Jawaban
Pengertian
Kontrak Karya (KK) adalah suatu perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan
perusahaan swasta asing atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka PMA) untuk
pengusahaan mineral dengan berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pertambangan Umum. Dalam Pasal 1 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
1409.K/201/M.PE/1996 tentang Tata Cara Pengajuan Pemrosesan Pemberian Kuasa Pertambangan,
Izin Prinsip, Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara telah
ditentukan pengertian kontrak karya. Kontrak Karya (KK) adalah suatu perjanjian antara Pemerintah
Republik Indonesia dengan perusahaan swasta asing atau patungan antara asing dengan nasional
(dalam rangka PMA) untuk pengusahaan mineral dengan berpedoman kepada Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Umum.
Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan definisi dari kontrak karya secara garis besar adalah:
suatu perjanjian yang dibuat antara Pemerintah Indonesia dengan kontrakror asing semata-mata
dan/atau merupakan patungan antara badan hukum domestik untuk melakukan kegiatan eksplorasi
maupun eksploitasi dalam bidang pertambangan umum, sesuai dengan jangka waktu yang
disepakati oleh kedua belah pihak.
Dari seluruh pelanggaran yang terjadi, ada 3 hal utama yang menjadi pemicu masalah
ketenagakerjaan di PTFI tsb. Pertama, adanya konflik kepentingan di internal perusahaan.
Kedua, Freeport beralasan keputusan untuk merumahkan dan memberhentikan pekerjanya
lantaran dipicu oleh kebijakan pemerintah soal ekspor konsentrat. Keputusan tersebut
dianggap sebagai senjata Freeport untuk melawan kebijakan pemerintah Indonesia.
Terlihat ada upaya tekanan dari Freeport kepada pemerintah Indonesia, karena masa jangka
waktu untuk mengikuti UU sudah lewat. Ketiga, manajemen Freeport juga ingin
menyingkirkan keberadaan serikat pekerja di perusahaannya. Hal ini karena keberadaan
serikat pekerja dinilai menjadi hambatan bagi perusahaan karena dalam kebijakan furlough
(merumahkan pekerja), hanya mengena ke yang merupakan aktivis pekerja.
Sejumlah karyawan PT Freeport Indonesia melakukan protes. Mereka mengaku hak tak
terpenuhi sesuai undang-undang, Mulai dari pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM),
pemblokiran BPJS, hingga mengakibatkan beberapa karyawan meninggal. Hal ini diawali dari
program furlough atau merumahkan karyawan sejak adanya negoisasi kontrak karya
berubah menjadi Ijin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) antara Freeport Indonesia dengan
pemerintah. Apa yang dilakukan Freeport merupakan bentuk pelanggaran HAM, dengan
merampas hak atas kesejahteraan, hak keadilan, dan hak rasa aman, yang semua tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Furlogh atau
program merumahkan karyawan adalah cara halus yang ujungnya PHK sepihak. Freeport
melakukan ini dengan alasan ada pengurangan produksi, pekerjaan, perampingan. Hal ini
terjadi karena dampak berlarutnya negoisasi Freeport dengan pemerintah soal IUPK.
Selain itu, ada sekitar 3 ribu karyawan mengalami nasib yang sama. Mayoritas memilih
pulang, karena mereka tidak mampu bertahan di Timika, Papua. Selain tak memiliki tempat
tinggal, juga dikarenakan biaya hidup yang mahal. Para pekerja juga berharap, pemerintah
bisa mengembalikan jaminan kesehatan (BPJS) yang telah diblokir. Karena Freeport dengan
sengaja tak membayar jaminan kesehatan kepada karyawan yang melakukan mogok kerja
hingga meninggal dunia.
3. Perlawanan para Buruh
Perlawanan ini bermula saat sistem furlough diberlakukan PTFI. Furlough adalah sebuah
mekanisme “merumahkan pekerja” dengan dalih tertentu, biasanya digunakan pengusaha
dengan alasan “efisiensi”. Furlough memiliki kecenderungan menyasar fungsionaris serikat
untuk memberangus kekuatan buruh. Hal ini bisa terjadi Dikarenakan PTFI menerapkan
standar core dan non core berpatokan pada pertambangan batu bara. Penetapan kriteria
core dan non core tidak hanya memasifkan PHK, juga membatasi kesempatan buruh
mendiskusikan persoalan menyangkut relasi industrial. Buruh memilih jalan radikal lewat
pemogokan bertepatan pada hari buruh Internasional 1 Mei. Juga menolak satu mekanisme
baru yang diterapkan PTFI yang tertuang dalam Surat Perjanjian Bersama (SPB). Akibat lain
dari pemecatan sepihak dari PTFI, jaminan kesehatan ketenagakerjaan buruh diblokir
sepihak oleh PTFI. Pekerja yang di-PHK pasca pemogokan pun turut menanggung akibat.
Buruh tidak dapat menggunakan BPJS, sehingga ada yang harus meninggal dunia karena
ditolak berobat di rumah sakit. Meski ada sebagian buruh yang beruntung menggunakan
Kartu Papua Sehat. Itu pun terbatas pada pekerja Orang Asli Papua (OAP). Akibat dari
langkah PTFI, mayoritas pekerja non OAP harus hidup tanpa jaminan kesehatan, bahkan bagi
mereka yang sudah puluhan tahun menambang di PTFI.