin.
Pakaian sehari-hari anak muda minangkabau terdiri dari baju gunting cina,
celana panjang dari kain batik dan di bahunya tersandang kain sarung bermotif
5
halus biasanya disebut sarung bugih. Kepala ditutup dengan pecis yang terbuat
dari beludru yang disebut \kopiah.
1) Berpakaian seperti laki-laki kecuali ada suatu hal yang sangat penting
perlu berpakaian demikian.
2) Memperlihatkan aurat.
3) Berpakaian ketat dan lain-lain
Baju kuruang
6
Pepatah adat mengatakan:
Abih sandiang dek bageso
Abih miang dek bagisia
Abih gali dek galitik
Terjemahan:
Habis sanding karena bergeser
Habis miang karena bergisir
Habis geli karena gelitik
Maksudnya: akan habis malu dan sopan jika sesuatu yang tidak baik
terbiasa dilakukan. Akan lebih terlarang menurut adat dan berdosa menurut syarak
apabila ada kumpul kerbau atau hidup bersama tanpa ada perkawinan yang sah.
Dalam perjalanan atau bepergian dengan teman tidak sejenis ada sopan
santunnya seperti:
a. Bepergian lebih dari dua orang, kalau perlu mengikutkan orang yang lebih
dewasa.
b. Bepergian hendaklah diketahui oleh orang tua.
c. Tidak boleh bepergian terlalu jauh dari rumah.
d. Laki-laki hendaklah menjaga teman wanitanya selama dalam perjalanan.
e. Jangan sekali-kali meninggalkan teman perempuan sendirian.
f. Perempuan juga harus menghargai teman laki-lakinya.
Dalam bergaul kita harus mempertahankan rasa malu, sebab dalam ajaran
nabi, malu itu sebagian dari iman.
7
6. Sopan Santun Bertamu
Adat minangkabau menggunakan sopan santun dalam pergaulan. Budi pekerti
yang tinggi menjadi salah satu ukuran martabat seseorang. Etika menjadi salah
satu sifat yang harus dimiliki setiap individu minang.
Adat minang mengatur dengan jelas tata kesopanan dalam pergaulan. Kita
tinggal mengamalkannya.
Pepatah menyebutkan:
Budi pekerti adalah salah satu sifat yang dinilai tinggi oleh adat minang.
Begitu pula rasa malu dan sopan santun bertamu atau berkunjung dan menerima
ramu atau menerima kunjungan.
8
a. Cara bertamu yang baik
Pada surat An-nur ayat 27 yang artinya “hai orang-orang yang
beriman janganlah kamu masuk ke rumah seseorang sebelum kamu minta izin
dan mengucapkan salam kepada yang punya rumah.”
Bila maksud kita bertamu sudah selesai, kita segera pamit pada tuan
rumah. Tidak baik bertamu lama-lama karena akan menggangu pekerjaan tuan
rumah. Waktu akan keluar rumah ucapkan salam pada tuan rumah sambil
bersalaman.
9
B. Sifat-Sifat Terpuji Menurut Adat Minangkabau
1. Saling Mencintai Dan Saling Hormat Menghormati Sesama Manusia
Dalam lingkungan pergaulan masyarakat minang, berlaku ketentuan yang
berlandaskan pada rasa kebersamaan, dan memelihara sikap menjaga perasaan
orang lain agar tidak tersinggung, yang disebut dengan sikap saling menghargai.
Jadi, sikap salin menghargai sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebab setiap orang ingin dihargai dan dicintai. Itulah sebabnya, orang
Minangkabau terlihat seperti satu keluarga.
Sebagai orang Minang kabau, kita tentu bangga dengan semua itu. Marilah
kita pupuk rasa kekeluargaan itu, baik antara sesama teman, dengan guru, ataupun
dengan orang lain. Dan menghargai seseorang dapat dilakukan berupa pemberian
hadiah, pujian, ucapa selamat, dan sebagainya.
a. Menerima informasi tentang perlunya mempunyai sifat-sifat saling mencintai
dan hormat menghormati sesama teman, guru dan orang lain.
1) Perlunya saling mencintai dan menghormati sesama teman.
Seorang anak laki-laki bernama Yosa. Ia murid kelas tiga dan
mempunyai banyak teman. Setiap akhir tahun Yosa mendapat rapor
kenaikan kelas. Naik kelas merupakan hasil karyanya selama satu tahun.
