OLEH:
NIM : B1D017216
KELAS : 6 B2
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Pakan merupakan setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dicerna dan
tidak membahayakan bagi kesehatan ternak. Agar dapat disebut dengan pakan
maka harus memenuhi persyaratan tersebut. Pakan adalah bahan yang dapat
dimakan, dicerna, dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian dan tidak
menimbulkan keracunan atau tidak menggangu kesehatan ternak yang
mengkonsumsinya (Amrullah, 2004). Jumlah pakan yang diberikan harus tepat
waktu dan jumlah agar pakan tidak terbuang percuma dan menyebabkan biaya
operasional menjadi tinggi. Oleh karena itu, dalam memformulasikan pakan
ternak, para peternak tidak hanya terfokus pada kualitas pakan (kandungan
nutrisi) yang dihasilkan, tetapi juga harga dari masing-masing bahan pakan yang
digunakan.
PEMBAHASAN
CP P SK
NO. NAMA BAHAN BK (%) (%) ME(kkal) Ca (%) (%) (%) Harga
0.2
1 Jagung Kuning 89.90 8.50 3350.00 0.02 8 2.10 2500.00
1.5 10.5
2 Dedak Halus 89.29 12.80 2100.00 0.01 0 0 3500.00
0.1 16.3
3 Lumpur Sawit 93.10 13.30 2840.00 0.30 9 0 4000.00
0.5 12.0
4 Bungkil Kacang Tanah 90.00 42.00 2500.00 0.16 6 0 7000.00
1.6
5 Tepung Ikan 90.79 61.25 2551.27 1.10 8 3.64 8000.00
1.1
6 Gandum 86.60 15.20 171.00 0.11 5 9.20 9000.00
1.0 12.0
7 Bungkil Biji Kapas 93.00 49.00 2320.00 0.20 5 0 6000.00
0.6
8 Bungkil Kedelai 86.60 43.00 2120.00 0.30 5 6.50 4000.00
Level ME Ca
No. Nama Bahan (%) CP (%) (Kkal) (%) P (%) SK (%) Harga
0.011
1 Jagung Kuning 58 4.93 1943 6 0.1624 1.218 1450
0.001
2 Dedak Halus 11 1.408 231 1 0.165 1.155 385
3 Lumpur Sawit 5 0.665 142 0.015 0.0095 0.815 200
Bungkil
4 Kacang Tanah 10 4.2 250 0.016 0.056 1.2 700
5 Tepung Ikan 7 4.2875 178.5889 0.077 0.1176 0.2548 560
0.003
6 Gandum 3 0.456 5.13 3 0.0345 0.276 270
Bungkil Biji
7 Kapas 3 1.47 69.6 0.006 0.0315 0.36 180
Bungkil
8 Kedelai 3 1.29 63.6 0.009 0.0195 0.195 120
Total 100.00 18.71 2882.92 0.14 0.60 5.47 3865.00
100
= 2.320 gram
100
= 440 gram
100
= 200 gram
100
= 400 gram
Gandum : 3 x 4000gram
Jadi untuk 2000 ekor ayam dalam persediaan 2 minggu ( 14hari) dibutuhkan pakan
jadi sebanyak 112.000 kg/ 2 minggu.
Dalam proses pembuatan formula pakan jadi untuk ayam kita harus teliti agar
bahan-bahan yang dicampur menjadi rata atau homogen, karena pakan merupakan
sumber zat nutrisi utama yang digunakan oleh ternak untuk tumbuh dan berkembang
serta menjalankan proses metabolisme yang berlangsung didalam tubuhnya. Bahan
pakan berupa sumber energi yang dapat diperoleh dari bahan baku seperti jagung,
ubi dan minyak sawit, sedangkan sumber protein diperoleh dari bungkil kedele
( soybean meal ), corn gluten meal, meat bone meal, poultry by product dan tepung
ikan.
Selama fase starter, pakan yang diberikan sedikit – sedikit tetapi frekuensinya
sering, sekitar 4-9 kali sehari secara adlibitum. Pemberian pakan yang begitu
bertujuan untuk mengejar target berat badan dan akan membuat ukuran tembolok
lebih besar sehingga mendorong pencapaian feed intake pada waktu memasuki fase
produksi. Fase starter pada ayam petelur dimulai 1 hari hingga 8 minggu. Pada masa
ini terjadi perbanyakan (hyperplasia) dan pertumbuhan sel (hipertropi) yang tinggi,
sehingga menjadi kunci awal untuk mencapai berat badan dan keseragaman standar.
Menurut literature, ayam petelur yang pertumbuhan berat badannya lambat di umur
4-5 minggu, maka korelasinya pada umur 16 minggu berat badannya akan lebih
rendah dari standard an mengakibatkan mundurnya jadwal betelur.
Dalam mencampur ransum tentunya tidak akan akan berhasil tanpa ada
perhitungan jumlah kandungan energi atau menghitung kandungan dalam suatu bahan
pakan yang akan dicampurkan demi membentuk suatu ransum, maka perhitungan-
perhitungan tersebut diperoleh dari praktikum sebelumnya yaitu Formulasi Ransum
dengan metode coba-coba dengan menggunakan beberapa bahan pakan yaitu jagung,
dedak padi, lumpur sawit, bunkil kacang tanah, gandum, bungkil biji kapas dan
bungkil kelapa, didapatlah hasil nya seperti dalam table di atas .
Sebelumnya perlu diketahui bahwa selain jenis ransum pre-starter, starter, dan
finisher memiliki kandungan nutrisi yang berbeda-beda, bentuk ransum dari ketiga
jenis ransum ini pun berbeda. Ransum pre-strater berbentuk fine crumble, starter
berbentuk crumble, dan ransum finisher berbentuk pellet (butiran panjang). Dari sini
bisa dijelaskan bahwa jika peternak memberikan ransum starter (single feeding
system) berbentuk crumble pada ayam broiler yang sudah masuk fase finisher, maka
konsumsi ayam akan kurang maksimal. Sehingga, yang terjadi justru feed intake
akan berkurang karena daya patuk ayam juga menurun, padahal di satu sisi ayam fase
finisher harus memakan ransum starter dalam porsi lebih banyak agar kadar energi
yang masuk mampu mencukupi kebutuhan ayam di fase tersebut. Untuk itu, penting
memberikan ransum sesuai dengan fase pemeliharaan ayam.
Mesin produksi pakan yang digunakan untuk mengolah bahan baku menjadi
crumble adalah crumbler. Crumbler atau mesin pemecah pellet biasanya digunakan
untuk memecah pellet menjadi bongkahan partikel yang lebih kecil baik ukuran
panjang dan diameternya. Mesin tersebut digunakan untuk memecah pellet
menjadi bentuk butiran atau granula atau pecahan (crumble) dan biasanya
diberikan pada ternak seperti ayam broiler, ikan dan udang. Crumbling adalah
proses penggilingan atau pemecahan pellet menjadi partikel yang kasar atau
berbentuk granular.
b) Mixer horizontal
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk
menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras dan tidak
boleh disilangkan kembali (Sudaryani dan Santosa, 2000). Fase starter yaitu
pertumbuhan ayam umur 1 haari – 8 minggu atau masa yang paling penting
untuk menentukan kelangsungan hidup ayam. Hal yang perlu diperhatikan pada
fase starter adalah suhu kandang, pemberian pakan, populasi ayam dan
bioseecurity. Pullet memiliki tahapan perkembangan tubuh yang kompleks
sesuai priode umurnya (starter dan grower ). Ayam ras pada masa stater
merupakan masa pembelahan sel (hyperplasia) sehingga perkembangan organ
sangat dominan di masa ini. Oleh karena itu, masa ini mempunyai andil 50%
bahkan 90% terhadap keberhasilan pemeliharaan pullet (Fadilah dan Fatkhuroji,
2013).
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Cetakan ke-3. Bogor: Lembaga Satu.
Retjani Yuli L. Herewati dan S. Kirusniati. 2011. Uji sifat fisik ransum broiler starter
bentuk crumble. www.elerpespernes.com
https://hobiternak.com/kebutuhan-nutrisi-bibit-atau-anakan-ayam-petelur-dari-fase-
starter-hingga-layer-/
https://www.medion.co.id/id/update-manajemen-starter-ayam-petelur/
http://eprints.undip.ac.id/55990/3/Bab_ ii.pdf