Anda di halaman 1dari 20

Bahan pelapis yang biasa digunakan pada busana terbagi dibagi atas 4 kelompok, yaitu

lapisan bawah (underlining), lapisan dalam (interfacing), lapisan antara (interlining), dan
bahan pelapis (lining/ furing). Agar pakaian yang dihasilkan lebih bagus siluetnya, hendaklah
digunakan lapisan busana yang tepat sehingga dapat mempertinggi mutu busana yang
dihasilkan.

Lapisan Bawah (Underlining) adalah bahan pelapis yang terletak di bagian bawah (bagian
buruk) bahan utama pakaian. Bahan pelapis juga disebut dengan lapisan pertama. Lapisan
bawah berfungsi untuk menguatkan bahan utama pakaian dan keseluruhan desain. Lapisan
Dalam (Interfacing) adalah bahan pelapis yang terletak di seluruh bagian dari pakaian, tetapi
pada umumnya hanya dipergunakan pada bagian-bagian tertentu saja, seperti pada kerah,
manset, saku, dan lain sebagainya. Lapisan Antara (Interlining) adalah bahan pelapis (yang
bersifat lembut dan ringan) yang terletak di antara interfacing dan lining. Interlining akan
memberikan rasa hangat saat pemakaian. Bahan Pelapis (Lining/Furing) adalah bahan
pelapis yang digunakan untuk menutupi bagian dalam pada pakaian. Lining/furing disebut
juga dengan lapisan terakhir. Lining memberikan penyelesaian yang rapi, dan memberikan
rasa nyaman, kehangatan, dan kehalusan terhadap kulit.

Untuk bahasan yang pertama kita akan bahas mengenai interfacing, interlining sering
digunakan pada bagian-bagian pakaian seperti lingkar leher, kerah, belahan tengah muka,
ujung bawah pakaian, bagian pundak pada jas, pinggang, dan lain-lain.

Interfacing

Sumber: http://www.voguefabricsstore.com

Jenis interfacing ada yang mempunyai lem atau perekat sehingga kain menjadi keras dan ada
yang tidak berperekat. Interfacing yang mempunyai lem atau perekat biasanya ditempelkan
dengan jalan disetrika pada bahan yang akan dilapisi. Begitu juga dengan ketebalannya,
interfacing ini ada yang tebal seperti untuk pengeras kerah dan pengeras pinggang.
Interfacing yang relatif tipis dapat digunakan untuk melapisi belahan tengah muka, saku,
depan leher, kerah, dan lain-lain. Warna interlining tersedia berbagai macam, namun
umumnya yang digunakan berwarna putih dan hitam. Jika busana yang akan dipasang
interfacing berwarna gelap sebaiknya gunakan interfacing berwarna hitam. Jika busana yang
akan dipasang interfacing berwarna cerah atau berwarna putih, maka gunakan warna putih.
Interfacing

Sumber: http://img.weiku.com

Sumber: http://bahankain.com

Jenis-jenis interfacing berdasarkan proses antara lain interfacing non-woven, interfacing


woven, dan interfacing knit. Interfacing non-woven sangat bervariasi dari ukuran ketebalan
dan jenis-jenis perekat yang digunakan. Interfacing non-woven ini sering diproduksi dari
serat atau filamen mekanis, thermally atau kimia. Kelebihan dari interfacing non-woven ini
adalah tahan lama dibanding dengan jenis yang lain. Kain interfacing non-woven banyak
digunakan untuk kerah dan celana. Kain ini juga banyak digunakan untuk interfacing pakaian
kemeja, bahan topi chef, dan produk-produk kerajinan tangan dan bordir. Interfacing
woven, proses pembuatanya dengan cara ditenun, biasanya terbuat dari serat kapas (katun)
dan dilapisi bahan perekat tipis yang menutup seluruh permukaan kain. Interfacing knit ini
bahanya sama dengan jenis bahan kaos karena proses pembuatanya sama. Interfacing knit
memiliki ciri-ciri lembut dan tipis dan tidak menggunakan proses pengerasan.

Interfacing
Sumber: http://www.top-asia.hk

Terdapat jenis interfacing yang lain, antara lain trubenais, fisilin atau viselin, bulu kuda,
pelapis gula. Trubenais yaitu kain pelapis yang tebal dan kaku, baik digunakan untuk
melapisi kerah kemeja dan kerah board atau krah yang letaknya tegak atau kaku dan ban
pinggang. Trubenais ini ada yang dilapisi plastik dan ada juga yang tidak dilapisi. Trubenais
yang dilapisi lebih praktis dalam pemakaiannya karena hanya perlu diseterikakan pada bahan
yang hendak dilapisi. Sedangkan trubenais yang tidak dilapisi plastik terlebih dahulu perlu
dijahitkan pada bahan yang akan dilapisi. Trubenais jenis ini biasanya dipakai untuk melapisi
ban pinggang rok atau celana. Fisilin atau viselin yaitu pelapis yang relatif tipis dan
mempunyai perekat atau lem yang mencair jika diseterika. Jenis ini ada yang sangat tipis,
sedang, dan agak tebal. Yang baik kualitasnya biasanya yang sangat tipis. Jenis ini berbentuk
serabut yang berupa lembaran dan mudah robek. Fisilin sering digunakan untuk melapisi
kerah pakaian wanita, lapisan belahan, lapisan rumah kancing vasfoal, dan lain-lain. Bulu
kuda, yaitu pelapis yang biasanya digunakan untuk melapisi bagian dada jas atau mantel.
Berupa lembaran kain tipis yang berwarna agak kecoklatan dan mempunyai lem. Lem ini
juga mencair jika diseterika pada bahan yang akan dilapisi. Pelapis gula atau pasir
merupakan pelapis yang sangat cocok digunakan untuk melapisi bagian dada dan punggung
pakaian resmi pria seperti semi jas. Pelapis ini berupa lembaran kain tipis berwarna putih
yang dilapisi dengan lem berbentuk gula atau pasir. Untuk melapisi bagian busana dapat
ditempelkan dengan cara diseterika pada bahan.

Interfacing
Fusing adalah proses merekatkan (memanaskan dan mengepres) komponen-komponen kecil
pada pakaian seperti collar, cuff, centerline, dan sebagainya dengan material atau bahan
pelapis (interfacing) yang berfungsi sebagai pembentuk untuk membuat pakaian lebih kaku,
kuat dan mengokohkan bagian-bagian tertentu.

Pada sebagian proses produksi di industri garmen, proses penempelan atau fusing berbeda
dengan tahapan mengerjakan pengepresan, dimana perbedaan tersebut terletak pada material
atau bahan pelapis yang digunakan. Pada proses penempelan (fusing), bahan pelapis yang
digunakan adalah interfacing, sedangkan pada tahapan mengerjakan pengepresan
menggunakan bahan pelapis, yaitu underlining, interlining, dan lining. Akan tetapi pada
sebagian proses produksi yang lain, penempelan (fusing) dan pengepresan merupakan satu
tahapan pekerjaan yang sama yang disesuaikan dengan standar prosedur kerja di tiap-tiap
industri garmen.

Pengetahuan Bahan Pelapis (Underlying)


Bahan pelapis yang digunakan sebagai salah satu material atau bahan pembuatan pakaian
berpengaruh terhadap pembentukan pakaian yang berkualitas. Bahan pelapis dapat
didefinisikan sebagai bahan tambahan yang terletak di bawah bahan utama yang berfungsi
sebagai pembentuk, penopang kain, menjaga kekuatan kain dari gesekan, lipatan, tekanan,
dan tahanan rendaman. Bahan pelapis juga dapat berfungsi sebagai pemberi rasa nyaman saat
pemakaian (rasa sejuk, hangat, dan menghindari dari rasa gatal).

 Penggolongan Bahan Pelapis


Dalam pembuatan pakaian, bahan pelapis digolongkan menjadi 4 (empat) jenis yang
masing-masing mempunyai fungsi khusus yang mempengaruhi penampilan sebuah
pakaian.
1. Lapisan Bawah (Underlining)
Adalah bahan pelapis yang terletak di bagian bawah (bagian buruk) bahan
utama pakaian (Garment Fabrics). Bahan pelapis juga disebut dengan lapisan
pertama. Lapisan bawah berfungsi untuk menguatkan bahan utama pakaian
dan keseluruhan desain.
2. Lapisan Dalam (Interfacing)
Adalah bahan pelapis yang terletak di seluruh bagian dari pakaian, tetapi pada
umumnya hanya dipergunakan pada bagian-bagian tertentu saja, seperti pada
kerah, manset, saku, dan lain sebagainya. Lapisan dalam lebih kokoh dari
lapisan bawah, karena fungsinya yang memperkuat dan memelihara bentuk
pakaian.
3. Lapisan Antara (Interlining)
Adalah bahan pelapis (yang bersifat lembut dan ringan) yang terletak di antara
interfacing dan lining. Interlining akan memberikan rasa hangat saat
pemakaian. Interlining digunakan pada bagian lengan baju dan bagian pada
badan dari pakaian (jaket atau mantel).
4. Bahan Pelapis (Lining/Furing)
Adalah bahan pelapis yang digunakan untuk menutupi bagian dalam pada
pakaian. Lining/furing disebut juga dengan lapisan terakhir. Lining
memberikan penyelesaian yang rapi, dan memberikan rasa nyaman,
kehangatan, dan kehalusan terhadap kulit.

Desain pakaian yang berstruktur dan berdetail, maka kebutuhan akan bahan pelapis
akan semakin besar pula. Selain itu, bobot bahan pakaian merupakan faktor lain untuk
diperhatikan. Semakin ringan bobot atau kelembutan dari suatu bahan utama pakaian,
maka semakin besar pula kebutuhan bahan penyokongnya. Tidak semua pakaian
menggunakan keempat jenis bahan pelapis secara bersama-sama. Akan tetapi apabila
digunakan secara bersama-sama, maka secara berurutan penempatan bahan pelapis
adalah sebagai berikut :

Penempatan Bahan Pelapis Pada Pakaian

Keterangan gambar :
a. Bahan utama
b. Interlining
c. Interfacing
d. Underling
e. Lining
Konstruksi Bahan Pelapis

5. Lapisan Bawah (Underlining)


Underlining memiliki ciri-ciri bobot yang relatif stabil dan ringan sampai yang
sedang, dengan penyempurnaan yang lembut, sedang, dan gemersik (crisp).
Contoh underlining adalah : sutra cina, organdi, organza, muslin, batiste, tula,
rayon, tricot ringan (untuk rajutan), dan sebagainya.
Adapun contoh underlining dapat ditunjukkan dengan gambar berikut :

Lapisan Bawah (Underlining)

6. Lapisan Dalam (Interfacing)


Interfacing terbuat dari bermacam-macam bahan yang berbeda, dengan
konstruksi dan penyempurnaan yang berbeda pula. Interfacing dibagi menjadi
3 (tiga) bagian berdasarkan konstruksinya, yaitu :
 Tenunan (woven)
Lapisan ini memiliki tenunan yang arah seratnya memanjang dan
saling mengikat. Penggunaan sebaiknya mengikuti arah serat, karena
akan membentuk pakaian lebih bagus dan stabil.
 Bukan Tenunan (non-woven)
Lapisan ini pembuatannya dilakukan dengan cara dikempa, sehingga
tidak memiliki arah serat. Interfacing yang tidak ditenun biasanya lebih
keras daripada yang ditenun.
 Rajutan (knit)
Lapisan ini memiliki konstruksi kain yang berbeda dengan kain tenun.
Pada umumnya, elastisitas kemuluran bahan rajut lebih tinggi dari
bahan tenun.

Berikut ini adalah gambaran umum yang menunjukkan contoh dari lapisan
dalam (interfacing) yang umum beredar di pasaran dan digunakan oleh
industri garmen.

Jenis Interfacing : Tenunan (woven)


Contoh Bahan : Rambut Kuda
Rambut Kuda

Ciri dan Kegunaan :

 Bahan terbuat dari campuran kapas dan rambut kuda/bulu binatang


yang kuat jenis interfacing ini benar-benar lentur, tebal, kuat, dan tidak
berperekat.
 Memberikan bentuk dan memperindah busana.
 Digunakan pada jas dan torso

Jenis Interfacing : Tenunan (woven)


Contoh Bahan : Trubinais

Trubinais

Ciri dan Kegunaan :

 Digunakan sebagai penegak tekstur sedang sampai kaku.


 Berperekat atau tidak berperekat.
 Diproses secara fusi, laminit, welf.
 Digunakan sebagai pengeras, pembentuk pada kerah, manset, dan ban
pinggang.
 Memberi ketegasan pada detail busana.

Jenis Interfacing : Tenunan (woven)


Contoh Bahan : Cufner
Cufner

Ciri dan Kegunaan :

 Bahan tipis hingga tebal.


 Bertekstur halus.
 Bahan memiliki ketebalan bertingkat (tebal tipisnya tergantung dari
kerapatan tenunan dan besar serat benang yang digunakan).
 Berperekat.
 Digunakan untuk melapisi bagian badan muka, memberi bentuk
pakaian, memperbagus jatuhnya bahan (drape).

Jenis Interfacing : Bukan Tenunan (Non Woven)


Contoh Bahan : Vliseline

Vliseline

Ciri dan Kegunaan :

 Interfacing bukan tenunan, tipis dan berperekat.


 Bahan memiliki berbagai macam warna.
 Bahan bertekstur lembut atau kasar, sedang sampai tebal.
 Bahan mampu membentuk busana.
 Digunakan untuk melapisi tengah muka, saku, kerah, garis leher, dan
belahan placket.

Jenis Interfacing : Bukan Tenunan (Non Woven)


Contoh Bahan : Cufner (Gula/Pasir)

Cufner (Gula/Pasir)

Ciri dan Kegunaan :

 Bahan mempunyai daya elastisitas tinggi baik yang bertekstur lembut


maupun kasar.
 Bahan memiliki ketebalan sedang sampai tebal.
 Bahan berperekat.
 Kegunaan seperti cufner.

Jenis Interfacing : Rajutan (Knit)


Contoh Bahan : Knit Fusible Interfacing

Knit Fusible Interfacing


Ciri dan Kegunaan :

 Bahan bersifat lembut, sehingga mudah dibentuk dan dilipat sesuai


mode busana.
 Menambah keindahan bentuk busana, mempertegas garis-garis busana
jenis ini baik digunakan pada seluruh bagian badan pada pembuatan
busana pria atau wanita yang bahan utamanya halus.

Jenis Interfacing : Rajutan (Knit)


Contoh Bahan : Weft

Weft

Ciri dan Kegunaan :

 Bahan ini memiliki arah serat yang memanjang dan melebar.


 Dalam penggunaannya, sebaiknya digunakan arah serat yang melebar.

7. Lapisan Antara (Interlining)


Lapisan ini memiliki bahan yang berbobot ringan, tipis hingga tebal dan kasab
yang menyerupai busa atau katun berbulu. Contoh interlining adalah flanel,
bahan selimut bobot ringan, felt, dacron. Adapun gambar dari interlining
adalah sebagai berikut.

Contoh Bahan Dacron dan Flanel


Jaket dengan Interlining dari Dacron

9. Bahan Pelapis (Lining/Furing)


Bahan pelapis memiliki ciri-ciri yaitu lembut, licin, tipis, ringan, higrokopis
sehingga memberi rasa sejuk saat dikenakan. Contoh dari bahan pelapis
(lining/furing) yaitu satin, katun, rayon, nilon, sutera (silky), trico. Adapun
contoh bahan pelapis dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Contoh Bahan Pelapis (Lining/Furing)

 Fungsi Bahan Pelapis


Berikut ini adalah keempat fungsi/kegunaan dari bahan pelapis tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Bahan Pelapis Pertama (Underlining)
Adapun fungsi/kegunaan dari underlining adalah :
 Memperkuat bahan utama busana secara keseluruhan
 Memperkuat kelim dan bagian-bagian busana
 Mencegah bahan tipis agar tidak tembus pandang
 Menjadikan sambungan bagian-bagian pakaian atau kampuh tidak
kelihatan dari luar
2. Bahan Pengeras (Interfacing)
Adapun fungsi/kegunaan dari interfacing adalah :
 Memperbaiki bentuk pada busana seperti kerah, saku, garis leher
 Membuat kaku, licin, dan rata pada bagian-bagian pakaian
 Menstabilkan dan memberi bentuk tertentu pada bagian tertentu seperti
ujung/pinggiran dan detail-detail pada pakaian
 Memperkuat dan mencegah bahan renggang/mulur (stretching)
3. Bahan Penghangat (Interlining)
Adapun fungsi satu-satunya dari interlining adalah memberikan rasa hangat
saat pemakaian.
4. Lining/Furing
Adapun fungsi/kegunaan dari lining/furing adalah :
 Menutupi detail-detail konstruksi bagian dalam pada pakaian
 Menahan bentuk dan jatuhnya pakaian
 Melindungi bahan utama pada pakaian agar tidak tembus pandang
(transparan)
 Memberikan rasa nyaman (sejuk, hangat) saat pemakaian
 Memudahkan pakaian untuk dikenakan dan ditanggalkan

 Penggunaan dan Penempatan Bahan Pelapis


1. Bahan Pelapis Pertama (Underlining)
 Underlining dipasang pada bagian-bagian tertentu pada pakaian,
misalnya bahan organdi atau organza dapat digunakan sebagai bahan
penegak kerah.
 Underlining digunakan untuk menyelesaikan lapisan menurut bentuk
dan belahan tengah muka.
 Underlining dapat dipasang di seluruh bagian pakaian.
2. Bahan Pengeras (Interfacing)
 Interfacing digunakan pada bagian-bagian tertentu pada pakaian,
seperti pada kerah, lapisan saku, belahan tengah muka, belahan lengan
(placket), manset, dan sebagainya.
 Lapisan leher dan lengan

Penggunaan Bahan Pengeras (Interfacing) pada Lapisan


Leher dan Lengan

 Belahan tengah, muka dan ban pinggang

Penggunaan Bahan Pengeras (Interfacing) pada Belahan


Tengah, Muka, dan Ban Pinggang

 Manset
Penggunaan Bahan Pengeras (Interfacing) pada Manset

 Kerah dan saku

Penggunaan Bahan Pengeras (Interfacing) pada Kerah dan


Saku

 Interfacing dipasang pada seluruh bagian pakaian, misalnya pada


pembuatan jas atau blazer

Penggunaan Bahan Pengeras (Interfacing) pada Jaz/Blazer

3. Bahan Penghangat (Interlining)


 Interlining digunakan sebagai pelapis pada pembuatan suatu produk
garmen, seperti jaket, jas atau mantel.
 Interlining dipasang pada bagian tertentu, seperti bagian badan atas,
kerah, dan sebagainya.
4. Lining/Furing
 Lining dipasang pada seluruh bagian dalam pada pakaian, seperti jas,
jaket, mantel, rok, blus, dan lain sebagainya.[]
Penggunaan dan Penempatan Bahan Pelapis

a.Underlining

1)Dipasang pada bagian-bagian tertentu pada busana misalnya bahan organdi/ organza bisa
digunakan sebagai bahan penegak kerah, pada kebaya tanpa harus merusak motif bahan
utama.
2)Untuk menyelesaikan lapisan menurut bentuk dan belahan tengah muka juga untuk
memperkuat badan yang akan dihias (dibordir, dipayet).
3)Di pasang diseluruh bagian busana.

b.Interfacing

Penggunaan bahan pelapis intefacing

1)Bagian-bagian tertentu pada busana seperti pada kerah, lapisan saku, belahan tengah muka,
belahan lengan (placket), manset dan sebagainya.

a)Lapisan Leher dan lengan


b)Belahan tengah, muka dan ban pinggang
c)Manset
d)Kerah dan saku

2)Dipasang pada seluruh bagian busana misalnya pada pembuatan jas atau blazer

Stay tape: pita /plester yang tipis tapi kuat, terbuat dari linen atau katun yang dijahit
sepanjang tepian lapel untuk memperkuat dan menghindari pelebaran

cufner tenunan rapat atau tebal ditempatkan pada bagian atas untuk lebih memberi bentuk
pada badan atas

Pemasangan interfacing hair canvas pada badan bagian muka

c.Interlining

Pemakaian pelapis dalam, pada pembuatan busana, antara lain:


1)Pada bagian badan jaket, jas atau mantel
2)Pada bagian tertentu pada busana, misalnya bagian badan atas, kerah & sebagainya

d.Lining
Pemakaian pelapis luar/terakhir (lining) ini pada pembuatan busana pada umumnya dipasang
pada:
1)Seluruh bagian dalam dari busana seperti jas, jaket, mantel, bebe, rok, blus
2)Pada bagian busana tertentu, misalnya pada bagian badan atas pada kebaya, lapisan dalam
ban pinggang celana.

keywords :
les,indonesia,private,obras,guru,sekolah,wanita,belajar,yogyakarta,usaha,jogja,kursus,terbaik,
batik,kaos,kebaya,jahit,baju jahit,mesin jahit,konveksi,bordir,belajar menjahit,kursus
menjahit

