Anda di halaman 1dari 13

Kandungan dalam sampah

1. Styrofoam (Gabus).
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang
paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, penelitian terakhir membuktikan
styrofoam sangat diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer
styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan
tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga
mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang,
mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih
aman, serta ringan.
2. Plastik
Sebagian di antaranya kemasan plastik berasal dari material polyetilen,
polypropilen, polyvinylchlorida (PVC) yang jika dibakar atau dipanaskan bisa
menimbulkan dioksin, yaitu suatu zat yang sangat beracun dan merupakan penyebab
kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang. Sehingga
menjaga plastik agar tidak berubah selama digunakan sebagai pengemas makanan
merupakan cara aman untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut. Dan bahan utama
pembuat PVC adalah DOP. DOP memang populer digunakan dalam proses plastisasi.
Konsumsi DOP pada industri PVC mencapai 50-70% dari total produksi plasticizer
(senyawa aditif yang ditambahkan ke dalam polimer untuk menambah fleksibilitas
dan daya kerjanya).
Selain efisien, DOP juga memberikan viskositas yang stabil pada saat aplikasinya
pada PVC. Lebih dari itu, harga DOP paling murah di antara sekitar 300 plasticizer
yang dikembangkan, karena proses sintesanya sederhana dan bahan baku industri
petrokimia ini juga melimpah.
B. Kandungan berbahaya dalam styrofoam dan plastik:
Ada bahan-bahan yang terkandung baik pada plastik maupun styrofoam. Bahanbahan tersebut yaitu:
1. Dioctyl phthalate (DOP)
Ingat iklan tentang pipa plastik dari bahan polyvinyl chlorida (PVC) yang tak hancur
meski diinjak-injak gajah? Sekarang, bayangkan bila unsur-unsur zat itu masuk ke
tubuh melalui kemasan makanan dari bahan plastik maupun styrofoam (gabus). Tentu
saja sistem pencernaan kita sulit mencernanya.
2. Zat benzen
Ditambah lagi pada jenis bahan ini justru ditemukan kandungan yang menyimpan zat

benzen, suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem percernaan. Benzen ini
juga tidak bisa dikeluarkan melalui feses (kotoran) atau urine (air kencing).
Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang
bisa memicu munculnya penyakit kanker.
3. Zat kimia karsinogen
Divisi Keamanan Pangan Jepang, Juli 2001, mengungkapkan bahwa styrofoam dalam
makanan sangat berbahaya. Zat tersebut dapat menyebabkan endocrine disrupter
(EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya bahan kimia karsinogen
dalam makanan. Saat ini masih banyak restoran-restoran siap saji (fast food)
yang masih menggunakan styrofoam sebagai wadah bagi makanan atau minumannya.
Sedapat mungkin Kalian harus menghindari penggunaan styrofoam untuk makanan
atau minuman panas, karena sama halnya dengan plastik, suhu yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan perpindahan kandungan kimia dari styrofoam
ke dalam makanan kalian.
Styrofoam, yang masih tergolong keluarga plastic ini ternyata juga memiliki bahaya
yang sama. Sebagaimana plastik, styrofoam bersifat reaktif terhadap suhu tinggi.
Padahal salah satu kelebihan styrofoam adalah kemampuannya menahan panas.
4. logam berat Zn (seng)
Belum lagi, stryfoam ini juga mengandung logam berat Zn (seng) yang biasanya
diberikan pabrik plastik sebagai bahan tambahan untuk plastik.
5. formalin
Untuk formalin akan kita bahas dalam pembahasan berikut ini.
C. FORMALIN DALAM KANDUNGAN PLASTIK
DAN STYROFOAM
formalin ternyata bukan hanya ditemukan pada ikan, mi, baso, atau tahu. Terungkap
bahwa zat pengawet mayat itu juga ditemukan pada plastic pembungkus makanan
dan styrofoam. Sementara itu dalam sebuah penelitian lain disebutkan pada
pembungkus berbahan dasar resin atau plastik rata-rata mengandung 5 ppm
formalin. Satu ppm adalah setara dengan satu miligram per kilogram. Formalin pada
plastik atau styrofoam ini, merupakan senyawa-senyawa yang secara menetap
terkandung dalam bahan dasar resin atau plastik. Namun, zat racun tersebut baru
akan luruh ke dalam makanan akibat kondisi panas, seperti saat terkena air atau
minyak panas. Karenanya, makanan yang masih panas jangan langsung dimasukkan ke
dalam plastik atau kotak styrofoam. Bersama formalin, luruh pula zat yang
tak kalah racunnya yakni stiarin, yang biasa terkandung pada styrofoam.
Secara umum, zat racun seperti formalin dan stiarin terdapat dalam produk
berbahan dasar resin. Namun, dalam kadar cukup tinggi, senyawasenyawa
ini terkandung dalam produk plastic berkualitas rendah seperti, plastik PVC. Contoh

