Anda di halaman 1dari 5

Pembenihan kakap putih (Lates calca- rifer) mulai diusahakan di Thailand pada tahun

1971 (T ATT ANON and MANEE- WONGSA 1982) dan Malaysia tahun 1982 (RUANGPANIT
1984), sedangkan di Indo- nesia di mulai tahun 1987.
Penyediaan benih yang tepat, baik dalam jumlah, waktu, maupun mutu menjadi faktor
utama untuk menjamin kelangsung- an usaha pembesaran ikan kakap. Dewasa ini produksi
benih ikan dari larva sampai mencapai ukuran fingerling (tokolan) ma- sih sangat rendah.
Diduga larva dibawah umur 3 minggu kondisinya masih leniah, sehingga mudah terserang
hama/penyakit dan dimangsa oleh ikan yang lebih besar (RUSSEL et al 1987). Usaha untuk
memper- cepat pertumbuhan dan mempertinggi kelu- lus hidupan benih, parameter lingkungan
yang tepat harus tersedia dalam air. Kemun- duran mutu air dapat mengakibatkan kema- tian,
hambatan pertumbuhan, timbulnya hama/penyakit, pengurangan rasio konversi pakan, serta
menurunnya mutu daging ikan (HIRAYAMA 1974, BO YD 1979).
Pesatnya kemajuan budidaya ikan ka- kap putih pada tanibak dan kurung apung, baik
secara tradisional, semi maupun inten- sip akan menimbulkan berbagai masalah, diantaranya
adalah ketersediaan benih dan pengelolaan mutu air. Secara alami produksi benih ikan kakap dari
ukuran larva sampai ukuran fingerling masih sangat rendah.

Mengingat kemungkinan pengembang- an usaha pembesaran ikan kakap, baik di- tanibak
maupun dikurung apung, usaha pem- benihan merupakan faktor utama untuk menunjang usaha
tersebut. Berdasarkan ma- salah ini, penulis mencoba menyajikan cara pemijahan dan
pemeliharaan larva kakap putih (Lates calcarifer).

PEMELIHARAAN INDUK, PEMIJAHAN DAN PEMBUAHAN

Pemeliharaan Induk
Induk ikan kakap yang baru diperoleh dari alam diseleksi menurut jenis dan ukur- annya.
Bentuk induk jantan lebih langsing dan beratnya lebih ringan bila dibanding- kan dengan induk
betina, meskipun badan- nya sama panjang. Induk kakap yang dipeli- hara dalam kurung apung
diperairan pantai, juga harus diseleksi untuk keperluan pemi- jahan. Pilihlah induk-induk kakap
yang sehat (tidak sakit, tidak luka, memiliki sperma atau telur yang baik) serta umur
jantan dan betina kurang lebih sama.
Dean kakap yang agak kecil dapat dija- dikan induk dan harus dipelihara dengan baik
dalam kurung apung dengan ketentu- an sebagai berikut:
- Ukuran jaring 2 x 2 x 2 m untuk ukuran ikan 100 gram dengan kepadatan 300 -
500 ekor/jaring.
- Ukuran ikan 100 - 200 gram, ukuran jaring 5 x 5 x 3 m dengan kepadatan
50 sampai 100 ekor/m .
- Dean ukuran 3 kg, kepadatan 50 — 80 ekor per jaring.
- Makanan berupa ikan rucah, udang, cumi- cumi dan Iain-lain dengan konversi pakan
2 — 3 % dari total biomas.
- Ukuran induk jantan 2 — 2,5 tahun dan betina 3 — 4 tahun.
- Kematangan telur ditentukan oleh sampel yang menggunakan polyethyline canula (diameter
1,5 - 2,5 mm). Telur yang niatang berbentuk seragam, spherical dan tidak melekat, rata-
rata diameter 0,45 mm atau lebih.
- Musim pemijahan, abdomen dari betina lebih gelap dan genital membuka serta ukurannya
bundar dan abdomen jantan
lebih terang.
Pemijahan
Menurut BARLOW (1981) metoda pemijahan pada ikan kakap putih (Lates calcarifer)
dibagi atas 3 yaitu : pemijahan alami (Natural spawning), pemijahan (Strip- ping atau artificial
fertilization) dan penyun- tikan (induced spawning).
Natural spawning atau pemijahan alami dalam bak/tangki pemeliharaan biasa- nya
berlangsung sama seperti pada pemijah- an yang terjadi diperairan terbuka. Pemijah- an
diperairan terbuka berlangsung dari bu- lan April sampai akhir bulan September. Waktu
pemijahan dalam bak berlangsung antara jam 20.00 — 24.00 pada bulan pur- nama.
Telur yang dibuahi mengapung diper- mukaan, sedangkan yang tidak dibuahi tenggelam ke
dasar bak. Kemudian telur yang mengapung dikoleksi dan dipindahkan kedalam bak-bak
penetasan. Guna melin- dungi perkembangan telur secara layak, salinitas harus dipertahankan
2 5 — 3 2 °/oo dan temperatur 27 — 30 °C. Beberapa fak- tor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan/ kegagalan dalam pemijahan adalah pakan, mutu air (oksigen terlarut, pH,
salinitas) dan ukuran induk.
Stripping atau pemijahan dengan cara pemijatan merupakan cara yang baik untuk
memperoleh produksi benih secara besar- besaran. Induk jantan yang digunakan ber- ukuran 2 —
5 kg dan betina 3 — .7 kg. Untuk melakukan pemijatan diperlukan 2 orang, satu orang
memegang induk kakap diatas sebuah wadah dan seorang lagi mengeluar- kan telur dengan jalan
pemijatan perut ikan perlahan-lahan dari depan kebelakang de- ngan ibu jari dan telunjuk.
Pemijatan induk jantan juga sama dengan induk betina, spefma disimpan dalam ice box
(dapat disimpan selama 5 hari). Tanda-tanda sperma yang baik tidak meng- gumpal dan tidak
melekat pada plasma, apabila dipijat spermanya akan keluar de- ngan mudah dan bila dilihat
dibawah mikros- kop mereka bergerak secara aktif dan cepat. Setelah sperma dan telur
dikeluarkan dari induknya segera dicampur dalam sebuah wa- dah, lalu diaduk dengan bulu ay
am. Kemu- dian telur yang sudah dibuahi dicuci dengan air laut bersih berulang-ulang. Cara
pem- buahan demikian sering disebut dengan "dry method of eggs fertilization".
Induce spawning atau pemijahan de- ngan suntikan menggunakan hormon HCG (Human
Chorionic Gonadotropin), Pubero- gen dan LHRHa (Luteinizing Hormone Releasing Hormone
Analoque). Hormon ter- sebut disuntikan secara intramusculer lebih kurang 3 - 4 cm dibawah
sirip dorsal.
Menurut LIM et al (1986) dosis yang digunakan tergantung pada jenis hormon- nya.
Untuk hormon HCG 250 IU/kg berat badan (betina) dan 100 (IU/kg (jantan), Puberogen 200
IU/kg (jantan dan betina), sedangkan hormon LHRHa adalah 75 kg ug/kg (betina) dan 40 ug/kg
(jantan). Pada Sub Balitdita Bojonegara-Serang menggu- nakan hormon HCG dengan dosis 250
IU/kg (jantan dan betina) untuk penyuntikan I dan 500 IU/kg penyuntikan II, sedangkan
hormon LHRHa dengan dosis 50 ug/kg (jantan dan betina) baik untuk penyuntik- an I dan
II. Interval penyuntikan I dan II lebih kurang 12 jam (Lampiran 1).

Pembuahan
Telur yang sudah dibuahi berbentuk bundar, permukaannya licin, transparan dan
berdiameter 0,69 — 0,80 mm. Mereka saling melekat dan apabila dalam kelompok ber- warna
kuning muda atau keemasan. Dalam telur terdapat gelembung minyak dengan diameter 0,20
- 0,23 mm.
Telur yang dibuahi ditempatkan keda- lam bak penetasan yang sebeluninya dicuci dengan
larutan acriflavine 5 ppm sebanyak
2 - 3 kali. Bak diisi air laut bersih dengan salinitas 28-32 °/oo dan diaerasi dari dasar.
Setelah telur dibuahi, 35 menit kemudian dimulai perkembangan embryonic. Dimulai dari
stadium 1 sel, kemudian berturut- turut menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel, 32 sel, 64 sel, 128
sel, prablastula, blastula, gastrula, neurula dan kemudian meningkat menjadi embryo yang
sudah berkepala dengan bola mata dan tunas ekornya. Bebe- rapa menit kemudian jantungnya
mulai berfungsi, ekornya tumbuh dan badannya mulai bergerak-gerak, sampai akhirnya telur itu
menetas.
Penetasan telur kakap putih sangat dipengaruhi oleh temperatur air dan sali- nitas. Pada
temperatur 30 — 32 °C menetas setelah 1 2 - 1 4 jam, temperatur 27 °C menetas setelah 17
jam. Sedangkan salini- tas yang baik untuk penetasan berkisar an- tara 25 - 34 °/oo.

PEMELIHARAAN DAN PERTUMBUHAN LARVA

Pemeliharaan Larva
Penieliharaan larva ikan kakap dilaku- kan' dalam bak pemeliharaan atau circular fibre
glass tank (diameter 1,4 dan tinggi
0,8 m) atau Rectangular concrete tank (5 x 2 x 1 m atau 2 x 1,5 x 1 m). Bak-bak diisi air
laut bersih dan diberi aerasi secukup- nya.
Untuk menekan peningkatan kadar amonia didalam tangki pemeliharaan, diino- kulasikan
Chlorella atau Tetraselmis, Kepa-
datan yang ideal untuk Chlorella adalah50 x 10 sel/ml dan untuk
Tetraselmis
5 x 104 sel/ml. Chlorella dan Tetraselmis juga berfungsi sebagai pakan rotifer didalam tangki
(ANONYMOUS 1985).
Pembersihan tangki harus dilakukan secara periodik dengan menggunakan sipon. Bila larva
ikan berumur 7 - 2 0 hari, dasar tangki harus dibersihkan setiap 2 hari, se- dangkan larva
berumur diatas 21 hari pem- bersihan dasar tangki dilakukan setiap hari.
Umur larva dibawah 7 hari tidak me- merlukan pergantian air, sedangkan umur larva 7 - 1
5 hari memerlukan pergantian air 20 - 30 % dan larva berumur 15 hari ke- atas pergantian air
50 - 60 %. Pergantian air tidak boleh dilakukan sekaligus, tetapi se- dikit demi sedikit dengan
cara mengalirkan air bersih.
Disamping hal-hal diatas yang tidak kalah pentingnya adalah pengelolaan mutu air dalam
tangki pemeliharaan seperti in- tensitas cahaya, temperatur, pH, oksigen terlarut, salinitas,
amonia dan nitrit. Menu- rut BO YD and LINCHOPPLER (1979) pertumbuhan ikan baik
pada temperatur
25 - 32 °C, pH 6,5 - 9 dan oksigen terla- rut diatas 5 ppm. Selanjutnya RUSSEL et al
(1987) menytakan temperatur yang baik untuk pemeliharaan larva kakap (Lates calcarifer)
berkisar 26 — 30 °C dan optimal
28 °C, pH 7,5 - 8,6 dan amonia dibawah 0,1 ppm.

Pakan dan cara pemberiannya


Jasad pakan yang diberikan pada larva kakap putih (Lates calcarifer) adalah rotifer, artemia,
daphnia/moina, acetes dan daging ikan (trash fish). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
skema dibawah ini:

Menurut CHEONG dan YENG (1986) kepadatan jasad pakan yang diberikan ter- gantung
pada uniur larva. Larva umur 2 hari diberikan rotifer 2-3 ind./ml, umur 3-
10 hari (3-5 ind./ml), umur 1 1 - 1 5 had (5-10 ind./ml), umur 13-20 hari (10 ind./ml +
artemia 0,5 — 1,0 ind./ml), umur
1 8 - 2 0 hari dapat ditambhakan moina (0,10-0,15 ind./ml) dan umur diatas 21 hari dapat
diberikan Acetes atau daging ikan cacahan. Sedangkan di Sub Balitdita Bojo- negara - Serang,
pemberian jasad pakan rotifer dimulai pada umur 2 hari dengan kepadatan 10 ind,/ml sampai
umur 14 hari, dimana setiap hari kepadatan rotifer diper- tahankan 10 ind./ml. Sedangkan mulai
hari ke-15 ditambah dengan Artemia dengan kepadatan 1—2 ind./ml dan setelah umur diatas 30
hari diberikan cacahan daging ikan.
CHOMDEJ (1986) menyatakan bahwa pemberian niakanan pada larva kakap dapat dimulai
hari ke 2 setelah penetasan dengan rotifer (10-20 ind./ml). Mulai harike 8-14 ditambah dengan
nauplii artemia 1—2 in./ ml, hari ke 15-20 ditambah 4-5 ind./ml, hari 20-30 artemia 6-7
ind./ml dan mulai umur 25 hari sudah dapat diberikan daging ikan.

Pertumbuhan Larva
Benih kakap yang baru menetas di- sebut larva (kebul) berukuran 1,5 — 2,0 mm dengan
sebuah kantung kuning telur dan satu gelembung minyak pada bagian depannya. Tubuh larva
langsing, berwarna pucat, mata, anus dan sirip ekornya sudah kelihatan dan mulutnya masih
tertutup. Posisi larva dalam air membentuk sudut
45 — 90 derajat, mereka cenderung berada di permukaan air dan disudut-sudut tangki
pemeliharaan.
Setelah umur 3 hari, mulutnya mulai membuka dan siap untuk memakan niakan- an tambahan
dari luar (rotifer). Sampai umur 7 hari masih berwarna pucat dan ber- angsur-angsur berubah
dan setelah umur 19—20 hari terjadi metamorfosa yaitu ber- warna gelap dengan garis-garis
tegak pada bagian tubuh tertentu. Kemudian setelah umur 20 hari, warnanya berubah menjadi
kecoklatan dan garis-garis tegaknya kelihat- an jelas sebanyak 3 buah (1 pada pangkal ekor, 1
antara sirip punggung yang lunak dan 1 lagi diatas kepala). Dalam waktu sebulan larva berubah
jadi juwana (burayak), kemudian umur
3 - 5 bulan m'enjadi gelondongan dan dapat bergerak dengan aktif dan mulai tumbuh dengan
cepat. Karena ikan kakap bersifat kanibal, niaka perlu dilakukan seleksi atau penyortiran
terhadap ukuran larva. Seleksi bisa dimulai pada niinggu kedua (umur
15 hari) dengan nienggunakan saringan atau jaringan dengan bermacam-macam ukuran,
sehingga berbagai ukuran benih dapat di- pisahkan dengan mudah.
Pertumbuhan dan kelulushidupan ka- kap putih dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam. Faktor
dalam meliputi genetis, umur dan jenis. Sedangkan faktor luar sebagian besar dipengaruhi oleh
lingkungan/kualitas air dan kepadatan. Kualitas air berpengaruh pada kelulushidupan,
reproduksi, pertum- buhan .

KESIMPULAN

Dari hasil uraian diatas mengenai pe- mijahan dan pemeliharaan larva ikan kakap putih (Lates
calcarifer) dapat diambil bebe- rapa kesimpulan :
- Pemijahan ikan kakap dapat dibagi atas pemijahan alami, stripping dan penyun- tikan.
- Hormon yang digunakan dalam pemijah
an ikan kakap adalah HCG, Puberogen dan LHRHa.
- Ukuran induk jantan pemijahan minimal berumur 2 — 2,5 tahun dan betina 3 -
4 tahun.
- Pemeliharaan larva kakap putih dapat di lakukan dalam circular fibre glass tank atau
rectangular concrete tank.
- Jasad pakan yang diberikan pada larva kakap putih adalah rotifer, artemia, daphnia/rnoina dan
acetes atau daging ikan.

Anda mungkin juga menyukai