A. Hematokrit
perbandingan antara volume sel darah dan plasma darah. Hematokrit dapat
dihitung melalui jumlah sel darah merah yang terkandung dalam darah ikan
(Januarty, 2012).
Perlakuan Ulangan
1 2 3 Rerata
A 45.80 36.30 45.10 42.40
B 12.90 39.10 36.10 29.37
C 38.90 30.20 47.00 38.70
D 47.70 47.60 41.90 45.73
Hematokrit
50.00
45.00
40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
A B C D
Keterangan:
hematokrit ikan biawan masih dalam batas normal. Nilai analisis hematokrit ikan
biawan yang diberikan perlakuan dengan subtitusi pakan dengan dosis L-Theanin
di peroleh nilai Li Max 0.91 < Li Tabel 5% 0.242, sehingga dapat disimpulkan
bahwa data menyebar normal. Hasil uji homogenitas ragam barlett di peroleh nila
X2 hitung -7.284 < X2 tabel 5.991, yang bererti homogen. Hasil analisis
keragaman ANOVA menunjukkan nilai F hitung 1.900 < F tabel 5% yaitu 4.07
pada pakan. Menurut Abdullah (2008) dalam Faizah (2013) ikan perairan tawar
ikan mengalami sakit atau stres. Pemberian L-Theanin pada pakan dapat
Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan
berarti konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan
(kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat tetap,
maka darah menjadi lebih kental. Penurunan hematokrit terjadi pada saat tubuh
saat anemia, leukemia, gagal ginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B dan
digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang sedang dialami oleh ikan,
salah satunya dilihat dari persentase hematokrit yang memiliki peran penting
sebagai pertahanan dari serangan bakteri yang masuk ke dalam tubuh ikan. Pada
saat ikan stress nilai hematokrit akan cenderung menurun. Stres pada ikan juga
perubahan.
musim, makanan dan faktor – faktor hormonal Menurut Fange (1992), Pada ikan
Nilai normal hematokrit ikan nila berkisar antara 27 – 37 % (Farouq, 2011). Nilai
hematokrit ikan nila berkisar 28.00 – 35.13 %. Dengan demikian nilai Hct pada
yang digunakan untuk bisa mengenali tubuh ikan saat stres. Hematokrit
merupakan persentase volume sel darah merah (eritrosit) dalam darah ikan.
selama stres dimulai dari diterimanya informasi penyebab faktor stres oleh organ
darah yang fungsinya dapat menurunkan hematokrit pada ikan. Hasil pemeriksaan
juga ikut mengalami perubahan. Perubahan gambaran darah dan kimia darah, baik
absorbsi dan akumulasi merkuri yang dapat menyebabkan anemia pada ikan.
Penurunan nilai hematorit dapat terjadi apabila pada saat stres ikan tidak
darah. Pada saat terjadi reaksi pertahanan, tubuh akan memberikan respon primer
eritrosit dan kadar hemoglobin. Ketika ikan mengalami stres, kontraksi limpa
akan menurun sehingga sirkulasi sel darah merah menjadi lemah, sehingga
darah dan pelepasan kortisol. Pada saat stres kortisol akan menekan sistem imun,
juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan monosit dan basofil. Dalam tubuh
ikan, Monosit berperan dalam fagositosis benda asing. Sel ini mempunyai
kemampuan untuk membunuh berbagai jenis agen patogen, termasuk bakteri dan
larva cacing.
selanjutnya akan terjadi stres kronis pada ikan yang mengakibatkan terjadinya
penurunan sistem imun sehingga ikan mudah terkena serangan bakteri, jamur dan
parasit. Penurunan sistem imun biasanya diikuti oleh kejadian kematian pada ikan.
Stres terdiri atas 3 komponen yaitu stressor, proses dan respon. Istilah stres
tidak hanya merujuk pada sumber stres namun keterkaitan antara ketiganya.
Stressor adalah suatu kejadian, situasi, atau obyek yang merupakan unsur
Terdapat empat macam faktor stres yaitu stressor kimia, dapat berupa kualitas air,
polusi, adanya senyawa nitrogen dan zat sisa metaboliseme. Stressor biologis,
dapat berupa kepadatan, parasit, mikroba, jamur dan bakteri. Stressor fisika,
B. Eritrosit
Eritrosit disebut juga sebagai sel darah merah. Warna merah pada eritrosit
hemin dan suatu jenis protein, yaitu globin. Peranan utama eritrosit adalah sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh ikan. Hasil analisi eritrosit
ikan biawan selama masa penelitian dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut :
Keterangan:
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 terlihat bahwa persentase eritrosi
ikan biawan masih dalam batas normal. Nilai analisis eritrosit ikan biawan yang
x106/μL) dan Perlakuan D (3.18 x106/μL). Hasil uji normalitas liliefors eritrosit
ikan biawan di peroleh nilai Li Max 0.438 < Li Tabel 5% 0.242, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data menyebar normal. Hasil uji homogenitas ragam barlett di
peroleh nila X2 hitung 1.685 < X2 tabel 5.991, yang bererti homogen. Hasil
analisis keragaman ANOVA menunjukkan nilai F hitung 0.541 < F tabel 5%
biawan yang mengandung L-Theanin yaitu pada perlakuan A (3.83 x10 6/μL). Ikan
jenis teleostei, jumlah normal eritrosit atau sel darah merah normal berkisar antara
1,05 x 106 – 3,0 x 106 sel/mm3 (Royan et al., 2014). Nilai eritrosit penelitian ini
berkisar antara 3.17-3.83 x106/μL. Jumlah tersebut masih dalam batasan wajar
eritrosit normal ikan. Kondisi ini berarti penambahan L-Theanin dalam pakan
blood cell count (RBC) adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter.
Robert (1978) Seperti halnya pada hematokrit, kadar eritrosit yang rendah
Bentuk dan ukuran kecil eritrosit merupakan nilai adaptif bagi oksigen dan
jaringan. Kisaran normal jumlah eritrosit ikan pada umumnya yaitu 20.000-
3.000.000 sel/mm³, dengan demikian jumlah eritrosit ikan yang diteliti tergolong
normal dengan kategori sehat (Oktavia, 2011), hewan yang aktif bergerak akan
memiliki eritrosit yang banyak karena akan mengkonsumsi banyak oksigen, sebab
2016).
C. Glukosa Darah
Glukosa darah adalah glukosa yang terdapat dalam darah yang terbentuk
dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan glikogen di hati dan otot rangka
(Joyce, 2007). Glukosa darah merupakan sumber energi utama dan elemen
penting untuk mendukung metabolisme sel ikan, terutama sel otak. Hasil analisis
glukosa darah ikan biawan selama masa penelitian dapat dilihat pada Tabel dan
Gambar berikut :
Glukosa Darah
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
A B C D
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 terlihat bahwa persentase glukosa
keseluruhan nilai glukosa darah ikan biawan masih dalam batas normal. Nilai
analisis glukosa darah ikan biawan yang diberikan perlakuan dengan subtitusi
pakan dengan dosis L-Theanin yaitu A sebagai kontrol (48.67 mg/dL), Perlakuan
Hasil uji normalitas liliefors glukosa darah ikan biawan di peroleh nilai Li Max
0.303 < Li Tabel 5% 0.242, sehingga dapat disimpulkan bahwa data menyebar
normal. Hasil uji homogenitas ragam barlett di peroleh nila X2 hitung -9.422 <
menunjukkan nilai F hitung 1.370 < F tabel 5% yaitu 4.066 yang berarti tidak ada
ikan biawan yang mengandung L-Theanin yaitu pada perlakuan D (65.33 mg/dL).
Umumnya, kadar glukosa darah ikan yang dianggap normal berkisar antara 40-90
mg/dL. Jika keadaan glukosa darah ikan tidak normal, maka akan mengganggu
ikan biawan.
pada ikan Biawan yang mengalami stress akibat perubahan lingkungan pada saat
subtitusi L-Theanin 300 mg/L merupakan perlakuan terbaik hal ini didasari oleh
efesiensi bahan dan hasil yang menunjukan kadar normal pada ikan serta tingkat
stabilitas angka hasil pengukuran. Kadar glukosa darah ikan yang normal
dengan glukosa darah pada manusia yaitu 70-110 mg/dl (Rahardjo et al., 2011).
pernapasan dan tekanan darah. Stres pada ikan didefinisikan sebagai sejumlah
metabolismenya.
Stres dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Secara fisik, stres dapat
dilihat dari tingkah laku ikan, seperti gerakan menjadi kurang agresif, turunnya
nafsu makan ikan, dan warna tubuh ikan menjadi gelap . Perubahan glukosa darah
ikan juga dapat menjadi indikasi stress pada ikan yang diakibatkan oleh faktor
eksternal lingkungan perairan seperti adanya perubahan lingkungan secara drastic,
pada induk ikan biawan. Parameter pengukuran rematurasi induk ikan biawan
yang diberikan tambahan vitamin E pada pakan yaitu Hepato Somatik Indeks
Rasio bobot hati terhadap berat badan. Hepato Somatik Indeks (HSI)
merupakan nilai indeks untuk memberi indikasi status cadangan energi pada ikan.
HSI merupakan nilai dalam persen dari hasil perbandingan berat hati dengan berat
tubuh dari setiap induk ikan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan
bobot hati berdasarkan HSI yang meningkat mengikuti peningkatan ukuran oosit
berdasarkan TKG. Kandungan HSI juga tergantung pada faktor nutrisi, umur,
jenis kelamin, ukuran tubuh. Hasil perhitungan HSI ikan biawan selama penelitian
Keterangan:
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.4 terlihat bahwa persentase Hepato
somatic indeks (HIS) ikan biawan tiap perlakuan mengalami perbedaan. Namun
secara keseluruhan nilai HSI ikan biawan masih dalam tahap pematangan. Nilai
analisis HSI ikan biawan yang diberikan perlakuan dengan subtitusi pakan dengan
C (0.79%) dan Perlakuan D (0.75%). Hasil uji normalitas liliefors HSI ikan
biawan di peroleh nilai Li Max 0.279 < Li Tabel 5% 0.242, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data menyebar normal. Hasil uji homogenitas ragam barlett di
peroleh nila X2 hitung 1.951 < X2 tabel 5.991, yang bererti homogen. Hasil
analisis keragaman ANOVA menunjukkan nilai F hitung 0.239 < F tabel 5% yaitu
meningkatnya Tingkat Kematangan Gonad. HSI yang terbesar pada ikan biawan
mg/Kg nilai HSI ikan biawan menunjukkan Tingkat Kematangan Gonad pada
semakin besar TKG maka semakin besar nilai HSInya. Nilai HSI yang meningkat
ini saling berhubungan dengan peningkatan TKG. Menurut Elisio (2014), nilai HSI
berkaitan erat dengan TKG, dimana peningkatan TKG diikuti dengan peningkatan
HSI yang kemudian akan menurun pada TKG tertinggi karena energinya
Cadangan energi pada hati pada ikan-ikan langsing termasuk ikan biawan banyak
digunakan untuk proses vitellogenesis. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian,
dimana peningkatan HSI tidak terlalu tinggi lagi karena energi yang tersimpan di
HSI akan menurun pada saat pemijahan, dan mencapai titik terendah pada
masa pasca pemijahan, yang kemudian meningkat kembali pada fase istirahat
cadangan lemak di hati. Selain berkaitan erat dengan fase reproduksi, nilai HSI
juga menunjukkan kondisi lingkungan perairan tempat ikan ini berada. Kondisi
cadangan lemak di hatinya (Plante, 2005). Peningkatan cadangan lemak di hati ini
Sulistyo et al., (2000) menyatakan bahwa nilai HSI akan mulai meningkat
pada saat ikan mengalami awal proses vitelogenesis dan akan mulai turun pada
saat pematangan gonad. Nacimento et al., (2014) menyatakan bahwa nilai HSI
akan terbalik dengan nilai GSI seiring meningkatnya dosis vitamin E dalam
asam lemak. Semakin meningkat dosis vitamin E di dalam pakan maka semakin
meningkat pula keberadaan asam lemak dan sedikitnya peluang asam lemak yang
(vitelogenesis). Lemak adalah salah satu bahan utama untuk pembentukan telur
(Kamler 1992). Selain itu, vitamin E juga berperan sebagai koenzim untuk
mengubah asam lemak menjadi kolesterol. Kolesterol merupakan salah satu bahan
reproduksi.
perhitungan GSI ikan biawan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel dan
Gambar berikut:
1.55
1.50
1.45
1.40
1.35
1.30
A B C D
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.4 terlihat bahwa persentase Hepato
somatic indeks (GSI) ikan biawan tiap perlakuan mengalami perbedaan. Namun
secara keseluruhan nilai GSI ikan biawan masih dalam tahap pematangan. Nilai
analisis HSI ikan biawan yang diberikan perlakuan dengan subtitusi pakan dengan
C (1.47%) dan Perlakuan D (1.53%). Hasil uji normalitas liliefors GSI ikan
biawan di peroleh nilai Li Max 1.951 < Li Tabel 5% 0.242, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data menyebar normal. Hasil uji homogenitas ragam barlett di
peroleh nila X2 hitung 0.671 < X2 tabel 5.991, yang bererti homogen. Hasil
analisis keragaman ANOVA menunjukkan nilai F hitung 0.135 < F tabel 5% yaitu
Perlakuan dengan dosis Vitamin E 600 mg/kg menunjukkan nilai GSI ikan
gonad Nilai GSI, TKG sejalan dengan pendapat Atmaja (2008) yang menyatakan
bahwa sejalan dengan pertumbuhan gonad, gonad akan semakin bertambah berat
dan bertambah besar mencapai ukuran maksimum ketika ikan yang akan memijah.
Untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi dalam gonad tersebut
secara kuantitatif maka dilakukan perhitungan Indeks Kematangan Gonad (IKG)
pertambahan bobot hati seiring dengan pematangan gonad dan peningkatan GSI.
Nilai IHS akan semakin meningkat seiring pematangan gonad dan nilainya akan
lebih rendah daripada nilai GSI pada saat telah matang gonad. Gambaran anatomi
gonad dengan GSI memberikan hubungan yang berbanding lurus, semakin ukuran
gonad ikan sidat besar dan lebar maka nilai GSI semakin tinggi. Gonad akan
C. Histologi
biawan. Hasil pengukuran gonad ikan biawan tiap perlakuan dapat dilihat pada
Gambar berikut:
Pada Gambar 4.6 tampak gonad betina didominasi sel telur hampir
matang (vitelogenesis akhir) dan beberapa sel telur matang (vitelogenesis akhir)
Tampak sel telur matang dan hampir matang dengan dinding dua lapis dengan
inti terletak ditengah dengan granula kuning telur tampak jelas dengan globulus
lemak Tampak Sebagian kecil sel telur tidak matang (Oogonia dan Oosit
primer) dengan inti besar ditengah dan dikelilingi provitilin nukleoli dengan
akhir) dengan beberapa sel telur yang belum matang (vitelogenesis awal) dan
sebagian sel telur tidak matang (oogonia dan oosit primer). Tampak sel telur
matang dan belum matang (vitelogenensis awal dan akhir) dengan dinding dua
lapis dengan granula kuning telur tampak jelas dengan globulus lemak Tampak
beberapa sel telur tidak matang (oogonia) dengan inti sel besar ditengah dengan
Tampak gonad betina yang hampir semua disusun oleh sel telur matang
yang masuk tahap vitelogenesis akhir, dengan dinding dua lapis dengan granula
kuning telur dan globulus lemak Tampak beberapa sel telur tidak matang
(oogonia) dengan inti sel besar ditengah dengan provitilin nukleoli mengelilingi
inti, dinding sel satu lapis. Kesimpulan: Tingkat Kematangan Gonad 4-5
(Matang).
Tampak gonad betina yang hampir semua disusun oleh sel telur matang
yang masuk tahap vitelogenesis akhir, dengan dinding dua lapis dengan granula
kuning telur dan globulus lemak .Tampak sedikit sel telur tidak matang
(oogonia) dengan inti sel besar ditengah dengan provitilin nuleoli mengelilingi
inti, dinding sel satu lapis. Kesimpulan: Tingkat Kematangan Gonad 5 (Matang).
Dari Hasil uji gonad tersebut bisa di simpulkan bahwa tidak ada
tersebut. Sehingga dalam kondisi kesehatan yang bagus (Ikan tidak setres) Maka
ikan biawan akan cepat matang tanpa harus menggunakan hormone tambahan
baik Vitamin E dan Lainya. Penelitian ini juga membuktikan bahwa stress
yang hidup selama masa penilitian. Data jumlah ikan dari pelakuan dan hasil
perhitungan kelasungan hidup (%) pada akhir penelitian ikan biawan selama masa
Kelangsungan hidup
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
A B C D
Tabel 4.6 dan Gambar 4.6 menunjukkan bahwa kelangsungan hidup ikan
pakan dengan L-theanin pada tahan 1 dan Vitamin E pada tahap 2 penelitian
ditemukan dalam daun teh. L-theanine juga terkandung dalam kadar yang sedikit
pada jenis jamur yang disebut Bay Bolete. Teh yang mengandung l-theanine
termasuk teh hijau maupun teh hitam. L-theanine dikaitkan dengan beragam
manfaat untuk Kesehatan ikan, terutama untuk pengendalian stres. Napitu et al.
terjadinya oksidasi lemak pada membran sel serta dapat mempercepat sekresi
hormon reproduksi.
selama dua kali dilakukan selama awal dan akhir penalitian. Alat-alat yang
digunakan untuk mengukur kualitas air seperti pH meter untuk mengukur pH, DO
test kit untuk mengukur DO dan amoniak test kit untuk mengukur amoniak,
Pengukuran kualitas air Ikan biawan meliputi suhu, pH, DO dan amoniak selama
Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan budidaya ikan.
Hal ini terkait dengan sifat ikan yang merupakan hewan berdarah dingin yaitu
suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu lingkungan tinggi suhu
tubuh ikan juga tinggi sehingga metabolisme tubuh ikan cepat dan sebaliknya
pada suhu rendah metabolisme ikan pun rendah. Hal tersebut berpengaruh
terhadap kehidupan ikan. Nilai pH yang diperoleh selama penelitian 8,2. Nilai
tersebut masih dapat ditoleransi oleh Ikan biawan. pH media pada perlakuan
berada pada nilai pH toleransi untuk ikan biawan yaitu antara 4–9 (Mukflikhah et
al., 2008). Menurut Effendi (2003), sebagian besar ikan dapat beradaptasi dengan
terjadi penurunan konsentrasi oksigen terlarut, tetapi masih di atas 3 ml/L hingga
akhir pemeliharaan. Kualitas air merupakan salah satu faktor yang mendukung
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Ikan memerlukan air untuk seluruh
kebutuhan hidupnya, baik untuk bergerak, makan, tumbuh dan berkembang biak.
oksigen yang baik untuk menunjang pertumbuhan ikan secara optimum harus
lebih dari 3 ml/L-1. Menurut Adriani (1995) Kandungan oksigen terlarut untuk
- Amoniak (NH3)
Amoniak dalam media budidaya berbahaya bagi ikan jika terdapat dalam
konsentrasi yang tinggi. Amoniak dalam media pemeliharaan berasal dari ekskresi
ikan melalui insang, perombakan sisa metabolisme, serta dari perombakan sisa
penelitian berfluktuasi dan berada pada kisaran 0,25ml/L. Nilai tersebut Masih
dapat ditoleransi oleh ikan. Nilai amoniak selama penelitian pada dengan nilai
kisaran 0,007-0,026 ml/L-1 masih bisa di toleransi oleh ikan. Menurut Boyd
mengkonversi amoniak menjadi asam amino seperti glutamat oleh enzim glutamat
dan ginjal selama proses ureogenesis dan melalui insang selama proses ekskresi.