Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MANAJEMEN REPRODUKSI TERNAK


MANAJEMEN PAKAN PADA TERNAK DEWASA DAN TERNAK
BUNTING

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
1. ANDI SISWANTO (B1D017024)
2. ANDILAH (B1D017025)
3. ARBA INSANUL RIDHO (B1D017029)
4. AWALUDIN (B1D017034)
5. AYU ASTUTI NINGSIH (B1D017035)
6. BAIQ DEPI SANDRITA (B1D017037)
7. BAIQ MEGAWATI RAHMA PUTRI (B1D017039)
8. DESTI RAYANTI (B1D017054)
9. DEWI MAS ANJANI (B1D017058)
10. DINA KURNIA (B1D017060)
11. MIRNA YATI (B1D017190)
12. MUHAMMAD KHALID ROZANI (B1D017202)
13. MUHAMMAD RODI (B1D017207)
14. MULIANI (B1DO17214)
15. MUTAMMIMATUL ADIAN (B1D017216)
16. NADIA HAIRIN APRILIA (B1D017219)
17. NADIA ULFA (B1D017220)
18. NANDA JAMAN GITA KAMULA (B1D017221)
19. NASRULLAH (B1D017222)
20. NINDA NURNILAWATY (B1D017224)
21. NOVITA NADIA ARMAYA (B1D017227)
22. NABIL ARI BARRY (B1D017271)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini


karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 28 Oktober 2019


MANAJEMEN PAKAN PADA TERNAK DEWASA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak - ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya
dengan cara mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan
para petani. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan
pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk
pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan
menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi
lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar
ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada
ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan
pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat)
(Anonimus, 2010).
Ternak menggunakan komponen zat-zat gizi untuk memenuhi kebutuhan
mempertahankan kondisi normal tubuhnya, pertumbuhan jaringan tubuh,
berproduksi dan bereproduksi. Produk-produk ternak, seperti daging, susu, telur
dan hasil-hasil ikutan lain,pada dasarnya merupakan hasil dari serangkaian proses
yang kompleks, mulai dari proses pencernaan sampai metabolisme zat-zat gizi,
yang mengakumulasikan protein, karbohidrat, lemak dan mineral pada jaringan-
jaringan tubuh. Laju akumulasinya menentukan jumlah produk yang dibentuk dan
komposisi atau kualitas dari produk tersebut ditentukan oleh laju akumulasi dari
masing-masing komponennya selama waktu tertentu (Kartadiasastra, 1997)
Produksi daging identik dengan pertumbuhan jaringan pada ternak muda
yang bertumbuh. Protein, karbohidrat dan lemak berakumulasi pada jaringan-
jaringan dengan laju yang sama dengan perbedaan antara laju sintesis dan
katabolismenya. Pada keadaan normal, laju akumulasi lebih sedikit dibandingkan
laju sintesis ataupun laju katabolismenya. Komponen-komponen organik pada
susu dan telur berakumulasi pada laju yang sama dengan laju sintesisnya karena
produk-produk tersebut merupakan produk sel yang langsung diekskresikan oleh
sel yang bersangkutan dan tidak mengalami proses katabolik. Tenaga yang
dibutuhkan untuk mengendalikan rangkaian proses sintesis tersebut berasal dari
energy yang dibebaskan oleh proses oksidatif dalam sel-sel (Kartadiasastra, 1997)
Laju akumulasi vitamin dan mineral mempunyai nilai yang penting yang
menentukan kualitas dari produk-produk ternak, akan tetapi memberikan
pengaruh yang terbatas terhadap kuantitas produk. Neraca vitamin dan mineral
mempengaruhi jumlah produk secara tidak langsung, karena metabolisme protein,
karbohidrat dan lemak banyak bergantung pada kehadirannya. Umumnya tanaman
mengandung zat-zat tersebut, karena itu maka dalam makalah ini akan diulas lebih
lanjut tentang bahan pakan asal hijauan tersebut (Kartadiasastra, 1997).
Pakan untuk ternak sapi potong dapat berupa Hijauan (rumput, kacang-
kacangan dan limbah pertanian), konsentrat (dedak padi, onggok, ampas tahu) dan
makanan tambahan (vitamin, mineral dan urea.). Secara umum jumlah makanan
yang diberikan untuk seekor sapi setiap hari adalah sebagai berikut :
- Hijauan : 35 - 47 Kg, atau bervariasi menurut berat dan besar badan.
- Konsentrat : 2 - 5 kg
- Pakan tambahan : 30 - 50 gr (Anonimus 2010)

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut :
1. Mengetahui pakan ternak sapi
2. Mengetahui jumlah kebutuhan pakan dan nutrisi ternak sapi dewasa
3. Mengetahui dampak kelebihan dan kekurangan bahan pakan
terhadap produksi

1.2.2 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pakan ternak sapi
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui jumlah kebutuhan pakan dan
nutrisi ternak sapi dewasa
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dampak kelebihan dan
kekurangan jumlah kebutuhan bahan pakan terhadap produksi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pakan Ternak Sapi
Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan
ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk
(susu, anak, daging), serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan
adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak
tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada
ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup (Tilman, 2008).
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada
ternak yang sebagian atau keseluruhannnya dapat dicerna tetapi tidak
mengganggu kesehatan ternak tersebut. Sebagian contoh pakan hijaun
(rumput, daun-daunan), limbah pertanian (jerami padi, jerami jagung, jerami
kedelai, pucuk tebu), leguminosa (daun Lamtoro, Gliricida, Kaliandra, Turi,
dan Kacang-kacangan) limbah industri pertanian (dedak, bekatul, pollard,
onggok, bungkil-bungkilan) dan lain-lain (Anonimus,2001).
Pada dasarnya, sumber pakan sapi dapat disediakan dalam bentuk
hijauan dan konsentrat, dan yang terpenting adalah pakan yang memenuhi
kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin serta mineral (Sarwono,
2002).
Secara alamiah pakan utama ternak sapi adalah hijauan, yang dapat
berupa rumput alam atau lapangan, rumput unggul, leguminosa, limbah
pertanian serta tanaman hijauan lainnya. Dalam pemilihan hijauan pakan
ternak harus diperhatikan disukai ternak atau tidak, mengandung toxin
(racun) atau tidak yang dapat membahayakan perkembangan ternak yang
mengkonsumsi. Namun permasalahan yang ada bahwa hijauan di daerah
tropis mempunyai kualitas yang kurang baik sehingga untuk memenuhi
kebutuhan nutrien perlu ditambah dengan pemberian pakan konsentrat
(Siregar, 1996).
Pemberian pakan yang baik untuk memenuhi beberapa kebutuhan
ternak sebagai berikut:
1. Kebutuhan hidup pokok, yaitu kebutuhan pakan yang mutlak
dibutuhkan dalam jumlah minimal. Pada hakekatnya kebutuhan hidup
pokok adalah kebutuhan sejumlah minimal nutrient untuk menjaga
keseimbangan dan mempertahankan kondisi tubuh ternak. Kebutuhan
tersebut digunakan untuk bernapas, bergerak, dan pencernaan makanan.
2. Kebutuhan untuk pertumbuhan, yaitu kebutuhan pakan yang
diperlukan ternak sapi untuk proses pembentukan jaringan tubuh dan
menambah berat badan.
3. Kebutuhan untuk reproduksi, yaitu kebutuhan pakan yang diperlukan
ternak sapi untuk proses reproduksi, misalnya kebuntingan.
Untuk kebutuhan nutrien sapi potong dalam praktek penyusunan
diperlukan pedoman standart berdasarkan berat badan dan pertambahan
berat badan (Murtidjo, 1990). Mutu, jumlah pakan dan cara-cara
pemberiannya sangat mempengaruhi kemampuan produksi sapi pedaging.
Untuk mempercepat penggemukan, selain dari rumput, perlu juga diberi
pakan penguat berupa konsentrat yang merupakan campuran berbagai bahan
pakan umbi-umbian, sisa hasil pertanian, sisa hasil pabrik dan lain-lain yang
mempunyai nilai nutrien cukup dan mudah dicerna (Setiadi, 2001).
Pemberian pakan dimaksudkan agar sapi dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sekaligus untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pada umumnya,
setiap sapi membutuhkan pakan berupa hijauan. Sapi dalam masa
pertumbuhan, sedang menyusui dan sedang digunakan sebagai tenaga kerja
memerlukan pakan yang memadai baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya (Djarijah, 1996).
Dalam menyusun ransum harus diusahakan agar kandungan nutrien di
dalam ransum sesuai dengan nutrien yang dibutuhkan ternak untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan bereproduksi (Santoso, 2002).
Ransum adalah satu atau campuran beberapa jenis bahan pakan yang disusun
sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan ternak selama 24
jam. Ransum yang diberikan pada sapi-sapi yang digemukan tergantung pada
sistem penggemukan yang digunakan. Penggemukan sapi dengan sistem
pasture hanya terdiri dari hijauan yang diperoleh dengan melepas sapi-sapi
untuk meruput di padang penggembalaan. Demikian pula dengan sistem
kereman yang terdapat dibeberapa daerah di Indonesia, ada diantaranya yang
hanya memberikan hijauan saja tanpa pakan tambahan berupa konsentrat
(Siregar, 2003).
Pakan suplemen merupakan bahan yang mengandung jasad renik
(mikroba) hidup yang sengaja ditambahkan dalam pakan sapi atau ruminansia
lainya. Dengan diberikan sedikit pakan tambahan, kebutuhan pakan
persatuan ternak dapat dikurangi. Apabila setiap hari ternak
membutuhkan 10-11 kg bahan kering (BK) untuk menaikkan 1 kg berat
badan maka, penggunaan pakan tambahan mampu mengurangi jumlah pakan
(Sarwono, 2002).

1.2 Kebutuhan Pakan Dan Nutrisi Ternak Sapi Dewasa


1. Kebutuhan Zat Makanan Dalam Pakan Ternak Sapi
a. Protein
Pakan ternak berkualitas harus mengandung protein dalam jumlah
cukup karena protein memiliki peran sangat penting untuk pertumbuhan
maupun perkembangan ternak sapi. Berikut ini dijelaskan secara singkat
mengenai peran dan fungsi protein pada ternak sapi:
 Protein berfungsi memperbaiki dan menggantikan sel tubuh rusak,
terutama untuk sapi tua atau lanjut usia.
 Protein berperan untuk membantu pertumbuhan atau pembentukan sel-sel
tubuh, terutama untuk pedet maupun sapi muda.
 Protein berperan dalam mendukung keperluan berproduksi, terutama
untuk sapi-sapi dewasa produktif.
 Protein akan diubah menjadi energi, terutama untuk sapi-sapi pekerja.
Sapi muda fase pertumbuhan membutuhkan asupan protein lebih
tinggi daripada sapi-sapi dewasa. Protein merupakan zat yang tidak bisa
dibentuk atau diproduksi dalam tubuh, sehingga untuk mencukupi kebutuhan
protein, binatang ternak harus mendapatkan suplai protein dari makanan.
Oleh karena itu, pemberian pakan ternak harus memiliki kandungan protein
dalam jumlah cukup bagi petumbuhan dan perkembangan sapi.
Untuk memenuhi kebutuhan protein, peternak atau pembudidaya sapi
harus menyertakan protein tersebut saat memberiakn pakan. Beberapa sumber
protein untuk membantu menopang pertumbuhan dan perkembangan ternak
sapi diantaranya adalah:
 Pakan hijauan, terutama memanfaatkan tumbuhan berasal dari famili
leguminosae atau kacang-kacangan, seperti Centrosema pubescens (petai
air/kayu air), daun turi, lamtoro, daun kacang tanah, daun kacang panjang,
daun kedelai, dll.
 Makanan tambahan, terutama berfungsi sebagai makanan penguat, seperti
bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, katul, ampas tahu, tepung ikan,
tepung tulang, tepung cangkang Kopi dll.
Perlu diketahui bahwa, pemenuhan kebutuhan protein berasal dari
protein hewani memiliki kualitas lebih unggul dibanding dengan pemberian
protein berasal dari protein nabati. Protein hewani mengandung asam amino
esensial serta nilai gizi lebih kompleks. Bahan makanan yang memiliki
kandungan protein bermutu tinggi adalah bahan makanan berkandungan
protein mendekati susunan protein tubuh, misalnya protein hewani. Kelebihan
lain dari protein hewani ialah protein tersebut lebih mudah diproses menjadi
jaringan tubuh dengan resiko kerugian lebih kecil dibandingkan dengan
protein nabati.
Kebutuhan protein pada hewan ternak ruminansia, seperti sapi, tidak
begitu memerlukan kualitas protein bermutu tinggi karena di dalam rumen
maupun usus banyak terjadi aktifitas penguraian oleh mikroorganisme yang
terkandung didalamnya. Perlu diperhatikan dalam hal ini adalah untuk
membangun kembali protein yang telah terurai, maka dibutuhkan protein
berkandungan asam amino lengkap.
Oleh karena itu, jika sapi peliharaan terpaksa hanya diberi pakan
jerami, maka untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makan yang tidak
terkandung pada jerami tersebut harus diberikan melalui pakan tambahan
berkandunganprotein, lemak, dan karbohidrat tinggi. Selain itu, pakan ternak
berupa jerami mengandung banyak serat kasar yang tidak mudah dicerna
serta hanya sedikit sekali mengandung protein, lemak, dan karbohidrat.

b. Lemak
Lemak memiliki peranan penting bagi baik bagi pertumbuhan maupun
perkembangan sapi, sebab lemak dapat berfungsi sebagai cadangan sumber
energi bagi ternak peliharaan. Berikut ini akan diuraikan secara singkat
beberapa fungsi lemak bagi pertumbuhan dan perkembangan sapi:
 Lemak berfungsi sebagai sumber energi atau tenaga.
 Lemak berfungsi sebagai pembawa vitamin A, D, E, dan K. Vitamin-
vitamin tersebut merupakan jenis vitamin larut dalam lemak.
 Lemak yang berasal dari bahan makanan dapat disimpan dalam jaringan
sel-sel tubuh dalam bentuk lemak cadangan. Namun, jika dibutuhkan,
lemak juga dapat diubah menjadi pati dan gula yang digunakan sebagai
sumber energi. Tubuh ternak akan membentuk lemak dari karbohidrat
maupun lemak makan yang belum digunakan.
Setiap kelebihan lemak akan disimpan sebagai lemak cadangan
terutama di bawah kulit. Berbeda dengan domba, domba meyimpan kelebihan
lemak terutama pada ekornya, sapi memiliki tempat khusus untuk menyimpan
kelebihan lemak ini terutama pada punuknya (terletak di belakang leher). Di
samping itu kelebihan lemak juga dapat disimpan di sekitar buah pinggang,
selaput penggantung usus maupun di antara otot-otot.
Dalam pemberian ransum pakan ternak sapi, bahan yang banyak
mengandung sumber lemak, antara lain bungkil kacang tanah, bungkil kelapa
serta bungkil kacang kedelai.

c. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat makanan yang merupakan
sumber utama energi bagi ternak, Beberapa fungsi karbohidrat antara lain:
 Karbohidrat sebagai sumber utama tenaga atau energi.
 Karbohidrat berfungsi sebagai komponen pembentukan lemak tubuh.
Setelah dicerna, karbohidrat pada bahan makanan diserap oleh darah
dalam bentuk glukosa. Karbihidrat ini langsung dioksidasi untuk
menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan lemak dalam tubuh.
Komponen yang termasuk karbohidrat antara lain serat kasar, yaitu bahan
makanan berkandungan gula dan pati tinggi. Jagung merupakan salah satu
bahan makanan sumber karbohidrat tinggi. Kebutuhan karbohidrat pada
ternak sapi juga bisa dipenuhi dari hijauan, sehingga dalam pemenuhan
kebutuhan akan karbohidrat, ternak peliharaan bisa mendapatkannya dengan
mudah.
Sumber karbohidrat pada pakan ternak bisa diperoleh dari berbagai
jenis rumput, batang jagung, jerami, daun tebu, dan hijauan makanan ternak
lainnya.

d. Mineral
Beberapa fungsi mineral pada sapi antara lain:
 Mineral berperan untuk pembentukan jaringan tulang dan urat.
 Mineral berperan untuk membantu keperluan berproduksi.
 Mineral berperan untuk membantu proses pencernaan serta penyerapan
zat-zat makanan.
 Mineral yang diberikan melalui pakan berperan untuk menggantikan
mineral tubuh yang hilang, dan memelihara kesehatan.
Sekalipun tidak dibutuhkan dalam jumlah besar, tetapi mineral
memiliki peran sangat penting terutama bagi kelangsungan hidup ternak sapi.
Mineral terdapat pada tulang maupun jaringan tubuh. Hewan ternak muda
fase pertumbuhan sangat membutuhkan mineral. Demikian juga untuk
pertumbuhan janin, keberadaan mineral merupakan suatu keharusan.
Unsur mineral pada umumnya banyak terdapat pada pakan ternak sapi
yang diberikan. Adapun unsur mineral yang sering dibutuhkan oleh ternak
antara lain natrium, khlor, kalsium, phosphor, sulfur, magnesium, kalium,
seng, selenium, serta tembaga. Diantara unsur-unsur tersebut, kadang-kadang
binatang ternak membutuhkan unsur mineral tertentu dalam jumlah lebih
banyak dibanding unsur mineral lain. Unsur mineral yang sering dibutuhkan
dalam jumlah lebih banyak diantaranya adalah natrium klorida, kalsium, dan
phosphor.
Pakan ternak berasal dari tanaman padi-padian biasanya banyak
mengandung unsur phosphor, sementara unsur kalsium biasanya banyak
terdapat pada pakan ternak berbentuk kasar. Sapi kekurangan unsur mineral
biasanya menunjukkan perilaku sering makan tanah. Kekurangan unsur
mineral berpotensi mengakibatkan penurunan fertilitas serta penyakit tulang.
Pemberian pakan ternak sapi dapat berasal dari pakan hijauan maupun
pemberian feed supplement-mineral.
Mineral untuk kebutuhan ternak juga bisa diperoleh dengan pemberian
air minum yang dicampur dengan garam, atau dengan memberikan Mineral
Blok buatan.

e. Vitamin
Beberapa fungsi vitamin pada ternak antara lain:
 Vitamin berperan untuk mempertahankan serta meningkatkan
kekuatan tubuh.
 Vitamin berperan untuk meningkatkan kesehatan ternak terutama saat
berproduksi.
Bahan-bahan pakan ternak berasal dari hijauan biasanya mengandung
banyak vitamin, sehingga pemenuhan kebutuhan vitamin pada ternak
peliharaan tidak terlalu mengalami kesulitan. Disamping itu, kebanyakan
vitamin dapat dibentuk dalam usus binatang pemamah biak, terutama vitamin
B kompleks. Kandungan vitamin pada pakan ternak dari hijauan dipengaruhi
oleh banyak faktor, seperti: tanah, iklim, waktu pemotongan serta
penyimpanan. Vitamin A dan E banyak terdapat pada tanaman hijauan
maupun padi-padian.
Hal yang perlu diperhatikan oleh peternak atau pembudidaya sapi
tidak boleh menyepelekan pemenuhan kebutuhan vitamin pada sapi
peliharaan, terutama ketika musim kemarau, dimana bahan-bahan pakan
hijauan biasanya mengalami kekurangan kadar vitamin A. Oleh karena itu,
saat musim kemarau perlu ditambahkan vitamin A dalam ransum pakan
ternak sapi.
Kelebihan vitamin A dapat disimpan di dalam hati. Sapi memiliki
kemampuan menyimpan vitamin A selama enam bulan, sementara itu
kambing hanya memiliki kemampuan menyimpan vitamin A selama tiga
bulan. Sumber vitamin A bisa diperoleh dari bahan pakan ternak berupa
hijauan, terutama terdapat pada bagian pucuk tanaman. Bagian pucuk
tanaman biasanya mengandung karotin tinggi, dimana karotin tersebut akan
diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh hewan.
Proses pembentukan vitamin dalam tubuh binatang:
 Vitamin A dapat dibentuk dari karotin yang banyak terdapat pada
ransum pakan hijauan makanan ternak (rumput gajah, king grass dll),
kulit pisang, uu jalar dll.
 Vitamin B dapat dibentuk sepenuhnya di dalam tubuh hewan.
 Vitamin C dibentuk sendiri oleh semua jenis hewan dewasa
 Vitamin D akan dibentuk dalam tubuh dengan bantuan sinar matahari.

f. Air
Air merupakan komponen sangat penting bagi kehidupan mahluk
hidup. Tanpa air, kemungkinan tidak akan berlangsung kehidupan. Beberapa
fungsi air, khususnya pada binatang ternak antara lain:
 Air berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh.
 Air berperan besar dalam membantu proses pencernaan.
 Air berfungsi untuk mengeluarkan bahan-bahan tak berguna di dalam
tubuh, baik dalam bentuk keringan, urine, maupun feses (80% air).
 Air berfungsi sebagai pelumas persendian serta membantu mata untuk
dapat melihat dengan jelas.
Pada umumnya komposisi tubuh hewan ternak lebih dari 50% terdiri
dari air. Sebagian besar jaringan tubuh hewan ternak mengandung air
sebanyak 70-90%. Mahluk hidup yang mengalami kekurangan air akan lebih
cepat mati dari pada kekurangan pakan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan air pada hewan
ternak, antara lain jenis ternak, umur, ternak, suhu lingkungan, jenis pakan
yang diberikan, volume pakan ternak yang diberikan, serta aktivitas yang
dilakukan. Bagi sapi pekerja, kebutuhan airnya akan lebih tinggi daripada
sapi potong.
Pada umumnya hewan ternak dapat mencukupi kebutuhan air dari air
minum, air dalam nutrisi pakan serta air metabolik yang berasal dari glugosa,
lemak dan protein. Bagi sapi pekerja dewasa, kebutuhan air minum yang
harus disediakan kurang lebih 35 liter per hari, sedangkan bagi sapi dewasa
lain cukup 25 liter per hari.

2. Jumlah Kebutuhan Nutrisi Ternak Sapi Dewasa


a. Kebutuhan Nutrisi Ternak Sapi Betina Dewasa
Kebutuhan Nutrisi Ternak Sapi Betina Dewasa diperhatikan, karena
kekurangan gizi dapat menyebabkan tidak berfungsinya ovarium
(Matondang, 2001) sebaliknya bias mengalami gangguan reproduksi seperti
terjadinya kegagalan kebuntingan dan terjadinya kemajiran bila berat badan
meningkat secara berlebihan (Wijono, 1992). Pembesaran sapi dara
berhubungan erat dengan efisiensi reproduksi; keberhasilannya tergantung
pada pola pemeliharaan yang 95% dipengaruhi oleh pakan, kesehatan dan
faktor lingkungan.
Harus benar-benar diperhatikan :
 Kekurang nutrien menyebabkan tidak berfungsinya ovarium
 95% dipengaruhi oleh pakan, kesehatan, dan lingkungan
 BB saat mulai kawin (± 16,5 bln) 250 – 300 kg
 PBB 0,5 kg/hari butuh protein 291 g & ME 5,99 Mkal
 Kebutuhan BK 3% Bobot Badan
 Kandungan PK 12% & TDN 60%
 Suplementasi vitamin-mineral 100 g/ekor/hari
Tabel Kebutuhan Nutrien Sapi Potong Betina Dewasa :

b. Kebutuhan Nutrisi Ternak Sapi Jantan Dewasa


Ransum sapi yang digemukkan ditujukan untuk membentuk daging
dan lemak badan. Untuk itu ransum harus mengandung protein dan energi
yang memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh serta dan
pembentukan lemak. Penggemukan oleh perusahaan swasta, dilakukan
tergantung daerah dan persediaan bahan pakan serta musim. Sistem
penggemukan tersebut adalah :
a. Penggemukan di padang rumput
Penggemukan pada sistem ini dilakukan dengan jalan
menggembalakan di padang rumput (pastura) yang luas. Padang rumput
biasanya merupakan campuran antara rumput dengan leguminosa. Kualitas
rumput dari padang rumput harus berkualitas tinggi sehingga tidak perlu
ditambahan konsentrat. Penggemukan yang menggunakan sistem ini dapat
dilakukan didaerah – daerah yang mempunyai padang rumput yang luas
seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB) dan
Sulawesi Tenggara. Padang rumput harus selalu dipelihara dengan
melakukan tata laksana penggembalaan yang baik yaitu dengan
menentukan kapasitas daya tampung sehingga tidak terjadi over grazing.
Penggemukan di padang rumput biasanya berumur 2 tahun dengan lama
penggemukan 6 – 8 bulan.

b. Penggemukan dengan pakan kering (dry lot fattening)


Penggemukan pada sistem ini mengutamakan pemberian pakan
biji-bijian seperti jagung, limbah pengolahan minyak (bungkil) dan
konsentrat. Pemberian pakan pada sistem ini disebut
dry lot feeding.

c. Kombinasi antara dry lot fattening dan pasture fattening


Penggemukan sistem ini dilakukan di daerah tropis pada musim
kering. Pada permulaan musim kering di mana padang rumput masih hijau,
sapi digembalakan di padang rumput kemudian pada akhir musim kering
penggemukan dilakukan dengan cara dry lot fattening.
Tabel Kebutuhan Nutrisi Sapi Jantan Dewasa :
Indonesia belum memiliki standar kebutuhan zat-zat makanan
untuk ternak ruminansia. Kebutuhan zat makanan masih mengacu pd
standar kebutuhan negara lain seperti NRC (Amerika Serikat).
Kebutuhan protein untuk sapi Bali penggemukan = 16%
(Pamungkas, 2004)

1.3 Dampak Kelebihan Dan Kekurangan Bahan Pakan Terhadap Produksi


Kebutuhan Nutrisi Ternak Sapi Betina Dewasa diperhatikan, karena
kekurangan gizi dapat menyebabkan tidak berfungsinya ovarium (Matondang,
2001) sebaliknya bias mengalami gangguan reproduksi seperti terjadinya
kegagalan kebuntingan dan terjadinya kemajiran bila berat badan meningkat
secara berlebihan (Wijono, 1992)
Defisiensi Posfor dan protein dapat menyebabkan ternak mengalami
penundaan pubertas dan tanda-tanda berahi yang tidak normal.
 Pengaruh nutrisi terhadap Laju Ovulasi
Perubahan laju ovulasi secara umum terjadi saat durasi waktu dimana
kelangsungan hidup folikel gonadotrophin-dependent meningkat atau ketika
peningkatan pada laju folikel berlangsung tanpa ada pergantian pada durasi
(Scaramuzzi et al. 1993). Pada kasus respon ovulasi terhadap nutrisi, kedua
elemen mekanisme dapat beroperasi. Melalui pengaruh ini terhadap feedback
hormon mengontrol sekresi gonadotrophin. Perubahan level dan durasi memulai
folikel gonadotrophin-dependent terhadap FSH.
Pengaruh nutrisi terhadap sirkulasi FSH konsentrasi tetap samar, hal ini
juga telah dinyatakan bahwa nutrisi 4(glukosa, asam-asam amino) dan nutrisi
yang berhubungan dengan metabolit (insulin, growth hormon, IGFs dan IGFs
binding protein) yang secara tak langsung berpengaruh pada respon ovulasi
terhadap nutrisi, mungkin berlangsung pada level ovarium menurunkan jumlah
kebutuhan FSH untuk mendukung folikel-folikel gonadotrophin-dependent
(Downing and Scaramuzzi, 1991). Mekanisme feedback hormone ovarium ,
oestradiol-17B* mungkin bermain peran penting sebagai perantara, kemudian
disebut “nutritional effects” yang meningkatkan sekresi feses pada domba,
dengan pakan baik mengarah untuk mengurangi sirkulasi konsentrasi plasma
(Adam et al., 1994) dan berhubung penurunan pada oestradiol feed back yang
diharapkan akan meningkatkan laju ovulasi (Payne et al., 1991)
Downing et al., (1995) menyatakan bahwa aksi ovarium langsung dapat
meningkatkan keberadaan glucosa. Berhubung keberlangsungan insulin
meningkat pada plasma juga telah diteliti ketika laju ovulasi meningkat baik
infusi glucose maupun rantai cabang asam amino, leusin, isoleusin adan valin
selama 5 hari pada akhir tahap luteal dari siklus esterus. Menggunakan model
ovarium auto-transplanted, menunjukan bahwa ketika infusi glukosa atau insulin
sendiri, tidak mempunyai pengaruh terhadap sekresi steroid ovarium, infusi
kombinasinya menurunkan sekresi baik androstenedione maupun oestradiol pada
respon terhadap GnRH menstimulasi pulse LH, juga pernyataan keterlibatan
perubahan feedback steroid pada respon ovulasi.
Performa reproduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
manajemen, kesehatan, nutrisi, lingkungan, dan faktor-faktor yang dimiliki oleh
ternak tersebut. Sapi jantan yang digunakan sebagai pejantan alami (pemacek)
terutama di beberapa peternakan berkualitas rendah dan dipelihara tanpa
perlakuan khusus. Manajemen pemeliharaan tersebut berpengaruh terhadap
libido dan kualitas semen. Rendahnya kualitas semen berpengaruh terhadap
efisiensi dan kualitas hasil dari sapi-sapi induk. Beberapa masalah tentang
kualitas semen pejantan adalah sering mengalami penurunan. Permasalahan
tersebut muncul akibat rendahnya libido dari sapi pemacek. Pemberian suplemen
terhadap sapi pejantan yang akan digunakan sebagai pemacek untuk
meningkatkan libido. Suplementasi juga ditujukan untuk meningkatkan kualitas
semen sehingga dapat meningkatkan efektivitas dari reproduksi sapi induk
(Iskandar, 2011).
Beberapa kasus sapi pejantan yang digunakan untuk sumber bibit
semen beku, cair, maupun pejantan kawin alami mengalami permasalahan
kualitas semen dan libido rendah. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah menambahkan suplemen untuk peningkatan
performa pejantan. Pemberian suplemen ini bertujuan untuk meningkatkan
performa ejakulasi pada sapi pemacek agar dapat menghasilkan kualitas semen
yang baik sebagai sapi induk sehingga dapat meningkatkan efisiensi reproduksi
sapi induk (Iskandar, 2011).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Pakan ternak sapi dapat berasal dari pakan hijaun (rumput, daun-daunan)
limbah pertanian (jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, pucuk tebu),
leguminosa (daun Lamtoro, Gliricida, Kaliandra, Turi, dan
Kacang-kacangan limbah industri pertanian (dedak, bekatul, pollard,
onggok, bungkil-bungkilan) dan lain-lain.
2. Total kebutuhan jumlah pakan dan nutrisi ternak sapi tergantung dari
tujuan pemeliharaan yang harus memenuhi kebutuhan hidup pokok,
kebutuhan untuk pertumbuhan, dan kebutuhan untuk reproduksi.
3. Kekurangan nutrisi pada sapi betina dewasa dapat menyebabkan tidak
berfungsinya ovarium sebaliknya biasa mengalami gangguan reproduksi
seperti terjadinya kegagalan kebuntingan dan terjadinya kemajiran bila
berat badan meningkat secara berlebihan. Sementara kekurangan dan
kelebihan nutrisi pada sapi jantan dewasa dapat menyebabkan rendahnya
libido dan rendahnya kualitas sperma yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. http:// Manajemen Pemeliharaan sapi potong. animal-Intelektual.
Blogspot.Com. Html.
Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Anonimus. 1991. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta. 2001. Sapi
Potong. Balai Pengakajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.
Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius Yogyakarta.
Djarijah, A.S. 1996. Usaha Ternak Sapi. Kanisius.Yogyakata.
https://www.kompasiana.com/masfathan66/59c1e8014d11b732f67d9002/dengan-
pakan-berimbang-beternak-sapi-sangat-menguntuungkan?page=all

http://sidolitkaji.litbang.pertanian.go.id/i/files/StrategiPakanSapipotong.pdf
Kartadisastra, H.R. (1997). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak Ruminansia
(Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius
Murtidjo, B. A. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta. Me Cullough,
M. E. 1973. Optimum Feeding of Dairy Animal for Meat and Milk
(Athens: The University of Georgia Press).
Parakkasi, A. 1998. Ilmu Nutrisi dan makanan Ternak Ruminan.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Reksohadiprodjo, S. 1984. Pengembangan Peternakan di Daerah Tropis. BPFE.
Yogyakarta. Santosa, U. 2002. . Tata Laksana Pemeliharaan Ternak
Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sarwono, B. 2002. Penggemukan Sapi Secara Cepat. Penebar Swadaya. Jakarta
Sarwono, B dan H. B. Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiadi, B. 2001. Beternak Sapi Pedaging dan Masalahnya. Aneka Ilmu.
Semarang.
Siregar, S. B., 1996. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta .
2003. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugeng, Y. B. 2002. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wodzicka, M., Tomaszewska, A. Djajanegara, S. Gardiner, T.R. Wiradarya, dan
I.M. Mastika, 1993. Small Ruminant Production In The Humid Tropics
(With Special Reference to Indonesia). Sebelas Maret University Press.
Surakarta.
MANAJEMEN PAKAN PADA TERNAK BUNTING
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen pemeliharaan pada sebagian besar usaha peternakan
rakyat sering kali menjadi salah satu aspek yang terabaikan termasuk dalam
sistem pembibitan dan manajemen perkawinan. Perlu adanya peran serta
manusia dalam hal manajemen peternakan untuk meningkatkan efektivitas
dari hasil peternakan. Dengan demikian, peningkatan jumlah produksi dan
populasi ternak terutama sapi harus tetap ditingkatkan untuk dapat memenuhi
berbagai kebutuhan yang berasal dari ternak sapi (Khairi dkk, 2014).
Kebutuhan pakan sapi bunting diperlukan untuk pembentukan
jaringan-jaringan baru seperti janin, membrana janin, pembesaran uterus dan
perkembangan (kelenjar susu). Namun standart pemberian pakan untuk sapi
bunting hanya unt k 1/3 masa kebuntingan terakhir, sedangkan pada masa
kebuntingan sebelumnya dapat menggunakan standar pakan untuk kebutuhan
pokok dewasa biasa.
Sapi betina muda yang bunting juga masih mengalami pertumbuhan
badan, sehingga pemberian pakan harus menjamin tercuku nya kebutuhan
untuk pertumbuhan jaringan selama terjadi kebuntingan dan pertumbuhan
induk semangnya Kebutuhan karbohidrat selama kebuntingan sangat besar,
karena dibutuhkan energi dalam ju lah besar. Kebutuhan mineral terbanyak
pada saat terjadinya kebun ngan adalah kalsium dan fosfor karena dibutuhkan
untuk pembentukan tulang janin. Pemberian pakan pada ternak ruminansia
harus menjamin menuhan kebutuhan vitamin A dan D. Sapi bunting
membutuh juga pemenuhan kebutuhan vitamin A sebagai cadangan selama
tasi nantinya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


A. Tujuan
1. Mengetahui pengertian manajemen pakan
2. Mengetahui macam macam pakan ternak
3. Mengetahui manajemen pakan pada ternak bunting
4. Mengetahui akibat kelebihan atau kekurangan pakan
B. Manfaat
1. Agar kita dapat mengetahui pengertian manajemen pakan
2. Agar kita dapat mengetahui macam macam pakan ternak
3. Agar kita dapat mengetahui manajemen pakan pada ternak bunting
4. Agar kita dapat mengetahui akibat kelebihan atau kekurangan pakan
BAB II
PEMBAHASAN

Manajemen Ternak Sapi Bunting

2.1 Pengertian Manajemen Pakan


Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha peternakan,
bahkan dapat dikatakan keberhasilan suatu usaha peternakan tergantung
pada manajemen pakan. Kebutuhan pakan dari tiap-tiap ternak berbeda
beda sesuai dengan jenis, umur, bobot badan, keadaan lingkungan dan
kondisi fisiologis ternak. Pakan harus mengandung semua nutrient yang
dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun jumlahnya tetap harus seimbang.
Nutrient yang dibutuhkan ternak seperti karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, air, unsur anorganik dan mineral.
Manajemen pakan ternak merupakan hal yang menunjang
perkembangan atau tidaknya suatu peternakan, jika semakin baik
manajemen pakan maka akan semakin baik pula produktivitas ternak
tersebut. Manajemen pakan yang harus diperhatikan yaitu jenis pakan,
jumlah pemberian, frekuensi pemberian dan cara pemberian.

2.2 Macam Macam Pakan Ternak


1. Hijauan Segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang di berikan kepada
ternak dalam bentuk segar baik yang di potong terlebih dahulu maupun
yang di senggut langsung oleh ternak.Hijauan banyak mengandung
karbohidrat dalam bentuk gula sederhana , payi ,dan fruktosa yang
sangat berperan dalam menghasilkan energi.
Contoh hijauan segar adalah :
 Rumput-rumputan
Rumput gajah( pennisetum purpureum),rumput
benggala(penicum maximum) ,rumput setaria(setaria
sphacelata) , rumput lapangan yang tumbuh secara liar.
 Legume
Lamtoro(leucaena leucocephala) , stylo (sty-losantes
guyanensis) centro (centrocemapubescenns), indigofera .
 Daun-daunan
Daun nangka,daun pisang daun mangga.
2. Jerami dan hijauan kering
 Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan
hujauan pakan ternak yang sudah di potong dan dikeringkan.
Kandungan serat kasarnya lebih dari 18% (jerami, hay, dan
kulit biji kacang-kacangan
3. Silase
 Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam
bentuk segar bias any berasal dari tanaman sebangsa padi-
padian dan rumput-rumputan
4. Konsentrat
 Dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral

2.3 Manajemen Pakan Pada Ternak Sapi Bunting

Dalam usaha peternakan sapi potong, masih sering muncul


beberapa permasalahan, yaitu penurunan bobot hidup induk yang sangat
rendah dan pertumbuhan yang kurang optimal. Kebutuhan nutrisi pada
saat menjelang dan saat setelah melahirkan akan meningkat seiring
meningkatnya produksi susu.

1. Sapi induk bunting muda


Kebutuhan pakan sapi bunting diperlukan untuk pembetukan
jaringan-jaringan baru seperti janin, membran janin, pembesaran uterus
dan perkembangan glandula mammae (kelenjar susu). Namun standar
pemberian pakan untuk sapi bunting hanya untuk sepertiga akhir masa
kebuntingan, sedangkan pada masa kebuntingan sebelumnya bisa
menggunakan standar kebutuhan pakan untuk ternak dewasa.
Sapi betina bunting muda juga masih mengalami pertumbuhan
badan, sehingga pemberian pakan harus mencukupi terpenuhnya
kebutuhan untuk pertumbuhan jaringan dan induk semangnya selama
kebuntingan, selain itu kebutuhan karbohidrat ternak bunting sangat besar,
karena energy yang dibutuhkan juga besar. Sedangkan kebutuhan mineral
( kalsium dan phosphor ) juga sangat diperlukan untuk pembentukan
tulang janin. Pakan ternak ruminansia juga harus menjamin pemenuhan
kebutuhan vitamin A dan D. Sapi bunting membutuhkan vitamin A
sebagai cadangan untuk laktasi nantinya.
Penggunaan dedak sebagai pakan penguat pada sapi induk bunting
muda sebanyak 2% berat badan berdasarkan kebutuhan bahan kering
dengan penambahan suplemen yang mengandung kalsium, fospat dan
vitamin A, D, E, K dapat menghasilkan PBBH 0,7 kg dan pertimbangan
keuntungan biaya produksi B/C yang tinggi yaitu 2,7.
2. Sapi Induk Bunting Tua Hingga Laktasi
Sistem pemeliharaaan pada peternakan rakyat yang intensif
dikandangkan menyebabkan jumlah pakan yang dikonsumsi sangat
tergantung pada pakan yang tersedia di kandang. Affandhy et al. (2003)
menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara jumlah pakan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan ternak merupakan salah satu faktor penyebab
rendahnya produktivitas. Rendahnya kualitas ransum dalam 3 bulan awal
setelah beranak : khususnya protein kasar (PK) yang hanya sekitar 50-65
% dari kebutuhan merupakan penyabab tidak optimalnya lama waktu
priode birahi setelah melahirkan ( anoestrus post partus ) ( Yusran 1998).
Hasil penelitian Anggraeny da Umiyasih 2003.

 Kebutuhan sapi
 Kebutuhan pokok
Yaitu kebutuhan pakan yang harus diberikan setiap hari agar
keseimbangan dan kesehatan sapi terjaga. Pakan harus dapat
memenuhi zat gizi hariannya. Kebutuhan hidup pokok ini
tergantung pada berat badan sapi.
 Kebutuhan pertumbuhan
Merupakan kebutuhan pakan yang diperlukan ternak untuk
menambah bobot tubuh serta pembentukan jaringan tubuh.
 Kebutuhan reproduksi
Adalah makanan sapi yang dibutuhkan guna menunjang proses
reproduksi, seperti sapi yang tengah bunting.
 Perbedaan kebutuhan pakan sapi bunting muda dan tua
 Sapi bunting muda
Untuk sapi bunting muda, umur kandungan sekitar 3-6
bulan, harus diberikan pakan konsentrat atau pelengkap, yang
bahannya terdiri dari beberapa campuran seperti dedak, bekatul,
biji-bijian, jagung giling, bungkil kelapa dan sejenisnya. Minimal
diberikan sebanyak 3 kg per hari. Sedangkan hijauan diberikan
sebanyak 5 kg per hari/ekor.
 Sapi bunting tua
Kandungan berumur sekitar 6-9 bulan. Yang pertama
dilakukan adalah memindahkan sapi ke tempat yang lebih lapang
dan tali pengikatnya pun harus dilonggarkan, sebagai latihan
sebelum memasuki proses melahirkan. Selain itu sapi juga
diberikan pakan konsentrat yang berkualitas minimal 4 kg per hari
dengan diberikan hijauan 5 kg per hari/ekor.
 Bahan pakan dan penyusun ransum seimbang
 Ransum (pakan)
Merupakan campuran dari dua atau lebih bahan pakan yang
diberikan untuk seekor ternak selama sehari semalam. Ransum
harus dapat memenuhi kebutuhan zat nutrien yang diperlukan
ternak untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup pokok,
produksi maupun reproduksi. Pada umumnya ransum untuk ternak
ruminansia terdiri dari pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan
pokok (basal) dapat berupa rumput, legum, perdu, pohon–pohonan
serta tanaman sisa panen sedangkan pakan konsentrat antara lain
berupa biji-bijian, bungkil, bekatul dan tepung ikan.
 Ransum seimbang
Adalah ransum yang diberikan selama 24 jam yang
mengandung semua zat nutrien (jumlah dan macam nutriennya)
dan perbandingan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi
sesuai dengan tujuan pemeliharaan ternak (Chuzaemi, 2002).
Pengetahuan tentang kualifikasi bahan pakan diperlukan untuk
menyusun ransum seimbang. Penyusunan ransum seimbang yang
sesuai dengan kebutuhan ternak, diharapakan akan dapat
menghasilkan produksi yang optimal.
Kualitas dan kuantitas ransum yang diberikan pada sapi
bunting, nutrisinya harus mencukupi, namun tidak boleh
berlebihan. kontrol terhadap protein dalam pakan juga harus
diperhatikan, jangan sampai kekurangan. Selain itu pemberian
pakan konsentrat juga perlu, dan presentase pemberiannya lebih
tinggi daripada hijauan, agar kebutuhan nutrisi sapi terpenuhi.

Tabel Kebutuhan Nutrien Sapi Potong


BB PBBH BK ME TDN PK Ca P

(kg) (kg) (kg) (Mcal) (kg) (g) (g) (g)

Sapi Induk Muda - 3 Bulan Akhir Kebuntingan

250 0.6 6.50 12.50 3.40 579 18 18

300 0.6 7.40 14.20 3.9 614 18 18

350 0.6 8.30 16.10 4.4 650 19 19

400 0.6 9.20 17.80 4.9 671 19 19

450 0.6 10.00 19.40 5.30 670 19 19

Sapi Induk Dewasa - 3 Bulan Terakhir Kebuntingan

300 0.4 6.90 12.40 3.4 409 11 11

350 0.4 7.70 13.90 3.8 444 12 12

400 0.4 8.50 15.40 4.2 480 14 14


450 0.4 9.30 16.80 4.6 514 15 15

500 0.4 10.10 18.20 5.0 546 15 15

Sapi Induk Dewasa – menyusui

300 - 7.30 15.20 4.2 686 23 23

350 - 8.10 16.40 4.5 721 24 24

400 - 8.90 17.50 4.8 757 25 25

450 - 9.60 18.60 5.1 793 26 26

2.4 Penyebab Yang Ditimbulkan Akibat kelebihan atau kekurangan pakan


 Pakan sumber energy
Apabila kelebihan energy dalam pakan, maka akan menyebabkan
sapi bunting menjadi gemuk, yang akibatnya bisa menyulitkan
pada saat proses melahirkan.
 Kekurangan protein, bisa menyebabkan sapi mengalami penurunan
daya tahan tubuh terhadap penyakit, sehingga pedet yang
dilahirkan memiliki resiko kematian yang lebih tinggi. Namun
apabila kelebihan protein dapat menyebabkan kegemukan pada
sapi sehingga dapat mengakibatkan gangguan kelahiran atau
distokia.
BAB III
KDESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Manajemen pakan ternak merupakan hal yang menunjang
perkembangan atau tidaknya suatu peternakan, jika semakin baik
manajemen pakan maka akan semakin baik pula produktivitas ternak
tersebut. Manajemen pakan yang harus diperhatikan yaitu jenis pakan,
jumlah pemberian, frekuensi pemberian dan cara pemberian.
2. Pakan ternak dapat berasal dari hijauan segar, hijauan kering, silase,
dan konsentrat.
3. Ternak bunting memerlukan pakan untuk memenuhi kebutuhan diri
sendiri dan untuk janin nya
4. Kelebihan dan kekurangan pakan pada ternak bunting dapat
menyebabkan gangguan pada kebuntingan berupa janin lemah, induk
kurus, bahkan kematian pada janin atau abortus.
DAFTAR PUSTAKA

http://sidolitkaji.litbang.pertanian.go.id/i/files/StrategiPakanSapipotong.pdf

file:///C:/Users/HP/Downloads/D3-2016-344993-introduction%20(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai