Anda di halaman 1dari 22

I.

Pendahuluan
A. Latar Belakang

Berkembang biak merupakan salah satu ciri makhluk hidup sebagai usaha
untuk melestarikan jenisnya. Jenis perkembangbiakan atau reproduksi pada hewan-
hewan vertebrata adalah reproduksi seksual, begitu pula pada mamalia. Sistem
reproduksi pada mamalia ada dua, yaitu sistem reproduksi betina dan sistem
reproduksi jantan. Keduanya terdiri dari alat reproduksi (genetalia) utama disebut
gonad dengan alat reproduksi tambahan berupa saluran dan kelenjar yang
berhubungan dengan dengan reproduksi. Siste ini berfungsi untuk menghasilkan sel
kelamin (gamet), menyalurkan gamet jantan dan betina serta berfungsi memelihara
embrio pada kelompok hewan tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur histologis genetalia jantan ?
2. Bagaimana struktur histologis genetalia betina ?
3. Bagaimana proses terjadinya gametogenesis ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur histologis genetalia jantan
2. Untuk mengetahui struktur histologis genetalia betina
3. Untuk mengetahui proses terjadinya gametogenesis

II. Pembahasan
A. Sistem Reproduksi Jantan
a) Testis
Testis merupakan alat reproduksi primer bagi hewan jantan karena menghasilkan
spermatozoo (jamak; spermatozoa). Disamping itu, juga untuk menghasilkan hormon
yang diperlukan untuk perkembangan dan pemeliharaan saluran reproduksi,
perkembangan sifat seks sekunder dan kelangsungan spermatogenesis (Amy dkk,
2014). Testis berbentuk bulat panjang, seperti pada sapi, sumbu arah vertikal. Panjang
testis sapi dewasa adalah 12 sampai 15 cm, diameter tengahnya 6 sampai 8 cm, dan
beratnya 300 sampai 500 gr (Widayati et al., 2008).
Testis merupakan kelenjar ganda karena bersifat eksokrin dan endokrin. Bagian
eksokrin terutaa menghasilkan sel kelamin, sehingga testis dianggap sebagai kelenjar
sitogenik. Sedangkan bagian endokrin menghasilkan sekret internal yang dilepaskan
oleh sel-sel khusus (Leeson dkk, 1990).
Testis berjumlah sepasang dan berada dalam kantong scrotum serta dibungkus
oleh simpai testis. Simpai testis merupakan suatu selaput semipermeabel dinamis yang
berkerut secara berkala. Kerutan tersebut berfungsi mempertahankan tekanan yang
sesuai di dalam testis, mengatur gerakan keluar masuknya cairan ke dalam kapiler
serta membantu gerakan spermatozoa kearah luar (Dellmann dan Brown, 1992).
Simpai testis terdiri atas 3 lapisan, yaitu :
- Lapisan terluar (tunika vaginalis)
Merupakan selapis sel mesotel gepeng. Lapisan ini terletak di atas lamina basal
yang memisahkannya dari lapisan tengah (albugenia) (Roland dkk, 1990). Bila
testis diangkat dari skrotum, sebagian lapisan ini tetap melekat, sedangkan
sebagian lagi yang merupakan jaringan ikat tetap bertaut erat pada kapsula
dibawahnya, yakni tunika albuginea (Dellmann dan Brown, 1992).
- Lapisan tengah (tunika albuginea)
Merupakan kapsula yang padat, terdiri dari jaringan ikat padat fibroelastis (tidak
teratur) dan juga sejumlah otot polos. Banyak terdapat cabang arteria serta vena
testikularis yang kemudian membentuk lamina vaskulosa (Dellmann dan Brown,
1992).
- Lapisan terdalam (tunika vaskulosa)
Terdiri atas jala-jala kapiler darah yang terbenam di dalam jaringan ikat jarang
(Roland dkk, 1990). Tunika albuginea menebal pada permukaan posterior testis
dan menjorok masuk ke dalam kelenjar sebagai mediastinum testis. Sekat-sekat
fibrosa tipis menyebar dari mediastinum testis kearah simpai testis dan membagi
permukaan dalam testis menjadi lobulus lobulus. Setiap lobulus terdiri dari satu
hingga empat tubuli seminiferus yang berkelok-kelok sebagai tempat terjadinya
spermatogenesis (Roland dkk, 1990). Tubulus seminiferus dibungkus oleh stroma
jaringan ikat longgar yang mengandung pembuluh darah, saraf dan beberapa jenis
sel terutama sel interestrial (sel Leydig) yang berfungsi menghasilkan hormon
jantan, yaitu testosteron (Tenzer dkk, 2014). Bentuk sel Leydig tidak teratur
dengan sel-sel polyhedral berinti bulat dengan kandungan kromatin perifer
(Dellmann dan Brown, 1992).
Tubulus seminiferus sangat berkelok dengan garis tengah kurang lebih 0,2
m dan panjang 30-70 cm. Pada setiap puncak dari tubulus seminiferus
membentuk saluran yang lurus disebut sebagai tubulus rektus. Tubulus
seminiferus dibalut oleh epitel lapis banyak yang mengandung dua jenis sel dasar
yang berbeda, yakni sel penunjang (sel Sertoli) yang member nutrisi spermatozoa
dan sel-sel spermatogenik (sel benih).
b) Saluran reproduksi jantan
Saluran reproduksi pada vertebrata jantan secara umum berfungsi untuk
menyalurkan spermatozoa keluar tubuh hewan. Saluran reproduksi pada mamalia
secara umum meliputi :
 Tubulus rektus
Merupakan saluran lurus pendek pada puncak tubulus seminiferus dengan
diameter 25 mikron. Tubulus ini terdiri atas epitel kubus yang disokong jaringan
pengikat padat (Tenzer dkk, 2001).
 Rete testis
Tubuli rekti melanjutkan diri masuk ke jaringan ikat testis membentuk jala-
jala saluran yang saling berhubungan. Ruangan-ruangan salurannya berbentuk
tidak teratur, dibatasi oleh epitel selapis kubus atau gepeng yang diselang dengan
epitel silindris yang sering bersilia tunggal. Epitel terletak pada lamina basal yang
tipis. Sebagian besar cairan testis yang diserap kembali dalam kepala epididimis
diproduksi dalam rete testis.
 Duktus eferens
Merupakan perkembangan dari tubulus-tubulus metanefros saluran urinaria.
Duktus eferens sebanyak 8-25 buah menghubungkan rete testis dengan duktus
epididimis dengan berjalan spiral keluar dari rete dan membentuk lobulus
epididimis. Duktus eferens dibungkus oleh jaringan ikat dan masing-masing
dikelilingi oleh selapis tipis serat otot polos. sirkuler (Dellmann dan Brown,
1992).
Sedangkan epitel yang melapisi adalah epitel silindris yang tingginya silih
berganti dengan kelompok yang rendah dan terletak di atas lamina basal (Tenzer,
2014). Sel-sel tersebut bersilia dan silianya menyapu kearah duktus epididimis,
membantu transport spemnatozoa melalui duktus deferens (Roland dkk,1990)
 Epididimis
Duktus eferens melanjutkan diri menjadi duktus epididimis yang hanya
satu. Saluran tersebut dibungkus oleh jaringan ikat, berjalan berkelok-kelok
menyusun bagian badan dan ekor epididimis. Saluran ini merupakan saluran yang
panjang, 5 hingga 7 meter sebagai tempat penimbunan spermatozoa.
Duktus epididimis memiliki epitel silindris yang permukaannya rata karena
disusun oleh sel-sel epitel bertingkat silindris yang sama tinggi permukaannya.
Pada permukaan epitel terdapat tonjolan stereo silia yang non motil. Epididimis
dibungkus oleh lamina basal yang diluarnya terdapat selapis tipis serat-serat otot
polos sirkuler.
 Duktus Deferens
Merupakan kelanjutan dari duktus epididimis yang setelah membuat
lengkung taja pada ujung ekor, kemudian berlanjut lurus membentuk duktus
deferens. Dindingnya relatif tebal dan lumennya sempit. Epitel penyusunnya
merupakan epitel bertingkat silindris dan kebanyakan sel silindrisnya
mengandung stereosilia. Diantara lapisan epitel dan lamina propria yang tipis
terdapat lamina basal yang halus dengan banya serat elastin. Mukosa membentuk
lipatan-lipatan longitudinal, sedangkan di bawah lamina propria terdapat
submukosa yang mengandung banyak pembuluh darah. Lapisan muskularnya
tebal dan tersususn atas tiga lapisan otot polos yang jelas, yaitu lapisan terdalam
tersususn atas otot longitudinal, lapisan tengah merupakan lapisan otot sirkuler
tebal dan lapisan luar tersusun rapi terdiri dari serat-serat fibrosa yang
membungkus lapisan muskular.
Pada beberapa mamalia, bagian duktus deferens di dekat ujung posteriornya
mengalami pembesaran dan disebut ampula. Bagian ini berfungsi untuk
menyimpan sperma sementara. Kemudian ampula berlanjut menjadi duktus
ejakulatoris yang berfungsi memancarkan sperma ke dalam uretra dan melalukan
sekret dari vesikula seminalis.
c) Kelenjar seks asesori jantan
Pada mamalia jantan, bagian akhir saluran reproduksinya adalah uretra. Kedalam
uretra bermuara kelenjar-kelenjar seks asesori yang berfungsi untuk menghasilkan
cairan sebagai medium sperma. Spermatozoa bersama mediumnya disebut semen.
Kelenjar asesori ini bekerja dibawah kendali hormone testosterone yang diproduksi
oleh testis.
 Vesikula Seminalis
Berupa sepasang kantung yang panjang dengan dinding berkelok-kelok.
Dindingnya terdiri atas jaringan ikat adventisia di sebelah luar yang mengandung
banyak serat elastin, selapis otot polos yang tipis (lapisan dalam sirkular dan
lapisan luar longitudinal). Lapisan mukosanya sangat berlipat-lipat. Lipatan-
lipatan mukosa primer yang tinggi akan bercabang menjadi lipatan sekunder dan
tersier yang menjorok jauh ke dalam lumen saling bergabung satu sama lain.
Akibatnya terbentuk banyak ruangan-ruangan yang besarnya berbeda-beda.
Epitel kelenjar bertipe silinder banyak lapis dengan sel-sel silinder tinggi
dan sel basal kecil, bulat dan jarang. Lamina proprianya merupakan jaringan ikat
longgar kaya akan pebuluh darah.
Sekret vesikula seminalis berupa cairan bening bersifat basa yang
mengandung fruktosa, globulin, prostaglandin dan metabolit lain yang penting
untuk enjaga motilitas dan viabilitas sperma.
 Kelenjar prostat
Pada manusia merupakan kelenjar tunggal yang terletak disebelah inferior
kantung urin. Prostat merupakan kelenjar yang berkembang dari epitel uretra
pelvis. Prostat melingkari pangkal uretra yang keluar dari kandung kemih.
Kelenjar tersebut merupakan kumpulan 30-50 kelenjar tubuloalveolar kompleks
yang kecil-kecil, bermuara ke dalam uretra melalui 15-30 saluran keluar kecil.
Kelenjar-kelenjar kecil terletak pada mukosa dan dikelilingi oleh kelenjar
submukosa. Kelenjar utama terletak di bagian tepid an merupakan bagian terbesar
dari kelenjar. Seluruh kelenjar dibungkus oleh simpai fibroelastik yang
mengandung otot polos.
Buluh yang bersekresi, alveoli, dan saluran intraglandular kelenjar prostat
dibalut oleh epitel kubus atau silinder sebaris, dengan kadang tampak basal,
tergantung status endokrin dan kegiatan kelenjar. Epitel selapis berubah menjadi
epitel silinder bertingkat atau epitel peralihan yang menuju ujung terminal
saluran.
Bagian bersekresi dan penyalur kelenjar prostat dikelilingi jaringan ikat
longgar mengandung otot polos yang cukup banyak. Sekretnya berupa cairan
seperti susu yang bersifat agak asam, mengandung asam sitrat, kaya akan enzim
proteolitik, terutaa fibrinolisisn yang membantu pencairan semen.
 Kelenjar bulbouretra ( Kelenjar Cowper )
Pada mamalia, terdapat kelenjar bolbouretra sepasang masing-asing sebesar
kacang tanah, terletak pada jaringan ikat di belakang uretra membranosa.
Kelenjar ini dibungkus oleh simpai jaringan ikat tipis dan di luarnya terdapat serat
otot rangka. Ujung kelenjar dibalut oleh epitel silindris selapis dan kadang tapak
sel basal. Saluran tersebut kemudia bermuara dalam duktus bulbounaris.
Kelenjar ini mensekresikan cairan basa pada awal ejakulasi untuk
menetralkan lingkungan uretra yang asam, dan untuk mensekresikan mucus untuk
melumasi dinding uretra sehingga jumlah sperma rusak saat ejakulasi dapat
ditekan.

d) Organ kopulasi
Organ kopulatoris pada mamalia jantan berupa penis tunggal yang terletak di
sebelah anterior skrotum. Pada kebanyakan mamalia, penis terletak didalam
selubung, dan dapat di keluarkan serta ditarik kembali, tetapi pada primate secara
permanen terletak diluar. Selubung preputium dari lipatan kulit tipis melindungi
bagian ujung penis (glans penis) yang mengandung ujung-ujung saraf sensori yang
peka terhadap rangsangan tertentu.
Penis disusun oleh jaringan erektil yang berupa tiga massa korpus kavernosa
yang terdiri dari dua massa korpus kavernosa penis dan satu massa korpus kavernosa
uretra (korpus spongisium) yang mengelilingi uretra. Pasangan korpus kavernosa
penis terpisah satu sama lain di bagian proksimal, tetapi bersatu di bagian bawah
sudut pubis. Persatuan kedua korpus kavernosa penis ini melalui sekat bagian tengah
(septum pektiniformis) sampai ke daerah glans penis. Alur yang dalam di bawah
korpus kavernosa penis ditempati oleh korpus spongisium yang akan berakhir
sebagai pelebaran bentuk cangkir (glans penis). Bagian ini akan membentuk topi di
ujung atas korpus kavernosa penis. Ketiga jaringan erektil sekundr tersebut
dibungkus oleh jaringan subkutis tanpa lemak tapi mengandung banyak serat otot
polos.
Tiap korpora kavernosa penis dibalut oleh tunika albuginea, berbentuk jaringan
ikat pekat tidak teratur dan tebal, mengandung serabut elastic dan otot polos.
sedangkan selubung korpus spongisiu lebih tipis daripada selubung korpus
kavernosa penis dan mengandung lebih banyak serat elastin dan serat otot polos.
B. Sistem Reproduksi Betina
a) Ovarium
Ovarium merupakan kelenjar ganda karena ia menghasilkan getah eksokrin
maupun endokrin, seperti menghasilkan ovum (eksokrin) dan hormone ovarium
(endokrin). Ovarium sama halnya seperti testis yang bersangkutan dengan
pembentukan gamet betina atau sel telur. Ovarium menghasilkan hormon-hormon
kelamin yang antara lain estrogen dan progesterone. Estrogen berperan dalam
perkembangan saluran reproduksi betina, dan dalam menumbuhkan sifat-sifat seks
sekunder. Progesterone berperan untuk membantu pertumbuhan kelenjar susu dan
mempersiapkan endometrium uterus untuk implantasi zigot (pada mamalia).
Ovarium vertebrata berjumlah sepasang dengan struktur agak pipih dan bulat-
telur, memiliki panjang sekitar 4cm, lebar 2 cm dan tebal 1 cm. Terletak di dalam
pelvis dekat ujung terbuka saluran telur yang berjumbai (rongga pelvis). Ovarium
diikatkan pada dinding tubuh bagian dorsal (hilus) oleh selaput jaringan ikat yang
disebut mesovarium.
Ovarium mamalia berukuran relatif kecil dan permukaannya dilapisi oleh selapis
sel epitel kuboid yang berasal dari peritoneum yang disebut epitel germinal. Sebelah
dalam epitel germinal terdapat tunika albugenia yaitu jaringan ikat padat yang
menyebabkan ovarium berwarna putih. Jaringan dasar ovarium disebut stroma.
Stroma mengandung jaringan ikat, pembuluh darah, pembuluh limfe,otot polos dan
serabut-serabut saraf.
Ovarium terbagi menjadi daerah korteks dan daerah medulla dengan batas kedua
daerah yang tidak jelas. Korteks merupakan zona periferi yang lebar, mengandung
folikel dan korpus luteum dan dilapisi oleh epitel permukaan yang berbentuk kubus
rendah. Stroma korteks berupa jaringan ikat longgar. Dibawah lapisan epitel terdapat
tunika albuginea yang sewaktu-waktu bisa menghilang terdesak oleh pertumbuhan
folikel dan korpus luteum selama aktivitas ovarium (Dellmann dan Brown, 1992).
Sedangkan medulla merupakan bagian dalam yang mengandung saraf, pembuluh
darah dab pembuluh limfe, terdiri dari jaringan ikat longgar dan otot polos. Pada
bagian korteks terdapat banyak folikel telur yang di dalamnya terdapat masing-masing
satu oosit. Folikel telur terbagi menjadi tiga, yaitu: folikel muda (folikel primordial),
folikel tumbuh (folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier) dan folikel matang
( folikel Graff).
Folikel muda atau primordial
merupakan folikel utama yang terdapat
sebelum lahir. Terdiri atas sebuah oosit
primer yang dilapisi oleh selapis sel folikel
berbentuk pipih.

Folikel primer merupakan folikel


tumbuh yang terdiri atas oosit primer yang
dilapisi oleh selapis sel folikel berbentuk
kubus. Pada felikel ini terjadi pembentukan
zona pelusida yang merupakan suatu lapisan
glikoprotein yang terdapat di antara oosit.
dengan sel granulose.

Folikel sekunder terdiri atas oosit


primer yang dilapisi oleh beberapa lapis sel
granulose berbentuk kubus yang disebut
stratum granulose.

Folikel tersier terdiri dari oosit primer dengan volume stratum granulose yang
bertambah besar. Terdapat beberapa celah (antrum) diantara sel-sel granulose.
Jaringan ikat stroma yang terdapat di luar stratum granulose menyusun membentuk
teka interna dan teka eksterna. Lapis dalam terdiri atas sel stroma yang mengembang
dan kaya pembuluh darah, sedangkan lapisan luar mengandung banyak lapisan
kolagen yang tersusun padat dan sel-sel berbentuk gelendong.
Folikel Graff disebut folikel matang
karena oositnya siap diovulasikan dari ovarium.
Folikel ini menonjol ke permukaan ovarium.
Oosit sekunder yang dilapisi oleh beberapa lapis
sel granulose berada dalam satu jorokan ke
dalam antrum yang disebut cumulus ooforus. Sel
granulose yang mengelilingi oosit disebut
korona radiate. Antrum pada folikel Graff berisi
liquor folliculi.

Gambar : Folikel Graff (sumber: www.ansci.wisc.edu)

Setelah sel telur diovulasi, sisa folikel Graff akan berubah menjadi korpus
luteum yang berfungsi untuk menghasilkan progesterone. Jika tidak terjadi
kehamilan, korpus luteum hanya bekerja dalam waktu singkat dan kemudian akan
berdegradasi menjadi suatu massa jaringan ikat yang disebut korpus albikans.

b) Saluran reproduksi betina


Duktus Muller adalah sepasang saluran panjang yang teletak berdampingan
dengan duktus mesonefros yang terbentuk pada waktu embrio. Apabila duktus ini
mengalami perkembangan maka akan terbentuk saluran reproduksi betina.
Fungsi saluran reproduksi pada vertebrata betina adalah untuk menerima dan
menyalurkan telur yang diovulasikan oleh ovarium, untuk melengkapi sel telur
dengan cangkang kapur sebelum dikeluarkan, menerima dan menyalurkan
spermatozoa ke tempat terjadinya fertilisasi dan untuk perkembangan embrio.
Pada mamalia saluran reproduksi betina ini terpisah dengan saluran ekskresi.
Duktus Muller pada mamalia berkembang menjadi oviduk, uterus dan vagina.
 Oviduk / Tuba Fallopi
Tuba Fallopi bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah
ovarium ke koruna uterina dan menyalurkan ovum, spermatozoa dan zigot. Oviduk ini
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
- Infudibulum, berbentuk corong terbuka kea rah peritoneum. Memiliki
fimbria (bibir yang berumbai).
- Ampula, bagian berdinding tipis yang mengarah ke belakang dari
infudibulum.
- Ismus, segmen berotot sempit yang enghubungkan ampula dengan
rahim.

Ampulla of the Oviduct Serosa

Mucus
Membrane
with
Epithelium
and
Lamina
Propria
Smooth
Muscle

Gambar . Oviduk/ Tuba Fallopi (sumber: www.ansci.wisc.edu)

Tuba Fallopi atau oviduk merupakan sepasang saluran pendek yang terbuka ke
selom melalui infundibulum yang mempunyai fibria. Fertilisasi terjadi di oviduk
anterior, saat terjadi ovulasi fimbria membesar dan melingkupi ovarium untuk
menangkap sel telur yang dilepas. Lumen oviduk dibatasi oleh epitel bersilia yang
berlendir, lender tersebut berfungsi untuk melancarkan jalannya pergerakan sperma
menemui sel telur. Oviduk diikat pada bagian dinding tubuh bagian dorsal oleh
selaput mesosalfing. Oviduk juga dilengkapi dengan uterus yang besar dan
berdinding tebal.

Lapisan-lapisan pada oviduk :

1. Lapisan mukosa

Memiliki banyak lipatan yang khas dan membagi ruangan menjadi ruangan
yang rumit. Epitel terdiri dari sel silindris selapis, dan beberapa bersilia.
Lamina propria terdiri dari jaringan ikat khusus dengan tebaran sel
berbentuk gelendong. Lapisan ini dipisahkan dari epitel oleh lamina basal
tipis.

2. Lapis otot

Terdiri dari lapis otot dalam melingkar yang tebal dan lapis otot luar
memanjang yang tipis.

3. Lapis serosa

Oviduk diliputi oleh lipatan peritoneu yang disebut serosa, terdiri atas
jaringan ikat longgar dengan mesotel dipermukaannya. Bagian jaringan ikat
yang lebih dalam mengandung berkas-berkas otot memanjang.

 Uterus

Uterus memiliki fungsi untuk menyalurkan sperma ke tempat sterilisasi dan


sebagai tempat terjadinya implantasi dan perkembangan embrio. Uterus
manusia merupakan organ berotot dengan bentuk seperti buah pir yang
mempunyai dua bagian yaitu bagian badan dan bagian leher atau serviks.

Dinding uterus terbagi menjadi 3 lapisan: (1) endometrium (lapisan


mukosa: sel epitel selapis silindris dengan kelompok sel bersilia bertebar
diantaranya, jaringan ikat longgar dan kelenjar uterus; lapisan submukosa); (2)
miometrium (disebut juga lapisan muskularis terdiri dari lapisan otot polos); (3)
perimetrium (lapisan serosa, kelanjutan dari peritoneum, terdiri atas selapis sel
mesotel ditopang oleh jaringan ikat tipis).
Gambar . Uterus (sumber: www.ansci.wisc.edu)

Pada mamalia terdapat empat tipe uterus. (1) Uterus Dupleks: mempunyai 2
tanduk uterus, 2 serviks tanpa badan uterus. Terdapat pada gajah, beberaa jenis
kelelawar dan lain-lain; (2) Uterus Biparti: mempunyai 2 tanduk uterus, satu
serviks uterus dengan badan uterus yang kecil. Terdapat pada : carnivore, babi,
sapid an lain-lain; (3) Uterus Bikornuat: mempunyai 2 tanduk uterus, satu
serviks uterus dengan badan uterus yang lebih besar. Terdapat pada: domba,
paus, kuda, dan lain-lain; (4) Uterus Simpleks: tidak memiliki tanduk uterus,
badan uterus sangat besar dengan satu serviks uterus, terdapat pada primata.

 Vagina

Vagina merupakan suatu tabung berotot untuk menerima penis saat


kopulasi dan sebagai saluran keluarnya bayi dari uterus. Muara uterus ke dalam
vagina disebut serviks uterus. Dinding vagina meliputi mukosa, submukosa dan
muskularis. Mukosa dan submukosanya bergabung, terdiri dari sel epitel
berlapis banyak pipih. Dibawah epitel terdapat lamina propria yang merupakan
jaringan ikat padat dengan banyak serat elastin. Pada muskularisnya terdiri dari
serat-serat otot polos yang saling terjalin membentuk selaput bagian dalam
berbentuk lingkaran dan selaput membujur. Terdapat pula lapisan adventisia
berupa lapis tipis jaringan ikat padat yang berbaur dengan adventisia organ di
sekitarnya.
Gambar Vagina (sumber: www.ansci.wisc.edu)

Gambar . Lapisan Mukosa dan


Submukosa Vagina (sumber:
www.ansci.wisc.edu)

Pada rodentia epitel bersifat menanduk dan mengalami perubahan berkala


sesuai dengan daur estrusnya. Muara vagina terletak di sebelah posterior muara
uretra. Diameter orifisium vagina tereduksi oleh adanya hymen, yaitu suatu
membrane tipis dari lipatan kulit yang menutupi sebagian lubang tersebut. Hymen
akan sobek pada saat terjadi kopulasi pertama.

c) Organ reproduksi eksterna


Organ reproduksi eksterna betina terdapat pada mamalia disebut vulva, yang
terdiri atas sepasang lipatan kulit (labia mayora/mayus dan labia minora/minus) dan
sebuah organ erektil yang homolog dengan penis, yaitu klitoris. Klitoris terdiri atas
dua badan erektil yang brakhir dalam kepala klitoris atau glans klitoridis yang kecil.
Di luarnya diliputi epitel berlapis gepeng tipis yang dilengkapi ujung saraf sensorik.
Labium minus berupa lipatan mukosa yang membentu dinding lateral vestibulum.
Epitelnya berupa epitel berlapis gepeng dan bagian tengah terdiri atas jaringan ikat
yang berlimpah pembuluh darah. Sedangkan labia mayus berwujud lipatan kulit yang
menutupi labia minus.
Permukaan dalamya
halus tidak berambut.
Permukaan luarnya
diliputi epidermis
dengan lapisan tanduk
dan memiliki banyak rambut, kelenjar keringat dan sebasea. Bagian tengah
mengandung banyak jaringan lemak dan sedikit serat otot polos.
Daerah diantara dua labia adalah vestibulum dimana pada kedua sisinya terdapat
kelenjar asesori yaitu kelenjar Bartholin, untuk mengeksresikan cairan pelumas vulva
selama kopulasi. Vestibulum dilapisi epitel berlapis gepeng khusus yang mengandung
banyak kelenjar Barthholin.
Organ genetalia eksterna banyak mengandung ujung saraf sensoris peraba, yaitu
badan Meissner dan Pacini yang berperan membangun rangsangan seksual secara
fisiologis.
d) Kelenjar susu
Merupakan modifikasi dari kelenjar keringat dan bertipe tubualveolar. Kelenjar
susu yang aktif tersusun atas lobulus-lobulus (duktus laktiferus) yang masing-masing
terdiri atas sejumlah alveoli, yaitu kumpulan sel-sel sekretori. Dari alveoli keluar
saluran kecil yang bermuara ke saluran yang lebih besar. Saluran dari duktus
laktiferus bermuara pada putting susu (nipple). Di dekat muaranya, duktus laktiferus
menggembung, disebut apulaka. Diantara lobulus-lobulus terdapat banyak jaringan
ikat longgar dan adipose yang berperan dalam menentukan besar kelenjar susu.
Kelenjar susu dala perkembangannya dikontrol oleh hormon estrogen dan
progesterone yang dihasilkan ovarium.
Gambar : Kelenjar susu mamalia

C. Gametogenesis

Proses pembentukan gamet atau sel kelamin disebut gametogenesis,


ada dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Bila ada sel
tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru melalui
proses pembelahan mitosis, sedangkan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama dalam
proses reproduksi manusia menggunakan proses pembelahan meiosis. Secara umum
gametogenesis dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

1) Tahap Perbanyakan (multiplikasi / proliferasi )


Bakal sel kelamin memperbanyak diri secara mitosis berkali-kali, menghasilkan
gametogonium (spermatogonium / oogonium).
2) Tahap Tumbuh
Gametogonium mengalami pertambahan volume menjadi lebih besar, menjadi
gametosit I (spermatosit I / oosit I ). Proses tumbuh ini sangat penting untuk
menambahkan materil sel guna persiapan untuk tahap selanjutnya. Dalam tahap ini
tidak terjadi proses pembelahan.
3) Tahap Pemasakan
Dalam tahap ini terjadi pembelahan meiosis untuk mendapatkan gamet yang haploid.

a) Spermatogenesis
Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis.
Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan
sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk
membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang
kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan
ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat
spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang
testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis.
Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang
disebuts permatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua
sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus
membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi
melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium,
sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa
sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi
menghasilkan testosteron.
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang
dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
1. LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon
testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder.
2. FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan
ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk
memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa
disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan
membutuhkan waktu selama 2 hari.
Proses Spermatogenesis :
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan
menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat
melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini
mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit
primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom
berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut
spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini
akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan
mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu
spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan
segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n
kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara
meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga. Sitokenesis pada
meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi
masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan
dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.

3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase
yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa
empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali,
spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai
memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan
ekor.
Sel sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah
proses kompleks yang disebut dengan spermatogenesis. Secara simultan proses ini
memproduksi sperma matang di dalam tubulus seminiferus lewat langkah-langkah
berikut ini:
1. Ketika seorang anak laki-laki mencapai pubertas pada usia 11 sampai 14
tahun, sel kelamin jantan primitif yang belum terspesialisasi dan disebut
dengan spermatogonium menjadi diaktifkan oleh sekresi hormon
testosteron.
2. Masing-masing spermatogonium membelah secara mitosis untuk
menghasilkan dua sel anak yang masing-masing berisi 46 kromosom
lengkap.
3. Dua sel anak yang dihasilkan tersebut masing-masing disebut
spermatogonium yang kembali melakukan pembelahan mitosis untuk
menghasilkan sel anak, dan satunya lagi disebut spermatosit primer yang
berukuran lebih besar dan bergerak ke dalam lumen tubulus seminiferus.
4. Spermatosit primer melakukan meiosis untuk menhasilkan dua spermatosit
sekunder yang berukuran lebih kecil dari spermatosit primer. Spermatosit
sekunder ini masing-masing memiliki 23 kromosom yang terdiri atas 22
kromosom tubuh dan satu kromosom kelamin (Y atau X).
5. Kedua spermatosit sekunder tersebut melakukan mitosis untuk menghasilkan
empat sel lagi yang disebut spermatid yang tetap memiliki 23 kromosom.
6. Spermatid kemudian berubah menjadi spermatozoa matang tanpa mengalami
pembelahan dan bersifat haploid (n) 23 kromosom. Keseluruhan proses
spermatogenesis ini menghabiskan waktu sekitar 64 hari.

b) Oogenesis
Apabila pada sistem reproduksi pria terjadi spermatogenesis, sebaliknya pada
sistem reproduksi wanita ada proses yang dinamakan oogenesis. Oogenesis
merupakan proses pembentukan sel telur di dalam ovarium. Sebelum sel telur (ovum)
terbentuk, di dalam ovarium terlebih dahulu terdapat sel indung telur atau oogonium
(oogonia = jamak) yang bersifat diploid (2n = 23 pasang kromosom).
Melalui pembelahan mitosis, oogonium menggandakan diri membentuk
oosit primer. Terjadinya oogenesis sebenarnya sudah dilakukan sejak bayi
masih berusia 5 bulan dalam kandungan. Proses ini berlanjut hingga oosit primer
membelah secara meiosis pada saat bayi berusia 6 bulan. Namun demikian, proses ini
tidak dilanjutkan sehingga oosit primer dalam keadaan dorman (istirahat).
Setelah bayi dilahirkan, di dalam ovariumnya mengandung 1 hingga 2 juta oosit
primer. Seiring berjalannya waktu, oosit primer yang dihasilkan mengalami kematian
setiap harinya. Kondisi ini berlangsung hingga manusia menginjak masa pubertas.
Akibatnya, oosit primer yang tersisa hanya 200.000 hingga 400.000. Menginjak masa
pubertas, oosit primer melanjutkan fase pembelahan meiosis I. Pada fase ini, oosit
primer membelah menjadi dua sel yang berbeda ukuran dan masing-masing bersifat
haploid. Satu sel yang berukuran besar dinamakan oosit sekunder, sedangkan sel yang
lain dengan ukuran lebih kecil dinamakan badan kutub primer.
Pada fase berikutnya, oosit sekunder akan melanjutkan pada fase meiosis II. Fase
ini dilakukan apabila ada fertilisasi. Apabila tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder
mengalami degenerasi. Namun, apabila ada fertilisasi, fase meiosis II
dilanjutkan. Indikasi nya, oosit sekunder membelah menjadi dua sel, yakni satu
berukuran besar dan satu berukuran lebih kecil. Sel yang berukuran besar di namakan
ootid, sementara sel berukuran kecil dinamakan badan kutub sekunder. Secara
bersamaan, badan kutub primer juga membelah menjadi dua. Oleh karenanya, fase
meiosis II menghasilkan satu ootid dan tiga badan kutub sekunder.
Kemudian, satu ootid yang dihasilkan tersebut berkembang menjadi sel telur
(ovum) yang matang. Sementara itu, badan kutub hancur atau palosit (mengalami
kematian).

Gambar . Oogenesis yang terjadi pada ovarium wanita


Supaya oosit dalam oogonium tumbuh dengan baik, pada
permukaannya diselubungi oleh lapisan yang disebut folikel. Di dalam folikel terdapat
cairan yang memberikan makanan untuk perkembangan oosit. Folikel ini akan terus
berubah hingga masa ovulasi. Awalnya oosit primer diselubungi oleh folikel primer.
Selanjutnya, folikel primer berubah menjadi folikel sekunder yang membungkus oosit
sekunder (fase meiosis I). Setelah itu, folikel sekunder berubah menjadi folikel tersier
hingga folikel de Graff (folikel matang). Folikel de Graff terbentuk saat masa ovulasi.
Kemudian, oosit sekunder lepas dari folikel, dan segera folikel menjadi korpus
luteum. Korpus luteum akan menjadi korpus albikan, jika sel telur tidak ada yang
membuahi.

III. Penutup
A. Kesimpulan
Sistem reproduksi mamalia jantan terdiri dari gonad yaitu testis yang berperan
menghasilkan spermatozoa. Saluran-saluran reproduksi jantan terdiri atas tubulus
rektus, rete testis, duktus eferens, epididimis dan duktus deferens. Kelenjar seks
asesori jantan adalah vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper,
sedangkan organ kopulasi jantan adalah sebuah penis.
Sistem reproduksi betina terdiri dari gonad yaitu ovarium, dengan saluran
reproduksi meliputi oviduk, uterus dan vagina. Organ reproduksi eksterna mamalia
betina disebut vulva, yang terdiri atas klitoris, labia mayus, labia minus dan
vestibulum. Kelenjar susu juga termasuk sistem reproduksi karena berhubungan
secara fisiologis.
Proses pembentukan gamet atau sel kelamin disebut gametogenesis, ada dua
jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Pada mamalia jantan disebut
spermatogenesis, sedangkan pada mamalia betina disebut oogenesis.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini terdapat beberapa kesulitan dalam
menjelaskan struktur histologisnya. Sumber yang digunakan pun cukup terbatas
sehingga memungkinkan adanya kesalahan materi yang disampaikan.

Daftar Rujukan

Dellmann, Dieter dan Brown. 1992. Histologi Veteriner. Jakarta : UI Press

Leeson, Thomas dkk. 1990. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC


Tenzer, Amy dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan. Malang : FMIPA UM

Tenzer, Amy dkk. 2014. Struktur Perkembangan Hewan (Bagian 2). Malang : FMIPA UM

www.ansci.wisc.edu. Struktur Histologis Ovarium. Diakses pada 25 Februari 2014

STRUKTUR HISTOLOGIS SALURAN REPRODUKSI MAMALIA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur Perkembangan Hewan
yang dibimbing oleh Ibu Amy Tenzer dan Ibu Siti Imroatul Maslikhah

Oleh kelompok 2a:


Ella Rahawati 130341603
Erlinda Eri Palupi 130341603
Nabilla Gezy Amaringga 130341603384

Shafura Nida 130341603


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai