Anda di halaman 1dari 10

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kulit merupakan salah satu jenis hasil ternak yang sekarang ini telah dijadikan sebagai suatu

komoditi perdagangan dengan harga yang cukup tinggi. Pada umumnya kulit dimanfaatkan sebagai

bahan pembuat sepatu, jaket, dompet, ikat pinggang serta masih ada beberapa produk-produk lain

yang memanfaatkan kulit sebagai bahan bakunya, seperti kerupuk kulit dan gelatin untuk bahan

pangan. Komoditas kulit digolongkan menjadi kulit mentah dan kulit samak, kulit mentah adalah

bahan baku kulit yang baru ditanggalkan dari tubuh hewan sampai kulit yang mengalami proses-

proses pengawetan atau siap samak.

Kambing dan sapi merupakan salah satu jenis ternak di Indonesia, yang mempunyai peran

penting bagi manusia. Kambing dan sapi dapat dimanfaatkan oleh manusia melalui konsumsi daging

yang mempunyai protein tinggi dan kulitnya dapat dijadikan bahan baku dalam industri kulit. Daging

kambing dan sapi umumnya digunakan untuk berbagai acara dan pemanfaatan kulit ini masih sangat

kurang khususnya di daerah sulawesi selatan.

Pengolahan kulit bertujuan mengubah kulit mentah yang mudah rusak oleh aktivitas

mikroorganisme, khemis atau phisis, menjadi kulit tersamak yang lebih tahan terhadap pengaruh-

pengaruh tersebut. Salah satu teknik pengolahan kulit yaitung dengan proses penyamakan, dimana

penyamakan kulit adalah memasukkan bahan tertentu yang disebut bahan penyamak ke dalam

anyaman atau jaringan serat kulit sehingga terjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dengan serat

kulit.

Tujuan

Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui teknologi pengolahan kulit serta produk hasil dari

pengolahan kulit
PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Kulit

Kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu

binatang itu tumbuh. Dalam Ensiklopedia Indonesia, dijelaskan bahwa kulit adalah lapisan luar badan

yang melindungi badan atau tubuh binatang dari pengaruh-pengaruh luar misalnya panas, pengaruh

yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan alat penghantar suhu. Pada saat hidup, kulit

memiliki fungsi antara lainsebagai indra perasa, tempat pengeluaran hasil pembakaran, sebagaii

pelindung dari kerusakan bakteri kulit, sebagai buffer terhadap pukulan, sebagai penyaring sinar

matahari, serta sebagai alat pengatur peralatan tubuh hewan.

Kulit segar yang baru dilepaskan dari tubuh binatang memiliki beberapa unsur berikut :

Collagen : 30%-32%

Lemak : 2%-5%

Epidermis : 0,2%-2%

Mineral : 0,1%-0,3%

Air : 60%-65%

Dari keseluruhan produk sampingan hasil pemotongan ternak, maka kulit merupakan produk

yang memiliki nilai ekonomis paling tinggi. Berat kulit pada sapi, kambing dan kerbau memiliki

kisaran 7-10% dari berat tubuhnya. Secara ekonomis kulit memiliki harga berkisar 10-15% dari harga

ternak.

Sifat – sifat yang dimiliki oleh kulit :


 Resisten Terhadap Panas : kulit memeberikan insulin panas karena sejumlah besar udara

yang terperangkap pada kuli merupakan konduktor panas yang buruk sehingga membuat kulit tahan

terhadap panas.

 Daya Tarik Yang Tinggi : memiliki daya tarik yang tinggi tergantung dari jenis kulit dan proses

penyamakannya.

 Tahan Terhadap Abrasi : kulit tahan terhadap abrasi pada kondisi panas dan dingin

 Elastis dan Plastisitas : kulit memiliki sifat elastis atau plastik yaitu dapat di buat menjadi

kaku ataupun fleksibel

 Tahan Terhadap Air : penetrasi air tergantung dari jenis kulit dan jenis penyamakan yang

digunakan

 Tahan Terhap Api : kulit bersifat resistensi enhern terhadap api

 Tahan terhadap asam ringan dal alkali : asam kuat dapat merusak dan melemahkan kulit

tetepi dapat menhan asam ringan dan alkali.

2. Proses Pengolahan Kulit


Pra Penyamakan

 Penggudang lebih di artikan sebagai proses perendaman kulit yang direndam dengan garam

dan disimpan dalam suhu dingin

 Pra Penyamakan

 Perendaman : kulit di rendam di dalam air untuk menghilangkan darah, kotoran,

garam dan lain-lain

Proses perendaman kulit


 Pengapuran : kulit di rendam kapur dan natrium sulfida, perendaman dan

pengapuran berlangsing selama 24-36 jam, pengapuran ini dilakukan untuk menghilangkan

bulu-bulu dan kuku. Hal ini juga bertujan untuk menghilangkan protein larut seperti mucin,

minyak alami, dan lemak sampai pembengkakan pada kolagen berlangsung.

