Anda di halaman 1dari 5

1. Bagaimana kondisi Kerjasama tsb sejak adanya pandemic covid-19 ini?

2. Apakah terjadi pelanggaran hukum?


3. Bagaimana dampaknya terhadap tenaga kerja di Indonesia?

Jawaban
Pengertian

Kontrak Karya (KK) adalah suatu perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan
perusahaan swasta asing atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka PMA) untuk
pengusahaan mineral dengan berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pertambangan Umum. Dalam Pasal 1 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
1409.K/201/M.PE/1996 tentang Tata Cara Pengajuan Pemrosesan Pemberian Kuasa Pertambangan,
Izin Prinsip, Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara telah
ditentukan pengertian kontrak karya. Kontrak Karya (KK) adalah suatu perjanjian antara Pemerintah
Republik Indonesia dengan perusahaan swasta asing atau patungan antara asing dengan nasional
(dalam rangka PMA) untuk pengusahaan mineral dengan berpedoman kepada Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Umum.

Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan definisi dari kontrak karya secara garis besar adalah:
suatu perjanjian yang dibuat antara Pemerintah Indonesia dengan kontrakror asing semata-mata
dan/atau merupakan patungan antara badan hukum domestik untuk melakukan kegiatan eksplorasi
maupun eksploitasi dalam bidang pertambangan umum, sesuai dengan jangka waktu yang
disepakati oleh kedua belah pihak.

Contoh usaha & penjelasan (latar belakang)

Freeport-McMoRan (FCX) merupakan perusahaan tambang internasional utama yang berpusat di


Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. Freeport-McMoRan merupakan perusahaan publik di bidang
tembaga yang terbesar di dunia, penghasil utama di dunia dari molybdenum – logam yang
digunakan pada campuran logam baja berkekuatan tinggi, produk kimia, dan produksi pelumas –
serta produsen besar emas. PT Freeport Indonesia (PTFI) adalah sebuah perusahaan Indonesia yang
bergerak di bidang eksplorasi, pertambangan, pemprosesan, dan pemasaran konsentrat tembaga,
emas, dan perak daerah daerah dataran tinggi Tembagapura, Mimika, Papua. Freeport Indonesia
merupakan bagian dari holding Badan Usaha Milik Negara di sektor pertambangan, Mining Industry
Indonesia (MIND ID) dan sahamnya dimiliki oleh Inalum serta Freeport-McMoRan. Perusahaan
tersebut menjadi pembayar pajak terbesar kepada Indonesia dan merupakan perusahaan penghasil
emas terbesar di dunia. PT Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di kawasan
Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, yakni tambang Ersberg (sejak 1967) dan tambang
Grasberg (sejak 1988).
1. Dampak dari pandemi corona (Covid-19) membuat kinerja di Kuartal I 2020 menurun.
Freeport Indonesia memutuskan menunda pengerjaan tiga proyek besar dengan investasi
triliunan rupiah. Sebab, jumlah pekerja harus dibatasi selama pandemi corona. Vice Presiden
Freeport Indonesia Bidang Hubungan Pemerintahan Jonny Lingga mengatakan tiga proyek
besar yang tertunda yaitu pembangunan Semi Autogeneous) Mill (SAG) atau mesin pengolah
biji tambang yang bernilai US$ 300 juta dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, proyek
pembangkit listrik di kawasan Pelabuhan Portsite Amamapare, serta pembangunan pabrik
smelter di Gresik, Jawa Timur. Selain masalah operasional, pandemi corona membuat
sejumlah perusahaan subkontraktor Freeport mengurangi pekerja. Sebab, Freeport tidak
melanjutkan kontrak kerja.
Salah satu proyek besar yang tertunda adalah Kemajuan pembangunan fasilitas pengolahan
dan pemurnian (smelter) PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik Jawa Timur yg menjadi tidak
sesuai target akibat pandemi Covid-19 membuat Kegiatan pengadaan barang mengalami
keterlambatan karena diterapkannya Pembatasan Sosial. Per Juli 2020, realisasi kemajuan
pembangunan smelter PTFI mencapai 5,86 persen, pencapaian tersebut di bawah rencana
pembangunan 10,5 persen. Pekerjaan proyek pembangunan smelter Gresik yang sudah
dilaksanakan adalah studi kelayakan atau Feasibility Study, pengerjaan awal, desain rinci
atau Front End Engineering Design, dan pematangan lahan. Investasi yang telah dikeluarkan
hingga tahapan tersebut mencapai USD 290 juta. Akibat kendala ini, pihak PTFI meminta
penambahan waktu target penyelesaian pembangunan smelter Gresik selam satu tahun,
sehingga yang seharusnya selesai pada 2023 menjadi 2024. Pembangunan smelter Freeport
sampai menuai kritik. Banyak orang menilai bahwa realisasi pembangunan smelter Freeport
di Gresik, Jawa Timur, yang baru mencapai sekitar 6 persen pada akhir 2020 atau masih jauh
dari target dan berpotensi melanggar undang-undang. Belum lagi, rencana kerja sama
antara Freeport dengan Tsingshan Steel untuk membangun smelter di Weda Bay sebagai
alternatif pemenuhan komitmen pembangunan smelter. Selama beberapa tahun terakhir,
Freeport terus mengembangkan kapasitas produksi tambang bawah tanahnya, apalagi
setelah tambang terbuka (open pit) telah selesai produksi sejak 2019 lalu. Jadi untuk
pengembangan tambang bawah tanah, semua berjalan normal meskipun ditengah pandemi
COVID-19.
2. Berikut adalah pelanggaran Hukum dan HAM yang terjadi akibat tindakan dari PT Freeport
Indonesia :
a) Merumahkan Karyawan (Furlough)
b) Program Pengakhiran Hubungan Kerja Sukarela (PPHKS)
c) Unjuk Rasa yang berujung PHK sepihak
d) MOGOK KERJA yang berujung PHK sepihak
e) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
f) Kekerasan dan Intervensi Tentara dan Polisi
g) Kejahatan dan Pelanggaran tanpa hukum
h) Penghilang Orang Secara Paksa Oleh Oknum Yang Tidak Bertanggung Jawab.
i) Pemberangusan Serikat Pekerja yang dilakukan Manajemen PTFI.
j) Pemblokiran Rekening karyawan PTFI

Dari seluruh pelanggaran yang terjadi, ada 3 hal utama yang menjadi pemicu masalah
ketenagakerjaan di PTFI tsb. Pertama, adanya konflik kepentingan di internal perusahaan.
Kedua, Freeport beralasan keputusan untuk merumahkan dan memberhentikan pekerjanya
lantaran dipicu oleh kebijakan pemerintah soal ekspor konsentrat. Keputusan tersebut
dianggap sebagai senjata Freeport untuk melawan kebijakan pemerintah Indonesia.
Terlihat ada upaya tekanan dari Freeport kepada pemerintah Indonesia, karena masa jangka
waktu untuk mengikuti UU sudah lewat. Ketiga, manajemen Freeport juga ingin
menyingkirkan keberadaan serikat pekerja di perusahaannya. Hal ini karena keberadaan
serikat pekerja dinilai menjadi hambatan bagi perusahaan karena dalam kebijakan furlough
(merumahkan pekerja), hanya mengena ke yang merupakan aktivis pekerja.
Sejumlah karyawan PT Freeport Indonesia melakukan protes. Mereka mengaku hak tak
terpenuhi sesuai undang-undang, Mulai dari pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM),
pemblokiran BPJS, hingga mengakibatkan beberapa karyawan meninggal. Hal ini diawali dari
program furlough atau merumahkan karyawan sejak adanya negoisasi kontrak karya
berubah menjadi Ijin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) antara Freeport Indonesia dengan
pemerintah. Apa yang dilakukan Freeport merupakan bentuk pelanggaran HAM, dengan
merampas hak atas kesejahteraan, hak keadilan, dan hak rasa aman, yang semua tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Furlogh atau
program merumahkan karyawan adalah cara halus yang ujungnya PHK sepihak. Freeport
melakukan ini dengan alasan ada pengurangan produksi, pekerjaan, perampingan. Hal ini
terjadi karena dampak berlarutnya negoisasi Freeport dengan pemerintah soal IUPK.
Selain itu, ada sekitar 3 ribu karyawan mengalami nasib yang sama. Mayoritas memilih
pulang, karena mereka tidak mampu bertahan di Timika, Papua. Selain tak memiliki tempat
tinggal, juga dikarenakan biaya hidup yang mahal. Para pekerja juga berharap, pemerintah
bisa mengembalikan jaminan kesehatan (BPJS) yang telah diblokir. Karena Freeport dengan
sengaja tak membayar jaminan kesehatan kepada karyawan yang melakukan mogok kerja
hingga meninggal dunia.
3. Perlawanan para Buruh
Perlawanan ini bermula saat sistem furlough diberlakukan PTFI. Furlough adalah sebuah
mekanisme “merumahkan pekerja” dengan dalih tertentu, biasanya digunakan pengusaha
dengan alasan “efisiensi”. Furlough memiliki kecenderungan menyasar fungsionaris serikat
untuk memberangus kekuatan buruh. Hal ini bisa terjadi Dikarenakan PTFI menerapkan
standar core dan non core berpatokan pada pertambangan batu bara. Penetapan kriteria
core dan non core tidak hanya memasifkan PHK, juga membatasi kesempatan buruh
mendiskusikan persoalan menyangkut relasi industrial. Buruh memilih jalan radikal lewat
pemogokan bertepatan pada hari buruh Internasional 1 Mei. Juga menolak satu mekanisme
baru yang diterapkan PTFI yang tertuang dalam Surat Perjanjian Bersama (SPB). Akibat lain
dari pemecatan sepihak dari PTFI, jaminan kesehatan ketenagakerjaan buruh diblokir
sepihak oleh PTFI. Pekerja yang di-PHK pasca pemogokan pun turut menanggung akibat.
Buruh tidak dapat menggunakan BPJS, sehingga ada yang harus meninggal dunia karena
ditolak berobat di rumah sakit. Meski ada sebagian buruh yang beruntung menggunakan
Kartu Papua Sehat. Itu pun terbatas pada pekerja Orang Asli Papua (OAP). Akibat dari
langkah PTFI, mayoritas pekerja non OAP harus hidup tanpa jaminan kesehatan, bahkan bagi
mereka yang sudah puluhan tahun menambang di PTFI.

PHK Sepihak Cacat Hukum


Dalam pandangan hukum ketenagakerjaan, merumahkan pekerja merupakan salah satu
modifikasi skorsing—yang butuh proses. Ketika alasan-alasan yang diajukan perusahaan
tidak mencukupi, perusahaan tidak boleh memutuskan hubungan kerja. Rezim hukum
ketenagakerjaan saat ini memandang skorsing sebagai persoalan yang tidak linier. Sebab,
skorsing menyimpang dari aturan terkait hak dan kewajiban. Pekerja yang menjalani
skorsing tetap menerima hak meskipun tidak menjalankan kewajiban bekerja. Hal tersebut
dipandang sebagai konsekwensi logis atas keinginan perusahaan menskorsing buruh.
Skorsing tidak dilanjutkan ketahapan lebih jauh, manakala perusahaan tidak cukup beralasan
melakukan PHK. PHK oleh PTFI bersifat normal, namun memerlukan proses penetapan dari
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Selama perselisihan atau
perundingan berlangsung, pekerja berhak atas seluruh hak yang melekat, termasuk jaminan
kesehatan atau jaminan sosial. PTFI yang melakukan PHK sepihak tanpa perundingan tidak
memiliki kekuatan hukum.

Fitrah Pemerintah Membela Kelompok Lemah


Negara sebagai satu-satunya otoritas yang membuat regulasi perburuhan dan
ketenagakerjaan, justru absen dalam persoalan PTFI. Seperti kasus pemblokiran BPJS, negara
belum menunjukkan keberpihakannya. Begitu juga dengan persoalan pemberangusan
serikat. Sistem hukum perburuhan Indonesia tidak mengenal pemberangusan serikat (Union
busting). Kondisi buruh PTFI yang tengah memperjuangkan nasib memasuki tahap anti
klimaks. Kesewenang-wenangan PTFI yang telah berlangsung lama seakan-akan dibiarkan
negara. Sejak pertama kali bercokol di Tanah Papua, PTFI selalu mendapat pelayanan prima
dari negara. Negara gemar menggambar-gemborkan setengah “nasionalisasi” lewat divestasi
saham, disaat yang sama, buruh yang kontribusinya tak terhitung justru terus dieksklusi hak-
hak dan suara mereka dalam pengambilan keputusan.
Janlup bagan

Anda mungkin juga menyukai