sederhana plastik dengan kadar racun tinggi adalah kantung plastik warna hitam
yang biasa digunakan toko-toko untuk mengantongi barang belian. Lebih baik
kantong plastik ini tidak disatukan dengan makanan, apalagi yang masih
panas, seperti goreng-gorengan. Dalam sebuah penelitian, ditemukan kandungan
formalin pada susu yang biasa dijual dalam kantong-kantong plastik. Namun kita
tidak akan tahu seberapa besar kandungan formalin dalam minuman itu. Yang jelas,
formalin tidak berasal dari plastik susu, tapi sengaja ditambahkan ke dalam susu
sebagai pengawet.

imbah merupakan sisa dari suatu usaha/kegiatan. Dikatakan limbah B3 (bahan beracun dan
berbahaya) jika mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat atau
konsentrasi serta jumlahnya, dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup, mengganggu
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Bila hendak dibuang ke
lingkungan, penanganannya harus mengikuti ketentuan peraturan limbah B3 dan tata cara dalam
perizinan. Ini dimaksudkan agar pencemaran lingkungan serta gangguan kesehatan terhadap
manusia dapat dihindari.
Di Indonesia, selain merujuk pada konvensi Basel, penanganan limbah B3 diatur dalam beberapa
peraturan antara lain; Kerpres 61/1993 tentang Ratifikasi Konvensi Basel, Perpres 47/2005
tentang Ratifikasi Ban Ammendement, UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP Nomor 18/1999 jo PP Nomor 85/1999 tentang Pengelolaan
Limbah B3, UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Bahaya E-waste
Limbah elektronik (electronic waste/e-waste) adalah barang elektronik yang dibuang karena
sudah tidak berfungsi atau sudah tidak dapat digunakan lagi. E-waste perlu diwaspadai karena
mengandung 1000 material. Sebagian besar dikategorikan sebagai bahan beracun dan berbahaya,
seperti logam berat (merkuri, timbal, kromium, kadmium, arsenik, perak, kobalt, palladium,
tembaga dan lainnya).
Beberapa limbah B3 dengan paparan risikonya, antara lain;
1. PCBs: banyak digunakan pada bahan plastik, perekat, trafo, kapasitor, sistem hidrolis,
ballast lampu, dan peralatan elektronik lainnya. Risiko: persisten di lingkungan, mudah
terakumulasi dalam jaringan lemak manusia dan hewan. Mengganggu sistem pencernaan
dan bersifat karsinogenik.
2. Arsenik: digunakan dalam industri elektronik, di antaranya pembuatan transistor,
semikonduktor, gelas, tekstil, keramik, lem hingga bahan peledak. Risiko: menimbulkan
gangguan metabolisme di dalam tubuh manusia dan hewan, mengakibatkan keracunan
bahkan kematian.

3. Kadmium: digunakan untuk pelapisan logam, terutama baja, besi dan tembaga. Juga
dalam pembuatan baterai dan plastik. Risiko: jika terisap bersifat iritatif. Dalam jangka
waktu lama menimbulkan efek keracunan, gangguan pada sistem organ dalam tubuh
manusia dan hewan.
Peningkatan konsumsi alat elektronik akan mengakibatkan terjadinya lonjakan e-waste di masa
yang akan datang. Di Afrika Selatan dan China, diprediksi akan terjadi lonjakan e-waste hingga
200 400 persen pada tahun 2020. Tak terkecuali Indonesia, jika tanpa kendali dipastikan
terdapat lonjakan e-waste.
Meningkatnya jumlah limbah elektronik di Indonesia dikarenakan beberapa faktor, antara lain:
(1) Minimnya informasi mengenai limbah e-waste kepada publik; (2) Belum adanya kesadaran
publik dalam mengelola e-waste untuk penggunaan skala rumah tangga (home appliances); (3)
Pemahaman yang berbeda antar institusi termasuk Pemerintah Daerah tentang e-waste dan tata
cara pengelolaannya; (4) Belum tersedianya data yang akurat jumlah penggunaan barang-barang
elektronik di Indonesia; serta (5) Belum tersedianya ketentuan teknis lainnya, semisal umur
barang yang dapat diolah kembali.
Menurut data dari UNEP (Program Lingkungan Hidup PBB) secara global e-waste tumbuh 40
juta ton setiap tahunnya. Sampah ponsel dan komputer personal sebagai penyumbang terbesar.
Limbah emas dan perak 3%, palladium 13% dan kobalt 15%, setiap tahunnya.
Lonjakan e-waste yang paling sensasional terjadi pada produk telepon seluler (ponsel). Saat ini
hampir setiap orang memiliki sebuah ponsel atau bahkan lebih, ini tentu akan mempengaruhi
jumlah e-waste yang dihasilkan. E-waste tertinggi berikutnya adalah televisi yang kemudian
diikuti oleh kulkas. Artinya bahwa meningkatnya jumlah e-waste terkait erat dengan peningkatan
penggunaan alat elektronik yang saat ini sudah menjadi gaya hidup masyarakat dunia.
Secara rerata, volume e-waste terus mengalami peningkatan 3 5 % per tahun. Jumlah ini tiga
kali lebih cepat dibandingkan dengan limbah jenis lain. Saat ini saja, 5% limbah padat yang
dihasilkan dunia adalah e-waste. Jumlah ini hanya bisa disaingi oleh jumlah limbah kantung
plastik. E-waste bersifat toksik karena kandungan timbal, berilium, merkuri, kadmium, BFRs
(Brominated Flame Retardants) yang merupakan ancaman bagi kesehatan dan lingkungan.
E-waste di Indonesia
Parlemen Uni Eropa dalam instruksinya No. 2002/96/EC menggolongkan jenis-jenis limbah
elektrikal dan elektronik yang termasuk dalam e-waste, antara lain:
1. Peralatan rumah tangga berukuran besar (Large household appliances, berlabel
LargeHH). Masuk kategori ini diantaranya mesin pendingin ruangan (AC), mesin cuci,
lemari es, kulkas, oven.
2. Peralatan rumah tangga berukuran kecil (Small household appliances, berlabel small
HH), seperti kipas angin, kompor, blender, toaster, vacuum cleaner.

3. Peralatan komunikasi dan teknologi informasi (IT & telecommunications equipment,


berlabel ICT). Komputer, laptop, printer, telepon, modem, handphone, mesin fax, mesin
scan, baterai, kalkulator masuk dalam kategori ini.
4. Peralatan hiburan elektronik (Consumer equipment, dengan label CE); yaitu TV, radio,
pemutar DVD/VCD.
5. Perlengkapan pencahayaan (Lighting equipment, dengan label Lighting).
6. Alat-alat listrik dan elektronik (Electrical and electronic tools, with the exception of large
scale stationary Industrial tools, dengan label E&E tools). Masuk kategori ini salah
satunya adalah mesin bor.
7. Mainan elektronik dan peralatan olahraga (Toys, leisure and sports equipment, dengan
label Toys).
8. Perangkat medis (Medical devices-with the exception of all implanted and infected
products, dengan label Medical Equipment).
9. Alat monitoring dan alat kontrol (Monitoring and control instrument, dengan label
M&C).
Semua jenis yang dikelompokan oleh Uni Eropa, merupakan hal yang jamak diketemukan di
rumah tangga Indonesia. Artinya, secara langsung Indonesia juga bertanggung jawab dengan
keberadaan e-waste.
Berdasarkan data BPS tahuin 2012, produksi elektronik dalam negeri untuk 2 (dua) jenis saja
yaitu televisi dan komputer, jumlahnya cukup mencengangkan. Indonesia mampu memproduksi
televisi sebanyak 12.500.000 kg/tahun. Jumlah televisi impor; 6.687.082 kg/tahun.
Dari jumlah tersebut, televisi berpotensi menghasilkan e-waste sebanyak 12.491.899.469
kg/tahun. Sementara untuk komputer, Indonesia mampu memproduksi 12.491.899.469 kg/tahun,
dengan jumlah impor 35.344.733 kg/tahun. Dan potensi e-waste yang dihasilkan mencapai
36.020.493.768 kg/tahun. Padahal komposisi dalam sebuah komputer banyak mengandung
silica/glass, palstik, ferrous metal dan lain-lain.
Dengan jumlah sebesar itu, celakanya Indonesia belum memiliki perhatian yang tinggi terhadap
sampah elektronik. Pemahaman masyarakat, produsen dan bahkan pemerintah terbilang masih
sangat rendah terhadap dampak e-waste. Pemerintah seharusnya membuat peraturan yang jelas,
dimana para produsen barang elektronik harus tetap bertanggung jawab atas produknya yang
beredar baik pada saat produk elektronik (e-product) itu dibuat, didistribusikan dan jika sudah
tidak digunakan lagi. Sehingga produsen itu menegtahui mata rantai produksi dan distribusi dari
produknya.

