Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL ILMIAH

113140010 – Riga Kusuma Diwan– Kelas B


BAHAYA DIBALIK KEMASAN MAKANAN – PLASTIK

Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi
sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung
dianggap sebagai “pelindung” makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan
kemasan.Sebaiknya mulai sekarang Anda cermat memilik kemasan makanan. Kemasan pada
makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan,kemudahan, penyeragaman, promosi, dan
informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu
kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan.Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi
makanan yang dikemasnya.Inilah ranking teratas bahan kemasan makanan yang perlu Anda
waspadai.Jaman dahulu yang namanya wadah dan pembungkus makanan dan bahan makanan,
tidak lepas dari bahan–bahanyang bersumber dari alam khususnya daun-daunan seperti daun
pisang, daun jagung, hingga wadah yang dianyam dari bambu, seperti besek misalnya.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan gaya hidup, wadah


dan pembungkusmakanan alami tersebut mulai ditinggalkan masyarakat dan diidentikan dengan
kumuh, tidak higienis, tidak praktis, perlahan berganti dengan pembungkus/wadah buatan
manusia yang kini biasa kita gunakan seperti kertas, pastik, kaleng dan styrofoamSelama ini, wadah
dan pembungkus makanan buatan yang modern itu memang menciptakan kesan praktis, simple
dan bersih. Bagaimana dengan sisi negatifnya? seberapa aman wadah dan pembungkus buatan bagi
kesehatan?

Ragam Wadah/Pembungkus&Resikonya
 Plastik
Bahan pengemas yang satu ini mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya.
Selain untuk mengemas langsung bahan makanan, seringkali digunakan sebagai pelapis kertas.
Jenis plastik sendiri beraneka ragam, ada Polyethylene, Polypropylen, Poly Vinyl Chlorida (PVC),
dan Vinylidene Chloride Resin. Secara umum plastik tersusun dari polimer yaitu rantai panjang
dan satuan-satuanyang lebih kecil yang disebut monomer. Polimer ini dapat masuk dalam
tubuh manusia karena bersifat tidak larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh akan
menyebabkan kanker. Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat
berpindah ke dalam makanan, dan selanjutnya berpindah ke tubuh
orang yang mengkonsumsinya. Bahan–bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak
larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urin maupun feses (kotoran).
Penumpukan bahan–bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu
munculnya kanker. Sebuah penelitian di Jepang mengindikasikan, polysterene dapat menjadi
penyebab kanker dan berpengaruh pada sistem saraf pusat. Sedangkan Poly Vinyl Chlorida dan
Vinylidene Chloride Resin merupakan dioksin, yaitu senyawa kimia yang digolongkan sebagai
penyebab utama kanker karena sifatnya yang sangat beracun.Masing-masing jenis plastik
mempunyai tingkat bahaya yang berbeda tergantung dari material plastik dan bahan kimia
penyusunnya. Perpindahan monomer-monomer plastik ke dalam makanan dipicu oleh
beberapa hal, yaitu panas, asam dan lemak. Jadi, sebaiknya sayur bersantan, susu dan buah-
buahan yang mengandung asam organik tidak dibungkus plastik dalam keadaan panas,
ataupun kalau terpaksa jangan digunakan terlalu lama.Penggunaan plastik boleh digunakan
jika bahan yang dimasukkan dalam keadaan dingin.
Namun demikian memang ada plastik khusus yang bertuliskan tahan lemak dan tahan
dingin. Akan tetapi tetap saja Plastik jenis ini hanya boleh dipakai
selamabahan yang dimasukkan tidak panas. Semakin tinggi suhu makanan yangdimasukkan
ke dalam plastik, semakin cepat terjadi perpindahan ini. Apalagi bilamakanan berbentuk cair
seperti bakso, mie ayam, sup, sayuran berkuah dan sebagainya. Saat makanan panas ini
dimasukkan ke dalam plastik, kita bisa lihat plastik menjadi lemas dan tipis. Inilah tanda
terputusnya ikatan-ikatan monomer.
Kalaupun terpaksa menggunakan plastik sebagai pembungkus, usahakan secepat
mungkin makanan dapat dipindahkan ke wadah yang aman, karena semakin lama
kontak makanan dengan plastik, semakin banyak bahan berbahaya yang pindah kemakanan.
Perpindahan monomer juga terjadi bila makanan atau minuman dalam wadah plastik terkena
panas matahari secara langsung. Karena itu, usahakan menghindari air minum dalam
kemasan yang terpapar matahari, atau permenyang telah lengket dengan pembungkusnya
karena leleh oleh panas. Perhatikan juga untuk tidak menuang air minum atau sayuran panas
ke dalam wadah plastik dan menggunakan alat-alat makan dari plastik saat makanan masih
panas. Pilihmakanan yang dikukus dengan dibungkus daun, bukan plastik seperti lemper,
lontong kue lupis dan sejenisnya.
Yang relatif lebih aman digunakan untuk makanan adalah Polyethylene yangtampak bening,
dan Polypropylen yang lebih lembut dan agak tebal. Poly Vinyl Chlorida (PVC) biasanya dipakai
untuk pembungkus permen, pelapis kertas nasi danbahan penutup karena amat tipis dan
transparan. Sedangkan Vinylidene Chloride Resin dan Poly Vinyl Chlorida (PVC) bila digunakan
mengemas bahan yang panas akan tercemar dioksin, suatu racun yang sangat berbahaya bagi
manusia.Dioksin ini bersifat larut dalam lemak, maka terakumulasi dalam pangan yang relatif
tinggi kadar lemaknya. Kandungan dioksin tersebar (97,5%) ke dalam produk pangan secara
berurutan konsentrasinya yaitu daging, produk susu, susu, unggas, daging babi, daging ikan
dan telur. Oleh karena itu penggunaan plastik ini sering digunakan
sebagai pembungkus permen, pelapis kertas nasi dan bahan penutup karena amat tipis dan
transparan.
 Styrofoam
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling
populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan
keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan
karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang.
Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman
dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah,lebih
aman, serta ringan. Pada Juli 2001,Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang
mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat
menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada system endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen
dalam makanan Styrofoamyang ringan dan praktis ini masuk dalam kategori jenis plastik.
Berasal dari foamed polysterene (FPS) dengan bahan dasar polysterene dan berciri khas
ringan, kaku, tembus cahaya, rapuh dan murah. Bahan yang lebih dikenal sebagai gabus ini
memang praktis, ringan, relatif tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik.
Inilah yang membuat bahan ini amat disukai dan banyak dipakai, termasuk dalam
industri makanan instan. Namun bahan ini sebenarnya tak kalah berbahaya
dengan plastik.Untuk memperkuat Styrofoam ditambahkan bahan butadiene sejenis karet
sintetis, sehingga warnanya berubah dari putih jernih menjadi putih susu. Supaya lentur dan
awet, ditambah lagi dengan zat plasticer seperti dioktiptalat (DOP) dan butyl hidroksi tolune
(BHT).
Kandungan zat pada proses terakhir inilah menurut penelitian kimia LIPI dapat memicu
timbulnya kanker dan penurunan daya pikir anak. Kemudian proses pembuatannya ditiup
dengan memakai gas chlorofluorocarbon (CFC). CFC merupakan senyawa gas yang disebut
sebagai penyebab timbulnya lubang ozon diplanet Bumi. Saat ini sejumlah peralatan eketronik
seperti kulkas dan AC dilarang menggunakan bahan bersenyawa CFC. Selain itu bahan dasar
plastik yang dikenal dengan monomer strine yang mengandung racun mudah bermigrasi, dan
dikhawatirkan mencemarkan makanan. Menurut Zaim Saidi dari Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia, migrasi tersebut dapat terjadi karena monomer plastik, terutama stirena bisa larut
dalam air. Sementara itu, Menurut Prof. Aisjah Girinra, ahli biokimia pada lab Biokimia FMIPA-
IPB, Styrene yang menjadi bahan dasar styrofoam bersifat larut lemak dan alkohol. Berarti
wadah dari jenis ini tidak cocok dijadikan wadah susu atau yoghurt yang mengandung lemak
tinggi.
Begitu juga dengan kopi yang dicampur krim. Bila pengemas ini digunakan untuk
mengemas makanan bersuhu tinggi, maka kandungan kimianya dapat terurai dan masuk
terakumulasi dalam tubuh.Makin lama makanan atau minuman kontak dengan permukaan
plastik, migrasi zat racun akan meningkat. Karena sifatnya akumulatif maka akibatnya baru
akan terasa 10-15 tahun kemudian. Pada restoran siap saji banyak memakai wadah syrofoam
untuk menyuguhkan kopi panas. Hal ini lebih didasarkan pada kelebihan
