Anda di halaman 1dari 25

MEDIA RELATION

NAMA : LALU MOH IZZUL HAQ

NIM : L1B020057

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNNIVERSITAS MATARAM

2022
PT Megasari Makmur (di daerah gunung Putri, Bogor, Jawa Barat)

MASALAH

Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur yang terletak di
daerah Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. dinyatakan ditarik dari peredaran karena penggunaan
zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap
manusia. Obat anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis
semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang). Dan telah memakan korban, Korbannya yaitu seorang
pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan muntah akibat keracunan, setelah
menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat anti-nyamuk HIT. kejadian itu terjadi pada
tanggal 11 Juni 2006.

Atas kejadian itu Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan PT Megarsari


Makmur ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya karena menurut UUD, PT Megarsari Makmur
sudah melanggar beberapa pasal, yaitu:

  · Pasal 4, hak konsumen adalah : · Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa”.

  · Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa”.

PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang adanya zat-zat
berbahaya di dalam produk mereka.Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan dengan alasan
mengurangi biaya produksi HIT.

  · Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan” PT
Megarsari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk mereka, dimana seharusnya
apabila sebuah kamar disemprot dengan pestisida, harus dibiarkan selama setengah jam sebelum
boleh dimasuki lagi.
  · Pasal 8 · Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan
dan ketentuan peraturan perundang-undangan” · Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut
serta wajib menariknya dari peredaran” PT Megarsari tetap meluncurkan produk mereka
walaupun produk HIT tersebut tidak memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang
tersebut.Seharusnya, produk HIT tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan, tetapi mereka tetap menjualnya walaupun sudah ada korban dari
produknya.

  · Pasal 19 : · Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa
yang dihasilkan atau diperdagangkan” · Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang kesehatan dan/atau pemberian
santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku” · Ayat 3 :
“Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal
transaksi” Menurut pasal tersebut, PT Megarsari harus memberikan ganti rugi kepada konsumen
karena telah merugikan para konsumen.

jika dilihat dari pendekatan etika bisnis Utilitarian Approach Dalam pendekatan ini, setiap
tindakan harus didasarkan dengan konsekuensinya. Untuk itu, sebelum bertindak, Anda harus
memberikan manfaat yang besar baru masyarakat dengan cara yang tidak membahayakan dan
menggunakan biaya serendah-rendahnya, sedangkan hal yang di lakukan oleh PT Megarsari
Makmur telah membahayakan konsumennya.
PENYELESAIAN

Untuk menyelesaikan masalah tesebut Pihak produsen (PT. Megasari Makmur) harus
mengklarifikasi dan meminta maaf kepada para konsumen di hadapan awak media atas apa yang
terjadi dan menyanggupi untuk menarik semua produk HIT yang menggunakan bahan kimia
berbahaya berupa pestisida, zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang telah dipasarkan, dalam
upaya menyelesaikan masalah ini PT. Megasari Makmur harus bertanggung jawab dengan apa
yang terjadi terhadap konsumen terutama korban.

PT. Megasari Makmur harus sesegera mungkin mengambil tindakan tegas agar dapat
memperbaiki Kembali nama perusahaan beserta produk yang di pasarkannya, Tindakan tersebut
dapat berupa memberikan ganti rugi terhadap korban dengan berkunjung langsung ke kerumah
korban, karena dengan mengunjungi langsung kerumah korban sekiranya dengan cara tersebut
dapat menyelesaikan masalah yang terjadi antara pihak korban dengan pihak PT. Megasari
Makmur.

Agar dapat memasarkan produknya Kembali pihak produsen (PT. Megasari Makmur)
harus mengajukan izin baru untuk memproduksi produk HIT Aerosol Baru dengan formula yang
telah disempurnakan, yaitu bebas dari bahan kimia berbahaya. HIT Aerosol Baru harus telah
lolos uji dan mendapatkan izin dari Pemerintah untuk bisa di pasarkan kembali.
PT Freeport Indonesia

MASALAH

Terjadinya aksi mogok kerja karena adanya distori etika dan pelanggaran hukum dan ham
yang di lakukan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) yang merupakan perusahaan afiliasi dari
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. terhitung sejak pertama kali terjadi pada tanggal 15
September 2011 dan terjadi lagi pada tanggal 01 mei 2017 yang tercatat sebanyak 8.300 Buruh
melakukan aksi mogok kerja, PT Freeport Indonesia (PTFI) sendiri adalah sebuah perusahaan
Indonesia terletak di dataran tinggi Tembagapura, Mimika, Papua Tengah.yang bergerak di
bidang eksplorasi, pertambangan, pemprosesan, dan pemasaran konsentrat tembaga, emas, dan
perak

Pada 20 Februari 2017 PT Freeport Indonesia mengeluarkan kebijakan strategis berupa


program efisiensi ‘Furlough’ dengan dalih lebih jauh bahwa Perusahaan merugi akibat tidak
dapat menjual hasil konsentrat. Namun demikian, pernyataan bahwa perusahaan merugi tidak
dapat dibuktikan, bahkan hingga saat ini PT Freeport masih dapat menjual hasil produksi
mereka. Dengan kata lain tidak klaim PT Freeport Indonesia tidak terbukti.

Latar belakang pekerja PT. Freeport Indonesia melakukan mogok adalah karena DEADLOCK,
gagalnya perundingan PKB ke-17 PT. Freeport Indonesia, setelah berunding selama 30 hari
ditambah perpanjangan 7 hari.

Setelah dinyatakan perundingan PKB ke 17 deadlock, pihak serikat yang mewakili


pekerja untuk berunding, menyampaikan hasil perundingan yang gagal tersebut kepada anggota
serikat. Jajak Pendapat Tertutup kemudian dilakukan kepada 8000 anggota atau 95% pekerja
anggota serikat, anggota serikat setuju memilih Opsi Mogok Kerja, proses mogok yang kami
lakukan ini Sesuai Pasal 137 UU 13 Tahun 2003.
PENYELESAIAN

Langkah yang bisa dilakukan pemerintah adalah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP)
sebagai regulasi khusus untuk pelaksanaan Undang-Undang Minerba. Prinsipnya, memberi
waktu ke pihak investor untuk memenuhi kewajibannya, tapi dengan sanksi yang tegas dan jelas
atas wanprestasi.

PP harus berisi aturan dispensasi umum bagi semua kontraktor kalau belum mampu membangun
smelter sesuai tenggat. Jadi PP harus didesain secara umum, tidak hanya berlaku bagi Freeport.

Ada tiga hal yang harus dikaji dan dipersiapkan jika pemerintah masih saling ngotot dengan
Freeport. Pertama, kerugian berupa penghentian operasi yang dampaknya menambah
pengangguran dan terhentinya transfer teknologi serta multiplier effect perekonomian dari
operasi Freeport. Kedua, sudah siap belum teknologi kita untuk melanjutkan penambangan. " dan
Yang ketiga, ongkos politik internasional mengingat presiden AS sekarang tipe unipolar,"

karena Sebanyak 51, persen saham Freeport kini milik Indonesia. Pemerintah harus merogoh
kocek sebanyak Rp 56 triliun untuk pembelian saham tersebut. 51% persen bukan ranah tawar
menawar bagi Indonesia, masa depan Freeport akan lebih tepat dan sempurna jika diletakkan
dalam mekanisme Indonesia Raya Incorporated (IRI). Polemik yang terjadi atas tambang emas
terbesar di dunia ini harus dilihat dari kacamata NKRI dan pelaksanaan amanat pasal 33 UUD
1945.

Dengan cara ini politisasi ataupun “kolonialisasi baru” atas Freeport di masa depan oleh pihak
asing tidak boleh terjadi lagi. Bahkan melalui IRI ini, Freeport akan diawasi bersama seluruh
rakyat Indonesia untuk tidak diselewengkan oleh pihak ketiga.

Dampak dari kejadian tersebut membuat Stigma masyarakat terhadap PT Freeport dipandang
menjadi negatif. Ada 4 Manajemen yang harus di perhatikan oleh pihak PT Freeport yaitu :
pertama mengerti tentang budaya lokal. Kedua, bagaimana mensinkronkan pengumpulan
masyarakat, kebutuhan, kemampuan perusahaan dengan Pemerintah Daerah. Ketiga, public
speaking menyampaikan kegiatan teknis dalam bahasa media, Ini harus dilakukan agar
kontribusi yang besar menjadi bermanfaat dan mempublikasi dengan benar.
PT Metro Batavia (Batavia Air)

MASALAH

Batavia Air operasi berhenti setelah Jakarta Regional Central Court diberikan banding
kebangkrutan oleh ILFC, lessor pesawat internasional, mengatakan bahwa maskapai berutang
US $ 4,68 juta di utang, utang yang Batavia Air gagal membayar setelah serangkaian kesulitan
keuangan. Pada tanggal 31 Januari 2013, pukul 12:00 waktu setempat, Batavia Air operasi
berhenti setelah Jakarta Regional Central Court diberikan banding kebangkrutan oleh ILFC,
lessor pesawat internasional, mengatakan bahwa maskapai berutang US $ 4,68 juta di utang,
utang yang Batavia Air gagal membayar setelah serangkaian kesulitan keuangan.

Utang yang jatuh tempo itu terkait dengan sewa pesawat Airbus A330 yang dioperasikan
oleh maskapai penerbangan swasta nasional itu. Rencana awalnya, pesawat itu dipersiapkan
untuk angkutan haji. Namun dalam kurun tiga tahun terakhir, Batavia Air gagal mendapatkan
tender pengangkutan haji, sehingga pesawat tidak bisa maksimal beroperasi.

Humas Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Bagus Irawan, menyatakan berdasarkan putusan Nomor
77 mengenai pailit, dinyatakan pailit. “Yang menarik dari persidangan ini, Batavia mengaku
tidak bisa membayar utang,” ujarnya, seusai sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu, 30
Januari 2013.

PT Metro Batavia (Batavia Air) terletak di Jl. Ir. H. Juanda No. 15 Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, 10120. Humas Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Bagus Irawan, menyatakan berdasarkan
putusan Nomor 77 mengenai pailit, PT Metro Batavia (Batavia Air) dinyatakan pailit. "Yang
menarik dari persidangan ini, Batavia mengaku tidak bisa membayar utang," ujarnya, seusai
sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu, 30 Januari 2013 Batavia Air, dimana telah
dinyatakan pailit alias mengalami kebangkrutan. Seperti yang dilansir suarapengusaha.com,
kepailitan Batavia Air disebabkan karena manajemen perusahaan yang tidak handal. Manajamen
yang tidak kompeten untuk mengurusi perusahaan dengan benar hanya akan membuat dampak
yang negatif bagi perusahaan.
Kebangkrutan PT Batavia air di sebabkan beberapa hal yaitu Pertama, Tidak Sabar.
Pebisnis yang tidak tidak mempunyai kesabaran dalam menjalankan bisnisnya cenderung tidak
telaten mengelola usaha. Selain itu, ketidaksabaran juga menyebabkan banyak kecerobohan yang
muncul. Ketidaksabaran dan kecerobohan merupakan faktor yang sering menjadi penyebab
hancurnya bisnis yang sudah dibina bertahun tahun.

Kedua, melupakan kepentingan usaha, dan mengutamakan kepentingan pribadi. Pebisnis


yang mulai sukses, seringkali lupa untuk membangun usahanya lebih kuat, dan lebih berdaya
saing. Kebanyakan pebisnis yang belum bisa memajemen dirinya dnegan baik terlena dengan
usahanya yang sudah mulai berjalan, padahal sejalan dengan berkembangnya usaha yang
didirikannya, banyak kebutuhan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan usaha tersebut.

ketiga, terlalu ambisius. Modal nekad/ambisius tanpa perhitungan, sabet uang sana-sini,


tanpa memperhitungkan darimana asalnya uangnya. Ujung-ujungnya usahanya terus merosot ke
bawah hanya karena gengsi ingin dikatakan sebagai pengusaha multi talenta dan berhasil
dimana-mana

Berbeda dengan maskapai milik Malaysia, AirAsia dimana Tony Fernandez selaku CEO
menerapkan manajemen yang sangat baik untuk menghindarkan kebangkrutan yang dialami
AirAsia. Seperti yang kita tahu, AirAsia diambil alih oleh Tony Fernandez ketika perusahaan
tersebut sedang mengalami kepailitan dengan jumlah utang yang sangat besar. Tetapi pada saat
ini AirAsia mampu menjadi salah satu maskapai penerbangan terbaik di Asia Tenggara. Bahkan
mampu menjadi salah satu sponsor salah satu klub Liga Inggris. Hal ini tidak terlepas dari
manajemen yang diterapkan oleh Tony Ferandez untuk merekontruksi sistem manajemennya
menuju keberhasilan perusahaan.
PENYELESAIAN

Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), saat ini PT Metro Batavia masih dapat
melakukan dua upaya hukum agar Batavia Air tetap eksis dalam bisnis penerbangan di
Indonesia.

"Berdasarkan UU No 37/2004 tentang Kepailitan, terhadap putusan Pengadilan Niaga Jakarta


Pusat masih ada dua upaya hukum yang dapat dilakukan. Pertama, mengajukan upaya kasasi ke
Mahkamah Agung (MA) untuk membatalkan putusan pailit pada tingkat pertama," kata pengurus
harian Soedaryatmo.

Hal ini disampaikan Sudaryatmo dalam konferensi Pers di Kantor YLKI, Jalan Pancoran Barat,
Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (1/2/2013).

"Dan yang kedua PT Metro Batavia mengajukan usulan perdamaian kepada penggugat (ILFC).
Caranya, dengan meminta pemegang saham menambah dana segar untuk menyelesaikan
kewajiban kepada ILFC atau menjadi investor untuk menambah modal," sambungnya.

Menurutnya, demi kepentingan konsumen, YLKI mendorong PT Metro Batavia menggunakan


kedua upaya hukum tersebut agar Batavia tetap eksis.

"Kami mendorong PT Metro Batavia untuk melakukan hal-hal tersebut. Ini adalah mimpi buruk
konsumen penerbangan Indonesia dan kepercayaan konsumen berada pada titik nadir. Tidak ada
yang bisa menjamin airline yang masih ada juga akan mengalami nasib yang sama seperti
Batavia,"
Batavia Air pasrah dengan kondisi ini. Artinya, , Batavia Air sudah menghitung secara finansial
jumlah modal dan utang yang dimiliki. Ia pun menuturkan, dengan dipailitkan, maka direksi
Batavia Air tidak bisa berkecimpung lagi di dunia penerbangan.

Kenapa karena Anekdot ini menggambarkan sebuah ambivalensi bisnis penerbangan yang
berlaku secara universal. Di satu sisi, bisnis ini sangat menggiurkan bagaikan madu yang manis,
namun di sisi lain memiliki resiko kerugian dan kebangkrutan bagaikan racun yang mematikan. 
Industri penerbangan selalu berfluktuasi dan dinamis antara lain ditandai dengan adanya kisah-
kisah munculnya maskapai penerbangan baru dan juga kasus-kasus kebangkrutan maskapai
penerbangan.
PERUSAHAAN PJTKI DI JOGJA

MASALAH

Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip pertanggungjawaban yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan PJTKI di Jogja melakukan rekrutmen untuk tenaga baby sitter. perusahaan PJTKI di jogja
tersebut telah melanggar prinsip pertanggung jawaban dengan mengabaikan hak-hak B sebagai calon TKI
yang seharusnya diberangkatkan ke negara tujuan untuk bekerja.

Pelanggaran terhadap etika bisnis selalu dipicu oleh godaan terhadap keuntungan jangka pendek yang
menggiurkan. Pelanggaran terhadap etika acap baru terbukti dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Sejarah telah menunjukkan bahwa ketidakpedulian perusahaan terhadap etika bisnis dapat mengakibatkan
kehancuran perusahaan dalam waktu yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan kehancuran perusahaan
akibat kesalahan dalam penilaian dan kebijakan bisnis namun tetap memperhatikan etika bisnis. Akibat
buruk dari perilaku yang tidak etis bukan hanya akan menimpa perusahaan itu sendiri namun juga
menimpa masyarakat secara umum
PENYELESAIAN

Dalam penyelesaian masalah ini seharusnya perusahaan PJTKI menerapkan 4 hal penting
di dalam membangun etika berbisnis yaitu :

Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”

Pelaku bisnis seharusnya tidak hanya memikirkan keuntungan sesaat, tetapi perlu memikirkan
bagaimana keadaan di masa yang akan datang. Pelaku bisnis dituntut untuk tidak
mengeksploitasi lingkungan, meskipun saat itu merupakan kesempatan untuk memperoleh
keuntungan besar.

Konsisten & Konsekuen

Semua konsep etika bisnis tidak akan terlaksana jika tidak semua pelaku bisnis konsekuen dan
konsisten dengan etika yang sudah disepakati. Contohnya andaikan ketika sebuah bisnis sudah
disepakati, ada oknum dari pengusaha maupun pihak lain yang mencoba untuk melakukan
“kecurangan” demi keuntungan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan gagal.

Persaingan yang sehat

Persaingan diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tapi tidak sampai mematikan
yang lemah. Seharusnya ada hubungan erat antara pelaku bisnis besar dan menengah ke bawah,
sehingga perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya.

Ketika menerapkan etika bisnis yang baik dapat menjadi resep instan untuk bisnis yang sukses.
kita tidak dapat memiliki bisnis yang sukses jika kita mengambil keuntungan dari orang.
Mungkin untuk waktu yang singkat, tapi hati-hati! Perlakukan setiap orang dengan hormat,
mengadopsi etika bisnis yang baik dan kita akan mendapatkan hadiah hanya kita.

kemudian perusahaan PJTKI harus bertanggung jawab dengan mengembalikan uang para
calon TKI yang tidak jadi berangkat dengan alapasan operasional, pengembalian tersebut harus
di lakukan agar tidak ada pihak yang di rugikan

karena Hal tersebut menjadi tidak wajar ketika setiap pelaku bisnis menginginkan
keuntungan eksesif dengan menghalalkan segala cara guna memperoleh laba semaksimal
mungkin. Praktik bisnis yang tidak sehat akan memberikan dampak negatif bagi para
stakeholders, karena tidak akan menumbuh kembangkan profesionalisme bisnis dan etos kerja
yang tinggi, melainkan justru akan menggerogoti ketahanan bisnis dari dalam, sehingga
menjadikan pilar-pilar ekonomi semakin rapuh Pelanggaran etika bisnis itu juga dapat
melemahkan daya saing hasil industri dipasar internasional

Bisnis dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas yang bertujuan menghasilkan laba, sehingga sah-
sahsaja jika para pelaku bisnis berusaha memperoleh keuntungan dari setiap aktivitas bisnis yang
dilakukannya. Ini bisa terjadi sikap para pengusaha kita.Lebih parah lagi bila pengusaha
Indonesia menganggap remeh etika bisnis yang berlaku secara umum dan tidak pengikat itu.
Kecenderungan makin banyaknya pelanggaran etika bisnis membuat keprihatinan banyak pihak.
Pengabaian etika bisnis dirasakan akan membawa kerugian tidak saja buat masyarakat, tetapi
juga bagi tatanan ekonomi nasional. Disadari atau tidak, para pengusaha yang tidak
memperhatikan etika bisnis akan menghancurkan nama mereka sendiri dan negara.

Etika yang seharusnya di terapkan dalam suatu perusahaan adalah etika yang dapat membentuk
nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan
sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat
TRANSLATE

PT Megasari Makmur (in the area of Mount Putri, Bogor, West


Java)

PROBLEM

HIT anti-mosquito drug produced by PT Megarsari Makmur which is located in the


Gunung Putri area, Bogor, West Java. it is stated to be withdrawn from circulation due to the use
of the active substances Propoxur and Dichlorvos which can result in health problems to humans.
HIT anti-mosquito drugs that are declared dangerous are HIT 2.1 A (spray type) and HIT 17 L
(refillable liquid). And it has taken its toll, The victim was a housekeeper who experienced
dizziness, nausea and vomiting due to poisoning, after inhaling the air that had just been sprayed
with the ANTI-MOSQUITO REPELLENT HIT. the incident occurred on June 11, 2006.

For this incident, the Health Legal Aid Institute reported PT Megarsari Makmur to the
Greater Jakarta Metropolitan Police because according to the Constitution, PT Megarsari
Makmur had violated several articles, namely:

  · Article 4, consumer rights are : · Paragraph 1: "the right to comfort, security, and
safety in consuming goods and/or services".

  · Paragraph 3: "the right to true, clear, and honest information regarding the
condition and guarantee of goods and / or services".

PT Megarsari never warns its consumers about the presence of harmful substances in
their products. As a result, the health of consumers is harmed on the grounds of reducing the cost
of producing HIT.

  · Paragraph 2: "providing true, clear and honest information about the condition and
guarantee of goods and/or services and providing an explanation of use, repair and maintenance"
PT Megarsari never gives indications of use of their products, where it should be that if a room is
sprayed with pesticides, it should be left for half an hour before it can be entered again.
 · Article 8 · Paragraph 1: "Business actors are prohibited from producing and/or
trading goods and/or services that do not meet or are not in accordance with the required
standards and provisions of laws and regulations" · Paragraph 4: "Business actors who commit
violations in paragraphs (1) and (2) are prohibited from trading these goods and/or services and
are required to withdraw them from circulation"PT Megarsari continues to launch their products
even though the HIT products do not meet the standards and conditions that apply to these
goods. Supposedly, the HIT product has been withdrawn from circulation so that unwanted
things do not happen, but they still sell it even though there are already victims of the product.

· Article 19 : · Paragraph 1: "Business actors are responsible for providing compensation


for damage, pollution, and/or consumer losses due to consuming goods and/or services produced
or traded" · Paragraph 2: "Compensation as referred to in paragraph (1) can be in the form of
refunds or replacement of health goods and/or compensation in accordance with the provisions
of the applicable laws and regulations" Paragraph 3: "The provision of compensation is carried
out within a grace period of 7 (seven) days after the transaction date" According to the article,
PT Megarsari must provide compensation to consumers because it has harmed consumers.

when viewed from the Business Ethics Approach Utilitarian Approach In this approach,
each action must be based on its consequences. For this reason, before acting, you must provide
great benefits to the community in a way that does not harm and uses the lowest costs, while the
things done by PT Megarsari Makmur have harmed its consumers.
SETTLEMENT

To solve the problem mentioned the manufacturer (PT. Megasari Makmur) should clarify
and apologize to the consumers before the media crew for what happened and agreed to
withdraw all HIT products that use harmful chemicals in the form of pesticides, active
substances Propoxur and Dichlorvos that have been marketed, in an effort to solve this problem
PT. Megasari Makmur must be responsible for what happens to consumers, especially victims.

Pt. Megasari Makmur must take strict action as soon as possible in order to improve the
name of the company and the products it markets, this action can be in the form of providing
compensation to the victim by visiting the victim's home directly, because by visiting the victim's
home directly if in this way it can solve the problems that occur between the victim and the PT.
Megasari Prosper.

In order to be able to market its products Again the manufacturer (PT. Megasari
Makmur) must apply for a new permit to manufacture New HIT Aerosol products with an
enhanced formula, which is free from harmful chemicals. HIT New Aerosol must have passed
the test and obtained permission from the Government to be able to be re-marketed.
PT Freeport Indonesia

PROBLEM

The occurrence of strikes due to ethical distortions and violations of laws and human
rights committed by PT Freeport Indonesia (PTFI) which is an affiliate of Freeport-McMoRan
Copper & Gold Inc. as of the first time it occurred on September 15, 2011 and occurred again on
May 01, 2017, which recorded as many as 8,300 workers carrying out strikes, PT Freeport
Indonesia (PTFI) itself is an Indonesian company located in the highlands of Tembagapura,
Mimika, Central Papua.engaged in the exploration, mining, processing, and marketing of copper,
gold, and silver concentrates

On February 20, 2017 PT Freeport Indonesia issued a strategic policy in the form of a
'Furlough' efficiency program under the further pretext that the Company was losing money due
to not being able to sell concentrate products. However, the statement that the company is losing
money cannot be proven, even today PT Freeport can still sell their products. In other words, pt
Freeport Indonesia's claims are not proven.

The background of pt. Freeport Indonesia went on strike because of DEADLOCK, the failure of
PT's 17th PKB negotiations. Freeport Indonesia, after deliberating for 30 days plus a 7-day
extension.

After the 17th PKB negotiations were declared deadlocked, the union, which represented the
workers to negotiate, conveyed the results of the failed negotiations to the union members. A
Closed Opinion Poll was then conducted to 8000 members or 95% of union member workers,
union members agreed to vote for the Strike Option, this strike process that we carried out was In
accordance with Article 137 of Law 13 of 2003,
SETTLEMENT

The step that the government can take is to issue a Government Regulation (PP) as a
special regulation for the implementation of the Mineral and Coal Law. In principle, it gives time
to the investor to fulfill his obligations, but with strict and clear sanctions for default.

The PP must contain general dispensation rules for all contractors if they have not been able to
build a smelter according to the deadline. So pp must be designed in general, not only applies to
Freeport.

There are three things that must be studied and prepared if the government is still insistent on
each other with Freeport. First, losses in the form of cessation of operations, the impact of which
increases unemployment and the cessation of technology transfers and the economic multiplier
effect of Freeport's operations. Secondly, it is ready yet for our technology to continue mining. "
and The third, the cost of international politics considering that the US president is now a
unipolar type,"

because As many as 51, percent of Freeport's shares now belong to Indonesia. The government
had to spend as much as IDR 56 trillion to buy the shares. 51% percent is not a bargaining chip
for Indonesia, Freeport's future would be more appropriate and perfect if it were put in the
indonesia Raya Incorporated (IRI) mechanism. The polemic that occurred over the largest gold
mine in the world must be seen from the perspective of the Republic of Indonesia and the
implementation of the mandate of article 33 of the 1945 Constitution.

In this way, the politicization or "new colonialization" of Freeport in the future by foreign parties
should not happen again. Even through this IRI, Freeport will be monitored together with all
Indonesians not to be perverted by third parties.

The impact of this incident made the stigma of the community towards PT Freeport be viewed
negatively. There are 4 managements that MUST be considered by PT Freeport, namely: first
understand about local culture. Second, how to synchronize community gatherings, needs,
capabilities of the company with local governments. Thirdly, public speaking conveys technical
activities in the language of the media, This must be done so that a large contribution becomes
useful and publishes correctly.
PT Metro Batavia (Batavia Air)

PROBLEM

Batavia Air's operations ceased after the Jakarta Regional Central Court granted a bankruptcy
appeal by ILFC, an international aircraft lessor, saying that the airline owed US$4.68 million in debt, a
debt that Batavia Air defaulted on after a series of financial difficulties. On January 31, 2013, at 12:00 pm
local time Batavia Air's operations ceased after the Jakarta Regional Central Court granted a bankruptcy
appeal by ILFC, an international aircraft lessor, saying that the airline owed US$4.68 million in debt, a
debt that Batavia Air defaulted on after a series of financial difficulties.

The maturing debt is related to the lease of an Airbus A330 aircraft operated by the nation's
private airline. Originally planned, the plane was prepared for hajj transport. However, in the past three
years, Batavia Air has failed to get a tender for hajj transportation, so the aircraft cannot operate
optimally.

The Public Relations Officer of the Central Jakarta District Court, Bagus Irawan, stated that based on
decision Number 77 regarding bankruptcy, it was declared bankrupt. "What is interesting about this trial,
Batavia admitted that it could not pay the debt," he said, after the hearing at the Central Jakarta District
Court, Wednesday, January 30, 2013.

PT Metro Batavia (Batavia Air) is located on Jl. Ir. H. Juanda No. 15 Special Capital Region of Jakarta,
10120. The Public Relations Officer of the Central Jakarta District Court, Bagus Irawan, stated that based
on decision Number 77 regarding bankruptcy, PT Metro Batavia (Batavia Air) was declared bankrupt.
"What is interesting about this trial, Batavia admitted that it could not pay the debt," he said, after a
hearing at the Central Jakarta District Court, Wednesday, January 30, 2013 Batavia Air, where it has been
declared bankrupt or bankrupt. As reported by suarapengusaha.com, Batavia Air's insolvency was caused
by the company's unreliable management. Incompetent management to properly deal with the company
will only make a negative impact on the company.

The bankruptcy of PT Batavia Air was caused by several things, namely First, Impatient. Business
people who do not have patience in running their business tend not to be painstaking in managing a
business. In addition, impatience also caused a lot of carelessness to appear. Impatience and carelessness
are factors that are often the cause of the destruction of businesses that have been fostered for many years
Second, forgetting the interests of business, and putting personal interests first. Business people
who are starting to succeed, often forget to build their business stronger, and more competitive. Most
business people who have not been able to manage themselves well are complacent about their business
that has begun to run, even though in line with the development of the business he founded, many needs
are needed to support these business activities.

Third, too ambitious. Desperate/ambitious capital without calculation,bet money here and there,
without taking into account where the money comes from. In the end, his business continued to decline
downwards just because of the prestige of wanting to be said to be a multi-talented entrepreneur and
succeeded everywhere
Unlike the Malaysian-owned airline, AirAsia where Tony Fernandez as CEO implemented excellent
management to avoid bankruptcy experienced by AirAsia. As we know, AirAsia was taken over by Tony
Fernandez when the company was insolvency with a huge amount of debt. But at the moment AirAsia is
capable of becoming one of the best airlines in Southeast Asia.
It is even able to become one of the sponsors of one of the Premier League clubs. This is inseparable from
the management implemented by Tony Ferandez to reconstruct his management system towards the
success of the company.
SETTLEMENT

According to the Indonesian Consumers Foundation (YLKI), currently PT Metro Batavia


can still make two legal efforts so that Batavia Air continues to exist in the aviation business in
Indonesia.

"Based on Law No. 37/2004 on Insolvency, against the decision of the Central Jakarta
Commercial Court, there are still two legal remedies that can be taken. First, file an appeal to the
Supreme Court (MA) to overturn the bankruptcy judgment in the first instance," said daily
administrator Soedaryatmo.
This was conveyed by Sudaryatmo in a Press conference at the YLKI Office, Jalan Pancoran
Barat, Duren Tiga, South Jakarta, Friday (1/2/2013).
"And the second is that PT Metro Batavia submitted a peace proposal to the plaintiff (ILFC). The
trick is to ask shareholders to add fresh funds to settle obligations to ILFC or become investors to
increase capital," he continued.
According to him, for the benefit of consumers, YLKI encourages PT Metro Batavia to use these two
legal remedies so that Batavia continues to exist.
"We encourage PT Metro Batavia to do these things. This is the nightmare of Indonesian aviation
consumers and consumer confidence is at a nadir. No one can guarantee that the surviving airline will
also suffer the same fate as Batavia,"
Batavia Air resigned itself to this condition. That is, Batavia Air has calculated financially the amount of
capital and debt owned. He also said that with the difficulty, the directors of Batavia Air could no longer
be involved in the world of aviation.
Why is it because this Anecdote describes a universally applicable aviation business ambivalence. On the
one hand, this business is very tempting like sweet honey, but on the other hand it has the risk of loss and
bankruptcy like a deadly poison. The aviation industry is always fluctuating and dynamic, among others,
marked by the emergence of new airlines and also cases of airline bankruptcy.
PJTKI COMPANY IN JOGJA

PROBLEM

Violation of business ethics against the principle of accountability committed by a PJTKI


company in Jogja recruits baby sitters. the PJTKI company in Jogja has violated the principle of
accountability by ignoring the rights of B as a prospective migrant worker who should have been
dispatched to the destination country to work.

Violations of business ethics are always triggered by the temptation to lucrative short-term profits.
Violations of ethics are often only proven over a long period of time. History has shown that a company's
indifference to business ethics can result in the destruction of a companyin a much faster time compared
to the destruction of the company due to errors in business judgments and policies while still paying
attention to business ethics. The bad consequences of unethical behavior will not only befall the company
itself but also afflict society in general
SETTLEMEN

In solving this problem, PJTKI companies should apply 4 important things in building
business ethics, namely:

Applying the concept of "sustainable development"

Business people should not only think about momentary profits, but need to think about how
things will be in the future. Business people are required not to exploit the environment, although
it was an opportunity to make huge profits.

Consistent & Consequential

All concepts of business ethics will not be implemented if not all business people are
consequential and consistent with the agreed ethics. For example, if when a business has been
agreed upon, there are people from entrepreneurs and other parties who try to commit "fraud" for
personal gain, obviously all concepts of business ethics will fail.

Healthy competition

Competition is necessary to improve efficiency and quality, but not to the point of shutting down
the weak. There should be a close relationship between large and lower-middle-class business
people, so that large companies are able to provide a spread effect on the surrounding
development.

When applying good business ethics can be an instant recipe for a successful business. we can't
have a successful business if we take advantage of people. Maybe for a short time, but be
careful! Treat everyone with respect, adopt good business ethics and we will get our only reward.

then the PJTKI company must be responsible by returning the money of prospective
migrant workers who did not leave with operational alapasan, the return must be done so that no
party is harmed

because it becomes unnatural when every business person wants excess profits by
justifying all means in order to obtain the maximum possible profit. Unhealthy business practices
will have a negative impact on stakeholders, because they will not foster the development of
business professionalism and high work ethic, but will instead stakeholders, because it will not
foster the development of business professionalism and high work ethic, but will instead eat
away at business resilience from within, thus making the economic pillars more fragile The
violation of business ethics can also weaken the competitiveness of industrial products in the
international market

Business can be said to be an activity aimed at making a profit, so it is only legal if business
people try to make a profit from every business activity they carry out. This can happen to the
attitude of our entrepreneurs. It is even worse if Indonesian entrepreneurs underestimate the
generally accepted and non-binding business ethics. The tendency of increasing violations of
business ethics has caused concern to many parties. The neglect of business ethics is felt to bring
harm not only to society, but also to the national economic order. Whether you realize it or not,
those entrepreneurs who do not pay attention to business ethics will destroy their own name and
the country.

Ethics that should be applied in a company are ethics that can shape the values, norms and
behaviors of employees and leaders in building fair and healthy relationships with customers /
partners, shareholders, society

Anda mungkin juga menyukai