Anda di halaman 1dari 14

ANIMAL HUSBANDRY UNIVERSITY OF LAMPUNG

PENGOLAHAN HASIL IKUTAN TERNAK


January 28, 2015

1.      PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ternak ruminansia maupun non-ruminansia setelah

pemotongan dan diambil hasil utamanya yaitu karkas (hasil

utama ternak yang sudah dihilangkan bagian kepala, kaki,

dan jeroan), ada bagian lain yang masih bisa di gunakan

yaitu hasil ikutannya atau hasil sampingannya. 

Masing-masing hasil ikutan ternak mempunyai sifat yang

khas.  Apabila sifat-sifat tersebut telah diketahui, maka

pengolahan atau pengawetan lebih lanjut dapat dipilih

dengan tepat sehingga dapat diproses lebih lanjut.  Hasil


ikutan tersebut sangat beragam dan bergantung pada jenis

ternak dan proses pengolahannya.  Beberapa hasil ikutan

dimaksud antara lain berupa rumen, kulit, bulu, tulang,

tanduk, lemak, darah dan hasil ikutan lainnya.  

Hasil ikutannya masih dapat diolah menjadi berbagai jenis

produk non pangan yang mempunyai potensi dari aspek

nilai jualnya.  Bahkan mampu memberikan nilai tambah


yang dapat dinikmati pelaku usahanya.   Produk hasil

ikutan ternak dapat mendatangkan nilai ekonomis, oleh

karena itu sangat penting dipelajari cara pemanfaatannya

yang tepat.
B.     Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa


mengetahui:

1.      Pengertian hasil ikutan ternak;

2.      Macam-macam klasifikasi dan jenis hasil ikutan ternak;

3.      Pemanfaatan hasil ikutan ternak yang tepat dilakukan.

 II.  HASIL DAN PEMBAHASAN

A.       Klasifikasi Hasil Ikutan Ternak

Hasil-hasil peternakan khususnya ternak setelah

pemotongan mempunyai produk utama (main product) dan

hasil ikutan (side product).  Hasil ikutan ternak merupakan

produk sampingan yang masih dapat dimanfaatkan dan

berguna untuk kepentingan manusia.  Usaha

memanfaatkan hasil ikutan ternak memberikan beberapa

kontribusi keuntungan, antara lain yaitu:

1.      Meningkatkan higiene dan sanitasi lingkungan, misalkan

dengan pemberdayaan limbah pemotongan ternak;

2.      Menimbulkan industri baru;

3.      Meningkatkan nilai ekonomis hasil ternak karena

penjualan hasil ikutan ternak akan meningkatkan

pendapatan peternak/produsen daging.

Berdasarkan layak dan tidaknya dikonsumsi, hasil ikutan

ternak diklasifikasikan menjadi:

1.      Hasil ikutan yang dapat dimakan (edible), meliputi otak,

hati, ginjal, limpa, lidah, usus halus, lambung, ekor, darah,

lemak dan kulit;

2.      Hasil ikutan ternak yang tidak dapat dimakan (inedible),

meliputi kulit, bulu, lemak, tulang, kelenjar, tanduk, dan

k k
kuku.

Berdasarkan secara ekonomis hasil ikutan ternak

diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu:

1.      Hasil ikutan dasar, seperti kulit, tulang, darah, dan tanduk;

2.      Hasil ikutan terolah, seperti gelatin, tepung tulang, tepung

darah, albumen, dan lain-lain (Nurwantoro dan  Sri, 2003).