 Setelah Perendaman: proses ini berlangsung untuk menghilangakan sisa-sisa bulu,

daging dan lemak menggunakan pisau rol

 Setelah Pengapuran : amonium clorida di gunakan untuk menghilangkan alkali

setelah pengapuran.

 Bating: untuk membuat kulit luntur dan menghilangkan protein yang tidak di

inginkan pada kulit. Enzim protease yang di gunakan pada proses ini misalnya, Palkobat dan

Palkocid

 Pengawetan : langkah terakhir dalam persiapan kulit praremaja. Penambahan asam

sulfat untuk mencegah peningkatan asam. Garam di berikan ke kulit untuk

mempertahankan pH atau keseimbangan kimia agar dapat disimpan dalam jangka waktu

yang panjang.

Penyamakan

 Penyamakan Crom Dalam penyamakan krom, digunakan krom sulfat basa. Kulit yang

disamak dengan bahan penyamak ini memberi sifat lemas, kuat dan lentur. Tidak menghilangkan

bentuk dan dapat menggunakan banyak warna.

 Penyamakan nabati, Dalam penyamakan nabati digunakan bahan penyamak nabati yang

berasal dari alam. Bahan penyamak nabati merupakan bahan penyamak yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan yang mengandung bahan penyamak. Namun memiliki kekurangan dari hasil penyamakan

nabati

 Kulit tidak stabil dalam air, hal ini cenderung untuk menghitankam
 Mudah mengalami penyusutan bila terlalu lama direndam

 Sulit mendapatkan kelembutan, fleksibel terutama pada media yang ketebalannya

tinggi

 Agen pewarna penyamak nabati memiliki warna intristik tersendirih

 Penyamakan Aldehid, dalam penyamakan aldehid menggunakan senyawa glutareldehyde

atau oksazolidin. Penyamakan ini juga dikenal sebagai penyamakan putih pucat, karena kulit bewarn

putih pucat. Keuntungan dari penyamakan aldehid yaitu  permukaan yang halus dan penyerapan air

yang baik. Serta kekurangan dari penyamakan aldehid yaitu penggunaan bahan formalin pada

proses penyamakan dapat memberi pengaruh berbahaya pada proses pekerjaanya.

 Penyamakan sintetik, Pada dasarnya penyamakan sintesis tidak jauh beda dengan

penyamakan nabati, hanya saja menggunakan bahan sintesis yaitu organic polyacid yang memiliki

kemampuan menyamak kulit.

Pasca Penyamakan

Proses yang ada pada pasca penyamakan adalah sebagai berikut:

 Pressing (samming) untuk menghilangkan kelembaban kulit segar.

 Pencukuran,

 Pewarnaan dan pelembutan kulit yang sudah disamak menggunakan minyak-minyak emulsi

(fatliquoring), didahului dengan sekali-sekali penyamakan sekunder menggunakan tanin sintesis

(syntans) dan ekstrak penyamakan.

 Pengeringan dan pencukuran akhir,

 Pelapisan permukaan dan buffing (finishing)


Proses pengeringan kulit

3. Limbah Penyamakan Kulit

Proses penyamakan banyak menggunakan air sebagai pelarut maupun sebagai pembersih.

Air bekas proses penyamakan akan terbuang sebagai Iimbah cair. Kandungan pulutan dalam Iimbah

cair tersebut antara lain bahan kimia pembantu proses, lemak, protein dan bahan organik lainnya

dari kulit dan daging, dan padatan (kotoran dari lokasi kerja, bulu, serpihan kulit dan daging).

Disamping menghasilkan limbah cair, usaha penyamakan juga menghasilkan limbah padat. Limbah

padat yang dihasilkan banyak mengandung serpihan kulit dan daging, bulu, garam, kotoran dll.

Limbah cair dan padat pada usaha ini dihasilkan dad berbagai sumber (unit proses) dan setiap

sumber yang ada akan menghasilkan limbah dengan karakteristik yang berlainnan. Sumber dan jenis

polutan yang ada pada setiap unit proses tersebut dapat dilihat seperti pada diagram alir proses

penyamakan kulit di bawah ini :

Diagram alir skematis proses penyamakan kulit


4. Produk Hasil Dari Penyamakan Kulit
Hasil olahan kulit dalam bentuk non pangan lebih banyak dalam bentuk kulit tersamak (leather)
melalui proses penyamakan.  Beberapa jenis produk leather yang kita kenal adalah sebagai berikut :
1.    Kulit sol

Kulit sol biasanya berasal dari kulit tebal yang mempunyai struktur serat yang kuat dan padat. Jenis
kulit ini kaku dan sulit dibengkokkan.  Penggunaannya sebagai bahan sol sepatu untuk militer/polisi
serta pekerja pabrik. Kulit sol diolah dengan melalui penyamakan nabati.

2.    Kulit raam

Kulit raam adalah jenis kulit vache digunakan untuk menyambung kulit atasan dengan kulit bawahan
dan diperdagangkan sebagai lajuran dengan lebar 12-18 mm dan tebal 1,8-2,2 mm.  Warna biasanya
disesuaikan dengan warna kulit ternak.

3.    Kulit box

Kata box merupakan contoh dari kulit atasan yang berasal dari kulit sapi melalui penyamakan
chrome.  Sifat kulit ini lemas, struktur kuat serta nerf tidak mudah pecah dan lepas.  Banyak
digunakan sebagai bahan sepatu kantor atau kerja.

4.    Kulit fahl

Kulit fahl merupakan bahan untuk kulit atasan berasal dari kulit sapi yang disamak nabati dan diberi
gemuk tidak berwarna atau berwarna kehitaman.  Sifatnya tahan air, lemas dan kekuatan tariknya
tinggi.  Banyak digunakan sebagai bahan sepatu gunung, militer maupun sepatu lapangan.

5.    Kulit tahan air

Kulit ini merupakan kulit atasan melalui proses penyamakan chrome, kombinasi dan nabati.  Kulit
diberi gemuk agar tahan terhadap air dan banyak digunakan sebagai bahan pembuatan sepatu
berat, laras, sport dan ski.  Kadar gemuknya mencapai 15-21%. 

6.    Kulit nubuk dan velour

Kulit ini berasal dari kulit sapi yang disamak chrome dan pada bagian atas (nerf) digosok sedikit
sehingga bila diraba akan terasa seperti beludru.

7.    Kulit chevrau

Kulit ini dibuat dari kulit kambing yang disamak chrome yang digunakan sebagai bahan kulit atasan.  
Kulit ini biasa juga disebut kulit glase.

8.    Kulit chevrette
Kulit ini berasal dari domba yang disamak  chrome.  Kekuatannya sedikit berada dibawah kulit
chevrau sehingga kebanyakan dibuat untuk jenis sepatu rumah. 

9.    Kulit blank

Kulit ini kebanyakan diolah dengan samak nabati sifatnya elastis  tidak mudah dibengkokkan dan
kuat.  Digunakan sebagai bahan untuk sadel, tas, ransel.
10.     Kulit vachet

Kulit ini berbahan mentah kulit sapi dan digunakan sebagai bantal pada kursi dan peralatan-
peralatan rumah tangga lainnya.

11.     Kulit mebel

Kulit ini mirip dengan kulit blank namun jumlah gemuk yang diberikan lebih banyak, elastis dan kuat.

12.     Kulit halus

Yang tergolong kulit ini adalah kulit sampul buku dan kulit tas.  Bahan mentahnya berasal dari kulit
sapi, kambing dan domba yang disamak nabati

13.     Kulit manchet

Jenis kulit ini banyak dipergunakan untuk peralatan pompa, pipa air, pentil.  Kulit ini berasal dari kulit
sapi dan kambing.

14.     Kulit tekstil

Jenis kulit ini digunakan untuk keperluan alat-alat teknik  antara lain bagian-bagian dari alat tenun
misalnya  pecker, roda gigi (dapat berjalan tanpa berbunyi). 

15.     Kulit sarung tangan

Jenis kulit harus tipis, lemas dan lentur.  Biasanya putih atau berwarna-warni.  Bahan mentahnya
dapat berasal dari kulit kambing, domba rusa dan babi.  Prosesnya melalui penyamakan chrome,
kombinasi chrome dengan minyak.

16.     Kulit pakaian

Yang termasuk dalam produk ini adalah barang kulit berupa mantel ataupun jaket. Bahan mentah
berasal dari kulit domba, kambing, sapi dan kuda.

17.     Kulit pengisap keringat

Kulit ini biasanya dipasang pada topi.  Prosesnya dengan penyamakan nabati.  Bahan mentahnya
berasal dari kulit domba, kambing dan babi.

PENUTUP

Kesimpulan

Pada penulisan makalah ini dapat dismpulkan bahwa proses pengolahan kulit dapat meningkathan

hasil dari produk sampingan ternak yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi bila di proses

dengan sangat baik.

Saran

Dibutuhkan solusi yang tepat dalam proses pengolahan hasil limbah dalam pengolahan kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Dedes Amertaningtyas. 2011. Mini review : Pengolahan kerupuk “Rambak” kulit  di Indonesia. Fakultas
Brawijaya. Malang. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan 21 (3): 18 – 29

Huda, N, A.A. Putra and R. Ahmad. 2010. Physicochemical an Nutritional Characteristics of Indonesian
Buffalo Skin Crackers. International Journal of Meat Science., 1: 36-51.

Irfan, M. 2012. Ilmu dan Teknologi Pengolahan Kulit. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Priyanka K, Shahnaz J and  Kirti K. 2015. A Review on Leather Processing. International Journal of Applied
Research 2015; 1(9): 977-982

Raffy, H. 2012. Gantungan Kunci Ceker Ayam. http://ag1992.blogspot.com /2012/10 /gantungan-kunci-


ceker-ayam-makalah.html. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2016.

Sabil S. 2013. Penyamakan Kulit. http://syahrianasabil.blogspot.co.id /2013/04/ penyamakan-kulit_25.html.


Diakses pada tanggal 13 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai