Anda di halaman 1dari 12

Nama : Nicholas Oktavianus (2226200008)

Kelas : MJ22

1. Kasus Pelanggaran Etika Bisnis oleh PT.Megasari Makmur


Perjalanan obat nyamuk bermula pada tahun 1996, diproduksi oleh PT Megasari Makmur
yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. PT Megasari Makmur juga
memproduksi banyak produk seperti tisu basah, dan berbagai jenis pengharum ruangan.
Obat nyamuk HIT juga mengenalkan dirinya sebagai obat nyamuk yang murah dan lebih
tangguh untuk kelasnya. Selain di Indonesia HIT juga mengekspor produknya ke luar
Indonesia.

Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan ditarik dari
peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian, dalam hal ini Komisi
Pestisida, telah melakukan inspeksi di pabrik HIT dan menemukan penggunaan pestisida
yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf,
gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.

HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata sangat
berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat turunan
Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat anti-nyamuk
HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair
isi ulang). Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan PT Megarsari
Makmur ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada tanggal 11 Juni 2006. Korbannya
yaitu seorang pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan muntah akibat
keracunan, setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat anti-nyamuk HIT.

Pertanyaan

a. Analisa kasus tersebut di atas dengan menggunakan Konsep Hukum Bisnis yang berhubungan
dengan etika bisnis !
b. Bagaimana aturan hukum bisnis yang mengatur tentang etika bisnis dalam mepromosikan
produknya kepada masyarakat sehingga produknya tidak membahayakan bagi kesehatan
masyarakat yang menjadi konsumen dariproduk tersebut ?
c. Bagamaina peran Lembaga Konsumen Indonesia dalam menyikapi produk yang dikeluarkan oleh
PT Megasari Makmur yang memproduksi berbagai macam produk dan salah satunya adalah obat
nyamuk merk HIT yang terindikasi memiliki kandungan berbahaya bagi kesehatan manusia ?
d. Apa peran Kepolisian terhadap kasus tersebut di atas ?

Jawab:

a. Berdasarkan kasus tersebut, PT. Megasari Makmur melakukan tindakan yang


melanggar etika dalam berbisnis dengan penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos dalam
produk obat nyamuk HITnya, meskipun zat-zat tersebut diketahui memiliki efek berbahaya
bagi kesehatan manusia dan penggunaannya telah dilarang di banyak negara, namun mereka
tetap memproduksi dan mengedarkan produk yang sangat berbahaya ini. Sehingga tindakan ini
melanggar prinsip etika bisnis yang mengharuskan perusahaan untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan konsumen yang terdapat didalam undang-undang yang mengatur hak konsumen
yaitu UU No.8 tahun 1999 mengenai perlindungan konsumen.
Kemudian, PT. Megasari Makmur juga tidak memberikan informasi yang jujur dan
akurat kepada konsumen tentang bahayanya penggunaan produk mereka. Mereka
mempromosikan obat nyamuk HIT sebagai obat nyamuk yang ampuh dan murah, tanpa
mengungkapkan risiko kesehatan yang terkait dengan penggunaannya. Sehingga hal tersebut
merupakan pelanggaran etika bisnis yang berkaitan dengan kewajiban dan kejujuran
perusahaan dalam memasarkan dan mempromosikan produk, dan sudah terdapat didalam pasal
4 UU Perlindungan Konsumen ayat 3 yang mengatur hak atas informasi yang benar, jelas, dan
jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.
Selanjutnya, terdapat korban yaitu seorang pembantu rumah tangga yang mengalami
pusing, mual dan muntah akibat keracunan, setelah menghirup udara yang baru saja
disemprotkan obat anti-nyamuk HIT dari PT. Megasari Makmur. Berdasarkan Pasal 19 Ayat
1 dan 2 mengenai perlindungan konsumen, perusahaan harus bertanggung jawab dengan
memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan dari perusahaan
tersebut.

b. Aturan hukum bisnis yang mengatur tentang etika bisnis dalam mempromosikan
produk kepada masyarakat adalah adanya kewajiban untuk memberikan informasi yang jujur,
akurat, dan lengkap kepada konsumen. . Perusahaan diharapkan mematuhi aturan-aturan yang
mengatur perlindungan konsumen agar dpat melindungi kesehatan dan keselamatan
konsumen. Perusahaan harus memastikan bahwa promosi produk tidak menyesatkan
konsumen dan tidak menyembunyikan informasi penting yang berkaitan dengan risiko atau
bahayanya produk tersebut, sehingga keselamatan konsumen dapat terjaga.
Selain itu, aturan hukum bisnis juga mewajibkan perusahaan untuk menjaga kualitas
dan keselamatan produk yang mereka produksi dan jual. Mereka harus mengikuti standar
keselamatan yang berlaku dan menghindari penggunaan bahan-bahan yang berbahaya bagi
kesehatan manusia. Jika terdapat risiko atau efek samping yang diketahui, perusahaan harus
memberikan peringatan yang jelas kepada konsumen.
Perusahaan juga harus bertanggung jawab dengan memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau
jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan dari perusahaan tersebut. Ganti rugi sebagaimana
dimaksud dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis
atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Lembaga Konsumen Indonesia berperan dalam melindungi kepentingan konsumen,


memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat, dan mendorong pihak berwenang untuk
bertindak sesuai dengan hukum. Lembaga Konsumen Indonesia dapat melakukan penelitian
dan evaluasi menyeluruh terhadap produk-produk yang dikeluarkan oleh PT Megasari
Makmur, termasuk obat nyamuk merk HIT yang diduga mengandung bahan berbahaya.
Penelitian ini dapat melibatkan uji laboratorium untuk mengidentifikasi bahan-bahan
berbahaya yang ada dalam produk tersebut. Jika terdapat bukti yang kuat mengenai bahaya
yang diakibatkan oleh produk PT Megasari Makmur, Lembaga Konsumen Indonesia dapat
melakukan advokasi kepada pihak berwenang, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) atau lembaga yang berwenang lainnya, untuk mengambil tindakan yang sesuai.
Mereka juga dapat mendukung tuntutan hukum terhadap PT Megasari Makmur jika diperlukan.
LKI juga dapat mendorong perusahaan untuk bertanggung jawab dan melakukan perbaikan jika
terdapat produk yang tidak memenuhi standar keselamatan atau berbahaya bagi konsumen.
Kemudaian, Lembaga Konsumen Indonesia juga dapat mempublikasikan informasi yang
ditemukan melalui penelitian dan pemantauan pasar kepada masyarakat umum. Melalui
laporan, siaran pers, atau media sosial untuk memberi tahu konsumen mengenai potensi bahaya
yang terkait dengan penggunaan produk PT Megasari Makmur.

d. Pihak Kepolisian memiliki peran dalam melakukan penyelidikan terhadap kasus pelanggaran
hukum bisnis yang melibatkan PT Megasari Makmur. Mereka akan mengumpulkan bukti dan
informasi yang diperlukan mengungkap kejadian yang sebenarnya untuk proses hukum lebih
lanjut. Jika terbukti adanya pelanggaran hukum, Kepolisian memiliki wewenang untuk
menegakkan hukum dan mengambil tindakan yang sesuai terhadap perusahaan atau individu
yang terlibat dalam pelanggaran tersebut, seperti mengajukan tuntutan hukum atau
memberikan sanksi administratif sesuai dengan hukum yang berlaku. Kemudian, Kepolisian
juga dapat bekerja sama dengan otoritas terkait, seperti BPOM dan lembaga lainnya, untuk
mengumpulkan informasi dan mendukung proses hukum terhadap PT Megasari Makmur,
serta menindaklanjuti laporan pelanggaran yang dilakukan oleh PT Megasari Makmur dengan
memeriksa pabrik dan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut serta menarik
produk-produk yang diindikasikan berbahaya dari peredaran.

2. Kasus Hukum Perikatan


1. KASUS SURABAYA DELTA PLAZA : Sewa - Menyewa Ruangan
A. Kronologis Kasus
Pada permulaan PT Surabaya Delta Plaza (PT SDP) dibuka dan disewakan untuk
pertokoan, pihak pengelola merasa kesulitan untuk memasarkannya. Salah satu cara untuk
memasarkannya adalah secara persuasif mengajak para pedagang meramaikan komplek
pertokoan di pusat kota Surabaya itu. Salah seorang diantara pedagang yang menerima
ajakan PT surabaya Delta Plaza adalah Tarmin Kusno, yang tinggal di Sunter-Jakarta.
Tarmin memanfaatkan ruangan seluas 888,71 M2 Lantai III itu untuk menjual perabotan
rumah tangga dengan nama Combi Furniture. Empat bulan berlalu Tarmin menempati
ruangan itu, pengelola SDP mengajak Tarmin membuat “Perjanjian Sewa Menyewa”
dihadapan Notaris. Dua belah pihak bersepakat mengenai penggunaan ruangan, harga
sewa, Service Charge, sanksi dan segala hal yang bersangkut paut dengan sewa menyewa
ruangan. Tarmin bersedia membayar semua kewajibannya pada PT SDP, tiap bulan
terhitung sejak Mei 1988 s/d 30 April 1998 paling lambat pembayaran disetorkan tanggal
10 dan denda 2 0/00 (dua permil) perhari untuk kelambatan pembayaran. Kesepakatan
antara pengelola PT SDP dengan Tarmin dilakukan dalam Akte Notaris Stefanus
Sindhunatha No. 40 Tanggal 8/8/1988.
Tetapi perjanjian antara keduanya agaknya hanya tinggal perjanjian. Kewajiban Tarmin
ternyata tidak pernah dipenuhi, Tarmin menganggap kesepakatan itu sekedar formalitas,
sehingga tagihan demi tagihan pengelola SDP tidak pernah dipedulikannya. Bahkan
menurutnya, Akte No. 40 tersebut, tidak berlaku karena pihak SDP telah membatalkan
“Gentlement agreement” dan kesempatan yang diberikan untuk menunda
pembayaran. Hanya sewa ruangan, menurut Tarmin akan dibicarakan kembali di akhir
tahun 1991. Namun pengelola SDP berpendapat sebaliknya. Akte No. 40 tetap berlaku
dan harga sewa ruangan tetap seperti yang tercantum pada Akta tersebut.
Hingga 10 Maret 1991, Tarmin seharusnya membayar US$311.048,50 dan Rp.
12.406.279,44 kepada PT SDP. Meski kian hari jumlah uang yang harus dibayarkan untuk
ruangan yang ditempatinya terus bertambah, Tarmin tetap berkeras untuk tidak
membayarnya. Pengelola SDP, yang mengajak Tarmin meramaikan pertokoan itu.
Pihak pengelola SDP menutup COMBI Furniture secara paksa. Selain itu, pengelola SDP
menggugat Tarmin di Pengadilan Negeri Surabaya.
B. Perintah :
a. Analisa kasus tersebut di atas dengan menggunakan Kosep Hukum Perdata Tentang
Perikatan (Perjanjian)
b. Bagaimana sistem pengaturan hukum perikatan dalam kasus tersebut ?

Jawab:

a. Berdasarkan kasus yang terjadi di atas, PT Surabaya Delta Plaza (PT SDP) mengajak
para pedagang untuk maramaikan komplek pertokoan, lalu salah seorang diantara pedagang
yang menerima ajakan PT surabaya Delta Plaza adalah Tarmin Kusno, Empat bulan berlalu
Tarmin menempati ruangan itu, pengelola SDP mengajak Tarmin membuat “Perjanjian Sewa
Menyewa” dihadapan Notaris, dan kedua belah pihakpun sepakat. Maka berdasarkan pasal
1548-1600 KUH Perdata terkait “Sewa Menyewa”, dengan adanya perjanjian/ikatan kontrak
tersebut maka pihak PT. Surabaya Delta Plaza dan Tarmin Kusno mempunyai keterikatan untuk
memberikan atau berbuat sesuatu sesuai dengan isi perjanjian yang telah dibuat. Berdasarkan
syarat sahnya suatu perjanjian diperlukan empat hal yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Namun, Tarmin Kusno berpendapat bahwa perjanjian dalam Akte Notaris No. 40 tidak
berlaku karena menurutnya pihak PT SDP telah membatalkan "Gentlemen agreement" dan
menunda pembayaran. Namun, pengelola SDP berpendapat bahwa perjanjian tetap berlaku dan
harga sewa ruangan tetap seperti yang tercantum dalam Akte tersebut. Dalam hal ini, penting
untuk mempertimbangkan isi perjanjian dan apakah ada ketentuan tertentu yang mengatur
pembatalan perjanjian atau penundaan pembayaran. Akibat ketidakpenuhan kewajiban Tarmin
Kusno, pihak PT SDP melakukan penutupan COMBI Furniture secara paksa. Tindakan ini
dapat dianggap sebagai tindakan perlindungan kepentingan PT SDP sebagai pihak yang merasa
dirugikan akibat ketidakpenuhan Tarmin terhadap kewajiban yang telah disepakati. Kemudian,
PT SDP menggugat Tarmin Kusno di Pengadilan Negeri Surabaya. Hal ini menunjukkan bahwa
PT SDP ingin menyelesaikan sengketa ini melalui jalur hukum dan mencari pemulihan
kerugian atau pemenuhan kewajiban Tarmin.
b. Perjanjian dapat terbentuk melalui kesepakatan antara kedua belah pihak. Dalam kasus ini,
perjanjian sewa-menyewa ruangan terbentuk melalui kesepakatan antara PT SDP dan Tarmin,
berdasarkan pasal 1548-1600 KUH Perdata terkait “Sewa Menyewa”. Pihak-pihak yang terlibat
dalam perjanjian memiliki kebebasan untuk menentukan syarat-syarat perjanjian sesuai dengan
kesepakatan mereka. Harga sewa, service charge, dan sanksi merupakan syarat-syarat yang
ditentukan dalam perjanjian tersebut. Penyewa ruangan (Tarmin) memiliki kewajiban untuk
membayar sewa dan tagihan lainnya sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam
perjanjian. Kewajiban ini harus dipenuhi dalam jangka waktu yang disepakati. Akta Notaris
(Akte No. 40) yang dibuat dalam perjanjian tersebut memiliki kekuatan bukti yang sah dalam
hukum perdata. Ini berarti isi akta tersebut dapat digunakan sebagai bukti yang mengikat kedua
belah pihak. Dalam kasus ini, PT SDP menggugat Tarmin ke Pengadilan Negeri Surabaya
karena Tarmin tidak memenuhi kewajibannya. Pengadilan akan mempertimbangkan isi
perjanjian dan bukti-bukti lain yang ada untuk menentukan apakah Tarmin melanggar
perjanjian dan harus membayar tagihan yang belum diselesaikan.

2. KASUS PT KRAMAT JATI PALZA (PT KJP) : S ewa-Menyewa


A. Kronologis Kasus
Pada permulaan PT Kramat Jati Plaza (PT KJP) dibuka dan disewakan untuk
pertokoan, pihak pengelola merasa kesulitan untuk memasarkannya. Salah satu
cara untuk memasarkannya adalah secara persuasif mengajak para pedagang
meramaikan komplek pertokoan di pusat kota Jakarta itu. Salah seorang diantara
pedagang yang menerima ajakan PT Kramat Jati Plaza adalah Adam Malik, yang
tinggal di Sunter-Jakarta.
Adam memanfaatkan ruangan seluas 888,71 M2 Lantai III itu untuk menjual
perabotan rumah tangga dengan nama Combi Furniture. Empat bulan berlalu
Tarmin menempati ruangan itu, pengelola KJP mengajak Adam membuat
“Perjanjian Sewa Menyewa” dihadapan Notaris. Dua belah pihak bersepakat
mengenai penggunaan ruangan, harga sewa, Service Charge, sanksi dan segala hal
yang bersangkut paut dengan sewa menyewa ruangan. Adam bersedia membayar
semua kewajibannya pada PT KJP, tiap bulan terhitung sejak Mei 1988 s/d 30 April
1998 paling lambat pembayaran disetorkan tanggal 10 dan denda 2 0/00 (dua
permil) perhari untuk kelambatan pembayaran. Kesepakatan antara pengelola PT
KJP dengan Adam dilakukan dalam Akte Notaris Stefanus Sindhunatha No. 40
Tanggal 8/8/1988.
Tetapi perjanjian antara keduanya agaknya hanya tinggal perjanjian. Kewajiban
Adam ternyata tidak pernah dipenuhi, Adam menganggap kesepakatan itu sekedar
formalitas, sehingga tagihan demi tagihan pengelola KJP tidak pernah
dipedulikannya. Bahkan menurutnya, Akte No. 40 tersebut, tidak berlaku karena
pihak KJP telah membatalkan “Gentlement agreement” dan kesempatan yang
diberikan untuk menunda pembayaran. Hanya sewa ruangan, menurut Tarmin
akan dibicarakan kembali di akhir tahun 1991. Namun pengelola KJP berpendapat
sebaliknya. Akte No. 40 tetap berlaku dan harga sewa ruangan tetap seperti yang
tercantum pada Akta tersebut.

Hingga 10 Maret 1991, Tarmin seharusnya membayar US$311.048,50 dan Rp.


12.406.279,44 kepada PT KJP. Meski kian hari jumlah uang yang harus
dibayarkan untuk ruangan yang ditempatinya terus bertambah, Tarmin tetap
berkeras untuk tidak membayarnya. Pengelola KJP, yang mengajak Adam
meramaikan pertokoan itu.Pihak pengelola KJP menutup COMBI Furniture secara
paksa. Selain itu, pengelola KJP menggugat Adam di Pengadilan Negeri Jakarta.
B. Perintah :
a. Analisa kasus tersebut di atas dengan menggunakan Kosep Hukum Perdata Tentang
Perikatan (Perjanjian)
b. Bagaimana sistem pengaturan hukum perikatan dalam kasus tersebut ?

Jawab:

a. Berdasarkan kasus yang terjadi di atas, PT Kramat Jati Plaza (PT KJP) mengajak para
pedagang untuk maramaikan komplek pertokoan, lalu salah seorang diantara pedagang yang
menerima ajakan PT Kramat Jati Plaza adalah Adam Malik, Empat bulan berlalu Adam
menempati ruangan itu, pengelola KJP mengajak Adam membuat “Perjanjian Sewa Menyewa”
dihadapan Notaris, dan kedua belah pihakpun sepakat. Maka berdasarkan pasal 1548-1600
KUH Perdata terkait “Sewa Menyewa”, dengan adanya perjanjian/ikatan kontrak tersebut maka
pihak PT Kramat Jati Plaza dan Adam Malik mempunyai keterikatan untuk memberikan atau
berbuat sesuatu sesuai dengan isi perjanjian yang telah dibuat. Berdasarkan syarat sahnya suatu
perjanjian diperlukan empat hal yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Namun, Adam Malik berpendapat bahwa perjanjian dalam Akte Notaris No. 40 tidak
berlaku karena menurutnya pihak PT KJP telah membatalkan "Gentlemen agreement" dan
menunda pembayaran. Namun, pengelola KJP berpendapat bahwa perjanjian tetap berlaku dan
harga sewa ruangan tetap seperti yang tercantum dalam Akte tersebut. Dalam hal ini, penting
untuk mempertimbangkan isi perjanjian dan apakah ada ketentuan tertentu yang mengatur
pembatalan perjanjian atau penundaan pembayaran. Akibat ketidakpenuhan kewajiban Adam
Malik, pihak PT KJP melakukan penutupan COMBI Furniture secara paksa. Tindakan ini dapat
dianggap sebagai tindakan perlindungan kepentingan PT KJP sebagai pihak yang merasa
dirugikan akibat ketidakpenuhan Adam terhadap kewajiban yang telah disepakati. Kemudian,
PT KJP menggugat Adam Malik di Pengadilan Negeri Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa PT
KJP ingin menyelesaikan sengketa ini melalui jalur hukum dan mencari pemulihan kerugian
atau pemenuhan kewajiban Adam.
b. Perjanjian dapat terbentuk melalui kesepakatan antara kedua belah pihak. Dalam kasus ini,
perjanjian sewa-menyewa ruangan terbentuk melalui kesepakatan antara PT KJP dan Adam,
berdasarkan pasal 1548-1600 KUH Perdata terkait “Sewa Menyewa”. Pihak-pihak yang terlibat
dalam perjanjian memiliki kebebasan untuk menentukan syarat-syarat perjanjian sesuai dengan
kesepakatan mereka. Harga sewa, service charge, dan sanksi merupakan syarat-syarat yang
ditentukan dalam perjanjian tersebut. Penyewa ruangan (Adam) memiliki kewajiban untuk
membayar sewa dan tagihan lainnya sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam
perjanjian. Kewajiban ini harus dipenuhi dalam jangka waktu yang disepakati. Akta Notaris
(Akte No. 40) yang dibuat dalam perjanjian tersebut memiliki kekuatan bukti yang sah dalam
hukum perdata. Ini berarti isi akta tersebut dapat digunakan sebagai bukti yang mengikat kedua
belah pihak. Dalam kasus ini, PT KJP menggugat Adam ke Pengadilan Negeri Jakarta karena
Adam tidak memenuhi kewajibannya. Pengadilan akan mempertimbangkan isi perjanjian dan
bukti-bukti lain yang ada untuk menentukan apakah Adam melanggar perjanjian dan harus
membayar tagihan yang belum diselesaikan.

3. Kasus Hukum Perusahaan


Roxy, Richard, Tanako, Sutra, Citra mendirikan sebuah perusahaan yg bernama Expresso.
Perusahaan ini membuka beberapa kedai friedchicken di Yogya. Roxy memberikan
konstribusi Rp. 15 jt. Richad Rp. 20 jt, Tanako Rp. 15 million. Sutra memberikan
konstirbusi resep utk membuat fredchikken yg enak. Citra memasukkan Rp.10 jt, tetapi
tidak mau terlibat di dalam manajemen perusahaan itu. Perusahaan didirikan dengan suatu
akta otentik pada tanggal 10 desember 2003. Roxy dan Richard mulai menjual pada tanggal
11 Desember 2003. Pada tanggal tersebut Syafiq datang dan makan fredchicken. Namun,
setelah makan ayam tersebut dia merasa sakit perut serius dan menuntut 80 jut kepada
perusahaan tersebut.

Pertanyaan :
a. Menurut hukum Indonesia, apa bentuk perusahaan ini ? dan Apakah perusahan ini
merupakan badan hukum ?
b. Tindakan penting apa saja yg harus dilakukan oleh para sekutu (partner) setelah
perusahaan itu didirikan ? Apa akibat hukum kalau tindakan tersebut tidak dilakukan ?
c. Apabila anda menjadi manajer, bagaimana cara anda memenuhi tuntutan Syafiq.
Jawab:
a. Menurut Hukum Indonesia, perusahaan ini terbentuk sebagai sebuah
kemitraan/ persekutuan (partnership). Dalam kasus ini, para pendiri perusahaan yaitu
Roxy, Richard, Tanako, Sutra, dan Citra, berkontribusi dalam bentuk modal, resep,
dan keterlibatan dalam manajemen dan bekerjasama dalam mendirikan perusahaan
Expresso. Mereka membentuk usaha di mana dua atau lebih individu atau entitas
bekerja sama untuk menjalankan bisnis dan berbagi keuntungan dan kerugian sesuai
dengan kesepakatan yang dibuat, inilah yang disebut sebagai kemitraan.

Perusaahan ini bukan badan hukum, karena untuk menjadi badan hukum,
perusahaan harus memenuhi persyaratan dan prosedur yang ditetapkan oleh hukum
perusahaan di Indonesia. Hal ini meliputi pendaftaran perusahaan ke instansi yang
berwenang, seperti Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), serta pemenuhan persyaratan
lainnya yang diatur oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas.

b. Tindakan yang perlu dilakukan para sekutu yaitu harus membuat perjanjian
kemitraan yang jelas dan menyeluruh, yang mencakup hak dan kewajiban masing-
masing pihak, pembagian keuntungan dan kerugian, peran dan tanggung jawab, serta
prosedur pengambilan keputusan di perusahaan, Perusahaan harus memiliki rekening
bank bisnis terpisah untuk keperluan keuangan perusahaan, Perusahaan harus
mendaftarkan NPWP dan memenuhi kewajiban perpajakan yang berlaku, perusahaan
perlu memperoleh izin usaha atau lisensi khusus dari otoritas yang berwenang,
mendaftarkan perusahaan ke instansi yang berwenang sesuai dengan bentuk
perusahaan yang dipilih, mengatur pembagian laba dan kerugian serta pengelolaan
perusahaan.

Jika tindakan-tindakan penting tersebut tidak dilakukan, akanberdampak pada


ketidakjelasan hubungan antar partner, ketidakpastian mengenai pembagian
keuntungan dan kerugian, serta masalah hukum terkait izin dan perizinan usaha, serta
mengakibatkan sanksi dan konsekuensi hukum lainnya. Tidak adanya kesepakatan
tertulis yang mengatur hubungan antara para sekutu, sehingga meningkatkan risiko
perselisihan di masa depan.
c. Jika saya menjadi seorang manajer, saya akan memenuhi tuntutan Syafiq dengan cara:
- Menyelidiki penyebab terjadinya masalah kesehatan tersebut dan memastikan
bahwa produk yang dijual sesuai dengan standar keamanan pangan.
- Mengumpulkan semua bukti yang menunjukkan bahwa Syafiq mengalami sakit
perut serius setelah mengonsumsi fried chicken perusahaan.
- Jika terbukti bahwa Syafiq mengalami kerugian akibat makanan yang dijual oleh
perusahaan, saya akan menawarkan kompensasi yang wajar, baik dalam bentuk
penggantian kerugian maupun biaya perawatan medis yang mungkin diperlukan
oleh Syafiq.
- Berkomunikasi dengan Syafiq secara baik dan mencari solusi yang dapat
memenuhi tuntutannya, seperti memberikan ganti rugi atau biaya pengobatan yang
sesuai.
- Melibatkan pihak hukum, jika diperlukan, untuk menyelesaikan tuntutan secara
hukum dan menjaga hak-hak perusahaan.
- Melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap proses produksi dan pengolahan
makanan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
- Memastikan bahwa seluruh karyawan Expresso mengikuti standar operasional
prosedur yang telah ditetapkan untuk menjaga kualitas produk dan pelayanan
kepada pelanggan.

4. Kasus Perselisihan Antara Pekerja Buruh


Ratusan buruh PT Megariamas Sentosa yang berlokasi di Jl Jembatan III Ruko 36 Q,
Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, datang sekitar pukul 12.00 WIB. Sebelum ditemui
Kasudin Nakertrans Jakarta Utara, mereka menggelar orasi yang diwarnai aneka macam
poster yang mengecam usaha perusahaan menahan THR mereka. Padahal THR
merupakan kewajiban perusahaan sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 Tahun 1994 tentang THR.

Sekitar 500 buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh Garmen Tekstil dan Sepatu-
Gabungan Serikat Buruh Independen (SBGTS-GSBI) PT Megariamas Sentosa, Selasa
siang ‘menyerbu’ Kantor Sudin Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Jakarta
Utara di Jl Plumpang Raya, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Mereka menuntut pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan yang
mempekerjakan mereka karena mangkir memberikan tunjangan hari raya (THR).

Demonstrasi ke Kantor Nakertrans bukan yang pertama, sebelumnya ratusan buruh ini
juga mengadukan nasibnya karena perusahan bertindak sewenang-wenang pada
karyawan. Bahkan ada beberapa buruh yang diberhentikan pihak perusahaan karena
dinilai terlalu vokal. Akibatnya, kasus konflik antar buruh dan manajemen dilanjutkan
ke Pengadilan Hubungan Industrial. Karena itu, pihak manajemen mengancam tidak
akan memberikan THR kepada pekerjanya. Dalam demo tersebut para buruh menuntut
perusahaan untuk mendapatkan THR sesuai dengan peraturan yang berlaku. Para
demonstras mengatakan “ jangan dikarenakan ada konflik internal kami tidak
mendapatkan THR, karena setahu mereka perusahaan garmen tersebut tidak merugi,
bahkan sebaliknya”. Sekedar diketahui ratusan buruh perusahaan garmen dengan
memproduksi pakaian dalam merek Sorella, Pieree Cardine, Felahcy, dan Young Heart
untuk ekspor itu telah berdiri sejak 1989 ini mempekerjakan sekitar 800 karyawan yang
mayoritas perempuan.

Mengetahui hal tersebut, ratusan buruh PT Megariamas Sentosa mengadu ke kantor


Sudin Nakertrans Jakarta Utara. Setelah dua jam menggelar orasi di depan halaman Sudin
Nakertrans Jakarta Utara, bahkan hendak memaksa masuk ke dalam kantor. Akhirnya
perwakilan buruh diterima oleh Kasudin Nakertrans, Saut Tambunan di ruang rapat
kantornya. Dalam peryataannya di depan para pendemo, Sahut Tambunan berjanji akan
menampung aspirasi para pengunjuk rasa dan membantu menyelesaikan permasalahan
tersebut. "Pasti kami akan bantu, dan kami siap untuk menjadi fasilitator untuk
menyelesaikan masalah ini," tutur Sahut. Selain itu, Sahut juga akan memanggil
pengusaha agar mau memberikan THR karena itu sudah kewajiban. “Kalau memang
perusahaan tersebut mengaku merugi, pihak manajemen wajib melaporkan ke
pemerintah dengan bukti konkret,” kata Saut Tambunan kepada beritajakarta.com usai
menggelar pertemuan dengan para perwakilan demonstrasi.

Pertanyaan :
a. Apa yang harus dilakukan oleh pengusaha dalam menyikapi tindakan yang dilakukan
oleh ratusan buruh dengan menuangkan aspirasi mereka dalam bentuk orasi dengan
menggunakan berbagai macam poster yang mereka harapkan bisa menjadi perhatian
bagi pihak perusahaan terhadap apa yang mereka tuntut ?
b. Bagaimana penyelesaian konflik antar buruh dan majikan berdasarkan Undang-
undang RI Nomor 2 Tahun 2004 ?
c. Bagaimana penyelesaian perselisihan melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHI)
?
Jawab:
a. Yang harus dilakukan olehpengusaha dalam menyikapi tindakan buruh tersebut yaitu:
- Pengusaha perlu mendengarkan dan memahami tuntutan serta aspirasi para buruh.
- Pengusaha harus melakukan evaluasi terhadap klaim buruh terkait tidak
diberikannya tunjangan hari raya (THR). Mengecek kembali kebijakan dan
peraturan perusahaan terkait pemberian THR, serta memastikan apakah perusahaan
telah mematuhi ketentuan perundangan yang berlaku.
- Pengusaha perlu meninjau kondisi keuangan perusahaan untuk menentukan apakah
perusahaan mampu memberikan THR sesuai dengan peraturan yang berlaku.
- Pengusaha harus membuat komitmen untuk menyelesaikan masalah dan memenuhi
tuntutan yang sah dari buruh. Komitmen ini dapat melibatkan kesepakatan tertulis,
jaminan pelaksanaan THR, atau solusi lain untuk mengatasi masalah tersebut.
- Pengusaha harus memastikan bahwa mereka mematuhi ketentuan hukum terkait
tunjangan hari raya (THR) dan kewajiban perusahaan lainnya sesuai dengan
Undang-Undang Tenaga Kerja yang berlaku.
- Pengusaha dapat melakukan negosiasi dengan perwakilan buruh untuk mencari
solusi yang mengunutngkan bagi kedua belah pihak. Jika diperlukan, dapat
melibatkan pihak ketiga yang netral sebagai mediator dalam proses negosiasi.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian


Perselisihan Hubungan Industrial (UU PHKI) merupakan landasan hukum untuk
penyelesaian konflik antara buruh dan majikan di Indonesia. Berikut adalah beberapa
langkah penyelesaian konflik yang dapat dilakukan berdasarkan UU PHKI:

- Negosiasi Langsung: Pihak buruh dan majikan diharapkan untuk mencoba


menyelesaikan perselisihan secara langsung melalui negosiasi. Pada tahap ini, mereka
dapat mengadakan pertemuan untuk membahas perbedaan pendapat, memperjuangkan
kepentingan masing-masing, dan mencari solusi yang saling menguntungkan.
- Mediasi: Jika negosiasi langsung tidak mencapai kesepakatan, pihak buruh dan majikan
dapat mengajukan permohonan mediasi kepada Pengadilan Hubungan Industrial (PHI)
setempat atau Lembaga Mediasi yang ditunjuk oleh pemerintah. Mediator yang
independen akan membantu pihak-pihak dalam mencapai kesepakatan yang dapat
diterima oleh kedua belah pihak.
- Konsiliasi: Jika mediasi tidak berhasil, pihak buruh atau majikan dapat mengajukan
permohonan konsiliasi kepada PHI atau Lembaga Konsiliasi yang ditunjuk. Konsiliasi
melibatkan pihak ketiga yang akan memberikan saran dan rekomendasi untuk
penyelesaian perselisihan. Meskipun rekomendasi konsiliasi bersifat non-binding,
namun seringkali menjadi pertimbangan penting dalam proses penyelesaian.
- Arbitrase: Jika negosiasi, mediasi, atau konsiliasi tidak menghasilkan kesepakatan,
pihak buruh dan majikan dapat mengajukan permohonan arbitrase kepada PHI atau
Badan Arbitrase Hubungan Industrial (BAHI). Arbitrase adalah proses di mana
perselisihan diputuskan oleh arbiter yang independen dan hasilnya bersifat mengikat.
- Persidangan: Jika semua upaya penyelesaian di atas tidak berhasil, perselisihan dapat
diajukan ke pengadilan hubungan industrial. Pengadilan akan mempertimbangkan
bukti-bukti dan argumen dari kedua belah pihak, serta mengeluarkan putusan yang
mengikat dan dapat dilaksanakan.

c. Berikut penyelesaian perselisihan melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHI):

- Pihak yang ingin mengajukan perselisihan ke PHI harus mengajukan permohonan


secara tertulis kepada PHI yang berwenang. Permohonan harus berisi rincian mengenai
perselisihan, pihak-pihak yang terlibat, dan alasan mengapa penyelesaian melalui PHI
diperlukan.
- Setelah menerima permohonan, PHI akan melakukan pemeriksaan terhadap berkas
yang diajukan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan keberatan yang diajukan
memenuhi persyaratan formil dan substansial yang ditetapkan oleh UU PHKI.
- Sebelum persidangan dimulai, PHI dapat mengadakan upaya mediasi atau konsiliasi
antara pihak-pihak yang berselisih. Tujuan dari mediasi dan konsiliasi adalah untuk
mencari solusi damai dan kesepakatan antara pihak buruh dan majikan. Namun, jika
mediasi atau konsiliasi tidak berhasil, persidangan akan dilanjutkan.
- Persidangan di PHI akan dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam UU
PHKI. Pihak buruh dan majikan akan memiliki kesempatan untuk menyampaikan
argumen, mempresentasikan bukti, dan memberikan saksi-saksi. Hakim dalam PHI
akan mendengarkan kedua belah pihak dan mempertimbangkan semua faktor yang
relevan sebelum mengeluarkan keputusan.
- Setelah persidangan, PHI akan mengeluarkan putusan yang mengikat untuk kedua
belah pihak. Putusan ini akan mencakup penyelesaian perselisihan berdasarkan hukum
dan fakta yang ada. Putusan PHI dapat berupa pemulihan hak, pembayaran ganti rugi,
penegakan hak, atau tindakan lain yang dianggap sesuai dalam konteks perselisihan
yang diajukan.

Anda mungkin juga menyukai