(https://fitinline.com/article/read/bahan-pelapis-busana-interlining/)
(http://garmenstudionline.blogspot.co.id/2013/01/fusing-dan-bahan-pelapis.html)
(http://kursusjahityogya.blogspot.co.id/2013/08/pelapis.html)

Bahan Pelapis Busana Bermain dan Pesta Anak

Bahan pelapis adalah bahan pelapis dan bahan pengisi pada busana yang letaknya dibawah
bahan utama. Macam-macam bahan pelapis adalah underlining, interfacing, interlining dan
lining.
 Bahan Pelapis Busana Bermaian Anak
Bahan pelapis yang biasa digunakan pada busana bermain anak adalah interfacing dan
lining
• Interfacing adalah bahan pelapis yang lebih kokoh dari lapisan bawah dipergunakan untuk
menguatkan dan memelihara bentuk pakaian.
• Fungsi interfacing adalah :
- Memberbaiki bentuk pada busana
- Membuat kaku, licin, dan rata pada bagian-bagian busana
- menstabilkan dan memberi bentuk tertentu pada bagian tertentu
- Memperkuat dan mencegah bahan renggang
• Lining adalah bahan pelapis terakhir atau bahan yang terletak pada lapisan paling akhir
karena merupakan penyelesaian akhir dari pembuatan busana

• Fungsi lining adalah:


- Menutupi kampuh agar tampak rapih
- Menahan bentuk dan jatuhnya busana
- Memberi rasa nyaman
- Agar bahan tipis tidak tembus pandang
Busana anak dalam pemilihan Lining/puring disesuaikan dengan bahan utama, warna,
corak/motif, tekstur, bahan pelapis dan bahan pengeras juga disesuaikan, hal ini dimaksudkan
agar tidak terjadi kecacatan atau kekeliruan.
 Bahan Pelapis busana Pesta Anak
Bahan pelapis yang digunakan untuk busana pesta anak biasanya terdiri dari underlining,
interfacing dan lining
• Underlining : ( bahan pelapis pertama/lapisan bawah) adalah bahan pelapis yang terletak
dibawah (bagian buruk) bahan utama
• Fungsi underlining adalah:
- Memperkuat bahan utama busana secara keseluruhan
- Memperkuat kelim dan bagian-bagian busana
- Mencegah bahan tipis agar tidak tembus pandang
- Menjadikan sambungan bagian-bagian pakaian dan tusuk-tusuk setikan tidak tampak dari
luar
Penggunaan iterfacing dan lining sama dengan busana bermain anak. Busana pesta anak
dalam pemilihan underlining, interfacing dan lining/puring disesuaikan dengan bahan utama,
warna, corak/motif, tekstur, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kecacatan atau kekeliruan.

Bahan Pelengkap Busana Bermain dan Pesta Anak

 Bahan Pelengkap Busana Bermain anak


Busana anak biasanya memiliki bahan pelengkap seperti:
a. Kancing
Kancing pencetan : sangat peraktis untuk busana anak laki- laki yang aktif
Kancing kait : untuk ban pinggang, rok, celana
Kancing tanam : kancing yang dalam pemasangannya tidak memerlukan jahitan
Kancing hias : kancing yang berfungsi untuk menghias, menutup belahan, biasanya
banyak digunakan untuk busana anak perempuan

b. Pita hias dan renda


Pita-pita dan renda yang banyak dipergunakan sebagai hiasan berupa renda yang berpinggir
atau biku- biku yang dijahitkan pada sepanjang tepi-tepinya. Untuk mendapatka efek yang
beraneka warna hiasan ini dapat ditempatkan pada busana anak wanita seperti pada garis
princess, empire, bolero dan garis bawah rok.
Penggunaanya berfungsi untuk memperjelas garis-garis model tersebut. Pemilihan bahan
hiasan / bahan pelengkap ini harus disesuaikan dengan sifat dan mutu bahan busananya.
Misalnya bahan busana dari katun dihiasi renda katun.
Beading adalah renda yang berlubang- lubang ditengah untuk disisipkan pita yang dapat
ditarik, selain pita dapat juga berupa kain serong. Penempatan beading pada busana anak
sebagai hiasan menjadikan hiasan lebih menarik.
c. Aplikasi
d. Benang
Benang hias seperti benang sulam, benang wol.
 Bahan Pelengkap Busana Pesta Anak
Bahan pelengkap yang digunakan untuk busana pesta anak sama dengan bahan pelengkap
yang digunakan busana bermain anak, namun untuk busana pesta anak bisa ditambahkan
payet dan batu-batuan

(http://kursusjahityogya.blogspot.co.id/2015/03/bhap.html)

Pemilihan Bahan Pelapis (Lining) Sesuai Bahan Utama

Lining digunakan pada bagian dalam pakaian untuk proses finishing serta untuk
menyembunyikan bentuk/ kontruksi bagian dalam pakaian. Tak perduli jenis pakaian macam
apapun seperti: gaun, jas, jaket, celana lining adalah bagian serta finishing yang paling
mewah. Sebagian besar, lining dibuat dari jenis-jenis kain yang licin, warna lining bisa
dipilih yang sesuai atau yang kontras dengan warna pakaian (kain utama yang akan
digunakan). Bahkan juga bisa menggunakan kain cetakan yang tidak terlalu bagus sejauh
liningnya rapi dan tak terlihat dari luar. Lining akan membuat pakain terasa hangat, selain itu
juga akan memudahkan si pemakai untuk melepaskan dan memakai pakaiannya. Meskipun
kain-kain untuk lining terbuat dari berbagai macam kain dasar, pilihan-pilihan tertentu harus
dibatasi, selain itu lining juga haruslah kokoh sehingga dapat menopang konstruksi/ bentuk
dalam pakaian.
Kualitasnya juga harus sesuai dengan jenis pakaian yang akan dibuat. Contohnya, lining
mantel salju harus dipilih yang lebih hangat/tebal, seperti terlihat pada gambar.

Memeriksa Kelayakan Bahan Pelapis

Pemilihan bahan lining sangat tergantung pada pemilihan bahan utama, pemilihan bahan
utama tergantung pada pemilihan desain. Salah satu unsur pemilihan desain adalah
disesuaikan dengan kesempatan pemakaian antara lain kesempatan dirumah, bekerja,
rekreasi, oleh raga dan pesta. Untuk kesempatan kerja diperlukan kenyamanan selama
beraktivitas dimana aktivitas itu banyak sekali pergerakan anggota badan dan banyak sekali
mengeluarkan keringat oleh karena itu diperlukan bahan pelapis yang kuat, higroskopis, tidak
mudah kusut dan mudah perawatannya agar pakaian menjadi nyaman saat dikenakan perlu
diperhatikan pemakaian bahan pelapis baik interfacing maupun lining yang tepat. Contoh
pemilihan bahan pelapis untuk kesempatan kerja yang dibuat dari bahan kartun dengan
kelengkapan interfacingnya. Pemilihan bahan yang tepat adalah yang terbuat dari katun dan
satin.
Sedangkan pemilihan lining untuk kesempatan pesta juga harus disesuaikan dengan bahan
utama yang berkesan mewah biasanya melangsai, lembut, tipis, dan berkilau. Untuk itu
diperlukan lining yang bisa menopang bahan tersebut pemilihan lining yang tepat untuk
kesempatan ini adalah yang bersifat lembut, halus warna dan cara perawatannya disesuaikan
dengan bahan utamanya. Bahan lining yang tepat untuk busana pesta antara lain: satin, tricot,
dan silky. Sedangkan interfacing yang tepat adalah tipis, lembut, dan elastis contoh cufner
dari rajutan (welf).
Gambar dibawah menunjukkan busana pesta setengah resmi dengan bahan pelapis silky atau
satin

Bahan pelapis dikatakan layak digunakan apabila:


a)tidak terdapat caat atau kerusakan
b)bahan pelapis interfacing sudah di tes apakah ada penyusutan sebelum dipasang pada bahan
utama
c)bahan pelapis sudah sesuai dengan bahan utama di tinjau dari kesesuaian warna dan warna
tidak luntur, tekstur dan cara perawatan.

(http://kursusjahityogya.blogspot.co.id/2013/08/pelapis-lining.html)

Lapisan Bawah (Underlining

Adalah bahan pelapis yang terletak di bagian bawah (bagian buruk) bahan
utama pakaian (Garment Fabrics). Bahan pelapis juga disebut dengan lapisan
pertama. Lapisan bawah berfungsi untuk menguatkan bahan utama pakaian dan
keseluruhan desain. Underlining memiliki ciri-ciri bobot yang relatif stabil dan
ringan sampai yang sedang, dengan penyempurnaan yang lembut, sedang, dan
gemersik (crisp). Contoh underlining adalah : sutra cina, organdi, organza, muslin,
batiste, tula, rayon, tricot ringan (untuk rajutan). Adapun fungsi/kegunaan dari
underlining adalah :

a) Memperkuat bahan utama busana secara keseluruhan


b) Memperkuat kelim dan bagian-bagian busana
c) Mencegah bahan tipis agar tidak tembus pandang
d) Menjadikan sambungan bagian-bagian pakaian atau kampuh tidak kelihatan
dari luar

Lapisan Dalam (Interfacing)

Adalah bahan pelapis yang terletak di seluruh bagian dari pakaian, tetapi pada
umumnya hanya dipergunakan pada bagian-bagian tertentu saja, seperti pada
kerah, manset, saku, dan lain sebagainya. Lapisan dalam lebih kokoh dari lapisan
bawah, karena fungsinya yang memperkuat dan memelihara bentuk pakaian.
Interfacing terbuat dari bermacam-macam bahan yang berbeda, dengan konstruksi
dan penyempurnaan yang berbeda pula. Adapun fungsi/kegunaan dari interfacing
adalah :

a) Memperbaiki bentuk pada busana seperti kerah, saku, garis leher


b) Membuat kaku, licin, dan rata pada bagian-bagian pakaian
c) Menstabilkan dan memberi bentuk tertentu pada bagian tertentu seperti
ujung/pinggiran dan detail-detail pada pakaian.
d) Memperkuat dan mencegah bahan renggang/mulur (stretching)
Interfacing dibagi menjadi 3 (tiga) bagian berdasarkan konstruksinya, yaitu
:

Tenunan (woven)

Lapisan ini memiliki tenunan yang arah seratnya memanjang dan saling
mengikat. Penggunaan sebaiknya mengikuti arah serat, karena akan
membentuk pakaian lebih bagus dan stabil. Contoh pelapis yang termasuk
tenunan (woven) :

1) Rambut Kuda; bahan terbuat dari campuran kapas dan rambut kuda/bulu
binatang yang kuat jenis interfacing ini benar-benar lentur, tebal, kuat,
dan tidak berperekat, memberikan bentuk dan memperindah busana,
digunakan pada jas dan torso.

2) Trubinais tenunan (woven); digunakan sebagai penegak tekstur sedang


sampai kaku, berperekat atau tidak berperekat, diproses secara fusi,
laminit, welf, digunakan sebagai pengeras, pembentuk pada kerah,
manset, dan ban pinggang, memberi ketegasan pada detail busana.

3) Cufner tenunan (woven); bahan tipis hingga tebal, bertekstur halus, bahan
memiliki ketebalan bertingkat (tebal tipisnya tergantung dari kerapatan
tenunan dan besar serat benang yang digunakan), berperekat, digunakan
untuk melapisi bagian badan muka, memberi bentuk pakaian,
memperbagus jatuhnya bahan (drape).

Bukan Tenunan (non-woven)

Lapisan ini pembuatannya dilakukan dengan cara dikempa, sehingga tidak


memiliki arah serat. Interfacing yang tidak ditenun biasanya lebih keras
daripada yang ditenun. Contoh pelapis yang termasuk bukan tenunan (non
woven) :

1) Vliseline bukan tenunan (Non Woven); Interfacing bukan tenunan, tipis


dan berperekat, bahan memiliki berbagai macam warna, bahan
bertekstur lembut atau kasar, sedang sampai tebal, bahan mampu
membentuk busana, digunakan untuk melapisi tengah muka, saku,
kerah, garis leher, dan belahan placket.

2) Gula/ pasir bukan tenun (non woven); bahan mempunyai daya


elastisitas tinggi baik yang bertekstur lembut maupun kasar, bahan
memiliki ketebalan sedang sampai tebal, berperekat, kegunaan seperti
cufner.

(http://kursusjahityogya.blogspot.co.id/2015/04/lapisan-bawah-underlining.html)

Anda mungkin juga menyukai