Emulsi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang penyusun ambil, maka dapat ditarik
tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara membuat pakan berbentuk larutan emulsi
2. Untuk mengetahui berbagai jenis pakan buatan
1.3 Manfaat
Berdasarkan latar belakang yang penyusun ambil, maka dapat ditarik
manfaat dari diadakannya praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa/i mengetahui bagaimana cara pembuatan pakan berbentuk
larutan emulsi
2. Mahasiswa/i mampu membuat pakan berbentuk larutan emulsi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
komposisi bahan baku yang utama adalah kuning telur bebek atau ayam dengan
tambahan vitamin dan mineral.
Pakan ini berbetuk seperti lem atau cairan kental. Bahan yang digunakan
adalah telur itik terutama kuning telurnya, tepung kedele, tepung sagu/ tapioka, air
dan vitamin. Pakan emulsi dapat dimanfaatkan dalam satu kali pemberian pakan
dan mampu bertahan sampai dengan 10 jam, sehingga dalam pembuatannya
disarankan sesuai kebutuhan.
Bentuk wafer atau lembaran dapat dibuat dari emulsi. Pakan emulsi
dihamparkan di atas alumunium hingga menjadi lapisan yang tipis. Kemudian
lapisan itu dijemur sampai membentuk lembaran. Lembaran kering tersebut
apabila diremas akan menghasilkan kepingan–kepingan kecil.
b. Sebagai zat pengatur yang berperan dalam pembentukan enzim dan hormon
penjaga serta pengatur berbagai proses metabolisme didalam tubuh ikan.
c. Sebagai zat pembakar karena unsur karbon yang terkandung didalamnya dapat
difungsikan sebagai sumber energi pada saat kebutuhan energi tidak terpenuhi
oleh karbohidrat dan lemak (Sahwan 2002).
Kebutuhan protein masing-masing jenis ikan berbeda-beda. Jumlah protein
yang dibutuhkan ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain ukuran ikan,
suhu air, jumlah pakan yang dimakan ikan, ketersediaan dan kualitas pakan alami,
dan kualitas protein (Kordi 2004). Pada umumnya ikan membutuhkan makanan
yang kadar proteinnya berkisar antara 20-60 persen. Sedang kadar optimum
berkisar antara 30-36 persen. Apabila protein dalam pakan kurang dari 6 persen,
maka ikan tidak dapat tumbuh (Mujiman 1991).
Pakan buatan terdiri dari beberapa macam campuran bahan pakan yang
berasal dari protein hewani maupun nabati. Sumber protein hewani antara lain
tepung ikan, telur ayam, tepung tulang dan tepung darah. Sumber protein nabati
bisa diperoleh dari limbah industri pertanian seperti bungkil kacang tanah, ampas
tahu, kedelai dan sorghum (Tiana 2004).
Protein nabati (asal tumbuh-tumbuhan) lebih sukar dicerna daripada
protein hewani (asal hewan). Hal itu disebabkan karena protein nabati terbungkus
didalam dinding selulose yang memang sukar dicerna. Selain itu kandungan asam
amino esensial dari protein nabati pada umumnya kurang lengkap dibandingkan
dengan protein hewani (Mujiman1991).
Protein yang digunakan dalam pembuatan pakan bentuk larutan emulsi
adalah tepung kedelai. Di antara jenis kacang-kacangan, kedelai merupakan
sumber protein yang paling baik. Kedelai juga dapat digunakan sebagai sumber
lemak, vitamin, mineral, dan serat. Komposisi rata-rata kedelai dalam bentuk biji
kering dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia kedelai kering per 100 g
Komposisi Jumlah
Kalori (kkal) 331,0
Protein (g) 34,9
Lemak (g) 18,1
Karbohidrat (g) 34,8
6
2.2.2 Karbohidrat
7
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang terdiri dari serat kasar dan
bahan bebas tanpa nitrogen (nitrogen free extract) atau dalam bahasa Indonesia
disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Unsur-unsur karbohidrat terdiri dari
karbon, hidrogen, dan oksigen dalam perbandingan yang berbeda-beda.
Karbohidrat dalam bentuk yang sederhana pada umumnya lebih mudah larut
dalam air daripada lemak atau protein (Kordi 2004).
Karbohidrat merupakan salah satu komponen sumber energi yang juga
berperan dalam menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi. Apabila
pakan yang diberikan kekurangan karbohidrat, ikan akan kurang efesien dalam
penggunaan pakan berprotein untuk menghasilkan energi dan kebutuhan
metabolik lainnya (Afrianto 2005).
Kebutuhan karbohidrat pada pakan ikan bergantung dari jenis ikannya.
Menurut Wilson, hanya ikan herbivor dan omnivor yang dapat memanfaatkan
karbohidrat tanaman. Watanabe , mengatakan bahwa kadar karbohidrat optimum
untuk ikan omnivor adalah 20-40%, sedangkan untuk ikan karnivor antara 10-
20% (Kordi 2014).
Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat ini tergantung pada
kemampuannya untuk menghasilkan enzim amilase. Dan kemampuan ini
tergantung pula pada jenis ikannya. Apabila makan karbohidrat lebih dari 12
persen, maka pada hatinya akan terjadi timbunan glikogen yang berlebihan, dan
dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi. Tapi ikan pemakan segala, dapat
hidup baik dengan makanan yang kadar karbohidratnya sampai 50% atau bahkan
lebih (Mujiman 1991).
Bahan-bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat adalah jagung,
beras, tepung terigu, dedak halus, tepung tapioka, tepung sagu dan beberapa bahan
lainnya. Sebagian bahan diatas, selain sebagai sumber karbohidrat, juga berfungsi
sebagai bahan perekat (binder) dalam pembuatan pakan ikan (Kordi 2004).
Pembuatan pakan bentuk larutan emulsi ini menggunakan tepung sagu
sebagai sumber utama karbohidrat. Tepung sagu adalah tepung yang berasal dari
teras batang pohon sagu. Tepung sagu biasa digunakan sebagai salah satu bahan
baku kue atau penganan lainnya. Pembuatan kue, sagu biasanya digunakan
8
sebagai bahan pengental karenatepung ini bersifat lengket. Tepung sagu kaya
dengan karbohidrat (pati) namun sangat miskin gizi lainnya. Ini terjadi akibat
kandungan tinggi pati di dalam teras batang maupun proses pemanenannya.
Seratus gram sagu kering setara dengan 355 kalori. Dalamnya rata-rata
terkandung 94 gram karbohidrat, 0,2 gram protein, 0,5 gram serat, 10mg kalsium,
1,2mg besi, dan lemak, karoten, tiamin, dan asam askorbat dalam jumlah sangat
kecil.Tepung sagu memiliki ciri fisik yang mirip dengan tepung tapioka. Dalam
resep masakan, tepung sagu yang relatif sulit diperoleh sering diganti dengan
tepung tapioka, meskipun keduanya sebenarnya berbeda.
2.2.3 Vitamin dan mineral
Kebutuhannya berkisar antara 2-5% .Kandungan vitamin di dalam pakan
buatan tergantung dari bahan baku yang digunakan dan bahan yang ditambahkan.
Jumlah vitamin dapat berkurang atau rusak selama proses pembuatan dan
penyimpanan pakan buatan. Oleh karena itu, perlu selalu dilakukan penambahan
vitamin. Sebagian besar vitamin akan rusak karena penanganan yang kurang
cermat, baik selama proses pembuatan maupun penyimpanan pakan yang terlalu
lama (lebih dari tiga bulan). Tiamin akan kehilangan aktivitasnya apabila
pembuatan atau penyimpanan pakan dilakukan dalam kondisi basa atau
mengandung sulfida. Beberapa vitamin akan mengalami perombakan lebih lanjut
apabila terkena cahaya matahari secara langsung. Riboflavin harus dilindungi dari
cahaya matahari atau cahaya lampu. Piridoksin tidak tahan terhadap udara dan
cahaya matahari. Asam pantotenat kurang stabil apabila disimpan di tempat yang
panas dan lembab. Cahaya matahari dan penyimpanan yang terlalu lama akan
merusak aktivitas asam folat. Fungsi vitamin B-12 akan menurun apabila
disimpan di tempat yang bersuhu tinggi. Vitamin E sangat sensitif terhadap proses
oksidasi. Vitamin K dalam bentuk sintetis harus terlindung dari cahaya matahari
secara langsung. Tampak jelas bahwa fungsi vitamin mudah terganggu sehingga
lebih baik segera digunakan. Jika terpaksa disimpan, sebaiknya vitamin di
letakkan di tempat kering dan dingin, serta terhindar dari pengaruh cahaya
matahari maupun cahaya lampu yang terlalu terang.
2.2.4 Binder
9
Binder yang digunakan pada pembuatan pakan bentuk larutan emulsi yaitu
kuning telur.Telur memiliki sifat pengemulsi. Telur membentuk warna, aroma,
kelembutan dan berfungsi sebagai emulsifier alami. Telur juga berfungsi
membentuk struktur dan kekokohan. Di samping itu, telur juga menambah nilai
gizi produk akhir, karena mengandung protein, lemak dan mineral (Anonim
1990).
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum pembuatan pakan bentuk
larutan emulsi ini ditunjukkan pada Tabel 6 berikut,
Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan pelet larutan emulsi
Nama Bahan Jumlah Fungsi
Telur Ayam 1 butir Sebagai bahan pengemulsi
Tepung Kedelai 20 gram Sebagai sumber protein nabati
Tepung Sagu 5 gram Sebagai sumber karbohidrat, perekat,binder
Air 200 ml Sebagai pelarut
10
Vitamin 1 gram Sebagai sumber Vitamin
11
11
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pembuatan pakan emulsi yang dilakukan oleh kelompok
kami serta pengamatan secara organoleptik didapatkan karateristik pakan sebagai
berikut (tabel.1) :
4.2. Pembahasan
Pakan emulsi merupakan pakan ikan buatan yang dibuat dalam bentuk
emulsi atau cairan kental. Hal tersebut dilakukan oleh karena beberapa alasan
diantaranya adalah untuk menyesuaikan dengan kondisi morfologi ikan target,
ikan target yang dimaksud dalam sub bab ini ialah jenis ikan yang masih dalam
tahap juvenil, burayak, atau larva. Bukaan mulut yang masih relatif kecil akan
dimudahkan oleh pemberian pakan dalam bentuk emulsi dibandingkan dalam
bentuk pelet. Alasan kedua pakan dibentuk emulsi adalah agar bahan pelarut dan
bahan terlarut penyusunnya dapat tercampur dengan baik apabila akan dilakukan
penambahan bahan dalam pakan.Bahan-bahan pelarut dalam pakan yang dibentuk
emulsi adalah air dan telur, sementara bahan-bahan terlarut dalam pakan yang
dibentuk dapat berupa tepung kedelai, tepung sagu, serta penambahan vitamin.
Dalam penelitian kali ini, bahan-bahan yang disediakan yakni 1 butir telur
ayam, 20 gram tepung kedelai, 5 gram tepung sagu, dan 1 gram vitamin. Telur
ayam memiliki fungsi sebagai sumber protein hewani bagi larva ikan. Menurut
Komala (2008), telur ikan memiliki jumlah protein hingga 12,9% dan lemak
11,2%. Kemudian, fungsi kuning telur juga menjadi zat emulifier, artinya menjadi
stabilisator dan pengikat antara cairan dengan lemak. Adapun fungsi dari tepung
12
13
kedelai yakni sebagai sumber protein nabati bagi larva ikan. Menurut Badrut
(2012), kedelai mengandung protein hingga 35% bahkan pada varietas unggul
dapat mencapai 40 – 43%. Selain itu juga, tepung kedelai memberi aroma yang
khas pada pakan emulsi yang dihasilkan.
Tepung sagu berfungsi sebagai sumber karbohidrat bagi larva ikan.
Menurut Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1979), kandungan
karbohidrat yang terdapat pada sagu dapat mencapai 84,7 gr per 100 gr. Selain hal
tersebut, tepung sagu juga memberikan tekstur yang kental sehingga membuat
pakan ikan seperti pasta atau lem. Vitamin berfungsi sebagai pakan tambahan bagi
larva ikan agar pakan yang dibuat padat gizi.
Setelah mengalami pencampuran dan pemanasan, pakan emulsi yang
dibuat memiliki karateristik organoleptik seperti tabel hasil diatas (tabel 1). Warna
pakan yang kuning kecoklatan atau browning/caramelyzed merupakan hasil dari
kuning telur serta bahan-bahan lain yang mengalami pemanasan. Adapun rasa
yang hambar atau cenderung tawar dan tekstur yang kental merupakan hasil dari
tepung sagu dan kuning telur yang tercampur. Sementara itu, aroma yang tercium
dari pengamatan organoleptik terhadap pakan yakni khas telur dan tepung kedelai,
hasil tersebut diharapkan dapat menjadi penarik bagi larva ikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pakan bentuk larutan emulsi merupakan bentuk pakan tambahan untuk
burayak ikan dan udang umur 3-21 hari. Bahan dari pakan ini terbuat dari kuning
telur ayam, 40 gram tepung kedelai, 50 gram tepung sagu serta di tambahkan
dengan 1 gram vitamin. Cara pembuatan pakan emulsi yaitu merebus telur sampai
masak kemudian diambil kuning telurnya dan dilarutkan ke dalam 200 ml air yang
ditambah dengan 40 gram tepung kedelai halus, 50 gram tepung sagu (sebagai
perekat) dan 1 gram vitamin. Campuran bahan tersebut diaduk rata sambil
dipanaskan sampai terbentu emulsi.
Hasil pengamatan pembuatan pakan bentuk larutan emulsi memiliki warna
kuning kecoklatan, aroma telur dan tepung kedelai yang kuat, rasa yang hambar
dan memiliki tekstur yang kental dan tida terlalu halus. Pakan berbentuk emulsi
tidak boleh disimpan di udara terbuka lebih dari 10 jam. Sebaiknya emulsi di
simpan dalam lemari es atau dengan membuatnya setiap akan memberikan pakan.
5.2 Saran
Pembuatan pakan bentuk larutan emulsi tidak terlalu efektif sebagai pakan
pada burayak ikan karena tidak dapat bertahan lama sehingga diperlukan
modifikasi pakan bentuk larutan emulsi agar dapat bertahan lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
14
Badrut Tamam & I Putu Gilang Aditia. 2012. Kandungan Polifenol dan Protein
Tepung Kedele Akibat Perlakuan Pengolahan. Poltekkes Gizi Denpasar
Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Kordi, K.M.G. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Cetakan
Pertama. Jakarta: Rineka Cipta
Murtidjo. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Jogjakarta : Kanisius
Suryaningsih. 2010. Makanan Ikan. Jogjakarta : Divapress
15
LAMPIRAN
Baskom Loyang
16
Mendinginkan Pakan Memanaskan Pakan
17