Betina dapat menempatkan telur dengan leluasa dibagian ruang fiber, dengan jumlah
jantan yang demikian, sehingga telur dapat terbuahi secara lebih baik karena sperma
jantan dapat menjangkau telur. Sedangkan pada wadah akuarium (2 betina + 4
jantan), jumlah telur yang diperoleh tinggi yaitu sebanyak 80.000 butir telur, namun
hanya menetas sebanyak 12.600, dan dapat dilihat bahwa terdapat persentasi
sebanyak 15,75% telur yang menetas dan terdapat 84,25% telur yang tidak menetas
atau gagal menetas. Jumlah jantan dalam akuarium diperkirakan tidak dapat
membuahi telur secara merata, sehingga sebagian telur tidak dicapai oleh sperma.
Selain telur yang tidak bertemu dengan sperma cenderung sangat cepat terdegradasi
yang kemudian akan dengan cepat merusak kualitas air. Hal tersebut juga
mempengaruhi sebagian telur yang terbuahi dan berakibat gagal dalam pemijahan.
Hal inilah yang menyebabkan tingkat keberhasilan memijah (HR) didalam akuarium
sangat kecil dan jauh lebih sedikit dibandingkan bak fiber.
Perolehan data selama penelitian menunjukan bahwa tingkat keberhasilan
hidup (SR) larva pada wadah fiber lebih baik dari akuarium, 45,5 % larva menjadi
benih setelah pemeliharaanselama 33 hari, sedangkan pada akuarium hanya didapati
sebesar 35,19%.
Kedua wadah ini sama-sama memilki SR yang rendah, yaitu dibawah 50%.
Besar kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh lemahnya kondisi larva setelah menetas
dan terjadinya penurunan kualitas air akibat sebagian telur yang tidak berhasil
menetas dan membusuk. Selain itu pakan juga sangat berpengaruh dalam penyebab
penurunan kualitas air, pakan yang berlebihan dapat memicu munculnya kematian
akibat rusaknya kualitas air. Factor lain yang mempengaruhi juga adalah proses
pembusukan larva yang mati, dapat menghasilkan gas ammonia dan menyebabkan
larva lain juga mati.
Kualitas air air yang baik sangat diperlukan pada stadia larva dan post larva,
kecenderungan tingkat mortalitas pada periode ini lebih tinggi dari pada saat ikan
telah mencapai stadia benih atau ikan muda. Pemberian pakan yang teratur dan
jumlahnya yang proporsional akan dapat membantu bertahannya tingkat keberhasilan
hidup benih serta mendapat benih yang sehat dan gesit. Jenis pakan dan kandungan
nutrisinya harus dipertimbangkan, karena nutrisi yang seimbang adalah kunci utama
bagi ikan dapat tumbuh dengan normal da baik.
Dari hasil penelitian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa wadah
akuarium dan fiber dapat digunakan dalam proses perkawinan, pemijahan, serta
proses perawatan benih ikan mas koki. Namun, pada media wadah fiber lebih baik
dibandingkan akuarium, hal tersebut karena memungkinkan menempatkan induk
dengan padat tebar yang lebih tinggi, sehingga jumlah sperma jantan akan lebih
berpeluang mencapai telur untuk dibuahi. Pengontrolan kualitas air secara rutin akan
membantu untuk meningkatkan tingkat keberhasilan pembenihan, dengan kata lain
dapat menaikan perolehan Hatching Rate (HR) maupun Survival Rate (SR) yanglebih
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Miswar, Edy. Syukran. Safrita. H.A. 2013. Pengaruh Perbedaan Wadah terhadap
keberhasilan Pembenihan Ikan Maskoki (Carassius auratus). Fakultas
kelautan dan Perikanan Universitas Syaikh Kuala. Banda Aceh