Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HUKUM BISNIS

ANALISIS KASUS

PENARIKAN PRODUK OBAT ANTI-


NYAMUK HIT

Kelompok :

1. Aulia Genta 2012130023


2. Farah Tissa 2012130077
3. Luluk Setio Pertiwi 2012130130
4. Paula Antonia Rindyani 2012130166
5. Sherlyana Novia 2012130187
6. Tria Caesaria 2012130212

STIKS TARAKANITA
Desember 2013
Latar Belakang

Indonesia adalah negara tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi. Hal tersebut
karena Indonesia terletak pada 60 LU - 110 LS dan 950 BT - 1410 BT dan berada tepat
pada garis lintang khatulistiwa. Karena curah hujan yang tidak menentu, hal itu
membuat beberapa daerah di Indonesia mengalami banyak masalah kesehatan
diantaranya karena pertumbuhan populasi hewan yang rentan pada kondisi hujan yakni
nyamuk yang semakin berkembang pesat. Iklim Indonesia yang lembab, sangat cocok
untuk perkembangan nyamuk. Hal ini menyebabkan populasi nyamuk di Indonesia
sangat besar jumlahnya, khususnya pada musim penghujan. Setiap manusia di dunia,
kemungkinan besar pernah merasakan gigitan nyamuk. Oleh karena itu, nyamuk dirasa
sangat merugikan manusia karena gigitannya yang gatal, suaranya yang menggangu,
dan beberapa di antara spesies-spesies nyamuk merupakan vektor penyakit menular.

Beberapa upaya pemberantasan nyamuk kini sudah banyak dilakukan oleh pemerintah
maupun masnyarakat Indonesia yang sudah sadar akan dampak dari bahaya nyamuk itu
sendiri. Dimulai dari mencegahnya melalui media maupun sosialisasi lingkungan yang
dilakukan beberapa kepala daerah setempat. Upaya masyarakat sendiri yang banyak
dilakukan diantaranya menjaga lingkungan agar tetap bersih melalui pengadaan kerja
bakti, foging (pengasapan rumah warga), serta penganjuran alat pengusir nyamuk
lainnya seperti obat nyamuk. Obat nyamuk adalah salah satu cara pencegahan untuk
mengusir nyamuk paling mudah untuk pencegahan mendasar yang banyak dilakukan
oleh masyarakat. Jenis obat nyamuk diantaranya ada dalam bentuk lotion, obat nyamuk
bakar, semperot, elektrik dan lain-lain. Akan tetapi, jika ditelusuri pemakaian obat
nyamuk bukanlah solusi terbaik karena obat nyamuk juga mengandung racun yang
berbahaya bagi konsumen yang memakainya. Selain asap racunnya yang menyumbang
polusi pada lingkungan dengan skala kecil, disisi lain hal itu juga dapat menimbulkan
masalah kesehatan yang mengancam konsumen.

Konsumen itu sendiri adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup
lain, dan tidak untuk diperdagangkan. Para konsumen diberi undang-undang
Perlindungan Konsumen, yang adalah segala upaya yang menjamin kepastian hukum
untuk memberi perlingan kepada konsumen. Sedangkan, Pelaku Usaha adalah setiap
orang perorangan atau badan usaha, baik yg berbentuk badan hukum atau bukan badan
hukum, yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum NKRI.
CONTOH KASUS
Kasus Penarikan Produk Obat Anti-Nyamuk HIT

Pada hari Rabu, 7 Juni 2006, obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari
Makmur dinyatakan akan ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur
dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia,
sementara yang di pabrik akan dimusnahkan. Sebelumnya Departemen Pertanian, dalam
hal ini Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi mendadak di pabrik HIT dan
menemukan penggunaan pestisida yang menganggu kesehatan manusia seperti
keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap
sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.

HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata sangat
berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat
turunan Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat
anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan
HIT 17 L (cair isi ulang). Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan
PT Megarsari Makmur ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada tanggal 11 Juni
2006. Korbannya yaitu seorang pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual
dan muntah akibat keracunan, setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan
obat anti-nyamuk HIT.

Masalah lain kemudian muncul. Timbul miskomunikasi antara Departemen Pertanian


(Deptan), Departemen Kesehatan (Depkes), dan BPOM (Badan Pengawas Obat dan
Makanan). Menurut UU, registrasi harus dilakukan di Depkes karena hal tersebut
menjadi kewenangan Menteri Kesehatan. Namun menurut Keppres Pendirian BPOM,
registrasi ini menjadi tanggung jawab BPOM. Namun Kepala BPOM periode
sebelumnya sempat mengungkapkan, semua obat nyamuk harus terdaftar (teregistrasi)
di Depkes dan tidak lagi diawasi oleh BPOM. Ternyata pada kenyataanya, selama ini
izin produksi obat anti-nyamuk dikeluarkan oleh Deptan. Deptan akan memberikan izin
atas rekomendasi Komisi Pestisida. Jadi jelas terjadi tumpang tindih tugas dan
kewenangan di antara instansi-instansi tersebut.
Analisis Kasus

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, perlindungan konsumen adalah segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

Namun, sejauh ini UU Perlindungan konsumen tersebut belum sepenuhnya ditegakkan.


Konsumen sebagai objek UU Perlindungan Konsumen masih saja sering dirugikan oleh
para produsen nakal. Masih banyak saja pelanggaran UU Perlindungan konsumen yang
terjadi di Indonesia. Padahal perlindungan konsumen itu sendiri sudah diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Th, 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Tujuan Perlindungan Konsumen tersebut antara lain:


1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum, keterbukaan informasi serta akses untuk memperoleh informasi;
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha, sehingga tumbuh sikap jujur dan
bertanggungjawab dalam penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas.

Kasus mencuat saat ini adalah kasus obat nyamuk HIT, kasus ini merupakan cerminan
bagaimana para pelaku usaha tidak mau memberikan informasi yang cukup dan
memadai tentang kandungan dari obat nyamuk tersebut. Belum lagi terdapat penelitian
dari suatu lembaga penelitian independen di Jakarta yang menemukan fakta bahwa pada
umumnya pasta gigi mengandung bahan detergent yang membahayakan bagi kesehatan.
Dalam kasus-kasus kecil, bisa terlihat dengan gamblang bagaimana perlakuan pelaku
usaha yang bergerak di bidang industri retail dalam urusan uang kembalian pecahan Rp.
25,00 dan Rp. 50,00. Yang ini malah lebih parah lagi perlakuannya, biasanya diganti
dengan permen dalam berbagai jenisnya (biasanya terjadi di supermarket) atau kalau
tidak malah dianggap sumbangan (ini biasanya di minimarket).

Banyak orang tidak (mau) menyadari bagaimana pelanggaran hak-hak konsumen


dilakukan secara sistematis oleh kalangan pelaku usaha, dan cenderung mengambil
sikap tidak ingin ribut. Dalam kasus parkir, kita bisa membayangkan jawaban apa yang
akan diterima apabila konsumen berani mengajukan komplain atas kehilangan sebagian
atau seluruh kendaraan yang dititipkan pada pelaku usaha? Apalagi jika kita meributkan
masalah uang kembalian yang (mungkin) menurut sebagian orang tidak ada nilainya.
Masalah uang kembalian menurut kami menimbulkan masalah legal – politikal,
disamping masalah hukum yang muncul karena uang menjadi alat tukar yang sah dan
bukannya permen hal ini juga mempunyai implikasi dengan kebanggan nasional kita
dalam pemakaian uang rupiah.

Ditemukannya zat berbahaya seperti Propoxur dan Diklorvos pada produk obat anti-
nyamuk yang dibuat oleh PT Megarsari Makmur yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan tentu saja sangat mengagetkan. Padahal sudah ada undang-undang yang
mengatur hak-hak konsumen, yaitu UU No.8 tahun 1999 mengenai perlindungan
konsumen.

Departemen Pertanian juga telah mengeluarkan larangan penggunaan Diklorvos untuk


pestisida dalam rumah tangga sejak awal 2004. Hal itu membuat kita dapat melihat
dengan jelas bahwa pemerintah tidak sungguh-sungguh berusaha melindungi
masyarakat umum sebagai konsumen. Para produsen masih bisa leluasa menciptakan
produk baru dan dengan mudahnya memasarkannya tanpa ada monitoring ketat dari
pihak pemerintah.

Agar tidak terulang lagi kejadian-kejadian yang merugikan bagi konsumen, maka kita
sebagai konsumen harus lebih teliti dalam memilih atau memakai barang/jasa yang
ditawarkan, seperti :
1. Kritis terhadap iklan dan promosi dan jangan mudah terbujuk,
2. Teliti sebelum membeli (Baca keterangan label yang ada),
3. Biasakan belanja sesuai rencana,
4. Memilih barang yang bermutu dan berstandar yang memenuhi aspek keamanan,
keselamatan,kenyamanan dan kesehatan,
5. Membeli sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan,
6. Perhatikan label, keterangan barang dan masa kadaluarsa.

Rendahnya daya tawar dan pengetahuan hukum konsumen seringkali dimanfaatkan oleh
lembaga pembiayaan yang menjalankan praktek dengan akta di bawah tangan. Untuk
itu, konsumen diharapkan dapat melakukan hal sebagai berikut:
1. Konsumen dihimbau beritikad baik untuk selalu membayar angsuran secara tepat
waktu.
2. Konsumen dihimbau untuk lebih kritis dan teliti dalam membaca klausula baku,
terutama mengenai:
a. Hak-hak dan kewajiban para pihak
b. Kapan perjanjian itu jatuh tempo;
c. Akibat hukum bila konsumen tidak dapat memenuhi kewajibannya
(wanprestasi)
3. Bila ketentuan klausula baku ternyata tidak sesuai dengan ketentuan UUPK dan
UUF, serta merugikan konsumen, maka pelaku usaha harus diminta untuk
menyesuaikannya dengan ketentuan tersebut.
4. Bila terjadi sengketa, konsumen dapat memperjuangkan hak-haknya dengan
meminta pertimbangan dan penyelesaian melalui Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen.
Kesimpulan

Obat nyamuk memang merupakan salah satu cara pencegahan sederhana yang dapat
dilakukan masyarakat untuk mencegah dampak dari masalah yang ditimbulkan oleh
nyamuk berbahaya. Namun, pada dasarnya banyak beragam obat nyamuk yang
mengandung bahan-bahan berbahaya yang justru berdampak buruk bagi konsumen yang
memakainya. Penggunaan bahan pestisida jenis Diklorovos obat nyamuk HIT dapat
menyebabkan kerugian bagi konsumen seperti kanker, penyakit saluran pernafasan dan
lain-lain. Kasus ini dapat menjadi pandangan tajam bagi hukum karena hal ini
memungkinkan banyak pengusaha yang hanya mau mengambil untung saja tanpa
mempedulikan konsumen. Sayangnya, konsumen juga memiliki hak-hak yang harus
dilindungi diantaranya: hak untuk mendapatkan informasi yang benar, hak untuk
memilih, hak untuk mendapatkan keamanan dan perlindungan dari persaingan curang
para pelaku usaha. Konsumen dapat menyelesaikan sengketa kasus ini diantaranya
melalui pelaku usaha, pemerintah serta konsumen. Selain itu adapun Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang dapat menangani kasus kecil
konsumen. Perindungan konsumen adalah mutlak harus dilakukan untuk setiap
perusahaan khususnya perusahaan yang memproduksi produk home and care.

Saran

Konsumen tidak hanya membutuhkan perlindungan nyata dari produk yang


dikosumsinya, tetapi juga kesehatan dari konsumen petut diperhitungkan. Sistem hukum
yang semakin fleksibel serta badan pengawasan obat-obatan dan makanan (BPOM)
dalam perlindungan konsumen seharusnya dapat memperketat jaringan perusahaan
dalam menghasilkan produk (khususnya obat-obatan) yang mengandung zat-zat berat
untuk bisa memastikan bahwa apa yang mereka produksi adalah aman untuk digunakan
konsumen. Maka dari itu, perusahaan yang memproduksi obat tersebut seharusnya bisa
memberikan solusi terbaik dimana hasil dari yang mereka produksi sama-sama
menghasilkan keuntungan baik untuk perusahaan maupun konsumen perihal konsumen
kini sudah memiliki hak-hak tersendiri untuk melindungi dirinya dari dampak yang
dihasilkan dari produk yang dikosumsinya.
DAFTAR PUSTAKA

http://lindamaya.blogspot.com/2013/07/contoh-kasus-perlindungan-konsumen.html

http://andiprawiro.blogspot.com/2009/03/bab-i-pendahuluan_27.html

Anda mungkin juga menyukai