Anda di halaman 1dari 4

Hand Out 3, Etika dan Hukum Bisnis

Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

Kasus 1. Pelanggaran Etika


Kecurangan pada Perusahaan “Pembasmi Nyamuk HIT Mengandung Pestisida
Terlarang”
Liputan6.com, Jakarta: Inspeksi mendadak Badan Pupuk dan Obat-obatan Departemen
Pertanian di PT. Megasari Makmur, Rabu (7/6), menemukan produsen pembasmi nyamuk HIT
ini menggunakan pestisida berbahan aktif klorpirifos dan diklorvos. Pihak manajemen
perusahaan di Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, masih menggunakan kedua zat berbahaya
dengan alasan belum menerima izin baru dari Departemen Pertanian.

Deptan telah mengeluarkan larangan pemakaian klorpirifos dan diklorvos sejak April
2004.Namun, dengan dalih belum mendapat izin baru, perusahaan ini memproduksi obat
pembasmi nyamuk dengan zat berbahaya itu hingga awal tahun ini.Atas pelanggaran ini, PT
Megasari diminta menarik seluruh produknya dalam waktu dua bulan.

Deptan menerbitkan larangan pemakaian pestisida jenis klorpirifos dan diklorvos


sesuai surat edaran Komisi Pestisida Nomor 166 Tahun 2004. Kedua zat ini dapat
menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

Walau pemerintah telah meminta PT Megasari Makmur, produsen HIT, untuk menarik
seluruh produknya, hingga Kamis (8/6) ini pembasmi nyamuk berbahan berbahaya itu ternyata
masih beredar di pasaran. Adapun pembasmi nyamuk HIT menggunakan bahan klorpirifos dan
diklorvos. Padahal kedua bahan pestisida ini telah dilarang digunakan oleh Departemen
Pertanian sesuai surat edaran Komisi Pestisida Nomor 166 Tahun 2004 [baca: Pembasmi
Nyamuk HIT Mengandung Pestisida Terlarang].

Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) dokter


Marius Widjajarta menilai keputusan pemerintah agar PT Megasari Makmur menarik seluruh
produknya dalam waktu paling lambat dua bulan sangat beralasan.Sebab kedua bahan aktif
yang digunakan itu dapat mengakibatkan kanker hati bagi manusia yang menghirupnya."Untuk
membuktikannya memang harus dalam jangka panjang karena sifatnya kumulatif.Mungkin
satu orang baru setahun atau dua tahun baru ada gangguan," jelas Marius di Jakarta, baru-baru
ini.Adapun masyarakat tampaknya belum mengetahui dampak penggunaan klorpirifos dan
diklorvos.

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional
Hand Out 3, Etika dan Hukum Bisnis
Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

Sementara itu, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Husniah
Rubiana Thamrin Akib mengaku pihaknya hingga kini belum mengetahui laporan adanya
kandungan pestisida berbahaya pada obat nyamuk HIT. Ditemukannya penggunaan klorpirifos
dan diklorvos pada obat nyamuk HIT setelah Badan Pupuk dan Obat-obatan Deptan melakukan
inspeksi mendadak ke PT Megasari Makmur di kawasan Gunungputri, Bogor, Jawa Barat.
Dengan temuan tersebut, PT Megasari terancam sanksi berupa denda sebesar Rp 2 miliar dan
atau kurungan penjara lima tahun. (BOG/Tim Liputan 6 SCTV)

Pembahasan dan Analisis

1. Jenis pelanggaran etika?

Dalam kasus ini, PT. Megasari Makmur telah terjadi pelanggaran etika bisnis. Karena didalam
produk yang diproduksinya terdapat zat yang berbahaya untuk konsumen.

2. Siapa yang melakukannya?

Dalam kasus ini yang melakukan pelanggaran etika bisnis yaitu PT. Megasari Makmur.

3. Apa akibatnya?

Akibat yang terjadi adalah, dapat menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap
darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati
dan kanker lambung.

4. Apa tindakan pemerintah terhadap pelaku?

Pemerintah telah meminta PT Megasari Makmur, produsen HIT, untuk menarik seluruh
produknya.

5. Melanggar UU pasal?

Jika dilihat menurut UUD, PT. Megasari Makmur telah melanggar beberapa pasal, diantaranya:

1. Pasal 4, hak konsumen adalah:

Ayat 1: “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa”

Ayat 3: “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa”

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional
Hand Out 3, Etika dan Hukum Bisnis
Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

- PT. Megasari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang adanya zat-zat
berbahaya di dalam produk mereka.Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan dengan
alasan mengurangi biaya produksi HIT.

2. Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah:

Ayat 2: “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”

- PT. Megasari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk mereka, dimana
seharusnya apabila sebuah kamar disemprot dengan pestisida, harus dibiarkan selama setengah
jam sebelum boleh dimasuki lagi.

3. Pasal 8

Ayat 1: “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa
yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan”

Ayat 4: “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran”

- PT. Megasari tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk HIT tersebut tidak
memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang tersebut. Seharusnya, produk HIT
tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi
mereka tetap menjualnya walaupun sudah ada korban dari produknya.

4. Pasal 19
Ayat 1: “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,
dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan”

Ayat 2: “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan
dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku”

Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi”

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional
Hand Out 3, Etika dan Hukum Bisnis
Dosen: Ni Luh Putu Surya Astitiani, SE., MM

- Menurut pasal tersebut, PT. Megasari harus memberikan ganti rugi kepada konsumen karena
telah merugikan para konsumen.

Kesimpulan

Etika bisnis sangat diperlukan dalam berbisnis. Etika bisnis adalah standard an pedoman bagi
seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikan etika bisnis sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, kejujuran, transparan
dan sikap yang professional. Dengan adanya etika di dalam berbisnis tentunya tidak akan
merugikan konsumen atau perusahaan tersebut. Tidak akan ada yang dirugikan dan tidak akan
ada yang menjadi korban. Dan hasilnya pun perusahaan akan mendapat kepercayaan dari
masyarakat. Inspeksi dadakan seperti ini sangat diperlukan, agar dapat mengetahui
kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang dapat merugikan
masyarakat, dan untuk pemerintah agar menghukum perusahaan yang telah melakuakan
kecurangan karena perusahaan tersebut dapat merugikan masyarakat dan masyarakatlah yang
akan menjadi korban.

Sumber:

http://news.liputan6.com/read/124136/pembasmi-nyamuk-hit-mengandung-pestisida-
terlarang

http://news.liputan6.com/read/124168/pembasmi-nyamuk-hit-masih-beredar-di-pasaran

http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2840%3Aanalisi-
pelanggaran-etika-bisnis-ptmegasari&catid=50%3Ahukum-dan-etika-
bisnis&Itemid=78&showall=1

Program Studi Bisnis Digital


Universitas Bali Internasional

Anda mungkin juga menyukai