Anda di halaman 1dari 3

Dyah Pramadita H.

17513244010
Kelas D, PT Busana S1

BAROK (1590 -1725 C.E)

Dalam seni, Barok adalah istilah untuk suatu periode seni dan gaya seni
yang mendominasinya. Salah satunya adalah periode Jacobean. Gaya barok
menggunakan gerak yang dilebih-lebihkan dan detail yang jelas dan mudah
ditafsirkan untuk menghasilkan drama, ketegangan, semangat yang hidup dan
keagungan dalam seni patung, lukisan, sastra, dan musik. Gayanya dimulai sekitar
1600 di Roma, Italia dan menyebar ke sebagian besar wilayah Eropa. Dalam musik,
gaya Barok dikenakan pada periode akhir dari dominasi kontrapung yang imitatif.
Pemakaian hiasan ornamentik membuat zaman ini menjadi istimewa. Seni
bangunan dan seni musik nampaknya berjalan beriringan pada zaman ini. Orang
pada zaman ini suka pada kelincahan gerak. Pada zaman ini dinamika musik mulai
mendapat perhatian lebih, seperti halnya pada perbedaan forte dan piano.
Di masa gaun Barok, tidak lagi dikenakan di atas suatu kerangka. Bahkan
di luar Spanyol penggunaan korset dan vertugade tidak lagi digemari. Kini
beberapa rok dikenakan sekaligus berlapis-lapis untuk memperoleh lingkar tubuh
yang dikehendaki. Dengan demikian, siluet tubuh bebentuk gentong dengan garis
pinggang yang dinaikkan. Baik gaun maupun tubuh berpenampilan bulat sehingga
perempuan masa Barok senantiasa hadir dengan sehat, nyaman, dan seolah-olah
dalam keadaan hamil.
Pada periode ini fashion yang digunakan banyak menggunakan bordir berat
dengan motif natural, bunga berwarna warni dan hewan mengelilingi kain. Pada
masa ini juga fashion yang dikenakan suka memakai kerah yang mengembang dan
bordiran secara rumit. Yang membedakan pada periode ini bagian pinggang yang
sedikit untuk pria dan wanita. Satin sutra berat adalah kain yang paling disuka.
Warna-warna di periode Barok
kurang digemari, karena warna hitam
yang sering digunakan. Untuk
perempuan mengenakan rok yang
berlapis-lapis. Gaya gentong vertugade
diteruskan dengan mengangkat gaun atau rok bagian luar untuk diselipkan ke
sekeliling panggul.
Kerah yang digunakan adalah rebah dan terbuat dari renda atau brokat dan
dikanji kaku. Dengan demikian, terjadi garis yang landai, bulat dan lembut. Kerung
leher yang sangat rendah, seringkali ditutup dengan suatu kerah sehingga gaun
dapat berleher rendah, pada saat bersamaan juga berleher tinggi. Kalung-kalung
emas dari periode sebelumnya diganti dengan untaian mutiara. Permata ini disusun
di rambut, dada, dan kadang-kadang melingkari pinggang.
Lengan pada periode Barok menggunakan ukuran besar, dengan manset-
manset brokat lebar yang ditekuk, lalu kembali diikat dengan pita pada bagian siku-
siku lengan, sehingga terjadi dua bentuk balon. Pita jenis ini juga digunakan sebagai
pemberi aksen pada garis pinggang. Lambat laun, lengan semakin pendek dan
memperlihatkan tangan bagian bawah.
Pada masa itu, perempuan berlomba-lomba mewarnai rambut, sehingga
berpenampilan pirang. Dalam periode Barok Belanda, rambut gelaplah yang
menjadi trend. Sehingga perempuan yang berambut pirang akan membedaki rambut
mereka dengan bubuk coklat. Rambut panjang sepundak dijatuhkan melalui bahu
dalam dua utas ikal yang ujung-ujungnya dihias dengan dua pita atau sebutir
mutiara.
Untuk laki-laki, terdiri dari
sebuah celana panjang, agak
komprang pada bagian pinggul.
Namun berangsur-angsur licin dan
ramping ke bawah, serta sebuah jas
ketat yang langsing sebatas pinggul.
Jas ini berlengan longgar panjang
yang tidak dipadatkan dengan
bantalan-bantalan (paddings) atau bahan pengisi lainnya walau adakalanya masih
diberi dekorasi sayatan yang membujur (manche fendue). Ujung lengan umumnya
sempit dan dilengkapi dengan sebuah tekukan manset lebar yang dihias dengan
renda halus mahal. Renda serupa juga melengkapi kerah lebar datar yang menutupi
seluruh bahu.
Dyah Pramadita H.
17513244010
Kelas D, PT Busana S1

Ada oranamen lainnya, seperti ban yang melingkari badan bagian atas,
yakni dari bahu silang pada dada. Ban ini berfungsi sebagai tempat kaitan pedang
(bandelier).
Garis pinggang juga agak dinaikkan dan di sekeliling garis pinggang ini
terdapat lubang-lubang atau disebut sebagai ‘mata itik’. Melalui lubang-lubang
inilah tali-tali yang terdapat pada celana akan dikaitkan pada jas. Dengan demikian,
terdapat serentetan pita-pita dengan ikatan rozette. Kadang-kadang juga
meggunkan selendang besar yang terbuat dari sutera dan terdapat rumbai-rumbai
dan jalinan tali atau benang, untuk menjadi sebuah pelengkap kostum ini.
Tata rambut laki-laki pada masa itu adalah keriting luwes yang panjang,
ringan dan lincah. Sebagai pelengkap busana, antara lain menggunakan sebuah topi
vilt berpinggiran lebar, dihias dengan bulu burung (bulu burung diarahkan ke
bawah) dan sebuah ubah panjang berbentuk cape. Sepatu yang dikenakan adalah
sepatu biasa, hak lurus, dengan hiasan pita rozett pada bagian depan. Sepatu laars
(boot) juga digemari. Sedikit di bawah lutut, pipa sepatu laars ini ditekuk kembali
sehingga voering yang indah berwarna kontras terlihat.
Renda halus dikenakan pula pada kaos kaki luar. Kaos kaki dalam, kaos kaki
luar, dam celana bersama-sama diberi penahanan berupa tali pita bahan batist yang
dihiasi dengan renda.

Sumber:
http://maylannita.blogspot.co.id/2017/03/sejarah-fashion.html (diakses pada
tanggal 23 Oktober 2017, pukul 22.10 WIB)

https://www.slideshare.net/NurJanah5/sejarah-busana?next_slideshow=1 (diakses
pada tanggal 23 Oktober 2017, pukul 22.36 WIB)

Zaman, Moh. Alim. 2001. Kostum Barat dari Masa ke Masa. Jakarta: PT Carina
Indah Utama

Anda mungkin juga menyukai