Dosen Pembimbing:
ASHABUL FADHLI S.H.I., M.H.I
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya,sehingga makalah ini dapat di selesaikan sesuai dengan
waktu yang ditentukan. Atas dukungan moral dan materi yang telah diberikan dalam
makalah ini, maka kami ucapkan terima kasih
Makalah ini penulis rangkum dari berbagai sumber ilmu seperti buku dan
internet. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis, maka kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kebaikan dimasa mendatang. Penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca tetutama bagi penulis
sendiri. Amiin.
Terima kasih kepada bapak Ashabul Fadhli, S.H.I, M.H.I selaku dosen
pembimbing HAKI yang telah membimbing dan memberikan bahan untuk makalah
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian E-Commerce
2. Agar memahami jenis dari E-Commerce
3. Agar memahami proses transaksi E-Commerce
4. Agar memahami tantangan E—Commerce
5. Untuk mengetahui aturan hukum E-Commerce
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian E-Commerce
B. Jenis E-Commerce
1. Business to Business (B2B)
Jenis e commerce ini dilakukan oleh orang atau pihak yang saling
berkepentingan. Dimana sebuah perusahaan menjual produk atau jasa kepada
perusahaan lainnya. Pada jenis e-commerce biasanya pembeli memesan barang
dalam jumlah besar.
Maka dari itu jenis ini disebut sebagai business to business karena terjadi hanya
antara perusahaan. Jenis e commerce ini dan contohnya adalah bisnis yang
dilakukan Jubelio termasuk ke dalam jenis B2B karena sebagai platform omni
channel yang bekerja sama dengan perusahaan lainnya seperti produsen barang
bahkan online shop.
2. Business to Consumers (B2C)
Pada jenis e commerce ini mungkin yang paling banyak ditemukan di lingkungan
kita dimana proses transaksi dilakukan oleh produsen untuk menjual barang dan
jasa kepada konsumen secara langsung. Sebenarnya jenis ini sama seperti toko
retail pada umumnya dimana produsen juga dapat menjual produknya secara ecer
tetapi yang membedakannya adalah media yang digunakannya untuk proses
transaksi melalui online. Contohnya Shopee terdiri dari banyak produsen penjual
yang nantinya langsung terhubung dengan konsumennya.
3. Consumer to Consumer (C2C)
Selanjutnya, consumer to consumer pada jenis e commerce ini transaksi
penjualannya dilakukan antara konsumen dengan konsumen lainnya. Nah, biasanya
jenis e commerce ini membutuhkan wadah atau perantara untuk menghubungkan
serta mempertemukan antar konsumen sehingga dapat terjadi transaksi. Banyak
metode pembayaran yang dapat dilakukan misalnya dengan cash on delivery (COD)
Saat ini, telah banyak juga website yang bisa mempertemukan antara penjual
dengan pembelinya misalnya saja kaskus atau OLX. Contoh dari jenis ecommerce
ini adalah OLX website yang salah satu bisa menjual produk barang bekas dari
penjual ke konsumen.
4. Consumer to Business (C2B)
Jenis ini merupakan kebalikan dari business to consumer (B2C), Kenapa? karena
jenis ini transaksi jual beli produk maupun jasa yang dilakukan konsumen kepada
perusahaan. Pada jenis consumer to business seorang individu menawarkan produk
atau jasa ke perusahaan yang membutuhkannya.
Salah satu website C2B adalah freelancer.com dimana pada situs itu dapat
sebagai wadah untuk mempertemukan individu dengan perusahaan yang sedang
membutuhkan jasa freelance atau keahlian lainnya. Dari situ dapat dikatakan contoh
dari jenis e commerce C2B adalah freelance.
5. Online to Offline (O2O)
Saat ini sudah banyak e-commerce dengan jenis Online to Offline (O2O)
misalnya saja seperti gojek ataupun grab yang menggunakan dua saluran yaitu
online dan offline. Dimana produsen akan menemukan konsumen, menarik
konsumen, dan melakukan promosi melalui jaringan online.
Yang nantinya akan diteruskan dengan pembelian barang secara offline di toko.
Sebelumnya melakukan pengambilan barang secara offline di toko, konsumen
melakukan pemesanan barang terlebih dahulu secara online.
6. Consumer to Administration (C2A)
Jenis e commerce consumer to administration hampir sama dengan customer to
business (C2B) tapi yang membedakannya adalah dilakukan dengan pemerintah.
Jadi, consumer to administration (C2A) merupakan proses transaksi jual beli
elektronik yang dilakukan antara individu perseorangan dengan pemerintah.
Pada Jenis ini contoh e-commerce C2A jarang ditemui dalam bentuk barang
biasanya yang ditemukan hanya bentuk jasa. Tujuan bisnis ini sama-sama untuk
meningkatkan efisiensi terhadap layanan pemerintah ataupun individu dengan
menggunakan teknologi.
7. Business to Public Administration (B2A)
Business to Public Administration merupakan jenis e-commerce yang menjual
produk maupun jasa kepada lembaga pemerintahan. Jadi, pihak perusahaan akan
menawarkan berbagai jenis produk ataupun jasanya ke pemerintah dan biasanya
dilakukan dengan melakukan tender. Misalnya aplikasi Qlue yang memiliki fungsi
untuk membantu kinerja perusahaan dan lembaga pemerintah dalam sistem
administrasi.