styrofoam yang ringan, tahan bocor dan mampu menahan panas sampai beberapa waktu.
Produk-produk sup dan minuman hangat di restoran cepat saji pun menggunakan wadah
ini. Begitu pula produk-produk makanan instan, mesti diseduh dalam wadahnya yang terbuat
dari styrofoam. Mie instan, bubur ayam instan misalnya. Dengan sifat-sifatnya seperti itu, sudah
selayaknya kita lebih berhati-hati menggunakan styrofoam.Dari hasil
survei yang di lakukan di AS pada tahun 1986, ditemukan 100 persen jaringan lemak orang
Amerika mengandung styrene yangberasal dari styrofoam. Bahkan pada penelitian 2 tahun
berikutnya, kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala
gangguan saraf. Sebuah studi di New Jersey, AS, menemukan bahwa 75 persen ASI mengalami
kontaminasi styrene yang berasal dari konsumsi ibu yangmenggunakan wadah styrofoam.
Pada ibu-ibu yang mengandung, styrene juga bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta.
Dampak jangka panjang dari menumpuknya styrene di dalam tubuh adalah gejala saraf seperti
kelelahan, nervous, sulit tidur dan anemia. Pada anak, selain menyebabkan kanker, sekian
tahun kemudian styrene juga menyerang sistem reproduksinya. Kesuburan menurun, bahkan
mandul. Anak yang terbiasa mengkonsumsi styrene juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif.
Styrofoam, sebagaimana plastik, bersifat reaktif terhadap suhu tinggi.
Ambang batas styrene di dalam tubuh sangat sedikit, sehingga bila melebihi batas maka
akan mengakibatkan gangguan-gangguan saraf seperti kelelahan, nervous, sulit tidur dan
anemia serta kesuburan menurun.Di negara-negara maju seperti Jepang dan negara Eropa
pengemas ini sudah dilarang, sedang di Cina masih menjadi polemik. Tidak diperbolehkannya
dipergunakan selain alasan yangberhubungan dengan kesehatan juga berhubungan dengan
pemusnahannya yangsangat sulit membusuk. Di Indonesia pengemas ini malah mulai ngetren
dengan harga yang relatif murah.Kalau hendak menggunakan styrofoam untuk
menjagamakanan tetap hangat, sebaiknya makanan dimasukkan terlebih dahulu dalam wadah
tahan panas dan dijaga tidak ada kontak langsung dengan styrofoam. Sedangkan
penggunaannya sebagai wadah, harus diperhatikan untuk mendinginkan makanan terlebih
dahulu sebelum memasukkan dalam wadah styrofoam. Makanan instan dan
restoran yang menggunakan wadah ini, sebaiknya dihindari demi kesehatan kita dan keluarga
kita. Salah satu cara untuk mengantisipasinya adalah dengan tidak sering menggunakan benda
tersebut.
 Kertas
Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering
digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebi hi batas
yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia, timbal masuk melalui saluran pernapasan atau
pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain,
seperti: ginjal, hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai
dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan). Keracunan yang
terjadipun bisa bersifat kronis dan akut. Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi
logam berat timbal, memang susah-susah gampang. Banyak makanan jajanan seperti pisang
goreng, tahu goreng dan tempe goreng yang dibungkus dengan Koran karena pengetahuan
yang kurang dari si penjual, padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah
berpindahnya timbale makanan tsb.Sebagai usaha pencegahan, taruhlah makanan jajanan
tersebut di atas piring.Penggunaan kertas sebagai bahan pembungkus telah menjadi
hal yang umum di masyarakat sebagaimana digunakannya plastik dan Styrofoam. Umumnya
kertas yangdigunakan adalah kertas koran atau kertas bekas. Ada pula, kertas nasi yangdilapisi
plastik serta kertas yang telah mengalami pemutihan.
Faktanya kertas memang paling banyak digunakan untuk
membungkus makanandari makanan gorengan sampai makanan yang memerlukan
penyimpanan lama seperti teh celup dll. Pada bahan makanan mentah kertas juga digunakan
untuk membungkus sayuran, ikan kering bahkan bumbu dapur (kalau kita belanja dipasar
tradisional atau warung), sampai aneka ragam gorengan, peuyeum, dan sebagainya. Padahal,
bila bagian kertas yang bertinta terkena panas dari makanan, minyak dari gorengan atau
bagian cair dari makanan, maka tinta akan terlarut dalam makanan.Tinta mengandung unsur
dasar timbal (Pb) atau timah hitam yangberacun dan tentunya sangat berbahaya bagi
kesehatan. Unsur ini sama denganyang terdapat pada polutan dari kendaraan bermotor. Bila
timbal tersebut terakumulasi dalam tubuh maka akan menyebabkan gangguan saraf dan
bahkan dapat menyebabkan kanker.
Pada suatu penelitian wanita hamil yang banyak terakumulasi timbal, dapat mengakibatkan
cacat bawaan pada janin dan merusak otak sehingga kecerdasan anak rendah. Pada laki-laki
dewasa, timbal menurunkan kualitas sperma sehingga mempersulit punya keturunan (mandul).
Dan pada anak-anak, timbal mengakibatkan penurunan daya konsentrasi dan kecerdasan.
Penggunaan Kertasyang telah diputihkan dan sering digunakan sebagai pembungkus teh celup
juga berbahaya bagi tubuh. Kertas ini berbahaya karena sudah ditambahkan bahanpemutih
(chlorine), suatu unsur yang dapat menimbulkan kanker.
Contoh yang menggunakan kertas ini adalah teh celup dan tissue. Bila terkena suhu tinggi
akan menghasilkan dioksin, suatu senyawa racun yang berbahaya bagi kesehatan kita. Tahun
1998 WHO menetapkan ambang batas aman konsumsi dioksin, yaitu 1-4 pikogram (sepertriliun
gram) dioksin per-kilogram beratbadan.Dalam jumlah sedikit saja sudah sangat berbahaya,
apalagi bila dalam jumlah besar maka dioksin akan bersifat karsinogenik (menyebabkan
kanker). Konsentrasi lebih tinggi lagi akan menyebabkan penyakit kulit chloracne
(jerawatyang parah disertai dengan erupsi kulit dan kista). Selain itu dioksin juga akan
menyebabkan penurunan hormon reproduksi pria hingga 50% dan menyebabkan kanker
prostat dan kanker testis.
Pada wanita dioksin akan menyebabkan kanker payudara dan endometriosis, yakni jaringan
selaput lendir rahim yang masih berfungsi tumbuh di luar ronggarahim.Oleh karena itu untuk
menghindarkan hal-hal di atas bila tidak terpaksa gunakan teh (teh tubruk) secara langsung,
dan gunakan pembungkus yang aman seperti daun pisang dan aluminium foil.Itulah bahan–
bahan pembungkus dan wadah makanan yang berbahaya. Dengan kondisi masih rendahnya
kesadaran masyarakat, maka selain pensosialisasian masalah, kita juga mulai harus
meningkatkan kehati-hatian. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati ?
 Kaleng
Kaleng yang dipergunakan untuk mengemas makanan itu cukup aman sebatas tidak
berkarat, tidak penyok dan tidak bocor. Namun demikian bila kita akan
mengonsumsi makanan yang dikemas dalam kaleng ini perlu melakukan pemanasan ulang.
Yakni kurang leblh l5 menit untuk menghindarkan adanya E-coliyang sangat mematikan.
 Gelas
Gelas merupakan bahan pengemas yang aman. Gelas banyak digunakan untuk mengemas
minuman ataupun makanan yang telah diproses melalui proses fermentasi seperti acar, taoco,
kecap, dan lain-lain.

Styrofoam Karsinogenik?
“Beberapa wadah mie instan berbentuk gelas atau mangkuk mengandung risikoyang tinggi,
karena biasanya mi yang berada dalam wadah tersebut dituang dengan air panas dan mie-nya
langsung dimakan. Padahal dari penelitian YLKI, wadah tersebut terbuat dari
polystyrene yang diduga bersifat karsinogenik,” demikian Ilyani Sudardjat, staf Bidang Penelitian
YLKI. YLKI memang dalam Warta Konsumen edisi April 2000 tadi menurunkan hasil surveinya
tentang kemasan plastik untuk makanan/minuman dan ancamannya terhadap konsumen sebagai
laporan utama. Selain polystyrene yang masih diragukan keamanannya oleh YLKI, konsumen perlu
mewaspadai kemasan plastik yang mengandung polivinyl chloride (PVC), karena selain bersifat
karsinogenik juga mengandung dioksin yangberbahaya bagi kesehatan manusia maupun
lingkungan. Beberapa wadah fast-foodyang dijajakan di pusat perbelanjaan, ternyata mengandung
PVC berkadar lebih dari 95 persen; begitu pula plastic wrap berupa plastik sangat tipis yang diklaim
tidak lumer dalam microwave oven. “Ini tentu menyesatkan.
Ada produsen plastic wrap yang menyatakan bahwa produknya food grade, yangaman dan
tidak mengandung toksin selama digunakan pada fungsi yangsebenarnya. Namun, siapa dapat
menjamin pemanasan dengan microwave oven tidak akan mengurai molekul plastik? Juga tidak ada
jaminan semua kemasan plastik yang masuk ke Indonesia tidak mengandung residu
monomer yangberbahaya,” kata Ilyani pula. Seyogianyalah konsumen waspada dan pedagang tidak
menyesatkan. Tidak sedikit kita saksikan penjual makanan jajanan seperti Bakso, Mie Ayam, bubur
ayam dll, menggunakan Styrofoam sebagai wadah pengganti piring yang mengandung polistiren.
Dengan kuah yang panas, tidak mustahil sebagian molekul polistiren terlarut dan masuk ke dalam
tubuh para konsumen. Ini tentu bukan hanya ulah pedagang dengan dalih “praktis” dan tak perlu
lagi mencuci mangkuk bekas pakai-karena banyak penjaja makanan cepat saji lain di berbagai
pertokoan juga melakukan hal yang sama.

Sudah banyak orang yang memberi peringatan, rumor, gosip bahkan artikel majalah tentang
bahaya plastik. Tetapi tetap saja hanya segelintir orang yang menggubris, peduli atau sampai
meneliti lebih lanjut.

Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari
botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex
(pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir
dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A. Salah
satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan
minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan
botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak
mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan 95% orang
pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.

Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga
beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita harus mengerti
plastik-plastik yang aman untuk kita pakai.

Apakah arti dari simbol-simbol yang kita temui pada berbagai produk plastik?

1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang
jernih/transparan/ tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol
minuman lainnya. Boto-botol dengan bahan #1 dan #2 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai.
Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat baret-
baret.

2. HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu.
Sama seperti #1 PET, #2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.
3. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa
ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA
yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila
dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
4. LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang
lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang
memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi
tetap baik untuk tempat makanan.
5. PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan
dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting
botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan.
Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.
6. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali
pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan kPolystyrene
foam containers are a common nuisance worldwide: they cause pollution in their production, they
are a waste of resources since they are used only once, they don’t biodegrade for hundreds of years,
and they release toxic gases when burned. The styrene may even be a health concern as it can leach
out of the packaging and into human fat tissue.etika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine
berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari
asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak
negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam
termasuk negara China.
7. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol
minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam
makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik
Polycarbonate.

Masih banyak sekali barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama barang
plastik buatan lokal di Indonesia. Oleh karena itu, kalau anda ragu lebih baik tidak membeli.
Kalaupun barang bersimbol lebih mahal, harga tersebut lebih berharga dibandingkan kesehatan
keluarga kita.

Pada akhirnya. Hindari penggunaan plastik apapun di Microwave. Gunakan bahan keramik, gelas
atau pyrex sebagai gantinya.

Hindari juga membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A sembarangan
karena bahan tersebut pun bisa mencemari air tanah yang pada akhirnya pun bisa mencemari air
minum banyak orang.

* https://elits38.wordpress.com/2008/07/31/bahaya-dibalik-kemasan-makanan-plastik/*

Anda mungkin juga menyukai