Masyarakat di Minangkabau dalam berbicara mempunyai aturan dan tatakrama yang harus dipatuhi.
Menurut Ibrahim (2012: 335) “dalam berbicara jauhkanlah kata-kata kotor, kata-kata
yang ,menyakitkan hati orang”. Minangkabau mengenal dengan raso dan pareso maksudnya dalam
berbicara jangan sampai membuat orang sakit hati. Selain itu, karena ‘mulutmu adalah harimaumu’.
Pantun adat mengatakan :
Maksud dari pantun diatas yaitu Seseorang yang tak pandai berbicara secara baik, sama dengan alu
pencongkel duri yaitu nantinya hanya akan menyakti hati oran lain.
“Kok bakato paliharo muluik, kok bajalan paliharo kaki, bakato guluanglah lidah, bajalan renjeanglah
langkah”
Maksudnya dalam melakukan sesuatu haruslah berfikir terlebih dahulu termasuk dalam berbicara.
Adat minagkabau selain mengatur masyarakatnya dalam berbicara juga mengatur dalam hal
menjawab pertanyaan,bila orang bertanya jawablah dengan sopan dan hormat, jangan bersikap tak
acuh terhadap orang lain. Kala tidak dapat menjawab pertanyaan atau memberikan informasi
jawablah dengan baik dan sopan.
Jika duduk di hamparan, duduklah bersila baik-baik dan jangan tegakkan lutut. Juga bila duduk di
kursi tidak baik melipat kaki di atas lutut. Kepada perempuan yang duduk di hamparan sekali-kali
jangan tegakkan lutut, baik di hadapan ibu-bapak, adik dengan kakak, dihadapan mamak dengan
nenek, apalagi di hadapan laki-laki lain. Tujuannya selain tidak sopan juga untuk menghindari aurat
jangan kelihatan.
Budaya minangkabau mengenal duduk baselo dan duduk basimpuah. Dudukbaselo ini dilakukan oleh
kaum laki-laki sedangkan duduk basimpuah dilakukan oleh kaum perempuan.
Dengan berjalannya waktu banyak hal yang berubah di miangkabau seperti cara makan, duduk dan
lain-lain.
Saat ini hampir disetiap rumah ada kursi,permadani, tikar, dan alat tempat duduk lainnya. Pada
acara-acara tertentu orang minang masih sering menggunakan hamparan atau tikar untuk tempat
duduk, misalnya di acaramalewakan gala, baralek, mufakat kaum, kematian.dan sebagainya. Cara
duduk seseorang memperlihatkan budi orang itu, seperti pantun ini
Duduk di tikar bagi laki-laki di minangkabau adalah duduk baselo (bersila). Duduk seperti inilah yang
disebut duduk beradat.
Cara duduk baselo yaitu kedua kaki dilipat teratur, lutut tidak boleh ditegakkan, punggung tidak
boleh membungkuk karena akan merusak tulang punggung. Jadi, waktu duduk baselo kaki dilipat
dan punggung lurus sehingga duduk bisa bertahan dalam waktu lama. Kalau sudah begitu pertanda
duduk laki-laki sudah memenuhi adat yang berlaku.
Duduk baselo
Duduak basimpuah
a) Duduk di tepi jalan tanpa ada yang menemani dan tidak ada keperluan
c) Duduk di atas pintu atau kepala tangga sedangkan orang banyak hilir mudik di tempat itu
d) Duduk berdekat-dekatan dengan famiili yang laki-laki seperti adik, kakak, mamak, ipar, bisan,
apalagi dengan laki-laki lain
Adat mengatakan:
Artinya makan dan minumlah dengan tertib, berlakulah sopan dan santun, hingga tidak menyerupai
hewan makan. Selain itu perlu diperhatikan apabila kita makan bersama dengan orang yang lebih
tua, dahulukanlah beliau makan, begitu juga menyudahinya. Tujuannya ialah untuk menghargai yang
lebih tua. Janganlah makan dengan suap yang besar dan sekali kunyah masuk perut. Kalau minum
teguklah perlahan-lahan dan jangan sampai kedengaran seperti hewan minum.
Makan secara adat dimulai dan diselesaikan dengan diadakan kata persembahan, dan ini
menunjukkan musyawarah dalam mencapai kata mufakat. Demikian juga makan makanan lain
seperti pisang dan sebagainya. Menurut kebiasaan yang berlaku orang minangkabau bila makan
pisang. Kulit pisang dikelupaskan menjadi empat. Tidak baik mengelupaskan kulit pisang menjadi tiga
bagian atau kurang. Kalau hal ini terjadi dikatakan seperti beruk mengelupaskan pisang.
Barangkali orang minangkabau menganggap bilangan empat ada kaitannya denganadat nan ampek,
kato nan ampek, suku nan ampek, nagari nan ampek, dan lain-lain.Dengan mengingat yang empat
akan teringat yang lainnya bahkan seorang yang kurang ilmu dikatakan juga: indak tau nan ampek.
e. Tidak boleh meninggalkan tempat makan lebih dahulu kecuali orang tua telah mengizinkan
f. Tidak boleh lebih dahulu selesai makan bila masih ada yang makan
Masyarakat minangkabau identik dengan baju kurung, yang mana baju kurung itu menutup aurat
perempuan minangkabau. Menurut adat dan syarak hindarilah membuka sebagian dari aurat seperti
membuka kuduk, sebagian dari dada oleh seorang wanita. Hindarilah berpakaian yang tidak menurut
adat yang tidak pada tempatnya seperti laki-laki bersubang, berkalung, dan memakai gelang.
Menurut budaya minangkabau pakaian yang digunakan oleh kaum wanita pada umumnya tertutup,
yaitu memakai baju kurung dipadu dengan kain sarung atau rok panjang serta dilengkapi dengan
kerudung. Sedangkan untuk kaum laki-laki memakai baju model koko sekarang dengan paduan kain
sarung dilengkapi dengan kopiah atau peci (teluk belangu) .
Kerudung yang digunakan sebagai pelengkap baju kurung bagi kaum wanita berfungsi sebagai
penutup kepala (menutup aurat bagi mereka yang taat menjalankan ajaran agama islam) atau hanya
dipakai diselempangkan di atas bahu menjurai ke bawah. Baju kurung secara umum ada dua model,
yaitu yang di belah di depan dari atas sampai ke bawah, mirip dengan model kebaya panjang.
Bedanya tidak memakai lipatan jahitan di pinggang atau lurus saja.
Baju kurung digunakan dalam segala kesempatan berdasarkan waktu dan tempat dapat dibagi
menjadi 5 jenis berikut
e. Pakaian pengantin
Baju kurung sebagai pakaian untuk menghadiri perhelatan atau baralek biasanya memiliki warna
yang cerah, untuk menggambarka suasana bahagia. Kain sarung atau rok panjang yang dipakai juga
berwarna cerah atau sama dengan warna baju kurungnya. Kerudung/ selendang disesuaikan dengan
baju dan kain. Pakaian pada saat baralek ada yang memakai sunting, tetapi sunting kecil saja,
terutama untuk mengiringkan anak daro.
Di minangkabau berpakaian sangat banyak makna dan kegunaannya, tidak hanya melindungi tubuh
dari cuaca atau sekedar menutup aurat tapi pakaian juga bisa melambangkan kedudukan sosial
seseorang dan juga mencerminkan sikap sopan santun si pemakainya. Cara berpakaian laki-laki di
minangkabau dapat dibedakan sesuai peruntukannya antara lain
2) Pakaian pesta
4) Pakaian anak-anak
Pakaian penghulu dan pemangku adat biasanya dipakai pada acara-acara adat dan acara-acara
kebesaran lainnya. Pakaian adat untuk laki-laki biasa perlengkapannya tidak sebanyak pakaian
penghulu.
Pakaian penghulu
Pakaian pesta biasanya digunakan untuk acara-acara pesta dan kegiatan lain sehingga kita dapat
membedakan antara pakaian harian di rumah dengan pakaian pesta.
Pakaian sehari-hari anak muda minangkabau terdiri dari baju gunting cina, celana panjang dari kain
batik dan di bahunya tersandang kain sarung bermotif halus biasanya disebut sarung bugih. Kepala
ditutup dengan pecis yang terbuat dari beludru yang disebut \kopiah.
Perempuan di minangkabau disebut bundo kanduang. Jadi yang dimaksud perempuan menurut
minangkabau adalah seorang wanita baik gadis atau telah menjadi ibu yang senantiasa mempunyai
sifat terpuji menurut adat.
Oleh karena itu dalam berpakaian perempuan minangkabau hendaklah memperhatikan cara-cara
berpakaian jangan sampai terjadi sumbang berpakaian.
1) Berpakaian seperti laki-laki kecuali ada suatu hal yang sangat penting perlu berpakaian
demikian
2) Memperlihatkan aurat
Baju kuruang
Pakaian adat untuk wanita disebut juga pakaian bundo kanduang. Perlengkapannya adalah
tangkuluak tanduak penutup kepala. Tangkuluak terbuat dari kain balapak hasil tenunan. Bentuk
tangkuluak mirip dengan gonjong rumah gadang. Baju kuruang terbuat dari beludru. Kain saruang
songket pada bagian bawahnya. Selempang yang dipasang dari bahu ke pinggang yang melintang
pada badan, gelang, dan kalung. Pakaian sehai-hari wanita minangkabau adalah baju kurung ,
memakai tutup kepala (takngkuluak biaso) memakai kain dari kain panjang. Pakaian wanita selalu
menutup aurat, tidak mencolok dan selalu kelihatan sopan.
Adat minang kabau sangat membatasi pergaulan perempuan dan laki-laki. Dilarang oleh adat
bergaul bebas antara laki-laki dengan perempuan atau bepergia dengan yang bukan famili atau
bukan suami. Pepatah adat mengatakan :
Maksudnya, akan habis malu dan sopan jika sesuatu yang tidak baik terbiasa dilakukan. Akan lebih
terlarang menurut adat dan berdosa menurut syarak apabila ada kumpul kerbau atau hidup bersama
tanpa ada perkawinan yang sah.
Dalam perjalanan atau bepergian dengan teman tidak sejenis ada sopan santunnya seperti
a. Bepergian lebih dari dua orang, kalau perlu mengikutkan orang yang lebih dewasa
Dalam bergaul kita harus mempertahankan rasa malu, sebab dalam ajaran nabi, malu itu sebagian
dari iman. Pepatah minangkabau mengatakan :
Jadi bila rasa malu telah hilang dalam diri kita maka kita tidak akan dihargai lagi oleh orang.
Adat minangkabau menggunakan sopan santun dalam pergaulan. Budi pekerti yang tinggi menjadi
salah satu ukuran martabat seseorang. Etika menjadi salah satu sifat yang harus dimiliki setiap
individu minang.
Adat minang sejak berabad-abad yang lalu telah memastikan bila akhlak suatu bangsa telah rusak
maka dapat dipastikan suatu waktu kelak bangsa itu akan binasa, akan hancur lebur ditelan sejarah.
Adat minang mengatur dengan jelas tata kesopanan dalam pergaulan. Kita tinggal mengamalkannya.
Pepatah menyebutkan
Budi pekerti adalah salah satu sifat yang dinilai tinggi oleh adat minang. Begitu pula rasa malu dan
sopan santun bertamu atau berkunjung dan menerima ramu atau menerima kunjungan.
“hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu masuk ke rumah seseorang sebelum kamu minta
izin dan mengucapkan salam kepada yang punya rumah”
3) Bertamulah di saat tuan rumah sedang tidak sibuk dan tidak sedang istirahat
Kesimpulannya jangan sampai dengan kedatangan kita tuan rumah merasa terganggu.
Di minangkabau, tamu adalah raja, namun kita sebagai tamu tidak boleh bersikap seenaknya saja.
Kita harus mengikuti tata cara bertamu yaitu :
1) Waktu kita tiba di rumah orang yang kita kunjungi ketuklah pintu sambil mengucapkan
assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Bila maksud kita bertamu sudah selesai, kita segera pamit pada tuan rumah. Tidak baik bertamu
lama-lama karena akan menggangu pekerjaan tuan rumah. Waktu akan keluar rumah ucapkan salam
pada tuan rumah sambil bersalaman.
Dalam lingkungan pergaulan masyarakat minang, berlaku ketentuan yang berlandaskan pada rasa
kebersamaan, dan memelihara sikap menjaga perasaan orang lain agar tidak tersinggung, yang
disebut dengan sikap saling menghargai. Jadi, sikap salin menghargai sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebab setiap orang ingin dihargai dan dicintai. Itulah sebabnya, orang
Minangkabau terlihat seperti satu keluarga.
Sebagai orang Minang kabau, kita tentu bangga dengan semua itu. Marilah kita pupuk rasa
kekeluargaan itu, baik antara sesama teman, dengan guru, ataupun dengan orang lain. Dan
menghargai seseorang dapat dilakukan berupa pemberian hadiah, pujian, ucapa selamat, dan
sebagainya.
a. Menerima informasi tentang perlunya mempunyai sifat-sifat saling mencintai dan hormat
menghormati sesama teman, guru dan orang lain.
Seorang anak laki-laki bernama Yosa. Ia murid kelas tiga dan mempunyai banyak teman. Setiap akhir
tahun Yosa mendapat rapor kenaikan kelas. Naik kelas merupakan hasil karyanya selama satu tahun.
Yosa mendapat hadiah yang sangat besar dari teman-temannya, yaitu mereka memberikan ucapan
selamat kepada Yosa atas prestasi yang didapatnya. Sehingga Yosa bertekad dalam hati untuk
belajar lebih giat lagi.
Cerita diatas menjelaskan betapa besar manfaat adanya sikap saling mencintai dan saling
menghormati yang dilakukan berupa ucapa selamat.
Saleh beragama islam, berteman dengan Tanto yag beragama kristen. Pagi-pagi sebelum masuk
kelas mereka berjanji akan main layang-layang sepulang sekolah. Tiba-tiba Saleh membatalkan
rencana tersebut, “Tanto, saya minta maaf karna tidak dapat bermain layang-layang setelah
bersekolah. Hari ini saya aka shalat jumat bersama ayah dan kakak. Bagaimana kalau nanti jam
empat sore saja. Udaranya tidak terlalu panas,” kata Saleh pada Tanto.
Tanto menjawab, “Ya, tidak apa-apa. Pulanglah segera untuk mempersiapkan diri agar tidak
terlambat shalat jumat nya.”
Jadi, mereka berdua saling menghormati, sehingga terciptalah pergaulan yang harmonis.
Guru ibarat orang tua disaat kamu disekolah. Hormati dan cintailah dia. Dengarkanlah da ikutilah
pelajaran yang dijelaskannya, agar mudah dipahami. Selesaikanlah tugas-tugas yang diberikanya.
Patuhilah segala nasehatnya.
Bila kelas kotor bersihkanlah sebelum guru memasuki kelas, dan ucapkan salam saat guru memasuki
ruang kelas, atau saat bertem dijalan. Seorang anak yang hormat dan baik pasti disayangi oleh guru.
Jadi, jadilah anak yang baik, yang memiliki sifat saling cinta dan menghormati, sehingga kita akan
disayangi oleh semua orang.
Semua manusia sama di sisi Tuhan. Hanya saja yang membedakannya adalah amal ibadahnya.
Menghormati orang lain adalah ibadah. Jadi, berusahalah membina hubungan yang baik dengan
orang lain, tanpa membeda-bedakan. Di Minagkabau, ada beberapa bentuk cara menghormati orang
lain, seperti :
b. Meneghadiri undangan
Adat Minagkabau mengajurkan kita saling mencintai. Orang yang saling mencintai akan hidup
dengan tenteram, yang diungkapkan seperti dibawah ini
Sasakik sasanang
Sahino samalu
Demikianlah adat Minangkabau mengajarkan kita tentang sikap saling mencintai dan menghormati.
2. Suka menolong
Masyarakat Minangkabau sangat menyadari bahwa kita tidak bisa hidup tanpa pertolongan dari
orang lain. Jadi, kita hidup harus suka berbuat baik, bergotong royong, tolong menolong, menesehati
sesama, da menjunjung tinggi rasa kebersamaan. Adat mengatakan: barek samo dipikua, ringan
samo dijinjiang, ka bukik samo mandaki, ka lurah samo manurun.
Orang yang suka menolong, akan memiliki banyak teman, apalagi kita memberika pertolongan itu
dengan rasa ikhlas tapa mengharapkan imbalan dari orang yang kita tolong, seperti yang dinyatakan
ole Rasulullah yang berbunyi: Sesungguhnya tangan yang di atas lebih mulia dari tangan yang
dibawah. Artinya, sesungguhnya orang yang memberi pertolongan kepada orang yang
membutuhkan jauh lebih mulia daripada orang yang meminta pertolongan. Adat Minangkabau juga
mengataka :
Adaik hiduik tolong menolong maksudnya setiap orang orang yang hidup harus tolong menolong.
Kita menolong orang yang sedang membutuhkan. Kita membantu teman yang sedang kesulitan, kita
memberi orang yang tidak punya, dan kita mengulurkan tangan kepada mereka yang berharap.
Kita menolong tidak pandang suku, tidak memandang bangsa. Pokoknya, setiap orang yang
memerlukan pertolongan, kita tolong sebisa kita. Tandanya kita orang yang beragama dan beradat.
Menolong yang sedang kesusahan sangat dianjurkan didalam Minangkabau. Setelah kita mengetahui
bahwasanya sangat penting memilki sifat tolong menolong, dan tentunya kita ingin memberikan
pertolongan kepada teman yang sedang kesusahan. Contohnya :
Suatu pagi Yosa tiba di sekolah, dilihatnya temannya Wiki yang piket kelas hari itu sangat gelisah
karena belum selesai membersihkan kelas, sementara lima menit lagi lonceng akan berbunyi.
Yosa heran da bertanya-tanya dalam hati, sebab selama ini Wiki termasuk anak yang patuh dan rajin,
lalu Yosa bertanya, “ Ki, kenapa kamu terlambat piket sekarang ?” Wiki menjawab, “Saya terlambat
berangkat dari rumah, karena ibu saya sakit.” “O, begitu!” Lalu Yosa segera menolong temannya itu
membersihkan kelas walaupun Yosa tidak piket.
Dan sebelum lonceng masuk berbunyi, pekerjaan itu sudah selesai sehingga Wiki dan Yosa dapat
mengikuti kegiatan senam pagi
Dalam belajar, Bu guru menyuruh anak-anak mengeluarkan pensil untuk menggambar. Wiki melihat
Yosa kasak-kusuk mengutak atik tasnya.
Lalu Wiki bertanya, “Apa yang kamu cari Yosa?” “Pensilku tidak ketemu, Ki,” jawab Yosa. “O, itu!
Kenapa kamu susah, pakai saja pensilku, karena aku punya dua pensil,” sambil memberikan sebuah
pensil kepada Yosa.
Dari cerita diatas, kita dapat melihat dua orang teman yang saling tolong-menolong. Jadi, berilah
pertolongan itu sesuai dengan kemampuanmu. Jangan memberi pertolongan pada perbuatan
kejahatan.
c. Perlunya mempunyai sifat tolong menolong sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari
Agama menjadi tuntunan hidup kita sehari-hari. Orang Minangkabau beradat dan beragama islam.
Orang yag tidak beragama hidupnya tidak ada pegangan. Dan tentunya orang yang seperti itu tidak
memiliki atau tidak memakai raso jo pareso
Orang yang beragama mempunyai sifat tolong-menolong yang merupakan ciri khas orang
Minangkabau, yang didalam basaha Minang disebut capek kaki ringan tangan, artinya orang yang
suka menolong. Dan pertolongan yang diberikan dan diharapkan adalah pertolongan diberbagai
pekerjaan ataupun pertolongan disaat kesusahan. Dan dalam memberikan pertolongan yaitu kepada
orang yang membutuhkan, dan juga sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.
3. Rendah hati
Banyak contoh-contoh sifat rendah hati yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Yang mana
diungkapkan dalam kato pusako berikut ini:
Mandi di ilie-ilie dan bakato dibawah-bawah menandakan orang harus rendah hati, menunjukkan
bahwa ia tidak sombong dan tidak angkuh
Ada beberapa tanda seseorang itu mempunyai sifat rendah hati, antara lain: ia sesalu minta maaf
kalau bersalah, dan selalu minta ampun dan bertobat kalau berdosa, yang juga diungkapkan dalam
kato pusako dibawah ini:
Jadi, sifat rendah hati itu harus kita pupuk, supaya orang menyenangi kita. Contoh kisah keluarga
yang mempunyai sifat rendah hati :
Keluarga Teladan
Pak Mahmud dan keluarganya tinggal di Sungayang. Istrinya bernama Bu Intan. Ibu Intan adalah
guru sekolah dasar. Pak Mahmud mempunyai du orang anak, yang laki-laki bernama Arman dan
yang perempuan bernama Anisa. Pak Mahmud orag terpandang di masyarakat. Beliau sekeluarga
berbudi baik dan tidak pula sombong.
Disaat pak Mahmud duduk-duduk didepan rumahnya, lewat sepasang suami istri yang selama ini
belum pernah dilihatnya.
Lalu pak Mahmud menyapa dengan ramah. Setelah diselidiki tahulah Pak Mahmud bahwa orang itu
tetangga barunya, bernama Pak Nurdin, yang baru pindah dari kota lain. Malamnya, keluarga pak
Mahmud berkunjung ke rumah tetangga barunya itu untuk memperkenalkan diri.
Orang yang mempunyai sifat rendah hati akan disenangi orang dan banyak teman. Dia aakan mudah
bergaul dimana saja. Yang sangat penting orang yang rendah hati pernah memilih teman, baginya
manusia ini sama. Apakah dia kaya atau miskin, apakah cantik atau jelek, anak pejabat atau rakyat
biasa. Semua itu tetap dijadka teman yang baik bagi orang yang rendah hati.
Agar kamu bisa menjadi orang yang mempunyai sifat rendah hatiada beberapa contoh sikap yang
dapat kamu lakukan:
ii. Bila orang tuamu kurang mampu, jangan kamu merasa rendah diri.
Sebab rezki itu Tuhan yang menentukan.
iii. Begitu juga bila kamu belum berhasil mendapat juara kelas, padahal
kamu sudah belajar sungguh-sungguh, jangan merasa rendah diri. Berusahalah terus.
4. Hemat
Hemat artinya hati-hati dalam menggunakan harta, khususnya dalam mengeluarkan uang.
Maksudnya dalam memakai atau mengeluarkan uang harus penuh perhitungan. Jadi, hemat
merupakan pola hidup yang mengatur pengeluaran seefisien mungkin guna memenuhi kehidupan
sehari-hari. Adat minangkabau menganjurkan kepada masyarakatnya untuk memiliki sifat hemat.
Hidup hemat sangat penting dalam kehidupan. Sebagaimana pepatah minang mengatakan :
Artinya, kita harus berhemat sebelum yang kita miliki habis dan kita juga dianjurkan agar berhati-hati
sebelum kena (maksudnya sebelum mendapat kesusahan). Selagi ada jangan dimakan dulu
(maksunya di saat kita memiliki sesuatu harus berhemat) dan jika sudah datang musim sakit barulah
dimakan (maksudnya jika sudah berada dalam kesusahan maka barulah perlu untuk dipergunakan).
Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk selalu hidup hemat.
Hemat untuk diri sendiri dapat kita lakukan dengan cara menghemat waktu. Kita sebaiknya
menggunakan waktu yang terluang untuk kegiatan yang bermanfaat, seperti waktu untuk belajar,
beolahraga dan beribadah. Karena belajar yang rajin akan membuat kita menjadi pandai,
berolahraga yang teratur aka membuat kita menjadi sehat, dan beribadah yang taat akan membuat
kita menjadi umat yang saleh. Jadi dengan menghemat waktu, kita bisa terhindar dari perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat.
Hemat untuk harta benda dapat kita lakukan dengan cara menggunakan sesuatu yang kita miliki
seperlunya saja dan juga selalu menjaga/merawat harta benda yang dimilki agar dapat dipergunakan
di kemudian hari. Seperti :
i. Menabungkan sisa uang belanja
Dengan demikian, kita harus biasakan untuk bersifat hemat. Karena jika kita bisa untuk berhemat,
maka mudah-mudahan kita akan terhindar dari kesusahan. Dan perlu diingat bahwa sifat hemat
tidak sama dengan sifat imaik (kikir), karena hemat tetap mengeluarkan uang atau menggunkan
sesuatu tetapi tidak berlebihan.
Dalam adat minangkabau, lumbung padi merupakan ciri hemat masyarakat minang. Lumbung padi
atau rangkiang adalah tempat penyimpanan hasil sawah. Rangkiang ini terletak di hadapan rumah
gadang. Rangkiang menurut adat minangkabau ada tiga macam, yaitu :
2. Lumbuang sibayau-bayau
Guna padinya untuk menolong orang-orang yang kesempitan di dalam kampuang dan nagari.
3. Lumbuang baperong
Guna padinya untuk makanan sehari-hari oleh anak kemenakan yang menghuni rumah gadang.
Dilihat dari kegunaan lumbuang padi tersebut, dapat diketahui bahwa masyarakat minangkabau
mempunyai sifat hemat. Rezeki yang dikaruniakan Tuhan, mereka manfaatkan dengan teratur dan
tidak digunakan sesuka hati.
Jujur adalah sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa adanya, tidak
ditambahi ataupun dikurangi. Kujujuran dalam kehidupan sehari-hari sangat dipelukan untuk
mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Membiasakan berkata dan bekerja jujur sangat
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu kita harus selalu untuk bersifat jujur.
Sedangkan orang yang tidak jujur dengan perkataannya disebut pembohong. Orang yang
pembohong tidak disenangi bahkan dibenci dalam pergaulan.
Jadi, bila kita tidak jujur satu kali saja maka seumur hidup orang tidak akan percaya lagi terhadap
kita.
Orang yang tidak jujur biasanya mempunyai sifat yang sangat tercela, di mulut manis tapi di hati
jahat dan suka menipu. Seperti adat yang mengatakan :papek di lua ruciang di dalam, talunjuak
luruih kalingkiang bakaik atau umpama buah kadondong di lua licin di dalam baduri.
Selain sifat jujur, sifat tanggung jawab perlu juga kita milki. Tanggung jawab adalah kesediaan
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dengan sadar dan bersungguh-sungguh.
Melaksanakan tanggung jawab seharusnya dengan kesadaran sendiri dan ikhlas, bukan karena
terpaksa dan rasa takut.
Orang yang tidak bertanggung jawab atas segala perkataan dan perbuatannya disebut orang
pengecut. Adat minang mengatakan : Raso kabarek dilapekan, raso kasulik dielakkan, bak caro
mangganggam baro. Artinya, seseorang yang tidak bertanggung jawab atas tugas dan kewajibannya.
Setiap yang kita kerjakan pasti ada akibatnya, baik atau buruknya harus kita pertanggungjawabkan.
Pituah orang tuo-tuo mangatokan : tangan mancancang, bahua mamikua, barani mautang, barani
mambaia, tibo di mato indak dipiciangkan, tibo diparuik indak dikampiahkan. Jadi, orang yang jujur
adalah orang yang suka bertanggung jawab.
Adat minangkabau selalu mewajibkan setiap orang untuk bersifat jujur dan bertanggung jawab.
6. Tenggang rasa
Tenggang rasa merupakan sifat menghargai dan menghormati orang lain. Manusia diberi Tuhan
pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan dapat dipergunakan untuk menentukan buruk dan baik.
Ukuran untuk menentukan buruk dan baik disebut raso jo pareso. Raso artinya perasaan sedangkan
pareso adalah hasil pikiran manusia. Jadi, raso jo pareso bermakna kita menggunakan perasaan
dengan berhati-hati, kita memeriksa/mencari tahu apakah lawan bicara kita tersinggung atau tidak,
pantaskah kata-kata yang kita keluarkan, itu semua diatur oleh prinsip raso jo pareso ini kita
terapkan dalam diri.
Pituah urang tuo-tuo mengatakan : nan elok dek awak, katuju dek urang, sakik dek awak, sakik dek
urang. Artinya, berbuatlah dalam pergaulan yang baik bagi kita, juga baik bagi orang lain. Karena
yang sakit oleh kita, juga sakit oleh orang lain.
Di minangkabau tenggang rasa mempunyai arti yang sangat mendalam. Ini dapat terbukti dari sifat
tenggang rasa oleh masyarakatnya, apakah itu tenggang rasa pada perbuatan maupun terhadap
perkataan. Seperti tertuang dalam kata-kata adat : anak di pangkua, kamanakan dibimbiang, urang
kampuang dipatenggangkan. Artinya, tanggung jawab pada kemenakan dengan mengarahkan pada
perbuatan yang baik.
Sebagai orang minangkabau yang baik, sifat tenggang rasa memang perlu dimiliki, agar terjalin
hubungan yang harmonis di lingkungan tempat tinggal di mana kita berada baik di rumah, di sekolah,
maupun di tengah masyarakat. Adat mengatakan :
Sakik di silau
Mati dijanguak
Rusuak dipujuak
Tagamang dijawek
Artinya, kalau ada orang yang sedang sakit, kita lihat dan menjenguk orang yan meninggal (takziah).
Hiburlah orang yang kena musibah. Jadi, kita sebagai masyarakat minangkabau hendaknya saling
merasakan. Kalau orang mendapat kemalangan, kita merasakannya. Kalau orang mendapat
kegembiraan, kita juga ikut gembira. Dengan demikian sifat tenggang rasa sangat diperlukan,
sebagai tanda kita hidup bermasyarakat.
7. Rasa malu
Rasa malu menurut adat minangkabau, yaitu perasaan takut untuk dilihat atau tidak dilihat oleh
seseorang atau orang lain. Rasa malu biasanya timbul jika berbuat salah, jika rasa malu sudah
tertanam pada diri seseorang maka orang tersebut akan jarang melakukan kesalahan. Banyak
contoh perbuatan yang mendatangkan malu. Misalnya, saat makan mengeluarkan suara capak.
Begitu juga kita harus merasa malu jika tidak mengerjakan PR.
Orang yang tidak bermalu, bila tidak dapat membedakan antara budi yang baik dan budi yang buruk.
Seperti nasihat adat : paliharo kaki jan sampai salah langkah, paliharo lidah supayo jan sampai salah
mangecek, paliharo mato jan sampai salah maliek. Bak kato urang tuo-tuo jan buruak Cando, salah
pandang. Untuk itu kita harus berhati-hati dalam berbuat, bertindak dan berkata-kata. Jika tidak,
pasti akan mendapat malu. Sebab perbuatan yang tidak sesuai dengan ukua jo jangko akan dapat
membuat malu.
a. Melatih perasaan, mengembangkan perasaan halus dalam diri kita. Mengetahui baik dan buruk.
Untuk melatih rasa malu gunakan perasaan dan pikira. Mendidik rasa malu harus dimulai dari diri
sendiri semenjak masih kecil. Contohnya :
b. Malu terhadap keluarga seperti malu tidak mengindahkan nasihat orang tua, malu jika
berkelahi dengan adik sendiri.
Jika kita sudah terdidik dengan rasa malu maka kita termasuk orang yang beradat menurut ada
minangkabau.
Pengertian sumbang menurut adat Minangkabau adalah sikap dan perilaku yang tidak sesuai etika
adat. Sumbang menurut adat Minangkabau belum tentu sumbang menurut adat istiadat di tempat
lain.
Sebagai contoh: menurut adat Minangkabau peremupuan tidak boleh duduak baselo(duduk dengan
melipatkan kaki bersilang masing-masing telapak kaki atau tumit dihimpit oleh paha yang lain), tapi
harus duduk bersimpuh. Di tempat lain ada adat istiadat yang memperbolehkan perempuan duduk
bersila. Di Jawa misalnya pada situasi-situasi tertentu, perempuan malah diharuskan duduk bersila.
Pengertian salah menurut adat Minangkabau ialah pelanggaran yang dilakukan secara sadar atau
tidak sadar terhadap norma-norma dan peraturan-peraturan yang berlaku. Perbuatan salah misalnya
mengambil sesuatu yang bukan hak, melanggar larangan, pengertian sumbang dengan salah dapat
dilihat dalam contoh sebagai berikut:
Seseorang dikatakan salah kalau dia duduk diatas meja karena meja bukanlah sarana untuk tempat
duduk. Orang itu tidak akan dikatakan salah jika dia duduk di kursi. Orang itu dikatakan berbuat
sumbang sekalipun dia duduk di kursi tapi tidak sopan dilihat orang lain. Ketidak sopanan itu
mungkin karena duduk dengan kaki diangkat lebih tinggi dari tempat duduk, atau karena ada orang
yang lebih tua (senior) di sekitar tempat itu duduk di lantai.
Adapun pengertian sumbang salah ialah perilaku yang menunjukkan pelanggaran terhadap etika
adat istiadat. Sumbang menurut pandangan orang lain, salah menurut senior yang bersangkutan.
Sebagai contoh ialah seseorang yang duduk di kursi tadi dimana seniornya duduk di lantai. Orang lain
akan menilai bahwa perilakunya yang demikian adalah sumbang menurut adat, sedangkan seniornya
akan menilai perilakunya itu adalah salah, sebab itu si senior atau salah seorang senior lainnya akan
menegurnya.
-Sumbang duduak
-Sumbang tagak
- Sumbang diam
- Sumbang bajalan
- Sumbang kato
- Sumbang caliak
- Sumbang bapakaian
- Sumbang bagaua
- Sumbang karajo
- Sumbang tanyo
- Sumbang jawab
- Sumbang kurenah
1. Sumbang duduak
Sumbang duduakialah sumbang bagi seseorang apabila ia duduk tidak sesuai dengan etika duduk
menurut adat. Khusus untuk perempuan, sumbang duduk tersebut dapat dibagi atas tiga kondisi
duduk, yaitu cara duduk, tempat yang diduduki, dan situasi dimana duduk. Sumbang duduk bagi
perempuan menurut caranya diantaranya ialah:
a. Duduak baselo (duduk bersila) yaitu duduk dengan melipatkan kaki berslang dimana ujung kaki
kiri dihimpit paha kanan dan ujung kaki kanan dihimpit paha kiri.
b. Duduak Mangangkang (duduk mengangkang) yaitu duduk dengan membuka lebar kedua paha
sekalipun telah ditutupi dengan kain atau pakai celana.
c. Duduak Mancongkong (duduk berjongkong) yaitu duduk dimana hanya telapak kaki saja
menginjak atau tercecah ke tempat duduk, kedua pinggulnya tergantung dan menempel di kedua
betis.
Sumbang duduk menurut tempat yang diduduki ialah apabila duduk di tempat yang bukan
disediakan untuk tempat duduk, seperti:
a. Di meja, di atas lemari, atau bukan tempat duduk, sedangkan tempat duduk telah disediakan.
b. Di jendela, di pintu, di atas tangga, atau di tempat yang seakan-akan dianggap menarik
perhatian orang.
c. Di pinggir jalan, di tempat orang lalu-lalang atau di tempat umum tanpa ada orang menemani,
atau walaupun banyak orang tetapi mengganggu kepada yang lain.
Sumbang duduk menurut situasi ialah duduk yang tidak diperbolehkan karena situasi dan kondisinya
yang dianggap tidak pantas. Contohnya ialah:
a. Seorang perempuan duduk di dekat lelaki yang banyak yang sedang bercengkrama atau sedang
bermain.
b. Seorang perempuan duduk sangat berdekatan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya.
c. Tanpa diajak ikut pula duduk bersama orang tua-tua, apakah dalam suatu musyawarah atau
hanya sekedar berhandai-handai.
d. Duduk di dekat orang lain yang sedang mengadakan pertemuan atau membicarakan sesuatu.
2. Sumbang kato
Sumbang kato (sumbang kata, atau sumbang perkataan), disebut juga sumbang bakato (sumbang
berkata), atau sumbang bicaro (sumbang berbicara). Sumbang kata ialah sumbang bagi seorang jika
berbicara tidak sesuai degan etika adat Minangkabau. Hal-hal yang dikategorikan sebagai sumbang
kata itu diantaranya ialah:
b. Berbicara dengan ucapan atau kata-kata yang kotor, cabul atau porno, termasuk ucapan-
ucapan carut marut.
Kebiasaan tertawa terbahak-bahak adalah perilakua yang tidak baik yang menandakan kurangnya
iman di dada. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa hal-hal yang lucu atau mengembirakan dapat
merangsang orang untuk tertawa. Tetapi bukan harus tertawa seperti itu. Di sinilah perlunya
memakai etika dalam pergaulan, membatasi segala sesuatu agar tidak dianggap seenaknya. Agama
dan adat menghimbau, jika ada sesuatu yang mengembirakan atau dianggap lucu yang merangsang
untuk tertawa, batasilah dan dengan cukupgalak nabi (tertawa ala Nabi) saja, yaitu tertawa tanpa
mengeluarkan suara, atau cukup tersenyum saja.
d. Berbicara yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, atau berbicara tidak pada tempatnya,
seperti hal-hal yang hanya dibicarakan dikalangan perempuan saja dibicarakan pada lelaki, atau
sesuatu yang perlu dibicarakan langsung dengan seseorang, dibicarakan dengan orang tuanya.
e. Bagarah (berkata dengan bergurau). Dikatakan orang juga sumbang apabila seorang
perempuan bagarah dengan laki-laki lain, atau famili yang lebih tua seperti, ninik mamak, kakak ipar,
nenek, kakek dan orang yang setingkat dengan itu.
3. Sumbang tanyo
Sumbang tanyo artinya ialah cara bertanya yang dianggap tidak sesuai dengan etika, apakah caranya
yang tidak benar, atau bertanya dengan pur-pura tidak tahu. Salah satu cara untuk mengatasi
ketidaktahuan ialah dengan cara bertanya. Sebab dengan cara bertanya, ketidaktahuan itu bisa
teratasi. Dan kalau tidak mau bertanya, bisa pula menyebabkan kesulitan dan kerugian. Mamang
adat mengingatkan:
Artinya, jika malu bertanya akan sesat di jalan, bahkan mungkin kembali saja ke pangkalan sebelum
sampai ke tujuan.
Namun demikian, jika bertanya tanpa perhitungan dan tanpa etika, bisa pula mendatangakan
masalah bagi si penanya atau pihak yang ditanya. Dan bisa pula menyebabkan salah pengertian yang
mengundang perselisihan kedua belah pihak. Pertanyaan atau cara yang tidak berkenan di hati orang
yang ditanya dan menyebabkan salah pegertian itu, disebut sumbang tanya.
Orang-orang bijak selalu berhati-hati jika akan bertanya kepada seseorang. Malah ada yang berusaha
agar apa yang seharusnya ditanyakan, didiamkan dulu atau direnungkan dulu. Mudah-mudahan
dengan cara diam dan mengamati data yang ada, hal yang akan ditanyakan pada seseorang itu akan
dapat terjawab sendiri.
Sisi lain yang perlu diperhatikan ialah situasi dan kondisi orang tempat bertanya. Apakah orang itu
mungkin bisa tempat bertanya atau tidak, karena tidak semua orang bisa dijadikan tempat bertanya.
Orang bijak dalam keadaan seperti ini biasanya terlebih dahulu berpegang kepada pepatah:
Artinya, timbangan akan bertanya atau tidak adalah pilihan antara emas dan perak.
Jika bertanya, diibaratkan hasilnya akan mendapat perak. Tetapi jika diam saja dan mencari sendiri
atau menunggu sendiri jawaban pertanyaan tu, diibaratkan akan mendapatkan emas.
Sumbang tanya bisa dan mudah terjadi. Apalagi di zaman sekarang banyak orang yang sudah
mengabaikan dan tidak tahu dengan etika bertanya. Pertanyaan yang sumbang akan amengundang
kesalah pengertian. Untuk itu pituah rang tuo-tuomenasehatkan kepada yang muda-muda:
Artinya kata-kata yang mudah didapat memang mudah pula diucapkan; dan kata-kata yang sulit
perlu dipertimbangkan dahulu sebelum diucapkan. Memang tidak semua pertanyaan itu dapat
diucapkan dengan mudah. Jika terlebih dahulu telah dapat membedakan pertanyaan itu sulit atau
mudah, tentu akan dapat mempertimbangkannya dengan baik.
Berbahasa merupakan bagian dari tatakrama. Oleh karena itu adat minangkabau sangat mengatur
masyarakatnya dalam berbahasa. Salah satunya berbicara haruslah diingat artinya dalam berbicara
harus hati-hati supaya tidak menyinggung perasaan orang. Dalam berbicara dengan orang lain dalam
kehidupan sehari-hari, seorang haruslah menggunakan tatakrama menurut status sosialnya masing-
masing. Tata krama yang mengatur berbicara seseorang menurut lawan bicaranya disebut dengan
kato nan ampek(kata yang empat). Bahkan jika sesorang yang berbicara tidak sopan dan bertingkah
laku yang tidak baiak sering juga di sebut orang yang indak tau dek ampek . sehingga kato nan
ampek itu bukanlah hal yang baru lagi didengar oleh masyarakat minangkabau.Yang selanjutnya
akan dibahas dibawah ini:
Yaitu bahasa yang digunakan orang yang status sosialnya lebih rendah dari lawan bicaranya.
Umpanya orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua, murid kepada guru, bawahan kepada
atasan. Seperti petitih yang mengatkan “bakato dibawah-bawah, manyauak diilie-ilie”. Dalam
berbicara kita harus menggunakan pemakaian kata lebih rapi, ungkapanya jelas, dan penggunaan
kata pengganti orang pertama, kedua, ketiga bersifat khusus. Contoh untuk kata pengganti orang
pertama biasanya menggunakan kata ambo, panggilan untuk orang lebih tua atau panggilan
kehormatan untuk orang tua yaitu mamak, inyiak, uda, etek, amai atau uni, atau beliau untuk orang
ketiga.
a. Kepada orang tua laki-laki menyapa dengan panggilan abak, bapak, ayah, buya
b. Kepada orang tua perempuan menyapa dengan panggilan mande, umi, amak, ibu, mama, amai
dan lain-lain.
c. Kepada kakak perempuan menyapa dengan panggilan uni, kakak, ayang, cani.
d. Kepada kakak laki-laki menyapa dengan panggilan ajo, kanda, uda, akak.
e. Kepada orang tua dari ayah dan ibu biasanya dengan panggilan kakek, nenek, inyiak, anduang,
angku, uwo
f. Kepada adik atau kakak perempuan ayah dan ibu biasa dipanggil etek, ande.
g. Kepada saudara laki-laki ibu biasanya dengan panggilan mak etek, mak uncu, mak adang.
a. Waktu berjalan, kita ingin mendahului oaring yang lebih tua, kita permisi terlebih dahulu.
b. Dalam melaksankan pekerjaan kita mintak izin terlebih dulu kepada orang lebih tua.
Kesadaran untuk menghormati orang yang lebih tua seperto diungkapkan sebagai berikut:
Talangkah babaliak
Sasek suruik
Sikap jalan manadaki harus dibiasakan sejak kecil, sehingga bila besar nanti jadi orang yang pandai
bergaul. Tanda seseorang memakai kato mandaki atau hormat ke yang lebih tua akan nampak ketika
ia berbicara, bersikap dan bertingkah laku, misalnya waktu menegur, menyampaikan pesan,
menerima perintah.
Adalah bahasa yang digunakan untuk orang yang statusnya lebih tinggi dari lawan bicaranya.
Umpanya yang dipakai mamak kepada kemenakanya, guru kepada murid, atasan kepada bawahanya
seperti pepatah yang mengatakan:
Maksud pepetah diatas adalah dalam berbicara perlu juga diperhatikan, agar menghindari
manghardik atau berkata mementingkang diri sendiri tidak memikirkan atau tidak memperdulikan
persaan lawan bicara yang akan tersinggung, sehinggan dalam berbicara jaga perkataan agar tidaka
ada yang sakit hati. Seperti pepatah mengatakan:”ingek-ingek nan diateh, nan dibawah kok
maimpok, tirih kok datang dari lantai, galodo kok tibo di muaro”. Artinya ini merupakan suatu
pedoman penting bagi atasan atau yang dituakan untuk tidak terlalu cepat emosi, jangan mencaci
maki, jangan mengajari anak buah atau murid yang bersifat pribadi di tempat ramai. Sifat utama
seorang tua dalah bepandang lapang, baa lam laweh, bahati lapang paham salasai. Selain itu juga
harus diingat.
Pemakain kata untuk kato manurun ini adalah awak den, dan untuk orang pertama awak anga untuk
laki-laki dan awak kau untuk perempuan. Contoh kato manurun biasanya nasehat. Seoarang mamak
yang sedang menesehati beberapa pemuda dan pemudi agar menuntut ilmu dengan sungguh-
sungguh
Adalah bahasa yang digunakan kepada orang yang posisinya sama, yang saling menyegani, seperti
orang yang mempunyai hubungan kekerabatan. Misalnya ipar, besan, mertua, dan menantu atau
antara orang yang jabatanya dihormati seperti penghulu, ulama atau guru. Pemakain tatabahsanya
lebih banyak pribahasa, seperti perumpamaan, kiasan atau sindiran. Dalam pergaulan sehari-hari
penggunaan kata kiasan ini memerlukan kearifan menanggapinya. Arif dan bijaksana dalam adat
disebut “kato bayang” seperti pepatah dibawah ini:
Kato malereng ini berlaku dalam pembicaraan anatara mamak dengan anak kemenakan dan
menantu. Contoh jika seorang mamak berkunjung untuk melihat keadaan anak kemanakan serta
menantunya. Pada waktu itu mamak melihat ada sesuatu yang tidak beres pada rumah anak
kemenakanya tersebut, misalnya atap rumah bocor dan tidak diperbaiki oleh sang menantu, maka
beliau akan mengeluarkan pertanyaan dengan kata melereng. “Rambio yang batanam di banda
kironya badaun juo”. Apabila menantunya seorang ynag pemalas biasanya dia akan malu. Akan
tetapi jika memang menantunya memang tidak mempunyai pilihan lain disebabkan karena
kesibukanya atau karena tidak memiliki uang untuk memperbaiki rumah maka dia akan menjawab
dengan kata-kata kiasan juga “iyo, lai badaun tapi parangyo patah”. Artinya ada kebutuhan rumah
tangga lainya yang lebih penting dan mendesak dari pada memperbaiki atap rumah.
Pemakain kata dalam kato melereng yaitu awak mbo sedangkan untuk orang pertama tergantung
gelar yang sudah dimiliki.
Yaitu bahasa ynag digunakan diantara orang yang status sosialnya sama dan hubunganya akrab.
Dalam pergaulan yang sama besar perlu diingat untuk salming menghargai, memakai kata
merendah, dan jauhi berkata kasar. Karena dalam pergaulan sesame baya dengan teman-teman
sering timbul perselisihan karena masing-masing merasa lebih kuat.
Pemakaian bahasanya kata pengganti orang pertama adalah aden atau den, ang untuk orang kedua
laki-laki dank kau untuk orang kedua perempuan,inyo atau anyo untuk orang ketiga. Prinsip
pergaulan dengan teman sebaya ini, diungkupkan oleh pepatah adat sebagai berikut:
Kato mandata ini sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh menegur teman yang
sedang lewat dijalan “oi Man dari ma waang tadi?” “Aden dari Surau,” jawabnya.
dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya budaya minangkabau ini sangat
mengikat dan menuntun masyarakatnya untuk menjadikan masyarakat minangkabau yang bermoral
dan hal itu dibuktikan dalam berbicarapun masyarakat minangkabau memiliki budaya tersendiri
bagaimana berbicara kepada yang lebih tua, kecil, orang yang disegani dan yang sebaya, ini juga
menggambarkan masyarakat minangkabau itu memiliki kedudukan yang sama orang yang lebih tua
tidak seenaknya berbicara kepada ynag lebih kecil. Jadi jika dipahami lebih lanjut dalam berbicara
diminangkabau ini ada kata yang empat (kato ampek) tujuanya agar berbicara itu melihat terlebih
dahulu melihat status lawan bicara.
Daftar Rujukan
Dt. Sanggoeno diradjo, ibrahim. 2012. Tambo alam minangkabau. Bukittinggi :kristal multimedia
Ermaleli. 2013. Budaya alam minangkabau untuk SD/MI kelas 3. Padang : jasa surya