Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PAPER

DEPO FARMASI RAWAT INAP RAJAWALI


Penanggung jawab: apt. Anggit Anandoyo, S. Farm.

Disusun Oleh:
1. Afrida Wian Maykusvita ( 2220434810 )
2. Agus Wahyu Nugroho ( 2220434811 )
3. Kuraimah Dyangguni ( 2220434851 )
4. Septi Kusuma Wardani ( 2220434888 )

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. KARIADI SEMARANG


2022
1. Pendistribusian obat di rumah sakit
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/
menyerahkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari tempat penyimpanan sampai
kepada unit pelayanan/ pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan
ketepatan waktu. IFRS harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin
terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
A. Sistem persediaan lengkap di ruangan
 Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan untuk persediaan di
ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh instalasi farmasi.
 Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang disimpan di ruang rawat harus
dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
 Dalam kondisi sementara, dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di
atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung
jawab ruangan.
 Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock kepada
petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
Menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan interaksi obat pada setiap jenis obat
yang disediakan di floor stock.

B. Sistem resep perorangan (Individual prescription)


Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan berdasarkan resep
perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
Kelebihan sistem resep perorangan :
 Semua resep atau pesanan obat individu dapat diskrining oleh apoteker
 Ada kesempatan interaksi antara apoteker, dokter, perawat, dan pasien
 Pengendalian dan perbekalan farmasi secara lebih dekat
 Proses penagihan biaya menjadi lebih mudah
Kelemahan sistem resep perorangan :
 Adanya potensi terlambatnya sediaan obat sampai ketempat pasien terutama
apabila menggunakan metode sentralisasi
 Peningkatan personil instalasi farmasi
C. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan berdasarkan resep
perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal/ ganda, untuk penggunaan satu
kali dosis/ pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap. Sistem
unit dosis dapat menggunakan metode unit dose dispensing (UDD) untuk 1 unit dosis
penggunaan (sekali pakai) atau one daily dose (ODD) untuk dosis 1 hari diberikan.
D. Sistem kombinasi
Sistem pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan bagi pasien
rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
Sistem distribusi unit dose dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien
rawat inap, mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian obat dapat
diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau
resep individu yang mencapai 18%.
Berdasarkan Jurnal Surya (2019), menunjukkan data kepuasan pasien dengan
menggunakan sistem UDD.
Dari hasil di atas menunjukkan bahwa terdapat pelaksanaan sistem UDD
mempengaruhi kepuasan pasien.
Selain itu, berdasarkan Jurnal Medica Arteriana (2020) membandingkan
terkait dispensing error antara bangsal dengan UDD dan tanpa UDD. Hasilnya
sebagai berikut:

Hasil tersebut menunjukkan bahwa dispensing error pada bangsal dengan


sistem UDD lebih rendah daripada sistem non UDD.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien
dengan mempertimbangkan:
 Efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada
 Metode sentralisasi
 Metode desentralisasi

 Perbedaan dengan yang diamati/dilakukan saat PKPA di Depo Rajawali


Depo Rajawali RSUP Dr. Kariadi menggunakan sistem Once Unit Daily Day
System (OUDDS) untuk rawat inap. Sistem ini merupakan sistem kombinasi dari Unit
Daily Dose (UDD) dan Once Daily Dose (ODD). Secara sistem ditata sesuai dengan
resep selama 24 jam ( 1 hari ). Secara sistem dengan pemberian obat untuk 1 hari
sudah melalui telaah obat ( double chek sebelum dikirim ke masing masing depo).
Kelebihan sistem ini menjadi lebih efesien dalam pemanfaatan SDM karena apabila
hanya menggunakan UDD yang mengharuskan tim farmasi untuk menyiapkan obat
setiap unit interval pemakaian akan memerlukan banyak tambahan tim farmasi,
dengan adanya OUDDS ini pasien tetap mendapatkan obat per setiap interval
pemakaian melalui perawat ruangan namun dari tim farmasi menyiapkan per
pemakaian harian.

STANDAR PENYIAPAN SEDIAAN STERIL NON-SITOSTATIKA


Dispensing sediaan steril merupakan rangkaian perubahan bentuk obat dari
kondisi semula menjadi produk baru dengan proses pelarutan atau penambahan bahan
lain yang dilakukan secara aseptis oleh tenaga kefarmasian di sarana pelayanan
kesehatan. Aseptis berarti bebas mikroorganisme. (Depkes RI, 2009). Berdasarkan
Depkes RI (2009) persyaratan umum dispensing sediaan steril yaiitu :
A. Sumber Daya Manusia
1. Apoteker
Setiap apoteker yang melakukan persiapan/peracikan sediaan steril harus
memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
a. Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang penyiapan dan
pengelolaan komponen sediaan steril termasuk prinsip teknik aseptis.
b. Memiliki kemampuan membuat prosedur tetap setiap tahapan
pencampuran sediaan steril. Apoteker yang melakukan pencampuran
sediaan steril sebaiknya selalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan
2. Tenaga Kefarmasian (Asisten Apoteker, D3 Farmasi)
Tenaga Kefarmasian membantu Apoteker dalam melakukan pencampuran
sediaan steril. Petugas yang melakukan pencampuran sediaan steril harus
sehat.
B. Ruangan dan Peralatan
Dalam melakukan pencampuran sedian steril diperlukan ruangan dan peralatan
khusus untuk menjaga sterilitas produk yang dihasilkan dan menjamin
keselamatan petugas dan lingkungannya.

1. Ruangan
a. Tata letak ruang
b. Jenis ruangan
Pencampuran sediaan steril memerlukan ruangan khusus dan terkontrol.
Ruangan ini terdiri dari :
- Ruang persiapan
Ruangan yang digunakan untuk administrasi dan penyiapan alat
kesehatan dan bahan obat (etiket, pelabelan, penghitungan dosis dan
volume cairan).
- Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian
Sebelum masuk ke ruang antara, petugas harus mencuci tangan, ganti
pakaian kerja dan memakai alat pelindung diri (APD).
- Ruang antara (Ante room)
Petugas yang akan masuk ke ruang steril melalui suatu ruang antara.
- Ruang steril (Clean room)
Ruangan steril harus memenuhi syarat sebagai berikut :
● Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000
partikel
● Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
● Suhu 18 – 22°C
● Kelembaban 35 – 50%
● Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter
● Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari pada tekanan
udara di luar ruangan.
● Pass box adalah tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan
bahan obat sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran. Pass box
ini terletak di antara ruang persiapan dan ruang steril.
2. Peralatan
a. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam pencampuran sediaan
steril meliputi :
● Baju Pelindung sebaiknya terbuat dari bahan yang impermeable (tidak
tembus cairan), tidak melepaskan serat kain, dengan lengan panjang,
bermanset dan tertutup di bagian depan.
● Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang minimal
sehingga dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan cukup
panjang untuk menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat dari
latex dan tidak berbedak (powder free).
● Masker disposable
b. Laminar Air Flow (LAF) atau Bio Safety Cabinet (BSC)
LAF mempunyai sistem penyaringan ganda yang memiliki efisiensi
tingkat tinggi, sehingga berfungsi sebagai penyaring bakteri dan bahan-
bahan eksogen di udara, menjaga aliran udara yang konstan diluar
lingkungan. LAF di ruangan Handling Steril memiliki Aliran Udara
Vertikal (Vertical Air Flow) dimana udara akan disaring terlebih dahulu
oleh pre-filter kemudian diarahkan dengan sirkulasi sehingga aliran udara
yang melewati HEPA Filter menjadi dari atas menuju ke bawah. Handling
dilakukan dalam BSC kelas III, BSC kelas III digunakan di ruangan
dengan pengamanan maksimum, didesain untuk pemakaian dengan bahan
patogen yang berbahaya.
C. Teknik aseptis
Langkah – langkah pencampuran sediaan steril secara aseptis adalah :
● Petugas harus mencuci tangan sesuai SOP
● Petugas harus menggunakan APD sesuai SOP
● Masukkan semua bahan melalui Pass Box sesuai SOP
● Proses pencampuran dilakukan di dalam LAF- BSC sesuai SOP
● Petugas melepas APD setelah selesai kegiatan sesuai SOP
D. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan steril non sitostatika setelah dilakukan pencampuran
tergantung pada stabilitas masing masing obat. Kondisi khusus penyimpanan:
a. Terlindung dari cahaya langsung, dengan menggunakan kertas karbon/kantong
plastik warna hitam atau aluminium foil.
b. Suhu penyimpanan 2 – 8°C disimpan di dalam lemari pendingin (bukan
freezer).
E. Distribusi
Pengiriman sedíaan steril yang telah dilakukan pencampuran harus terjamin
sterilitas dan stabilitasnya dengan persyaratan :
a. Wadah
● Tertutup rapat dan terlindung cahaya.
● Untuk obat yang harus dipertahankan stabilitasnya pada suhu tertentu,
ditempatkan dalam wadah yang mampu menjaga konsistensi suhunya
● Waktu Pengiriman : prioritas pengiriman untuk obat obat yang waktu
stabilitasnya pendek.
F. Penanganan limbah
Limbah sediaan steril harus dimasukkan dalam wadah tertentu.
2. Standard Pencampuran sediaan IV non sitostastik
TEKNIK PENCAMPURAN OBAT SUNTIK
A. Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu dilakukan langkah
langkah sebagai berikut:
1) Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip
BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)
2) Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer
batch, tgl kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.
3) Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas/tidak
lengkap.
4) Menghitung kesesuaian dosis.
5) Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6) Menghitung volume pelarut yang digunakan.
7) Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang
perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan,dan
tanggal kadaluarsa campuran
8) Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis,
ruang perawatan, jumlah paket.
9) Melengkapi dokumen pencampuran
10) Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan
pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.

B. Proses pencampuran obat suntik secara aseptis, mengikuti langkah –


langkah sebagai berikut:
a) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
b) Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap
c) Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap
d) Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan dalam
LAF.
e) Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas obat.
f) Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.Mengambil alat
kesehatan dan obat-obatan dari pass box.
g) Melakukan pencampuran secara aseptis.

C. Tehnik memindahkan obat dari ampul


1) Membuka ampul larutan obat:
a) Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan mengetuk-ngetuk
bagian atas ampul atau dengan melakukan gerakan J-motion.
b) Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %, biarkan mengering.
c) Lilitkan kassa sekitar ampul.
d) Pegang ampul dengan posisi 45o, patahkan bagian atas ampul dengan arah
menjauhi petugas. Pegang ampuldengan posisi ini sekitar 5 detik.
e) Berdirikan ampul.
f) Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam kantong buangan.
2) Pegang ampul dengan posisi 45o, masukkan spuit ke dalam ampul, tarik seluruh
larutan dari ampul, tutup needle.
3) Pegang ampul dengan posisi 45o, sesuaikan volume larutan dalam syringe sesuai yang
diinginkan dengan menyuntikkan kembali larutan obat yang berlebih kembali ke
ampul.
4) Tutup kembali needle.
5) Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke dalam botol infus
dengan posisi 45o perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur
sempurna.
6) Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran yang sesuai untuk
penyuntikan.
7) Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam kantong
buangan tertutup.
D. Tehnik memindahkan sediaan obat dari vial:
1) Membuka vial larutan obat
a) Buka penutup vial.
b) Seka bagian karet vial dengan alkohol 70 %, biarkan mengering.
c) Berdirikan vial
d) Bungkus penutup vial dengan kassa dan buang ke dalam kantong buangan
tertutup
2) Pegang vial dengan posisi 45o, masukkan spuit ke dalam vial.
3) Masukan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahan-lahan memutar untuk
melarutkan obat.
4) Ganti needle dengan needle yang baru.
5) Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit kosong sesuai volume
yang diinginkan.
6) Pegang vial dengan posisi 45o, tarik larutan ke dalam spuit tersebut.
7) Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat ke dalam botol infus
dengan posisi 45o perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur
sempurna.
8) Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran yang sesuai untuk
penyuntikan.
9) Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan posisi jarum ke atas angkat
jarum dan buang ke kantong buangan tertutup.
10) Pegang spuit dengan bagian terbuka ke atas, tutup dengan ”luer jlock cap”.
11) Seka cap dan syringe dengan alkohol.
12) Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam kantong
buangan tertutup.

E. Formulasi obat suntik


Obat-obat yang sediaannya berbentuk dry powder seperti amoksisilin memerlukan
rekonstitusi dengan aqua pro injeksi atau NaCl 0,9% sebelum digunakan. Keuntungan dari
sediaan berbentuk dry powder ini adalah dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Beberapa kelemahan dari sediaan berbentuk dry powder adalah :
a) Rekonstitusi menghabiskan waktu, khususnya bila sediaan tersebut sulit untuk
dilarutkan
b) Dapat terkontaminasi oleh lingkungan di sekitarnya dan terkontaminasi oleh mikroba
yang terdapat dalam pelarut
c) Dapat terkontaminasi oleh mikroba
d) Perhatian mungkin dibutuhkan jika obat mudah untuk ”foaming” (berbusa), sebagai
dosis yang tidak komplit memungkinkan untuk hilang (withdrawn) contoh :
teicoplanin
e) Jika ampul dipatahkan, pecahan kaca ampul tersebut dapat masuk kesediaan, melukai
petugas serta percikan sediaan dapat mencemari lingkungan sekitarnya.
f) Jika sediaan menggunakan vial timbul kesulitan memasukkan pelarut atau obat yang
telah direkonstitusi karena adanya tekanan dalam vial (beberapa vial dibuat dengan
tekanan didalamnya). Jika vial tersebut tidak memiliki tekanan di dalamnya, maka
udara perlu dikeluarkan terlebih dahulu sebelum penambahan pelarut. Jumlah udara
yang keluar masuk kedalam syringe harus sama dengan jumlah pelarut yang
ditambahkan. Sebelum mengeliminasi obat yang telah direkonstitusi dari dalam vial,
perbedaan tekanan harus dihitung lagi. Udara perlu ditambahkan kedalam vial
sebanding dengan jumlah obat yang dieliminasi/ hilang.

F. Preparasi dari larutan yang memerlukan pelarut tambahan sebelum


digunakan
Contoh : Ranitidine, amiodaron
Keuntungan dari preparasi ini adalah:
 Sudah berbentuk cairan, jadi tidak memerlukan proses rekonstitusi lagi
Kekurangan dari preparasi ini adalah :
 Waktu penggunaan untuk eliminasi dan persiapan
 Mudah mengalami gangguan/ masalah pada vakum/ tekanan (untuk vial) - -
Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)
 Menyebabkan risiko kontaminasi mikrobakteri

G. Preparasi tersedia (siap untuk digunakan) tanpa pelarut tambahan


Preparasi ini dapat berupa kantong atau ampul dengan volume kecil yang dapat dibuat
tanpa pelarut tambahan, tapi tetap mengandung larutan obat untuk dieliminasi ke dalam
syringe untuk pembuatan, contoh : adenosine, gentamisin, metoklopramid. Hal ini sesuai/
cocok untuk digunakan, namun tetap memiliki kekurangan, antara lain:
 Berbahaya (kontaminasi mikrobakterial)
Mudah mengalami gangguan/ masalah pad vakum/ tekanan (untuk vial) Dapat
menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)

H. Preparasi tersedia (siap untuk digunakan)


Preparasi ini termasuk kantong infus dan syringe yang belum diisikan (pre-filled),
contohnya: NaCl (Sodium Chloride) 0,9% 500 ml, morfin sulfat 60 mg dalam 60 ml PCA
syringe.
Keuntungannya adalah :
 Tidak ada risiko kontaminasi lingkungan
 Kecilnya kontaminasi mikrobakteri
 Mudah digunakan
 Menghemat waktu
Beberapa vial didesain dengan tekanan di dalamnya, hal ini diperlukan karena berguna
selama proses rekonstitusi.
Jika vial tersebut tidak memiliki tekanan di dalamnya, maka udara harus dikeluarkan
terlebih dahulu sebelum penambahan pelarut. Jumlah udara yang dikeluarkan harus sama
dengan jumlah pelarut yang ditambahkan. Sebelum mengeluarkan obat yang telah
direkonstitusi dari dalam vial perbedaan tekanan harus dihitung lagi, sehingga udara perlu
ditambahkan kedalam vial sebanding dengan jumlah obat yang di keluarkan.
 Perbedaan dengan yang diamati/dilakukan saat PKPA di Depo Rajawali

Teori Keadaan di Lapangan


Personil Personil yang dapat melakukan iv-admixture Tim farmasi di RSDK yang dapat
non sitostatika harus memiliki keterampilan melakukan iv-admixture wajib yang telah
dalam melakukan iv-admixture mengikuti pelatihan dan telah tersertifikasi
Material Ruang yang digunakan terkendali jumlah Ruangan handling steril RSDK belum
partikelnya sehingga perlu particle counter dilengkapi particle counter untuk
untuk memastikan jumlah partikel yang memastikan jumlah partikel yang terdapat
terdapat pada area handling serta HEPA filter pada area handling telah memenuhi syarat
yang berfungsi sebagai filter partikel udara; atau tidak, namun telah dilengkapi dengan
bentuk dinding tidak bersudut untuk LAF yang didalamnya telah terdapat HEPA
menghindari tumpukan partikel pada celah- filter, namun untuk dinding ruangan yang
celah dinding, dan ruangan handling dibuat digunakan handling memiliki sudut
tekanan (+) dibanding tekanan lingkungan sehingga masih memiliki besar
sekitar agar udara luar tidak masuk kedalam kemungkinan terdapat partikel tertinggal
ruangan handling. dicelah-celah dinding; dan dalam kondisi di
lapangan masih sering personil yang keluar
masuk ruangan handling tidak menutup
pintu pembatas antara ruang handling dan
ruang antara sehingga hal tersebut membuat
jumlah partikel udara luar dapat masuk
secara tidak terkendali.

Metode Proses handling sediaan steril harus dilakukan Pada pagi hari sebelum melakukan handling
secara aseptik yang bertujuan agar jumlah sediaan steril tidak dilakukan swab area
partikel yang terdapat pada area handling dalam LAF untuk memastikan jumlah
memiliki jumlah mikroorganisme yang mikroorganisme yang terdapat pada LAF
terkendali jumlahnya seperti yang dijelaskan sebelum digunakan, masih sering dilakukan
pada PIC/S proses keluar masuk sediaan atau pun bahan
sediaan yang digunakan tidak melalui
passbox yang telah disediakan, masih sering
membawa barang dari luar area kedalam
ruangan tanpa dilakukan swab alkohol
terlebih dahulu dan masih menggunakan
APD yang digunakan diarea handling untuk
dipakai keluar ruangan handling sehingga
menghilangkan kualitas aseptik area
maupun personil yang dapat berdampak
pada sediaan yang dibuat.

Anda mungkin juga menyukai