Yosa mendapat hadiah yang sangat besar dari teman-temannya, yaitu
mereka memberikan ucapan selamat kepada Yosa atas prestasi yang
didapatnya. Sehingga Yosa bertekad dalam hati untuk belajar lebih giat
lagi.
Cerita diatas menjelaskan betapa besar manfaat adanya sikap saling
mencintai dan saling menghormati yang dilakukan berupa ucapa selamat.
2) Contoh sikap menghargai teman:
10
Pulanglah segera untuk mempersiapkan diri agar tidak terlambat shalat
jumat nya.”
Sasakik sasanang
Sahino samalu
Ka bukik samo mandaki
Ka lurah samo manurun
11
Tatalungkuik samo makan tanah
Tatilantang samo makan ambun
Ado samo dimakan
Indak ado samo dicari
Demikianlah adat Minangkabau mengajarkan kita tentang sikap saling
mencintai dan menghormati.
2. Suka Menolong
a. Perlunya Sifat Tolong Menolong Sesama Teman
Masyarakat Minangkabau sangat menyadari bahwa kita tidak bisa
hidup tanpa pertolongan dari orang lain. Jadi, kita hidup harus suka berbuat
baik, bergotong royong, tolong menolong, menesehati sesama, da menjunjung
tinggi rasa kebersamaan. Adat mengatakan: barek samo dipikua, ringan samo
dijinjiang, ka bukik samo mandaki, ka lurah samo manurun.
Orang yang suka menolong, akan memiliki banyak teman, apalagi kita
memberika pertolongan itu dengan rasa ikhlas tapa mengharapkan imbalan
dari orang yang kita tolong, seperti yang dinyatakan ole Rasulullah yang
berbunyi: Sesungguhnya tangan yang di atas lebih mulia dari tangan yang
dibawah. Artinya, sesungguhnya orang yang memberi pertolongan kepada
orang yang membutuhkan jauh lebih mulia daripada orang yang meminta
pertolongan. Adat Minangkabau juga mengatakan:
Hiduik dikandung adaik
Adaik hiduik tolong manolong
Adaik mati janguak manjanguak
Adaik lai bari mambari
Adaik indak basalang tenggang
12
b. Menolong Teman Yang Sedang Kesusahan
Menolong yang sedang kesusahan sangat dianjurkan didalam
Minangkabau. Setelah kita mengetahui bahwasanya sangat penting memilki
sifat tolong menolong, dan tentunya kita ingin memberikan pertolongan
kepada teman yang sedang kesusahan.
Contohnya:
Suatu pagi Yosa tiba di sekolah, dilihatnya temannya Wiki yang piket
kelas hari itu sangat gelisah karena belum selesai membersihkan kelas,
sementara lima menit lagi lonceng akan berbunyi.
Lalu Wiki bertanya, “Apa yang kamu cari Yosa?” “Pensilku tidak
ketemu, Ki,” jawab Yosa. “O, itu! Kenapa kamu susah, pakai saja pensilku,
karena aku punya dua pensil,” sambil memberikan sebuah pensil kepada
Yosa.
Dari cerita diatas, kita dapat melihat dua orang teman yang saling
tolong-menolong. Jadi, berilah pertolongan itu sesuai dengan kemampuanmu.
Jangan memberi pertolongan pada perbuatan kejahatan.
13
pegangan. Dan tentunya orang yang seperti itu tidak memiliki atau tidak
memakai raso jo pareso.
Orang yang beragama mempunyai sifat tolong-menolong yang
merupakan ciri khas orang Minangkabau, yang didalam basaha Minang
disebut capek kaki ringan tangan, artinya orang yang suka menolong. Dan
pertolongan yang diberikan dan diharapkan adalah pertolongan diberbagai
pekerjaan ataupun pertolongan disaat kesusahan. Dan dalam memberikan
pertolongan yaitu kepada orang yang membutuhkan, dan juga sesuai dengan
kemampuan yang kita miliki.
3. Rendah Hati
a. Contoh-Contoh Sifat Rendah Hati
Banyak contoh-contoh sifat rendah hati yang bisa kita lihat dalam
kehidupan sehari-hari. Yang mana diungkapkan dalam kato pusako berikut ini:
Kok mandi di ilie-ilie
Kok bakato dibawah-bawah
Sifat sombong usah dipakai
Budi baik nan kapaguno
Ada beberapa tanda seseorang itu mempunyai sifat rendah hati, antara
lain: ia sesalu minta maaf kalau bersalah, dan selalu minta ampun dan bertobat
kalau berdosa, yang juga diungkapkan dalam kato pusako dibawah ini:
14
3) Suka tersenyum pada semua orang.
4) Bicara tidak tergesa-gesa.
5) Tidak suka berbicara dengan suara keras.
6) Berbicara tenang dan mudah dipahami orang.
Jadi, sifat rendah hati itu harus kita pupuk, supaya orang menyenangi kita.
Contoh kisah keluarga yang mempunyai sifat rendah hati:
Keluarga Teladan
Lalu pak Mahmud menyapa dengan ramah. Setelah diselidiki tahulah Pak
Mahmud bahwa orang itu tetangga barunya, bernama Pak Nurdin, yang baru
pindah dari kota lain. Malamnya, keluarga pak Mahmud berkunjung ke rumah
tetangga barunya itu untuk memperkenalkan diri.
15
2) Bila orang tuamu kurang mampu, jangan kamu merasa rendah diri. Sebab
rezki itu Tuhan yang menentukan.
3) Begitu juga bila kamu belum berhasil mendapat juara kelas, padahal kamu
sudah belajar sungguh-sungguh, jangan merasa rendah diri. Berusahalah
terus.
4. Hemat
Hemat artinya hati-hati dalam menggunakan harta, khususnya dalam
mengeluarkan uang. Maksudnya dalam memakai atau mengeluarkan uang harus
penuh perhitungan. Jadi, hemat merupakan pola hidup yang mengatur pengeluaran
seefisien mungkin guna memenuhi kehidupan sehari-hari. Adat minangkabau
menganjurkan kepada masyarakatnya untuk memiliki sifat hemat. Hidup hemat
sangat penting dalam kehidupan.
16
menjadi umat yang saleh. Jadi dengan menghemat waktu, kita bisa terhindar
dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat.
17
Dilihat dari kegunaan lumbuang padi tersebut, dapat diketahui bahwa
masyarakat minangkabau mempunyai sifat hemat. Rezeki yang dikaruniakan
Tuhan, mereka manfaatkan dengan teratur dan tidak digunakan sesuka hati.
Orang yang tidak jujur biasanya mempunyai sifat yang sangat tercela, di
mulut manis tapi di hati jahat dan suka menipu. Seperti adat yang
mengatakan :papek di lua ruciang di dalam, talunjuak luruih kalingkiang bakaik
atau umpama buah kadondong di lua licin di dalam baduri.
Selain sifat jujur, sifat tanggung jawab perlu juga kita milki. Tanggung
jawab adalah kesediaan seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
dengan sadar dan bersungguh-sungguh. Melaksanakan tanggung jawab
seharusnya dengan kesadaran sendiri dan ikhlas, bukan karena terpaksa dan rasa
takut.
18
Orang yang tidak bertanggung jawab atas segala perkataan dan
perbuatannya disebut orang pengecut. Adat minang mengatakan : Raso kabarek
dilapekan, raso kasulik dielakkan, bak caro mangganggam baro. Artinya,
seseorang yang tidak bertanggung jawab atas tugas dan kewajibannya.
Setiap yang kita kerjakan pasti ada akibatnya, baik atau buruknya harus
kita pertanggungjawabkan. Pituah orang tuo-tuo mangatokan : tangan
mancancang, bahua mamikua, barani mautang, barani mambaia, tibo di mato
indak dipiciangkan, tibo diparuik indak dikampiahkan. Jadi, orang yang jujur
adalah orang yang suka bertanggung jawab. Adat minangkabau selalu mewajibkan
setiap orang untuk bersifat jujur dan bertanggung jawab.
6. Tenggang rasa
Tenggang rasa merupakan sifat menghargai dan menghormati orang lain.
Manusia diberi Tuhan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan dapat
dipergunakan untuk menentukan buruk dan baik. Ukuran untuk menentukan buruk
dan baik disebut raso jo pareso. Raso artinya perasaan sedangkan pareso adalah
hasil pikiran manusia. Jadi, raso jo pareso bermakna kita menggunakan perasaan
dengan berhati-hati, kita memeriksa/mencari tahu apakah lawan bicara kita
tersinggung atau tidak, pantaskah kata-kata yang kita keluarkan, itu semua diatur
oleh prinsip raso jo pareso ini kita terapkan dalam diri.
Pituah urang tuo-tuo mengatakan : nan elok dek awak, katuju dek urang, sakik
dek awak, sakik dek urang. Artinya, berbuatlah dalam pergaulan yang baik bagi
kita, juga baik bagi orang lain. Karena yang sakit oleh kita, juga sakit oleh orang
lain.
Di minangkabau tenggang rasa mempunyai arti yang sangat mendalam. Ini
dapat terbukti dari sifat tenggang rasa oleh masyarakatnya, apakah itu tenggang
rasa pada perbuatan maupun terhadap perkataan. Seperti tertuang dalam kata-kata
adat:
Anak di pangkua,
Kamanakan dibimbiang,
Urang kampuang dipatenggangkan
Artinya: tanggung jawab pada kemenakan dengan mengarahkan pada
perbuatan yang baik.
19
Sebagai orang minangkabau yang baik, sifat tenggang rasa memang perlu
dimiliki, agar terjalin hubungan yang harmonis di lingkungan tempat tinggal di
mana kita berada baik di rumah, di sekolah, maupun di tengah masyarakat.
Adat mengatakan:
Sakik di silau
Mati dijanguak
Rusuak dipujuak
Tagamang dijawek
Artinya, kalau ada orang yang sedang sakit, kita lihat dan menjenguk
orang yan meninggal (takziah). Hiburlah orang yang kena musibah. Jadi, kita
sebagai masyarakat minangkabau hendaknya saling merasakan. Kalau orang
mendapat kemalangan, kita merasakannya. Kalau orang mendapat kegembiraan,
kita juga ikut gembira. Dengan demikian sifat tenggang rasa sangat diperlukan,
sebagai tanda kita hidup bermasyarakat.
7. Rasa malu
Rasa malu menurut adat minangkabau, yaitu perasaan takut untuk dilihat atau
tidak dilihat oleh seseorang atau orang lain. Rasa malu biasanya timbul jika
berbuat salah, jika rasa malu sudah tertanam pada diri seseorang maka orang
tersebut akan jarang melakukan kesalahan. Banyak contoh perbuatan yang
mendatangkan malu. Misalnya, saat makan mengeluarkan suara capak. Begitu
juga kita harus merasa malu jika tidak mengerjakan PR.
Orang yang tidak bermalu, bila tidak dapat membedakan antara budi yang baik
dan budi yang buruk. Seperti nasihat adat : paliharo kaki jan sampai salah
langkah, paliharo lidah supayo jan sampai salah mangecek, paliharo mato jan
sampai salah maliek. Bak kato urang tuo-tuo jan buruak Cando, salah pandang.
Untuk itu kita harus berhati-hati dalam berbuat, bertindak dan berkata-kata. Jika
tidak, pasti akan mendapat malu. Sebab perbuatan yang tidak sesuai dengan ukua
jo jangko akan dapat membuat malu.
20
Untuk menanamkan rasa malu, adat minangkabau mengajarkan seperti :
Untuk melatih rasa malu gunakan perasaan dan pikira. Mendidik rasa malu
harus dimulai dari diri sendiri semenjak masih kecil. Contohnya :
Jika kita sudah terdidik dengan rasa malu maka kita termasuk orang yang
beradat menurut ada minangkabau.
21
diangkat lebih tinggi dari tempat duduk, atau karena ada orang yang lebih tua (senior)
di sekitar tempat itu duduk di lantai.
Adapun pengertian sumbang salah ialah perilaku yang menunjukkan
pelanggaran terhadap etika adat istiadat. Sumbang menurut pandangan orang lain,
salah menurut senior yang bersangkutan. Sebagai contoh ialah seseorang yang duduk
di kursi tadi dimana seniornya duduk di lantai. Orang lain akan menilai bahwa
perilakunya yang demikian adalah sumbang menurut adat, sedangkan seniornya akan
menilai perilakunya itu adalah salah, sebab itu si senior atau salah seorang senior
lainnya akan menegurnya. Adat Minangkabau menetapkan minimal 12 macam pokok-
pokok sumbang.
1. Sumbang duduak
2. Sumbang tagak
3. Sumbang diam
4. Sumbang bajalan
5. Sumbang kato
6. Sumbang caliak
7. Sumbang bapakaian
8. Sumbang bagaua
9. Sumbang karajo
10. Sumbang tanyo
11. Sumbang jawab
12. Sumbang kurenah
1. Sumbang Duduak
22
a. Duduak baselo (duduk bersila) yaitu duduk dengan melipatkan kaki berslang
dimana ujung kaki kiri dihimpit paha kanan dan ujung kaki kanan dihimpit
paha kiri.
b. Duduak Mangangkang (duduk mengangkang) yaitu duduk dengan membuka
lebar kedua paha sekalipun telah ditutupi dengan kain atau pakai celana.
c. Duduak Mancongkong (duduk berjongkong) yaitu duduk dimana hanya
telapak kaki saja menginjak atau tercecah ke tempat duduk, kedua pinggulnya
tergantung dan menempel di kedua betis.
Sumbang duduk menurut tempat yang diduduki ialah apabila duduk di tempat
yang bukan disediakan untuk tempat duduk, seperti:
a. Di meja, di atas lemari, atau bukan tempat duduk, sedangkan tempat duduk
telah disediakan.
b. Di jendela, di pintu, di atas tangga, atau di tempat yang seakan-akan dianggap
menarik perhatian orang.
c. Di pinggir jalan, di tempat orang lalu-lalang atau di tempat umum tanpa ada
orang menemani, atau walaupun banyak orang tetapi mengganggu kepada
yang lain.
Sumbang duduk menurut situasi ialah duduk yang tidak diperbolehkan karena
situasi dan kondisinya yang dianggap tidak pantas. Contohnya ialah:
2. Sumbang Kato
Sumbang kato (sumbang kata, atau sumbang perkataan), disebut juga sumbang
bakato (sumbang berkata), atau sumbang bicaro (sumbang berbicara). Sumbang
kata ialah sumbang bagi seorang jika berbicara tidak sesuai degan etika adat
23
Minangkabau. Hal-hal yang dikategorikan sebagai sumbang kata itu diantaranya
ialah:
a. Berbicara terlalu keras sehingga melebihi kebutuhan dengar si pendengarnya,
termasuk si pendengar bukan lawan bicara.
b. Berbicara dengan ucapan atau kata-kata yang kotor, cabul atau porno,
termasuk ucapan-ucapan carut marut.
d. Berbicara yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, atau berbicara tidak pada
tempatnya, seperti hal-hal yang hanya dibicarakan dikalangan perempuan saja
dibicarakan pada lelaki, atau sesuatu yang perlu dibicarakan langsung dengan
seseorang, dibicarakan dengan orang tuanya.
e. Bagarah (berkata dengan bergurau). Dikatakan orang juga sumbang apabila
seorang perempuan bagarah dengan laki-laki lain, atau famili yang lebih tua
seperti, ninik mamak, kakak ipar, nenek, kakek dan orang yang setingkat
dengan itu.
3. Sumbang Tanyo
Sumbang tanyo artinya ialah cara bertanya yang dianggap tidak sesuai dengan
etika, apakah caranya yang tidak benar, atau bertanya dengan pur-pura tidak tahu.
Salah satu cara untuk mengatasi ketidaktahuan ialah dengan cara bertanya. Sebab
dengan cara bertanya, ketidaktahuan itu bisa teratasi. Dan kalau tidak mau
24
bertanya, bisa pula menyebabkan kesulitan dan kerugian. Mamang adat
mengingatkan:
Malu batanyo sasek di jalan
Sagan mandayuang anyuik sarantau.
Terjemahan:
Malu bertanya sesat di jalan
Segan mendayung hanyut serantau).
Artinya, jika malu bertanya akan sesat di jalan, bahkan mungkin
kembali saja ke pangkalan sebelum sampai ke tujuan.
Namun demikian, jika bertanya tanpa perhitungan dan tanpa etika, bisa
pula mendatangakan masalah bagi si penanya atau pihak yang ditanya. Dan
bisa pula menyebabkan salah pengertian yang mengundang perselisihan kedua
belah pihak. Pertanyaan atau cara yang tidak berkenan di hati orang yang
ditanya dan menyebabkan salah pegertian itu, disebut sumbang tanya.
Sisi lain yang perlu diperhatikan ialah situasi dan kondisi orang tempat
bertanya. Apakah orang itu mungkin bisa tempat bertanya atau tidak, karena
tidak semua orang bisa dijadikan tempat bertanya. Orang bijak dalam keadaan
seperti ini biasanya terlebih dahulu berpegang kepada pepatah:
25
Tetapi jika diam saja dan mencari sendiri atau menunggu sendiri jawaban
pertanyaan tu, diibaratkan akan mendapatkan emas.
26
D. Bahasa Dalam Pergaulan Minangkabau
Berbahasa merupakan bagian dari tatakrama. Oleh karena itu adat
minangkabau sangat mengatur masyarakatnya dalam berbahasa. Salah satunya
berbicara haruslah diingat artinya dalam berbicara harus hati-hati supaya tidak
menyinggung perasaan orang. Dalam berbicara dengan orang lain dalam kehidupan
sehari-hari, seorang haruslah menggunakan tatakrama menurut status sosialnya
masing-masing. Tata krama yang mengatur berbicara seseorang menurut lawan
bicaranya disebut dengan kato nan ampek(kata yang empat). Bahkan jika sesorang
yang berbicara tidak sopan dan bertingkah laku yang tidak baiak sering juga di sebut
orang yang indak tau dek ampek . sehingga kato nan ampek itu bukanlah hal yang
baru lagi didengar oleh masyarakat minangkabau.Yang selanjutnya akan dibahas
dibawah ini:
1. Kato Mandaki (Kata Mendaki)
Yaitu bahasa yang digunakan orang yang status sosialnya lebih rendah dari
lawan bicaranya. Umpanya orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua,
murid kepada guru, bawahan kepada atasan. Seperti petitih yang mengatkan
“bakato dibawah-bawah, manyauak diilie-ilie”. Dalam berbicara kita harus
menggunakan pemakaian kata lebih rapi, ungkapanya jelas, dan penggunaan kata
pengganti orang pertama, kedua, ketiga bersifat khusus. Contoh untuk kata
pengganti orang pertama biasanya menggunakan kata ambo, panggilan untuk
orang lebih tua atau panggilan kehormatan untuk orang tua yaitu mamak, inyiak,
uda, etek, amai atau uni, atau beliau untuk orang ketiga.
27
a. Kepada orang tua laki-laki menyapa dengan panggilan abak, bapak, ayah,
buya.
b. Kepada orang tua perempuan menyapa dengan panggilan mande, umi, amak,
ibu, mama, amai dan lain-lain.
c. Kepada kakak perempuan menyapa dengan panggilan uni, kakak, ayang, cani.
d. Kepada kakak laki-laki menyapa dengan panggilan ajo, kanda, uda, akak.
e. Kepada orang tua dari ayah dan ibu biasanya dengan panggilan kakek, nenek,
inyiak, anduang, angku, uwo.
f. Kepada adik atau kakak perempuan ayah dan ibu biasa dipanggil etek, ande.
g. Kepada saudara laki-laki ibu biasanya dengan panggilan mak etek, mak uncu,
mak adang.
a. Waktu berjalan, kita ingin mendahului oaring yang lebih tua, kita permisi
terlebih dahulu.
b. Dalam melaksankan pekerjaan kita mintak izin terlebih dulu kepada orang
lebih tua.
Kesadaran untuk menghormati orang yang lebih tua seperto diungkapkan sebagai
berikut:
Talangkah babaliak
Sasek suruik
Sikap jalan manadaki harus dibiasakan sejak kecil, sehingga bila besar nanti
jadi orang yang pandai bergaul. Tanda seseorang memakai kato mandaki atau
hormat ke yang lebih tua akan nampak ketika ia berbicara, bersikap dan
bertingkah laku, misalnya waktu menegur, menyampaikan pesan, menerima
perintah.
28
2. Kato Manurun (Kata Menurun)
Adalah bahasa yang digunakan untuk orang yang statusnya lebih tinggi dari
lawan bicaranya. Umpanya yang dipakai mamak kepada kemenakanya, guru
kepada murid, atasan kepada bawahanya seperti pepatah yang mengatakan:
29
hari penggunaan kata kiasan ini memerlukan kearifan menanggapinya. Arif dan
bijaksana dalam adat disebut “kato bayang” seperti pepatah dibawah ini:
Pemakain kata dalam kato melereng yaitu awak mbo sedangkan untuk
orang pertama tergantung gelar yang sudah dimiliki.
30
Muluik manih kucindan merah
Budi baik basu katuju
Lamak basantan tanguli
Pandai bagau samo gadang
Ingek runcing kok managanai
Jago sandiang kok malukoi
Kato mandata ini sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
menegur teman yang sedang lewat dijalan “oi Man dari ma waang tadi?” “Aden
dari Surau,” jawabnya
31