Disusun oleh :
Fajar Indah Rahayu Ningsih
(1061521034)
Indranila
(1061521042)
Rahmad Aprianto
(1061521065)
(1061521073)
Tidak
terdapat
sambungan;(c)
Tidak
merupakan
media
(7) Persyaratan ruangan steril dan nonsteril harus memenuhi kriteria Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk: (a) Ventilasi ruangan; (b)
Suhu; (c) Kelembaban; (d) Intensitas cahaya. (3) Pemasangan instalasi
harus sesuai kriteria CPOB untuk: (a) Pipa saluran udara; (b) Lampu; (c)
kabel dan peralatan listrik.
2. Ruang Aseptic Dispensing
Ruang aseptic dispensing harus memenuhi persyaratan:
a) Ruang bersih : kelas 10.000 (dalam ` Laminar Air Flow = kelas 100)
b) Ruang/tempat penyiapan : kelas 100.000
c) Ruang antara : kelas 100.000
d) Ruang ganti pakaian : kelas 100.000
e) Ruang/tempat penyimpanan untuk sediaan yang telah disiapkan:
Tata ruang harus menciptakan alur kerja yang baik sedangkan luas
ruangan disesuaikan dengan macam dan volume kegiatan. Ruang
aseptic dispensing harus memenuhi spesifikasi:
a) Lantai: Permukaan datar dan halus, tanpa sambungan, keras, resisten
terhadap zat kimia dan fungi, serta tidak mudah rusak.
b) Dinding: (1) Permukaan rata dan halus, terbuat dari bahan yang keras,
tanpa sambungan, resisten terhadap zat kimia dan fungi, serta tidak
mudah rusak; (2) Sudut-sudut pertemuan lantai dengan dinding dan
langit-langit
30 mm; (3) Colokan listrik datar dengan permukaan dan kedap air dan
dapat dibersihkan.
c) Plafon :Penerangan, saluran dan kabel dibuat di atas plafon, dan lampu
rata dengan langit-langit/plafon dan diberi lapisan untuk mencegah
kebocoran udara.
d) Pintu:Rangka terbuat dari stainles steel. Pintu membuka ke arah ruangan
yang bertekanan lebih tinggi.
e) Aliran udara : Aliran udara menuju ruang bersih, ruang penyiapan, ruang
ganti pakaian dan ruang antara harus melalui HEPA filter dan memenuhi
persyaratan kelas 10.000. Pertukaran udara minimal 120 kali per jam.
f) Tekanan udara: Tekanan udara di dalam ruang bersih adalah 15 Pascal lebih
rendah dari ruang lainnya sedangkan tekanan udara dalam ruang
penyiapan, ganti pakaian dan antara harus 45 Pascal lebih tinggi dari
tekanan
udara luar.
3. Laboratorium Farmasi.
Dalam hal Instalasi Farmasi melakukan kegiatan penelitian dan
pengembangan yang membutuhkan ruang laboratorium farmasi, maka
harus memenuhi syarat sebagai berikut: a) Lokasi; 1) Lokasi terpisah dari
ruang produksi; 2) Konstruksi bangunan dan peralatan tahan asam, alkali,
zat kimia dan pereaksi lain (harus inert); aliran udara, suhu dan kelembaban
sesuai persyaratan.
4. Ruang Produksi Non Steril
5. Ruang Penanganan Sediaan Sitostatik
6.Ruang Pencampuran/Pelarutan/Pengemasan Sediaan Yang Tidak Stabil
7. Ruang Penyimpanan Nutrisi Parenteral
2. Kriteria Obat apa saja yang bisa di produksi internal rumah sakit dan
berikan contoh obatnya
Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia NO 58 Tahun
2014 Tentang STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH
SAKIT
Produksi Sediaan Farmasi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi sediaan tertentu apabila:
1) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran; contoh: kapsul NaCl 500 mg,
Aquapro irigasi.
2) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri. Conroh: pembuatan
OBH dan OBP
4. Kebutuhan Informasi Apa Saja yang harus ada pada tahap Perencanaan
dan Penyimpanan Obat
Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia NO 58 Tahun
2014 Tentang STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH
SAKIT
Tahap Perencanaan
Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan
dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi
dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
a. anggaran yang tersedia;
b. penetapan prioritas;
c. sisa persediaan;
d. data pemakaian periode yang lalu;
e. waktu tunggu pemesanan; dan siklus penyakit
f. rencana pengembangan.
Berdasarkan Management Of Drugs at Healh Centre Level, WHO 2014
informasi yang perlu diperhatian pada saat melakukan perencanaan
diantarnaya:
1. Kriteria pemilihan obat
Beberapa kriteria yang digunakan dalam memilih obat dan bentuk sediaan
adalah sebagai berikut:
memilih obat dan bentuk sediaan yang terjangkau dan hemat biaya
sehingga dapat mengoptimalkan sumber daya keuangan;
memilih obat yang tersedia untuk pengobatan yang paling umum dari
suatu
tersier;
keuangan tersedia.
pola Penyakit,
5. Lead waktu
Hal ini penting untuk menetapkan berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk obat sampai dan dan ditermia oleh rumah sakit. untuk menjamin
bahwa obat tersebut tidak kehabisan stok. Periode ini disebut pengiriman
atau lead time. Pengiriman dapat terjadi sehari, seminggu atau bahkan
berbulan-bulan. waktu pengiriman mungkin lebih dari dua bulan karena
alasan berikut:
UN
HCR Drug Management manual, 2006
Tahap Penyimpanan
Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia NO 58 Tahun
2014 Tentang STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH
SAKIT
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas
dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat
diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama
kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus;
b. elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting;
c. elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan
disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah
penatalaksanaan yang kurang hati-hati; dan
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat
diidentifikasi.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara benar
dan diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu:
a. bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi
tanda khusus bahan berbahaya
b. gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi
penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis.
Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis
yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus
menggunakan tutup demi keselamatan.
ditetapkan;
tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain;
bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;
dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan
dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
zona dikendalikan.
Tempatkan produk dimana dan tanggal pembuatan terlihat. Jika hal ini
tidak mungkin, maka menulismnama produk dan tanggal kadaluwarsa
dari sisi jelas terlihat.
oleh virus)
Pemberian obat dengan dosis yang lebih besar daripada yang dianjurkan.
Jumlah obat yang diberikan lebih dari yang diperlukan untuk pengobatan
penyakit tersebut.
Pemberian obat berlebihan memberi resiko lebih besar untuk timbulnya
efek yang tidak diinginkan seperti: Interaksi; Efek Samping; Intoksikasi
tersebut
mutlak
harus
diikuti
dengan
pendidikan
kepada
pasien/masyarakat.
Pengaturan pembiayaan.
Bentuk pengaturan ini dapat merupakan pembiayaan berbasis kapitasi
dan cost-sharing.
akan
Pemilihan:
Pada
tahap
pemilihan
perbekalan
farmasi,
risiko
dokter.
Untuk
mengklarifikasi
ketidaktepatan
atau
ketidakjelasan
resep, singkatan, hubungi dokter penulis resep.
Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam
pengambilan keputusan pemberian obat, seperti :
Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data klinis
(alergi, diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker
perlu mengetahui tinggi dan berat badan pasien yang menerima
obat-obat
dengan
indeks
terapi
sempit
untuk
keperluan
perhitungan dosis.
Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium, tandatanda vital dan parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus
mengetahui data laboratorium yang penting, terutama untuk obatobat yang memerlukan penyesuaian dosis dosis (seperti pada
penurunan fungsi ginjal).
Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.
Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan
penggunaan otomatisasi (automatic stop order), sistem komputerisasi
(e-prescribing) dan pencatatan pengobatan pasien
Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan
emergensi dan itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untu
memastikan obat yang diminta benar, dengan mengeja nama obat
serta memastikan dosisnya. Informasi obat yang penting harus
Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction ADR) yang
mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai
bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR tersebut
Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat
yang sudah rusak atau kadaluarsa.
Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker mempunyai kesempatan
untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin terlewatkan pada proses
sebelumnya.
7. Penggunaan Obat: Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat
oleh pasien rawat inap di rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan
lainnya, bekerja sama dengan petugas kesehatan lain. Hal yang perlu
diperhatikan adalah :
Tepat pasien
Tepat indikasi
Tepat waktu pemberian
Tepat obat
Tepat dosis
Tepat label obat (aturan pakai)
Tepat rute pemberian
7. Monitoring dan Evaluasi: Apoteker harus melakukan monitoring dan
evaluasi untuk mengetahui efek terapi, mewaspadai efek samping obat,
memastikan
kepatuhan
pasien.
Hasil
monitoring
dan
evaluasi
yang
cukup.
Farmasi
rawat
inap
menjalankan
kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia NO 58 Tahun 2014 Tentang
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT
Website http://pio.binfar.depkes.go.id/
Management Of Drugs at Healh Centre Level, WHO 2014
Tanggung jawab apoteker terhadap keselamatan pasien (patient safety) Direktorat
BINFAR Departemen Kesehatan RI, 2008
UNHCR Drug Management manual, 2006