Anda di halaman 1dari 8

10

Gambar 4 Pengukuran sonogram duodenum dengan Image J®. A: Sonogram duodenum pada
posisi transduser sagital. l: lapisan lumen, M: mukosa, SM: submukosa, TM: tunika
muskularis, dan S: serosa. B: Skema sonogram duodenum (Penninck dan d’Anjou
2008), d: tebal mukosa yang diukur adalah sepanjang garis kuning.

Gambar 5 Sonogram pankreas kanan dengan posisi transduser sagital. d : Ukuran tebal pankreas
yang dihitung adalah sepanjang garis putih.

Prosedur Analisis Data

Pada masing-masing pengukuran dilakukan tiga kali pengulangan. Data


yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan Fisik dan Darah Kucing

Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah kucing yang dilakukan sebelum


pemeriksaan USG bertujuan untuk meyakinkan bahwa kucing yang digunakan
pada penelitian merupakan kucing yang sehat. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
yaitu signalement (ciri hewan), keadaan umum, dan status present hewan. Hasil
pemeriksaan fisik kucing berupa suhu badan, frekuensi napas, dan frekuensi nadi
dapat dilihat pada Tabel 2.
11

Tabel 2 Hasil pemeriksaan fisik kucing


Parameter
Frekuensi
Kucing Frekuensi
Suhu (˚C) Napas Warna Mukosa
Nadi (x/menit)
(x/menit)
1 37.0 36 114 Merah muda
2 38.4 36 96 Merah muda
3 38.2 44 100 Merah muda
4 38.5 60 99 Merah muda
Rata-rata 38.0 44 102 Merah muda
Referensi* 38.0-39.3a 26-48a 110-130a Merah muda
90-120b
*Sumber : aWidodo et al. (2011); bBirchard dan Sherding (2006)

Berdasarkan hasil yang didapat keseluruhan kucing memiliki warna mukosa


mulut merah muda (rose) yang merupakan warna mukosa normal pada kucing.
Warna kuning pada mukosa terlihat pada hewan yang mengalami ikterus (Widodo
et al. 2011). Nilai rataan suhu tubuh dan frekuensi napas juga berada dalam
kisaran normal, sedangkan rataan frekuensi nadi nilainya sedikit di bawah kisaran
normal menurut Widodo et al. (2011) yaitu di bawah 110-130 kali per menit,
namun jika dibandingkan dengan Birchard dan Sherding (2006) rataan frekuensi
nadi kucing yang didapat masih dalam kisaran normal yaitu antara 90-120 kali per
menit sehingga dapat dikatakan kucing yang diperiksa dalam kondisi normal
kucing sehat.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan hewan
secara laboratoris. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan hematologi rutin dan
kimia darah. Pemeriksaan hematologi rutin meliputi hemoglobin, leukosit,
trombosit, eritrosit, hematokrit, dan diferensiasi leukosit sedangkan pemeriksaan
kimia darah meliputi SGOT dan SGPT. Pengujian SGOT dan SGPT dilakukan
untuk menilai adanya gangguan fungsi hati yang berhubungan dengan kesehatan
pankreas. Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT) merupakan enzim
terdapat pada hati, otot jantung, otak, ginjal, otot-otot rangka, pankreas, dan
jaringan lain. Kadar SGOT sering diuji untuk menilai kesehatan hati, namun tidak
lebih spesifik dibandingkan dengan SGPT. Hal ini dikarenakan SGPT hanya
terdapat pada organ hati. Kadar SGPT menjadi tinggi contohnya pada kerusakan
hati kronis dan hepatitis. Nilai SGOT dan SGPT dianggap abnormal jika nilai
hasil pemeriksaan 2-3 kali lebih besar dari nilai normal. Melalui hasil tes
laboratorium, keduanya dianggap memberi gambaran adanya gangguan pada hati.
Gangguan pada hati seperti perlemakan memperbesar kemungkinan terjadinya
pankreatitis yang merupakan indikasi bahwa pankreas dalam kondisi tidak normal
atau tidak sehat (Amin 1995). Hubungan antara kesehatan hati dan pankreas juga
disebabkan karena kesamaan pada awal tahap perkembangan embrional. Hati dan
pankreas merupakan perkembangan dari kelenjar usus yang pada tahap dewasa
akan membentuk saluran yang bermuara di duodenum. Hasil pemeriksaan darah
kucing pada parameter hemoglobin (Hb), leukosit (White Blood Cell/WBC),
Trombosit, eritrosit (Red Blood Cell/RBC), hematokrit (Packed Cell
Volume/PCV), SGOT, dan SGPT dapat dilihat pada Tabel 3.
12

Tabel 3 Hasil pemeriksaan darah kucing


Parameter
Kucing Hb WBC Trombosit RBC PCV SGOT SGPT
(g/dL) (/µL) (ribu/µL) (juta/µL) (%) (IU/L) (IU/L)
1 11.6 9.6 124 3.9 34 36 57
2 12.4 9.4 117 4.1 37 34 57
3 12.6 9.2 208 4.1 37 18 16
4 13.3 10.0 251 4.8 39 40 70
Rataan 12.5 9.55 175 4,2 37 32 50
Referensi* 8.0-15a 5.5-19.0a 200-377a 5.0-10.0a 24-45a 14-38b 30-100b

a
*Sumber : Thrall et al. (2005); bJain (1993)
Keterangan: g = gram; dL = desiliter; µL = mikroliter; Hb = hemoglobin, WBC = White Blood
Cell, RBC = Red Blood Cell, PCV = Packed Cell Volume, SGOT = Serum Glutamat
Oksaloasetat Transaminase; SGPT = Serum Glutamat Piruvat Transaminase; IU =
International Unit; L = Liter.

Berdasarkan hasil yang didapat terlihat hampir semua pemeriksaan


menunjukkan hasil yang baik yaitu menunjukkan kucing dalam kondisi sehat.
Hasil pemeriksaan leukosit, dan deferensiasi leukosit (Lampiran 2) menunjukkan
hasil yang masih berada pada kisaran normal. Nilai rataan eritrosit dan trombosit
terlihat cenderung rendah namun dapat dikatakan kucing masih dalam kondisi
yang baik karena parameter lainnya seperti Hb, PCV, ataupun mukosa mulut
menunjukkan nilai yang masih dalam kisaran normal kucing sehat. Jumlah
eritrosit dalam darah secara fisiologis dipengaruhi oleh nutrisi, temperatur
lingkungan (Schalm 1975) dan keadaan lingkungan (Swenson 1984) sedangkan
menurut Kelly (1974) jumlah trombosit secara fisiologis dipengaruhi oleh
kelelahan, exercise, dan temperatur lingkungan. Nilai eritrosit dan trombosit pada
hasil pemeriksaan darah yang cenderung rendah mungkin terjadi karena kucing
yang digunakan dalam penelitian berbeda dengan pustaka yang didapat
berdasarkan beberapa faktor di atas.
Menurut Thrall et al. (2005) kadar SGPT normal pada kucing sehat adalah
antara 30-100 IU/L dan kadar SGOT normal adalah antara 14-38 IU/L.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, semua kucing mempunyai kadar SGOT dan
SGPT yang normal karena masih dalam kisaran tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa kucing yang digunakan tidak mengalami gangguan fungsi hati yang
berhubungan dengan kesehatan pankreas. Pemeriksaan fisik maupun darah
memperlihatkan kondisi kucing yang sehat sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
dengan menggunakan ultrasonografi.
13

Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas Kucing

Lambung

Lambung kucing berada di kranial abdomen, kaudal diafragma dan hati


(Kealy dan McAlister 2000). Ultrasonografi (USG) lambung terlihat dari kardia
sebelah kiri sampai dengan pylorus (Burk dan Feeney 2003). Menurut Noviana et
al. (2012) pemeriksaan ultrasonografi lambung posisi berbaring lateral kanan
dapat untuk mengamati bagian pilorus dan duodenum Hasil sonogram lambung
dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Sonogram lambung posisi hewan berbaring lateral kanan (right recumbency). A:
Sonogram lambung pada posisi transduser transversal dan B: sonogram lambung pada
posisi transduser sagital. S: lapisan serosa, TM: tunika muskularis, SM: submukosa,
dan M: mukosa.

Berdasarkan hasil USG yang didapat, gambaran lambung terlihat seperti


kantong yang anekhoik dikarenakan lambung terisi air sebelum dilakukan
pemeriksaan dengan USG. Pengisian air ke dalam lambung membuat lumen
bersentuhan dengan air dan gelombang suara ditransmisikan seluruhnya sehingga
terlihat warna hitam yang disebut anekhoik. Di dalam daerah lumen yang
anekhoik terlihat titik-titik putih/hiperekhoik yang merupakan sisa gas lambung
atau sisa makanan yang terjebak di dalam air. Menurut Noviana et al. (2012)
cairan termasuk anekhoik, namun jika terdapat partikulat di dalamnya akan
menyebabkan terbentuknya ekho. Akumulasi gas dapat terlihat pada lambung
dengan kasus gastritis yang mengakibatkan dilatasi lambung dan disertai dengan
adanya peradangan yang ditandai dengan penebalan lapisan lambung.
Lambung dengan posisi transduser transversal terlihat lebih membulat
dibandingkan dengan yang sagital yaitu lebih memanjang dan melebar. Lapisan
lambung pada posisi transduser transversal maupun sagital terdiri dari mukosa,
sub mukosa, muskularis mukosa, dan serosa. Lapisan mukosa dan muskularis
mukosa terlihat hipoekhoik karena keduanya lebih banyak tersusun dari otot-otot
polos, sedangkan submukosa dan serosa terlihat hiperekhoik karena salah satu
penyusunnya yaitu jaringan ikat seperti kolagen. Sonogram yang didapat
menunjukkan tingkat ekhogenitas dengan batasan yang jelas pada tiap lapisan
lambung. Menurut Noviana et al. (2012) kasus tumor dapat menunjukkan
sonogram adanya massa jaringan lunak dengan bentuk tidak teratur serta
ekhogenitas hipo-hiperekhoik yang biasanya menempel pada lapisan dinding
lambung. Menurut J. Kealy dan McAllister (2000) lapisan lambung dapat dilihat
14

jelas dengan USG jika menggunakan transduser resolusi tinggi yaitu sekitar 5-7.5
MHz, ketika digunakan resolusi rendah lapisan lambung hanya terlihat sebagai
struktur yang hiperekhoik.

Duodenum

Duodenum kucing dapat ditemukan dengan menelusuri pylorus. Posisi


duodenum konsisten dengan dinding abdomen dari kanan (Burk dan Feeney 2003).
Hasil pemeriksaan ultrasonografi (USG) duodenum dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Sonogram duodenum posisi hewan berbaring lateral kanan (right recumbency). A:
Sonogram lambung pada posisi transduser transversal dan B: sonogram lambung pada
posisi transduser sagital. S: lapisan serosa, TM: tunika muskularis, SM: submukosa, dan
M: mukosa

Sonogram duodenum yang didapat terlihat berbentuk normal atau tidak


terjadi pembesaran. Usus yang mengalami pembesaran (distensi) biasanya
diakibatkan oleh akumulasi campuran gas dan cairan (Noviana et al. 2012).
Duodenum dengan posisi transduser transversal terlihat berbentuk oval karena
transduser memotong duodenum secara melintang. Sedangkan pada posisi
transduser sagital transduser memotong duodenum secara memanjang sehingga
yang terlihat pada hasil sonogram adalah bentuk yang lebih panjang atau tubular.
Duodenum terlihat terbagi menjadi dua bagian oleh garis hiperekhoik yang
merupakan lumen. Lumen membagi antara dua lapisan dinding duodenum. Lumen
duodenum terlihat hiperekhoik karena tidak terisi air seperti pada lambung yang
terlihat anekhoik. Sonogram yang didapat menunjukkan kondisi yang baik dari
duodenum yaitu jelas terlihat lapisannya dengan ekhogenitas yang merata. Area
yang memiliki focal hipoekhoik atau massa yang ekhogenitasnya tidak merata
atau jika terdapat nodul-nodul yang disertai penebalan dinding merupakan tanda
terjadinya peradangan (Kealy dan McAllister 2000). Lapisan yang terlihat pada
duodenum sama dengan yang terlihat pada lambung yaitu mukosa, submukosa,
muskularis mukosa, dan serosa. Mukosa dan muskularis mukosa terlihat
hipoekhoik karena tersusun dari lapisan otot, sedangkan submukosa dan serosa
lebih terlihat hiperekhoik karena lebih dominan tersusun dari jaringan ikat seperti
kolagen. Batas antar lapisan pada sonogram yang didapat terlihat jelas dengan
ekhogenitas yang merata. Menurut Noviana et al. (2012) lapisan mukosa yang
15

menebal dengan bentuk permukaan yang bergelombang serta ekhogenitas yang


tidak merata an-hipoekhoik adalah beberapa tanda terjadinya enteritis (duodenitis).
Lapisan duodenum sama dengan lapisan lambung yaitu hanya dapat dilihat
menggunakan transduser beresolusi tinggi yaitu sekitar 5-7.5 MHz. Lapisan
duodenum pada posisi transduser transversal maupun sagital terdiri dari mukosa,
sub mukosa, muskularis mukosa, dan serosa. Lapisan mukosa dan muskularis
mukosa terlihat hipoekhoik karena keduanya lebih banyak tersusun dari otot-otot
polos, sedangkan submukosa dan serosa terlihat hiperekhoik karena salah satu
penyusunnya yaitu jaringan ikat seperti kolagen.

Pankreas

Pankreas terletak dalam ruang retroperitoneal di sekitar tulang vertebra


lumbalis yang pertama atau kedua, dan posisinya bervariasi ketika respirasi
(Kealy dan McAlister 2000). Pada penelitian ini diamati pankreas pada lobus
bagian kanan dengan posisi transduser sagital. Lobus bagian kanan terdapat di
mesoduodenum dorsomedial dari descending duodenum, ventral ginjal kanan dan
ventrolateral vena porta (Saunders 1991). Menurut Burk dan Feeney (2003)
pankreas dapat dilihat dengan USG di kaudal lambung dan medial duodenum.
Hasil sonogram pankreas dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Sonogram pankreas kanan posisi hewan berbaring dorsal (dorsal recumbency) dan
posisi transduser sagital. a: Sonogram organ pankreas berbentuk seperti kait. Tanda
panah: batas pankreas oleh jaringan lemak.

Menurut Noviana et al. (2012) pankreas merupakan kelenjar yang relatif


berukuran kecil dan berhubungan dengan duodenum di dorsal rongga abdomen.
Pemeriksaan pankreas cukup sulit untuk dilakukan. Kedekatan posisi anatomi
pankreas dengan lambung dan duodenum mempersulit pencitraan jika terdapat
akumulasi gas di saluran pencernaan tersebut. Pankreas normal merupakan
struktur yang hipoekhoik homogen dikelilingi dengan jaringan lemak yang
hiperekhoik (Kealy dan McAllister 2000). Sesuai dengan pustaka hasil sonogram
pankreas kanan yang didapat terlihat hipoekhoik homogen bertekstur kasar seperti
hati dan dikelilingi batas lemak hiperekhoik yang ditunjukkan dengan tanda panah
pada Gambar 3. Sonogram yang menunjukkan pankreas yang mengalami
pembesaran akan terlihat tidak beraturan dan hiperekhoik (Noviana et al. 2012).
Bentuk seperti kait pada ujung distal pankreas menurut Etue et al. (2001) dapat
ditemukan pada ujung distal pankreas lobus kanan kucing, hal ini sama seperti
16

yang terlihat pada hasil sonogram pankreas lobus kanan yang menunjukkan
bentuk seperti kait (a).

Ukuran Ketebalan Lambung, Duodenum, dan Pankreas Kucing

Berdasarkan hasil sonogram melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG)


pada lambung, duodenum, dan pankreas kucing kampung (Felis catus) didapatkan
hasil pengukuran ketebalan dengan menggunakan Image J®. Ukuran yang dapat
dilihat pada Tabel 4 merupakan rataan yang didapat dari keempat kucing yang
diamati dan setelah dilakukan tiga kali pengulangan.

Tabel 4 Hasil Pengukuran Sonogram Lambung, Duodenum, dan Pankreas pada


Kucing Kampung (Felis catus)
Posisi transduser
Referensi
Parameter Transversal Sagital
(cm)*
(cm) (cm)
Lambung
mukosa 0.034 ± 0.006 0.048 ± 0.007
sub mukosa 0.029 ± 0.002 0.033 ± 0.003
tunika muskularis 0.031 ± 0.002 0.032 ± 0.004
serosa 0.033 ± 0.003 0.031 ± 0.014
tebal dinding 0.127 ± 0.007 0.143 ± 0.024 0.170-0.360a
0.030-0.050b
Duodenum
mukosa 0.110 ± 0.024 0.103 ± 0.024
sub mukosa 0.050 ± 0.012 0.049 ± 0.007
tunika muskularis 0.050 ± 0.014 0.058 ± 0.012
serosa 0.043 ± 0.003 0.045 ± 0.010
tebal dinding 0.254 ± 0.039 0.267 ± 0.047 0.200-0.250a
0.030b
Pankreas
lobus kanan 0.343 ± 0.120 0.450c
0.430d
*Sumber : aPenninck et al. (1989); Newell et al. (1999); Goggin et al. (2000); Delaney et al.
(2003), bKealy dan McAllister (2000), cEtue et al. (2001), dHecht et al. (2006).

Hasil pengukuran menunjukkan rataan ketebalan dinding lambung yaitu


0.127 ± 0.007 cm pada posisi transduser transversal atau 0.143 ± 0.024 cm pada
posisi transduser sagital. Hasil yang didapat lebih rendah jika dibandingkan
dengan diameter lambung pada penelitian Penninck et al. (1989); Newell et al.
(1999); Goggin et al. (2000); dan Delaney et al. (2003) yaitu kurang dari 1.7-3.6
mm atau 0.170-0.360 cm. Hal ini diperkirakan karena jenis, bobot badan ataupun
usia kucing yang digunakan dalam penelitian berbeda dengan yang digunakan
pada pustaka.
Ukuran rata-rata tiap lapisan lambung dengan posisi transduser transversal
ataupun sagital menunjukkan perbedaan yang sangat kecil namun dapat dilihat
17

bahwa ukuran lapisan mukosa lebih tebal dibandingkan dengan lapisan lainnya.
Hal ini sesuai dengan Penninck dan d’Anjou (2008) yang mengatakan bahwa
lapisan mukosa sering terlihat lebih tebal, tetapi terkadang mukosa dan muskularis
mukosa bisa sama tebalnya selama gerakan peristaltik. Ketebalan lambung pada
hasil bisa dikatakan dalam kondisi baik, karena umumnya jika terjadi
abnormalitas ataupun terjadi kerusakan lambung, dinding/lapisan lambung akan
menebal. Menurut Kealy dan McAllister (2000) tebal dinding lambung normal
pada saat relaksasi yaitu sekitar 3-5 mm atau 0.300-0.500 cm. Kerusakan dinding
lambung akibat gastritis akan menyebabkan penebalan dinding >7 mm atau 0.700
cm.
Hasil pengukuran duodenum menunjukkan bahwa rata-rata ketebalan
dinding duodenum yaitu 0.254 ± 0.039 cm pada posisi transduser transversal dan
0.267 ± 0.047 cm pada posisi transduser sagital (Tabel 1). Berdasarkan penelitian
Penninck et al. (1989); Newell et al. (1999); Goggin et al. (2000); dan Delaney et
al. (2003) diameter duodenum kucing yaitu sebesar 2.0-2.5 mm atau 0.200-0.250
cm, sedangkan menurut Kealy dan McAllister (2000) tebal duodenum bisa
mencapai 3 mm. Hasil yang didapat memiliki kisaran yang mendekati kedua
pustaka tersebut diperkirakan karena adanya perbedaan pada hewan yang
digunakan dalam penelitian. Karakteristik hewan seperti jenis hewan, bobot badan,
jenis diet ataupun usia kemungkinan mempengaruhi hasil sonogram yang didapat.
Ukuran rata-rata tiap lapisan duodenum dengan posisi transduser transversal
ataupun sagital menunjukkan perbedaan yang sangat kecil diantara sub mukosa,
muskularis mukosa, dan serosa. Namun dapat dilihat bahwa ukuran lapisan
mukosa lebih tebal dibandingkan dengan lapisan lainnya. Hal ini sesuai dengan
Penninck dan d’Anjou (2008) yang mengatakan bahwa lapisan mukosa sering
terlihat lebih tebal, tetapi terkadang mukosa dan muskularis mukosa bisa sama
tebalnya selama gerakan peristaltik.
Pengukuran ketebalan pankreas dilakukan hanya pada ketebalan pankreas
kanan posisi transduser sagital. Hasil pengukuran sonogram pankreas kanan
dengan posisi transduser sagital memiliki ketebalan sebesar 0.343 ± 0.120 cm.
Berdasarkan penelitian Etue et al. (2001) ketebalan lobus kanan pankreas kucing
yaitu 4.5 mm atau 0.450 cm, sedangkan pada penelitian Hecht et al. (2006)
ketebalan pankreas lobus kanan sekitar 4.3 mm atau 0.430 cm. Hasil penelitian ini
lebih rendah jika dibandingkan dengan kedua penelitian di atas, hal ini mungkin
dikarenakan kucing yang digunakan dalam penelitian berbeda jenis, usia, ataupun
bobot badannya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ultrasonografi memberikan gambaran yang baik terhadap bentuk dan


struktur internal lambung, duodenum, dan pankreas serta dapat membedakan
lapisan pada lambung dan duodenum. Setiap lapisan memiliki ketebalan yang
berbeda dan ekhogenitas yang khas dari mukosa sampai dengan serosa.

Anda mungkin juga menyukai