Deptan telah mengeluarkan larangan pemakaian klorpirifos dan diklorvos sejak April
2004.Namun, dengan dalih belum mendapat izin baru, perusahaan ini memproduksi obat
pembasmi nyamuk dengan zat berbahaya itu hingga awal tahun ini.Atas pelanggaran ini, PT
Megasari diminta menarik seluruh produknya dalam waktu dua bulan.
Walau pemerintah telah meminta PT Megasari Makmur, produsen HIT, untuk menarik
seluruh produknya, hingga Kamis (8/6) ini pembasmi nyamuk berbahan berbahaya itu ternyata
masih beredar di pasaran. Adapun pembasmi nyamuk HIT menggunakan bahan klorpirifos dan
diklorvos. Padahal kedua bahan pestisida ini telah dilarang digunakan oleh Departemen
Pertanian sesuai surat edaran Komisi Pestisida Nomor 166 Tahun 2004 [baca: Pembasmi
Nyamuk HIT Mengandung Pestisida Terlarang].
Sementara itu, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Husniah
Rubiana Thamrin Akib mengaku pihaknya hingga kini belum mengetahui laporan adanya
kandungan pestisida berbahaya pada obat nyamuk HIT. Ditemukannya penggunaan klorpirifos
dan diklorvos pada obat nyamuk HIT setelah Badan Pupuk dan Obat-obatan Deptan melakukan
inspeksi mendadak ke PT Megasari Makmur di kawasan Gunungputri, Bogor, Jawa Barat.
Dengan temuan tersebut, PT Megasari terancam sanksi berupa denda sebesar Rp 2 miliar dan
atau kurungan penjara lima tahun. (BOG/Tim Liputan 6 SCTV)
Dalam kasus ini, PT. Megasari Makmur telah terjadi pelanggaran etika bisnis. Karena didalam
produk yang diproduksinya terdapat zat yang berbahaya untuk konsumen.
Dalam kasus ini yang melakukan pelanggaran etika bisnis yaitu PT. Megasari Makmur.
3. Apa akibatnya?
Akibat yang terjadi adalah, dapat menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap
darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati
dan kanker lambung.
Pemerintah telah meminta PT Megasari Makmur, produsen HIT, untuk menarik seluruh
produknya.
5. Melanggar UU pasal?
Jika dilihat menurut UUD, PT. Megasari Makmur telah melanggar beberapa pasal, diantaranya:
Ayat 1: “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa”
Ayat 3: “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa”
- PT. Megasari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang adanya zat-zat
berbahaya di dalam produk mereka.Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan dengan
alasan mengurangi biaya produksi HIT.
Ayat 2: “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”
- PT. Megasari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk mereka, dimana
seharusnya apabila sebuah kamar disemprot dengan pestisida, harus dibiarkan selama setengah
jam sebelum boleh dimasuki lagi.
3. Pasal 8
Ayat 1: “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa
yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan”
Ayat 4: “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran”
- PT. Megasari tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk HIT tersebut tidak
memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang tersebut. Seharusnya, produk HIT
tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi
mereka tetap menjualnya walaupun sudah ada korban dari produknya.
4. Pasal 19
Ayat 1: “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,
dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan”
Ayat 2: “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan
dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku”
Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi”
- Menurut pasal tersebut, PT. Megasari harus memberikan ganti rugi kepada konsumen karena
telah merugikan para konsumen.
Kesimpulan
Etika bisnis sangat diperlukan dalam berbisnis. Etika bisnis adalah standard an pedoman bagi
seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikan etika bisnis sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, kejujuran, transparan
dan sikap yang professional. Dengan adanya etika di dalam berbisnis tentunya tidak akan
merugikan konsumen atau perusahaan tersebut. Tidak akan ada yang dirugikan dan tidak akan
ada yang menjadi korban. Dan hasilnya pun perusahaan akan mendapat kepercayaan dari
masyarakat. Inspeksi dadakan seperti ini sangat diperlukan, agar dapat mengetahui
kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang dapat merugikan
masyarakat, dan untuk pemerintah agar menghukum perusahaan yang telah melakuakan
kecurangan karena perusahaan tersebut dapat merugikan masyarakat dan masyarakatlah yang
akan menjadi korban.
Sumber:
http://news.liputan6.com/read/124136/pembasmi-nyamuk-hit-mengandung-pestisida-
terlarang
http://news.liputan6.com/read/124168/pembasmi-nyamuk-hit-masih-beredar-di-pasaran
http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2840%3Aanalisi-
pelanggaran-etika-bisnis-ptmegasari&catid=50%3Ahukum-dan-etika-
bisnis&Itemid=78&showall=1