Untuk masalah pembayaran, ada beberapa metode yang sering digunakan dalam E-
Commerce, yaitu :
1. Pembayaran Elektronik
Pembayaran dengan metode ini menggunakan internet banking, kartu
kredit/debit, atau dengan uang digital yang sudah beredar seperti Go-Pay, Ovo, Link
aja, Dana, Dan lainnya.
D. Tantangan E-Commerce
1. Model bisnis, perusahaan harus mengetahui terleih dahulu bisnis apa yang akan
dijual, apakah makanan, fasion atau style kecantikan
2. Perilaku konsumen, konsumen saat ini menuntut layanan yang dikhususkan
untuk mereka seiring kebutuhan yang terus bertambah
3. Kepercayaan konsumen, Banyak konsumen yang masih kurang mempercayai
situs-situs e-commerce. Selain tentang keamanan dari berbelanja online yang
tidak mereka percayai namun juga merchant nya. Kebanyakan konsumen takut
ditipu terutama karena kurangnya kredibilitas/reputasi yang diberikan oleh pasar
e-commerce yang kemudian semakin memperburuk keadaan.
4. Logistik, biaya pengiriman bisa sangat tinggi dari dan ke daerah tertentu,
terutama di daerah di mana infrastruktur masih sangat buruk dan tidak dapat
diakses dengan mudah.
5. Keamanan data, privasi data pelanggan harus dijaga oleh setiap pelaku
ecommerce. Penerapan teknologi canggih untuk melindungi data pelanggan
sangat penting dan harus menjadi salah satu prioritas utama setiap e-commerce
dalam operasional mereka
6. Sistem pembayaran, peran sistem pembayaran online akan menjadi signifikan di
masa depan untuk menumbuhkan industri e-commerce. E-commerce perlu
menyesuaikan sistem pembayaran yang paling nyaman dan dapat diakses
konsumen.
7. Penipuan, banyak sekali penipuan yang sering terjadi mengatas namakan
perusahaan tersebut, yang mengakibatkan berkurangnya kepercayaan
konsumen.
8. Keterbatasan SDM, yang mengakibatkan keterlambatan pasokan dan kegagalan
perusahaan dalam mengelola e-commerce-nya
9. Persaingan dengan Kompetitor, dengan semakin banyaknya penggiat
ECommerce, jangan heran jika akan semakin banyak orang yang menawarkan
produk atau jasa yang serupa. Itulah yang akan menjadi salah satu tantangan
dalam bisnis e-commerce yang harus dihadapi. Agar dapat menang dari
kompetitor, Anda memerlukan strategi pemasaran yang kreatif. Anda bisa
menggunakan bahasa yang akrab dan menarik, namun tetap berfokus pada
produk yang dijual.
E. Aturan Hukum E-Commerce Menurut UU ITE
1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan
menurut ukuran yang sebenarnya;
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau
jasa tersebut;
5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya,
mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;
7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu
penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;
8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan
―halal‖ yang dicantumkan dalam label;
9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama
barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal
pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan
lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus di pasang/dibuat;
10. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam
bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Kebijakan hukum pidana terhadap konsumen dalam transaksi jual beli online
(e-commerce)telah diatur secara jelas di dalam Undang –Undang No. 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. KUHP tetap dipakai oleh aparat
penegak hukum untuk menyelesaikan kasus cybercrime.Selain itu, juga telah diatur
dalam Undang –Undang Perlindungan Konsumen karena sebagian besar korban
transaksi elektronik merupakan konsumen onlineshop, yang mana transaksi
sebagian besar dilakukan dengan cara transaksi online.
Dalam hal pelaku usaha atau penjual ternyata menggunakan identitas palsu atau
melakukan tipu muslihat dalam jual beli online, maka ia dapat juga dipidana
berdasarkan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (―KUHP‖) dan Pasal
28 ayat (1) UU ITE.
―Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik.‖
Terhadap pelanggaran Pasal 28 ayat (1) UU ITE ini diancam pidana dalam Pasal
45A ayat (1) UU 19/2016, yakni:
―Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar.‖
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hal – hal yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
http://repository.stei.ac.id/1978/2/BAB%201.pdf https://jubelio.com/2021/apa-itu-e-
commerce-pengertian-dan-jenis-ecommerce/
https://idcloudhost.com/pengertian-e-commerce-dan-contohnya-komponen-jenis-
danmanfaat-e-commerce/ https://www.buleipotan.com/2010/12/e-commerce.html
https://fe.unars.ac.id/index.php/2017/11/02/berkembanganya-proses-
transaksiecommerce-indonesia/
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1744390003/02TUGAS%20PERTEMUA
N%202%20E-COMMERCE%20BU%20DIAN%20ESSAY.pdf
https://bisnis.tempo.co/read/1404212/4-tantangan-e-commerce-menurut-ceo-
lazadagroup-keamanan-data-hingga-logistik?page_num=2
https://accesstrade.co.id/memulai-bisnis-e-commerce-1321
https://www.jurnalhukum.com/perbuatan-yang-dilarang-bagi-pelaku-usaha/
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt50bf69280b1ee/perlindungankon
sumen-dala-e-commerce/
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/article/view/13361/12918
http://repo.darmajaya.ac.id/3355/6/BAB%20III.pdf
LEMBAR PERTANYAAN (Maksimal 4 pertanyaan):
CATATAN: