Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI INDUSTRI PAKAN

OLEH:

NAMA : MUTAMMIMATUL ADIAN

NIM : B1D017216

KELAS : 6 B2

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakan merupakan setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dicerna dan
tidak membahayakan bagi kesehatan ternak. Agar dapat disebut dengan pakan
maka harus memenuhi persyaratan tersebut. Pakan adalah bahan yang dapat
dimakan, dicerna, dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian dan tidak
menimbulkan keracunan atau tidak menggangu kesehatan ternak yang
mengkonsumsinya (Amrullah, 2004). Jumlah pakan yang diberikan harus tepat
waktu dan jumlah agar pakan tidak terbuang percuma dan menyebabkan biaya
operasional menjadi tinggi. Oleh karena itu, dalam memformulasikan pakan
ternak, para peternak tidak hanya terfokus pada kualitas pakan (kandungan
nutrisi) yang dihasilkan, tetapi juga harga dari masing-masing bahan pakan yang
digunakan.

Pengolahan pakan merupakan suatu kegiatan untuk mengubah pakan


tunggal atau campuran menjadi bahan pakan baru atau pakan olahan. Bahan
pakan baru yang dihasilkan dari proses pengolahan diharapkan mengalami
peningkatan kualitas (Amrullah, 2004). Pengolahan dan pengawetan bahan
pakan dapat dilakukan dengan cara fisik atau mekanik, kimiawi, biologis dan
kombinasinya. Perlakuan secara fisik dapat dilakukan dengan cara penjemuran,
pencacah atau pemotongan, penggilingan, penghancuran serta pembuatan pellet
(Widodo, 2002).
Dalam menyusun ransum yang ekonomis dan terjangkau peternak
memanfaatkan sumber daya local yang tersedia di lingkungan setempat.
Selanjutnya dalam pemilihan bahan pakan yang perlu diperhatikan antara lain
yaitu kandungan nutrisi bahan, tingkat kecernaan, ketersediaan yang terjamin,
kontinuitas dan harga serat kemungkinan adanya factor pembatas seperti zat anti
nutrisi atau racun dalam bahan tersebut. Berbagai sumber bahan pakan lokal
seperti dedak, jagung, tepung ikan, bungkil kelapa dan bungkil kedelai dan
sumber bahan pakan lainnya yang dapat dimanfaatkan dengan teknologi
penyusunan dalam membuat pakan ayam yang berkualitas dengan harga yang
lebih rendah dari formulasi pakan sendiri tentu dapat menekan biaya yang akan
dikeluarkan oleh peternak, sehingga pendapatan peternak menjadi meningkat.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah mahsiswa mampu membuat formula


pakan jadi ayam sesuai dengan tipe pemeliharaan dan sesuai kebutuhan ayam.
BAB II

PEMBAHASAN

Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan

CP P SK
NO. NAMA BAHAN BK (%) (%) ME(kkal) Ca (%) (%) (%) Harga
0.2
1 Jagung Kuning 89.90 8.50 3350.00 0.02 8 2.10 2500.00
1.5 10.5
2 Dedak Halus 89.29 12.80 2100.00 0.01 0 0 3500.00
0.1 16.3
3 Lumpur Sawit 93.10 13.30 2840.00 0.30 9 0 4000.00
0.5 12.0
4 Bungkil Kacang Tanah 90.00 42.00 2500.00 0.16 6 0 7000.00
1.6
5 Tepung Ikan 90.79 61.25 2551.27 1.10 8 3.64 8000.00
1.1
6 Gandum 86.60 15.20 171.00 0.11 5 9.20 9000.00
1.0 12.0
7 Bungkil Biji Kapas 93.00 49.00 2320.00 0.20 5 0 6000.00
0.6
8 Bungkil Kedelai 86.60 43.00 2120.00 0.30 5 6.50 4000.00

Tabel 2. Kebutuhan Ayam

No Kandungan ME Lemak PK (%) Ca (%) Fosfor


. Zat Makanan (kkal) (%) (%)
1. Kebutuhan 2.600- 5 15-16 0,9 0,40
2.800
Tabel 3. Komposisi Ransum Ayam Petelur Starter (0-8 Minggu)

Level ME Ca
No. Nama Bahan (%) CP (%) (Kkal) (%) P (%) SK (%) Harga
0.011
1 Jagung Kuning 58 4.93 1943 6 0.1624 1.218 1450
0.001
2 Dedak Halus 11 1.408 231 1 0.165 1.155 385
3 Lumpur Sawit 5 0.665 142 0.015 0.0095 0.815 200
Bungkil
4 Kacang Tanah 10 4.2 250 0.016 0.056 1.2 700
5 Tepung Ikan 7 4.2875 178.5889 0.077 0.1176 0.2548 560
0.003
6 Gandum 3 0.456 5.13 3 0.0345 0.276 270
Bungkil Biji
7 Kapas 3 1.47 69.6 0.006 0.0315 0.36 180
Bungkil
8 Kedelai 3 1.29 63.6 0.009 0.0195 0.195 120
  Total 100.00 18.71 2882.92 0.14 0.60 5.47 3865.00

Konversi ke dalam 4 kg bahan pakan :

 Jagung : 58 x 4000 gram

  100
= 2.320 gram

 Dedak Halus : 11 x 4000gram

  100
= 440 gram

 Lumpur Sawit : 5 x 4000gram

  100

= 200 gram

 Bungkil Kacang Tanah : 10 x 4000gram

  100
= 400 gram

 Gandum : 3 x 4000gram

               100


= 120 gram

 Bungkil Biji Kapas : 3 x 4000 gram

               100


               = 120 gram

 Bungkil Kelapa  : 15 x 4000 gram

               100


               = 600 gram

Jadi untuk 2000 ekor ayam dalam persediaan 2 minggu ( 14hari) dibutuhkan pakan
jadi sebanyak 112.000 kg/ 2 minggu.

Dalam proses pembuatan formula pakan jadi untuk ayam kita harus teliti agar
bahan-bahan yang dicampur menjadi rata atau homogen, karena pakan merupakan
sumber zat nutrisi utama yang digunakan oleh ternak untuk tumbuh dan berkembang
serta menjalankan proses metabolisme yang berlangsung didalam tubuhnya. Bahan
pakan berupa sumber energi yang dapat diperoleh dari bahan baku seperti jagung,
ubi dan minyak sawit, sedangkan sumber protein diperoleh dari bungkil kedele
( soybean meal ), corn gluten meal, meat bone meal, poultry by product dan tepung
ikan.

Selama fase starter, pakan yang diberikan sedikit – sedikit tetapi frekuensinya
sering, sekitar 4-9 kali sehari secara adlibitum. Pemberian pakan yang begitu
bertujuan untuk mengejar target berat badan dan akan membuat ukuran tembolok
lebih besar sehingga mendorong pencapaian feed intake pada waktu memasuki fase
produksi. Fase starter pada ayam petelur dimulai 1 hari hingga 8 minggu. Pada masa
ini terjadi perbanyakan (hyperplasia) dan pertumbuhan sel (hipertropi) yang tinggi,
sehingga menjadi kunci awal untuk mencapai berat badan dan keseragaman standar.
Menurut literature, ayam petelur yang pertumbuhan berat badannya lambat di umur
4-5 minggu, maka korelasinya pada umur 16 minggu berat badannya akan lebih
rendah dari standard an mengakibatkan mundurnya jadwal betelur.

Dalam mencampur ransum tentunya tidak akan akan berhasil tanpa ada
perhitungan jumlah kandungan energi atau menghitung kandungan dalam suatu bahan
pakan yang akan dicampurkan demi membentuk suatu ransum, maka perhitungan-
perhitungan tersebut diperoleh dari praktikum sebelumnya yaitu Formulasi Ransum
dengan metode coba-coba dengan menggunakan beberapa bahan pakan yaitu jagung,
dedak padi, lumpur sawit, bunkil kacang tanah, gandum, bungkil biji kapas dan
bungkil kelapa, didapatlah hasil nya seperti dalam table di atas .

Sebelumnya perlu diketahui bahwa selain jenis ransum pre-starter, starter, dan
finisher memiliki kandungan nutrisi yang berbeda-beda, bentuk ransum dari ketiga
jenis ransum ini pun berbeda. Ransum pre-strater berbentuk fine crumble, starter
berbentuk crumble, dan ransum finisher berbentuk pellet (butiran panjang). Dari sini
bisa dijelaskan bahwa jika peternak memberikan ransum starter (single feeding
system) berbentuk crumble pada ayam broiler yang sudah masuk fase finisher, maka
konsumsi ayam akan kurang maksimal. Sehingga, yang terjadi justru feed intake
akan berkurang karena daya patuk ayam juga menurun, padahal di satu sisi ayam fase
finisher harus memakan ransum starter dalam porsi lebih banyak agar kadar energi
yang masuk mampu mencukupi kebutuhan ayam di fase tersebut. Untuk itu, penting
memberikan ransum sesuai dengan fase pemeliharaan ayam.

Crumble (butiran) merupakan tipe ransum yang dihasilkan dari campuran


bahan pakan pada mesin pellet dan kemudian pellet dihancurkan dengan ukuran
yang lebih kecil dari mash (Retjani, 2011). Pakan berbentuk crumble biasanya
digunakan untuk ternak periode starter atau grower, karena semakin kecil ternak
ukuran partikel bahan pakan yang dibutuhkan semakin kecil. Pakan berbentuk
crumble merupakan bentuk pertengahan antara bentuk pellet dan mash. Pakan ini
memiliki cirri dan bentuk yang tidak beraturan, yang merupakan proses lanjutan
dari pellet. Kelebihan pakan berbentuk crumble adalah menurut ransum dapat
memperbaiki penampilan ayam yang dipelihara terutama karean dapat
meningkatkan kepadatan zat makanan.

Mesin produksi pakan yang digunakan untuk mengolah bahan baku menjadi
crumble adalah crumbler. Crumbler atau mesin pemecah pellet biasanya digunakan
untuk memecah pellet menjadi bongkahan partikel yang lebih kecil baik ukuran
panjang dan diameternya. Mesin tersebut digunakan untuk memecah pellet
menjadi bentuk butiran atau granula atau pecahan (crumble) dan biasanya
diberikan pada ternak seperti ayam broiler, ikan dan udang. Crumbling adalah
proses penggilingan atau pemecahan pellet menjadi partikel yang kasar atau
berbentuk granular.

Tahapan Pembuatan Crumble

1. Penimbangan : Menimbang bahan pakan sesuai dengan takaran yang


telah dibuat.
2. Penggilingan : Menggiling pakan yang masih dalam bentuk kasar
menggunakan mesin grinder. Penggilingan bertujuan untuk menyamakan
partikel dari semua bahan pakan.
3. Pencampuran : Mencampur semua bahan pakan yang partikelnya
sama menggunakan mixer.
4. Pencampuran dilakukan dari mulai bahan pakan yang jumlahnya besar
proporsinya, kemudian diikuti bahan pakan yang proporsinya sedikit.
5. Pencampuran dimulai dari jagung, bungkil kedelai, dedak padi, dedak padi,
meat bone meal serta CaCO3 . Mixer terbagi menjadi 2 yaitu :
a) Mixer vertical
Prinsip kerja mesin vertical yaitu memanfaatkan gaya gravitasi
untuk menyampur bahan pakan. Pada bagian dalam mixer vertical
terdapat as berulir saat diputar akan mengangkat bahan pakan,
kemudian pada bagian pipa atas terbuka sehingga bahan pakan akan
naik kemudian akan jatuh ke dalam tabung penampung. Proses
tersebut berlangsung berkali-kali sehingga bahan pakan akan
tercampur rata.

b) Mixer horizontal

Prinsip kerja mesin mixer horizontal yaitu memanfaatkan


tenaga motor, yang akan menggerakkan as yang terpasang dan
memiliki alat pengaduk. Perputaran alat pengaduk menyebabkan
bahan pakan akan tercampur hingga merata.

 Pencetakan : Mencetak bahan pakan yang telah tercampur rata


menggunakan mesin pelleting hingga membentuk silinder
memanjang.
 Penjemuran : Menjemur pakan hingga
kering yang bertujuan agar pakan tidak
mudah rusak.
 Crumbleling : Pakan yang berbentuk pellet kemudian
dimasukkan kedalam mesin crumble untuk memecah pakan
menjadi berbentuk butiran.
 Pengemasan : Pakan yang telah jadi kermudian di kemas kedalam
karung dan sebelum itu di ambil sebagian untuk di uji
dilaboratorium untuk mengetahui kualitasnya.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk
menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras dan tidak
boleh disilangkan kembali (Sudaryani dan Santosa, 2000). Fase starter yaitu
pertumbuhan ayam umur 1 haari – 8 minggu atau masa yang paling penting
untuk menentukan kelangsungan hidup ayam. Hal yang perlu diperhatikan pada
fase starter adalah suhu kandang, pemberian pakan, populasi ayam dan
bioseecurity. Pullet memiliki tahapan perkembangan tubuh yang kompleks
sesuai priode umurnya (starter dan grower ). Ayam ras pada masa stater
merupakan masa pembelahan sel (hyperplasia) sehingga perkembangan organ
sangat dominan di masa ini. Oleh karena itu, masa ini mempunyai andil 50%
bahkan 90% terhadap keberhasilan pemeliharaan pullet (Fadilah dan Fatkhuroji,
2013).

3.2 Saran

Praktikan harus mengikuti prosedur dari praktikum yang sudah


ditentukan. Selain itu, diharapkan ketelitian praktikan dalam penyusunan
laporan yang sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan Coordinator
Assistant agar tidak terjadi kesalahan dan kebutuhan bahan pakan yang
digunakan sesuai dengan kebutuhan formulasi yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Cetakan ke-3. Bogor: Lembaga Satu.

Retjani Yuli L. Herewati dan S. Kirusniati. 2011. Uji sifat fisik ransum broiler starter
bentuk crumble. www.elerpespernes.com

Widodo, W. 2002. Bahan Pakan Unggas Non Konvensional. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang.

https://hobiternak.com/kebutuhan-nutrisi-bibit-atau-anakan-ayam-petelur-dari-fase-
starter-hingga-layer-/

https://www.medion.co.id/id/update-manajemen-starter-ayam-petelur/

http://eprints.undip.ac.id/55990/3/Bab_ ii.pdf

Anda mungkin juga menyukai