Sebagai contoh, penerapan EPR (Extended Producer Responsibility) dianggap sangat penting
dikarenakan ini merupakan tanggung jawab produsen yang diperluas pada mata rantai produksi
secara fisik dan pembiayaan hingga pada tahap setelah pemakaian/penggunaan oleh konsumen.
Dengan demikian, tanggung jawab produsen tidak hanya terhadap emisi, effluent dan limbah
yang dihasilkan selama proses produksi, tetapi juga bertanggung jawab memasukkan manajemen
produk terhadap produk yang telah dibuang oleh konsumennya.
Selain pemerintah, tanggung jawab juga dibebankan kepada masing-masing kelompok terkait.
Produsen, misalnya; bertanggung jawab untuk memonitor distribusi produk dan bertanggung
jawab untuk menangani limbah elektroniknya, mengelola limbah elektronik yang dihasilkan
serta Bertanggung jawab untuk menghasilkan produk ramah lingkungan.
Sedangkan kelompok konsumen dan distributor bertanggung jawab untuk melakukan pemilahan
terhadap limbah elektronik yang dihasilkan, membawa limbah elektronik tersebut ke tempat
penampungan yang sudah ditetapkan serta tidak menjual langsung limbah elektronik ke
pengumpul yang tidak berizin.
Dalam hal kelompok Penampung, perlu melakukan kerjasama dengan produsen dan Pemda
untuk menyediakan lokasi penampungan limbah elektronik. Membantu pelaksanaan mekanisme
insentif untuk konsumen yang mengembalikan barang/limbah elektroniknya.
Sedangkan industri rekondisi, bertanggung jawab melakukan rekondisi dengan kriteria produk
yang dapat dipertanggungjawabkan. Serta bertanggung jawab untuk mengelola limbah dan
sampah yang dihasilkan (sesuai dengan Permen LH No.18/2009 tentang Tata cara perizinan
pengelolaan Limbah B3)
Persentase Perlakuan terhadap Produk Elektronik Bekas Milik
Merujuk data dari Dr. I Made Wahyu Widyasana ini terlihat bahwa menjual kembali produk
bekas milik serta tukar tambah merupakan persentase terbanyak yang dilakukan konsumen
Indonesia. Agaknya ini terkait dengan perilaku sebagain masyarakat yang masih mengakomodir
pembelian barang bekas milik.
Dari uraian diatas, ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam meminimalisir limbah
elektronik:
1. Adanya satu pemahaman antar instansi terkait dalam mengelola limbah elektronik.
2. Memberikan kesadaran kepada masyarakat umum untuk mengelola limbah elektroniknya
sehingga tidak membuangnya secara sembarangan dengan memberikan solusi tatacara
pengumpulan dan trade in mechanism limbah elektronik; dan menyiapkan serta
menyediakan fasilitas pengumpulan, fasilitas pembuangan dan fasilitas 3R (recycle,
reuse, reduce).

3. Mendorong kepedulian semua pihak untuk mendukung pelaksanaan mekanisme EPR dan
mekanisme insentif.
4. Membangun sistem database untuk mendata: volume limbah elektronik, daftar industri
rekondisi, daftar industri pengolah limbah.
5. Kebijakan untuk peranan dan pertumbuhan industri rekondisi dan memberlakukan
standar untuk produk refurbish.
6. Memberikan informasi kepada semua pihak (terutama sektor informal) akan bahaya
penanganan e-waste yang tidak terkontrol.
7. Pengelolaan limbah B3 dari kegiatan elektronik dapat dilakukan sendiri atau diberikan
kepada pihak ketiga yang telah mendapatkan izin dari KLH, sehingga KLH mendukung
semua pihak untuk dapat melakukan pengelolaan limbah elektronik dan melakukan
inovasi dalam pengembangan teknologi pengelolaan limbah elektronik.
8. Mendesain metode pengawasan yang melibatkan semua pemangku kepentingan antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, produsen dan masyarakat.
http://www.ylki.or.id/kandungan-berbahaya-dalam-e-waste.html

Zat kimia pada plastik


Kimia Dasar untuk Plastik
8 July 2006 - 3:27pm admin
Untuk mengerti karakteristik dari plastik, bisa dimulai dari struktur kimia penyusun plastik.
Pengetahuan dasar kimia dibutuhkan untuk mengerti sifat-sifat dasar plastik. Ikatan kimia dalam
struktur plastik adalah ikatan kovalen, yaitu ikatan antar atom dengan cara berbagi elektron
diantara dua atom. Ikatan ini dapat terdiri dari beberapa elektron.
Plastik merupakan bagian dari molekul hidrokarbon zat yang penyusun dasarnya adalah karbon
dan hidrogen. Contoh dari ikatan kovalen diantaranya:
Ikatan tunggal C-C, ikatan ganda C=C, atau ikatan rangkap 3 C?C.
Karbon mempunyai kemampuan untuk berikatan membentuk rantai yang panjang seperti
oktane: CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3.
Plastik yang mempunyai struktur paling sederhana adalah polyethylene (PE). Umumnya susunan
molekul dari PE terdiri dari sekitar 1000 atom karbon didalam tulang punggungnya. Molekul
dari plastik sering disebut dengan macro molekul karena ukurannya sangat besar dilihat dari
panjang rantai karbonnya. Untuk menyederhanakan struktur kimia dari macro molekul, maka
digunakan penyingkatan. Bagian terkecil dari rantai karbon yang panjang disebut dengan mer
atau monomer. Sering dituliskan seperti berikut.
-[CH2-CH2]ndimana n adalah jumlah atau derajat dari polimerisasi. Polimerisasi berarti penggabungan
bersama monomer. Sekarang ini ada ribuan jenis plastik, tapi pada dasarnya, atom-atom
penyusun inti plastik adalah Karbon (C), Hidrogen (H) dan beberapa tambahan atom Oksigen

(O), nitrogen (N), Klor (Cl), Fluor (F), dan belerang (S).
Homopolymer:
Penyusun kimia paling dasar dari plastik disebut dengan homopolymer karena hanya terdiri dari
satu struktur dasar. Contohnya:
-[CH2-CH-X]nJika X adalah hidrogen (H), maka bahan tersebut adalah polyethylene (PE). Tetapi ika X adalah
klor [Cl], maka bahan tersebut adalah poli vinil klorida (PVC).
Bisa juga dua atom hidrogen (H) diganti dengan atom-atom tertentu menjadi sebagai berikut:
-[CH2-CX-Y]nPenyusunan Molekul dari Plastik
Molekul-molekul dari plastik dapat mempunyai dua jenis tipe dalam penyusunan molekulnya,
yaitu amorphous dan kristal polimer.
Plastik Amorphous:
Susunan molekul dari plastik amorphous cenderung tidak beraturan. Plastik amorphous biasanya
bening atau transparan selama tidak ada filler atau campuran lain. Contoh plastik jenis ini adalah
aklirik ditoko-toko.
Plastik kristal:
Susunan molekul dari plastik kristal adalah teratur. Keteraturan ini dapat dibuat dengan cara
pendinginan yang relatif lama. Plastik kristal cenderung tidak transparan.
Pada umumnya plastik adalah campuran dari kedua tipe itu. Bagian luar dari plastik cenderung
berbentuk amorphous karena proses pendinginan bagian luar relatif cepat. Sementara bagian
dalam cenderung berbentuk kristal karena pendinginan memerlukan proses yang lebih lama.
Kalbe.co.id - Para ilmuwan di Amerika dan Kanada sedang mempelajari efek bisfenol-A (BPA),
sebuah kandungan plastik polikarbonat yang biasa digunakan dalam alat sehari-hari uantuk
menyimpan makanan dan obat-obatan, menemukan bahwa BPA menyebabkan hilangnya
hubungan antara sel-sel otak dalam primata dan dapat mengarah pada penurunan ingatan dan
belajar. Berdasarkan temuan ini, mereka menyarankan US Enviromental Protection Agency (US
EPA) menurunkan batas keamanan minimum paparan harian BPA.
Studi yang dikerjakan oleh para peneliti dari Yale University School of Medicine dan Ontario
Veterinary College, Kanada ini dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of
Sciences (PNAS) edisi online 3 September 2008.
Studi sebelumnya telah melihat efek BPA pada tikus, namun ini merupakan yang pertama
melihat apa yang terjadi pada primata dan juga pertama kalinya menggunakan batas terendah
bahan ini berdasarkan acuan US EPA.
Untuk studi ini, Lerant dan koleganya memberikan dosis harian 50 mikrogram/kg BB BPA
selama 28 hari kepada setiap primata. Mereka juga memberikan estradiol, hormon estrogen
manusia yang terlibat dalam mengatur hubungan sinaptik antar sel-sel otak. Penelitian
sebelumnya telah menunjukkan hormon ini tidak hanya diproduksi oleh ovarium, tapi juga di
otak, yang berkontribusi pada pengembangan dan bekerja di hipokampus dan korteks prefrontal,
2 bagian yang mengatur mood dan membantu dalam ingatan.
Leranth dan koleganya menjelaskan, data mereka mengindikasikan bahwa walaupun ini
merupakan paparan kadar BPA yang relatif rendah, BPA menghilangkan respon sinaptik terhadap
estradiol. Remodeling sinasis saraf sangat penting dalam fungsi kognitif dan mood. BPA
merinterferensi hubungan sinaps yang dibangun.

Mereka menyimpulkan bahwa studi ini pertama kalinya mendemotrasikan efek samping BPA
pada otak model hewan primata nonmanusia yang selanjutnya perlu ditingkatkan kepedulian
penggunaan BPA secara luas di bidang medis dan dalam persipan danpenyimpanan. Model
primata ini mengindikasikan bahwa BPA secara negatif mempengaruhi fungsi otak dalam
manusia. Untuk itu, EPA diharapkan menurunkan batas keamanan harian untuk konsumsi BPA
manusia.[/lang_en]
WASPADALAH - bagi anda yang sering menggunakan kantong plastik kresek dan plastik
PVC sebagai wadah makanan siap santap, terutama yang berminyak/berlemak dan mengandung
alkohol. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan POM, kantong plastik 'kresek'
dan plastik PVC banyak mengandung unsur kimia yang berbahaya. Bila digunakan sebagai
wadah makanan, terlebih yang dalam keadaan panas, residu dari bahan-bahan kimia tersebut
dapat memuai dan mengkontaminasi makanan.
Menurut Kepala Badan POM RI dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, Mkes, SpFK, dalam
proses pembuatan plastik PVC ditambahkan penstabil seperti senyawa timbal (Pb), kadmium
(Cd), timah putih (Sn) atau lainnya untuk mencegah kerusakan PVC. "Bahkan agar lentur atau
fleksibel, kadang-kadang ditambahkan senyawa ester ftalat atau ester adipat," Ungkap Husniah.
Lebih jauh Husniah mengatakan, unsur-unsur kimia tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan.
VCM terbukti mengakibatkan kanker hati, senyawa Pb merupakan racun bagi ginjal dan syaraf,
senyawa Cd merupakan racun bagi ginjal dan dapat mengakibatkan kanker paru dan senyawa
ester ftalat dapat mengganggu sistem Endokrin.
Badan POM telah melakukan sampling dan pengujian laboratorium terhadap 11 jenis produk
kemasan makanan dari plastik PVC dan hasilnya 1 jenis produk tidak memenuhi syarat karena
kandungan logam berat Pb-nya mencapai 8,69 ppm. Jauh melebihi nilai maksimumnya yang
diperbolehkan yaitu 1 ppm.
Badan POM juga menghimbau masyarakat untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, umumnya kemasan PVC dapat dikenali dari logonya yang berupa segitiga dari anak
panah, didalamnya ada angka 03, dan dibawah segitiga tersebut ada tulisan 'PVC'. Kedua, Jangan
menggunakan kemasan makanan dari PVC untuk makanan yang berminyak/berlemak atau
mengandung alkohol, terlebih dalam keadaan panas. (Sumber : Depkes.go.id
PERINGATAN PUBLIK / PUBLIC WARNING
TENTANG
KEMASAN MAKANAN DARI PLASTIK POLIVINIL KLORIDA (PVC)
Nomor: KH.00.02.1 .55.2891
Tanggal 14 Juli 2009
Menindaklanjuti hasil pengawasan kemasan makanan yang terbuat dari plastik polivinil klorida
(PVC), Badan POM RI perlu memberikan penjelasan sebagai berikut:
1. PVC dibuat dari monomer vinil klorida (VCM). Monomer vinil klorida yang tidak ikut
bereaksi dapat terlepas ke dalam makanan terutama yang berminyak/berlemak atau mengandung
alkohol terlebih dalam keadaan panas.
2. Dalam pembuatan PVC ditambahkan penstabil seperti senyawa timbal (Pb), kadmium (Cd),

timah putih (Sn) atau lainnya, untuk mencegah kerusakan PVC. Kadang-kadang agar lentur atau
fleksibel ditambahkan senyawa ester ftalat, ester adipat, dll.
3. Residu VCM, Pb, Cd dan ester ftalat berbahaya bagi kesehatan.
VCM terbukti mengakibatkan kanker hati.
senyawa Pb merupakan racun bagi ginjal dan syaraf.
o senyawa Cd merupakan racun bagi ginjal, dan dapat mengakibatkan kanker paru.
o senyawa ester ftalat dapat menganggu sistem endokrin.
4. Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI telah melakukan sampling dan pengujian
laboratorium terhadap 11 jenis kemasan makanan dari plastik PVC, dan hasilnya 1 jenis tidak
memenuhi syarat (terlampir).
5. Untuk kehati-hatian, masyarakat dihimbau untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Umumnya kemasan makanan PVC dapat dikenali dari logo
1. Jangan menggunakan kemasan makanan dengan PVC untuk makanan yang
berminyak/berlemak atau mengandung alkohol terlebih dalam keadaan panas.
1. Bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit
Layanan Pengaduan Konsu men Badan POM RI dengan nomor telepon 021- 4263333 dan 02132199000 atau e-mail ulpk@pom.go.id dan ulpkbadanpom@yahoo.com atau melihat di website
Badan POM, www.pom.go.id
2. Demikian keterangan ini disampaikan untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk
kemasan makanan bagi kesehatan.
letak geografis Indonesia, dan sebagai negara kepulauan membuat Indonesia kaya akan suku
bangsa... Setiap pulau berbeda sukunya... ada penduduk pribumi asli, ada pendatang dari tempat
lain. Sejak adanya jalur perdagangan, ada pernikahan campur pedagan negara lain dengan rakyat
pribumi menambah lagi ras penduduk Indonesia. Untuk penduduk pribumi sendiri, intinya pada
pula2 yang ada di Indonesia dan setiap pula memiliki keragaman budaya, adat dan sukunya.)
PLASTIK, bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Hampir setiap barang, mulai
dari botol minum, TV, kulkas, pipa, mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida nyaris tak
terpisahkan dari benda ini.
Belakangan, perabot rumah tangga pun marak diproduksi dari plastik. Juga untuk kemasan
makanan. Maka, kontak langsung dengan bahan makanan yang notabene langsung kita konsumsi
tersebut tak dapat dihindarkan lagi.
Namun, belakangan ada fakta yang sungguh mengejutkan. Tidak sedikit bahan-bahan plastik itu
ternyata sangat berbahaya bagi kesehatan.
Beberapa jenis kemasan makanan dan minuman setelah dilakukan serangkaian penelitian
laboratorium, dinyatakan yang tidak aman bagi kesehatan. Balai Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) menyatakan ada beberapa jenis plastik mengeluarkan zat-zat beracun, seperti Dioxin,
Styrene, Phthalate, Bisphenol-A.
Zat-zat tersebut bisa menyebabkan bermacam gangguan kesehatan. Mulai dari hal sepele semisal
iritasi pada saluran pernapasan, gangguan ginjal, liver hingga yang bersifat karsiogenik yakni
penyakit kanker sampai gangguan hormon.
Belakangan, gangguan itu paling banyak ditemui pada bahan plastik mengandung melamin.
Prinsipnya, kata Syafriansyah, kepala Bidang Pemeriksaan dan Penyelidikan, yang berbahaya itu
jika bahan melamin ini banyak melepaskan zat formalin.
"Dampaknya itu mulai iritasi sampai kanker untuk proses menahunnya. Tergantung banyak

tidaknya zat formalin yang dilepaskan," kata pria yang akrab disapa Syafri ini.
Sementara pada plastik untuk kegunaan lainnya, misalnya plastik kresek, yang biasa dipakai
sebagai pembungkus, disarankan menghindari pemakainnya dari makanan berminyak dan suhu
panas.
Pasalnya, zat-zat adiktif dalam plastik mudah terurai dalam lemak dan panas, apabila
terkontaminasi dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh, secara akumulatif pada binatang
percobaan dapat mengakibatkan penyakit mematikan itu.
Juga saat bahan bisphenol A atau BPA yakni bahan kimia yang digunakan pada bahan plastik
yang kita konsumsi, seperti botol air, botol soda, bahkan botol bayi. Berbagai jumlah kadar BPA
telah ditemukan pada 93 persen orang Amerika yang diuji. Meskipun The American Chemistry
Council menyatakan BPA aman, sebuah studi baru menemukan BPA mungkin tak aman.
Peninsula Medical School di Amerika dalam situsnya menunjukkan hasil riset mereka, yakni
seperempat dari populasi yang diuji dengan kadar BPA tinggi, berpotensi dua kali lipat terkena
diabetes dan penyakit hati. Peneliti menemukan, makin tinggi kadar BPA pada urin, akan kian
berisiko terkena penyakit tertentu.
Cerdas Kenali Kodenya
SATU cara yang paling ampuh untuk menghindarkan dari bahaya plastik yang menggangu
kesehatan. Salah satunya dengan melihat kodenya. Mengetahui simbol-simbol daur ulang pada
produk plastik, kita dapat memilah produk plastik yang terbaik untuk digunakan dalam
pemakaian sehari-hari.
Hal yang dapat kita perhatikan adalah melihat kode yang biasanya terdapat di bawah wadah
plastik. Kode tersebut menunjukkan dari jenis bahan apa plastik itu dibuat.
Kode tersebut berupa segitiga yang terdiri dari tiga anak panah atau dengan huruf yang
merupakan singkatan nama bahan pembuat plastik. Dengan mengetahui jenis bahan baku plastik,
kita dapat mengetahui apakah jenis tersebut berbahaya terhadap makanan atau tidak.
* PET/PETE
Yaitu Polyethylene Terephalate. Biasanya merupakan wadah dari minuman mineral dengan
warna transparan. Wadah ini khususnya diperuntukan sekali pakai. Karena semakin lama isinya
berada dalam kemasan tersebut, kandungan kimia yang terlarut semakin banyak pula.
* HDPE
Singkatan dari High Density Polyethylene. Yakni kemasan obat atau bahan kosmetik. Juga ada
Polyvinyl Chloride (PVC), yakni merupakan zat yang paling berbahaya. Sering digunakan
sebagai saluran air, bahan bangunan, kadang kala digunakan sebagai mainan anak.
* LDPE
KEPANJANGAN adalah Low Density Polyethylene. Ini dipergunakan untuk bungkus sayuran
dan daging beku. Juga ditemukan kode Polypropylene (PP), biasanya digunakan untuk kemasan
makanan, minuman, margarin, botol shampo atau botol bayi.
Selain itu, perlu diperhatikan kode Polystyrene (PS) yakni merupakan zat yang berbahaya bagi
tubuh. Jika makanan berminyak dipanaskan dalam wadah ini, styrene dapat berpindah ke dalam
makanan, maka menggunakan bahan ini sebagai wadah makanan tidak dianjurkan. Berupa gelas
dan piring makanan styrofoam yang sudah lama dianggap sebagai penyebab kanker, sendok dan
garpu, kotak CD.

Setelah belajar mengenali simbol daur ulang pada produk plastic dari pabrik plastik, kali ini kita
akan mencoba memanfaatkan pengetahuan akan simbol-simbol daur ulang, utamanya dalam
memilih produk plastik dari plastic factories yang (lebih) sehat dan tidak (kurang) berpotensi
membahayakan kesehatan. Banyak diantara kita yang (mungkin) pernah mendengar, membaca
ataupun melihat berita mengenai bahaya produk plastik dari pabrik plastic bagi kesehatan.
Diantaranya adalah mengenai beberapa jenis kemasan makanan dari industri plastic dan
minuman dari pabrik plastik yang tidak aman bagi kesehatan, mengeluarkan zat-zat beracun,
seperti Dioxin, Styrene, Phthalate, Bisphenol-A dan menyebabkan bermacam penyakit dari
kanker sampai gangguan hormon yang sebagaimana kita ketahui kanker merupakan salah satu
pembunuh terbesar dan terganas, bahkan lebih mematikan dibandingkan Adam Air, Ryan
maupun Rio Martil. Dengan mengetahui simbol-simbol daur ulang pada produk plastic dari
industri plastik, kita akan dapat memilah produk plastik dari plastic factories yang terbaik untuk
kita gunakan dalam pemakaian sehari-hari.
Pemerintah maupun pabrik plastic atau industri plastik sendiri sampai saat ini masih belum
menyatakan potensi bahaya dari pemakaian produk-produk industri plastic tersebut. Dengan
beralasan bahwa resiko-resiko yang selama ini menjadi polemik tersebut masih belum terbukti
sepenuhnya. Namun tentu saja kita tidak ingin mengambil resiko tersebut, terutama jika itu
menyangkut kesehatan keluarga, apalagi anak-anak kita.
Setelah belajar mengenali simbol daur ulang pada produk plastik, kali ini kita akan mencoba
memanfaatkan pengetahuan akan simbol-simbol daur ulang, utamanya dalam memilih produk
plastik yang (lebih) sehat dan tidak (kurang) berpotensi membahayakan kesehatan. Banyak
diantara kita yang (mungkin) pernah mendengar, membaca ataupun melihat berita mengenai
bahaya produk plastik bagi kesehatan. Diantaranya adalah mengenai beberapa jenis kemasan
makanan dan minuman yang tidak aman bagi kesehatan, mengeluarkan zat-zat beracun, seperti
Dioxin, Styrene, Phthalate, Bisphenol-A dan menyebabkan bermacam penyakit dari kanker
sampai gangguan hormon yang sebagaimana kita ketahui kanker merupakan salah satu
pembunuh terbesar dan terganas, bahkan lebih mematikan dibandingkan Adam Air, Ryan
maupun Rio Martil Dengan mengetahui simbol-simbol daur ulang pada produk plastik, kita akan
dapat memilah produk plastik yang terbaik untuk kita gunakan dalam pemakaian sehari-hari.
Pemerintah maupun industri plastik sendiri sampai saat ini masih belum menyatakan potensi
bahaya dari pemakaian produk-produk tersebut. Dengan beralasan bahwa resiko-resiko yang
selama ini menjadi polemik tersebut masih belum terbukti sepenuhnya. Namun tentu saja kita
tidak ingin mengambil resiko tersebut, terutama jika itu menyangkut kesehatan keluarga, apalagi
anak-anak kita. Dibawah ini dapat kita lihat 3 jenis produk plastik yang perlu untuk kita
waspadai dan kita hindari untuk digunakan sebagai wadah air, botol susu bayi maupun keperluan
konsumsi lainnya.
Seiring dengan hebohnya kandungan kimia di botol bayi yang katanya berbahaya (yang bikin
jadi ngeliat-liat botol susu kemana-mana pergi...--dasar pengen belanja terus ajah heuheuhe) Jadi
dikutiplah beberapa artikel berikut dari info di milis dan dilengkapi dengan my comment.inilah
summary-nya
artikel 1: be informed

artikel 2: amankah botol susu si kecil


artikel 3: Kandungan Kimi botol bayi berbahaya
artikel 4: Kenali Tanda Segitiga Pda kemasan plastik

Anda mungkin juga menyukai