B.       Pemanfaatan dan Penanganan Hasil Ikutan Ternak

1.    Tulang

Tulang jumlahnya sekitar 15% dari berat karkas (dresssed


carcas).  Jumlah tersebut bervariasi tergantung dari

jenis/breed, makanan, umur hewan, dan sebagainya.  Pada

kondasi yang baik mencapai 12% dan pada kondisi ternak

yang jelek mencapai 30%.  Tulang dapat dimanfaatkan

menjadi gelatin, berbagai industri kancing, tangkal pisau,

pupuk sebagai sumber phospat dan tepung tulang sebagai

pakan ternak (Nurwantoro dan  Sri, 2003).

a.         Pembuatan gelatin

Pada  prinsipnya gelatin dapat diproduksi dari bahan

yang kaya akan kolagen seperti kulit dan tulang baik

dari ikan, babi, sapi maupun kambing.  Proses produksi

utama gelatin dibagi tiga tahap yaitu 1) persiapan bahan

baku antara lain penghilangan komponen non kolagen

dari bahan baku; 2) tahap konversi kolagen menjadi

gelatin; dan 3) tahap pemurnian gelatin dengan

penyaringan dan  pengeringan.  Proses pembuatan

gelatin disajikan pada Gambar 1.


Gambar 1.  Skema pembuatan gelatin secara hidrolisa

(Atmoko dan Ratri, 2011).

b.    Pembuatan tepung tulang

Tepung tulang merupakan hasil penggilingan tulang yang

telah diekstrak gelatin atau colagennya.  Tulang yang

akan ditepungkan biasanya diperoleh dari RPH (Rumah

Potong Hewan) dan berasal dari hewan ternak yang sehat

dan bebas penyakit.  Produk ini dapat digunakan untuk

bahan baku pakan ternak yang merupakan sumber

mineral (terutama kalsium) dan sedikit asam amino. 

Proses  pembuatan tepung tulang disajikan pada Gambar

2.

   Gambar 2. Diagram alir pembuatan tepung tulang


(Pertiwi, 2012).
Tepung tulang banyak mengandung kalsium, sehingga

manfaat dari tepung tulang tidak lepas dari peranan

kalsium, yaitu berperan dalam pembentukan tulang,

serta menjaga dari kekeroposan akibat asupan

kandungan mineral yang minim dari pakan yang lebih

kaya akan protein.  Mineral tidak dibutuhkan dalam

jumlah yang terlalu banyak pada pakan, namun tetap

harus ada.  Penambahan tepung tulang komposisi gizi

pada pakan ternak akan terpenuhi dengan baik. 

Kandungan gizi yang terdapat dalam tepung tulang

disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1.  Kandungan nutrisi tepung tulang.


Nutrien Kandungan Nutrisi
Protein 25,54 %
Lemak 3,80 %
Serat 1,80 %
Air 5,52 %
Kalsium 46,34 %
Phosphat 17 %

 Sumber:  Pertiwi (2012).

Ada beberapa jenis tepung tulang, yaitu:

Ø Tepung tulang mentah (raw bone meal), yaitu tepung

tulang yang proses pembuatannya dimasak dalam jangka

waktu yang  lama pada suatu keteal terbuka yang

diproses secara aman dan steril.  Ossein yang hilang

selama proses pemasakan sangat sedikit sehingga baik

digunakan sebagai bahan pakan ternak;

Ø Stream bone meal, yaitu tepung tulang yang proses

pembuatannya menggunakan uap dengan tekanan

tinggi.  Proses ini membuang banyak protein dan lemak;

Ø Abu tulang, yaitu hasil pembekaran tulang (Nurwantoro

dan  Sri, 2003).


2.      Darah

Darah sebenarnya memiliki nilai gizi yang tinggi, tetapi

tidak layak untuk dikonsumsi.  Penggunaan darah untuk

bahan makanan secara langsung terbatas selain karena

kendala sulitnya menampung darah segar juga

bertentangan dengan adat dan agama.  Darah segar juga

penting untuk industri farmasi.  Darah afkiran biasanya

diproses lanjut untuk dijadikan tepung darah yang


merupakan salah satu bahan baku industri pakan ternak.

 Proses pembuatan tepung darah disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 3.  Proses pembuatan tepung darah (Rizki, 2013).


Tepung darah mengandung protein sangat tinggi yaitu

dapat mencapai 80—85% protein dan biasanya bebas dari


lemak, serat kasar, kapur dan phospat (Nurwantoro dan Sri,

2003). 
Ketersediaan nutrien tepung darah merupakan hal yang 

dipengaruhi oleh berbagai faktor.  Proses pengolahan,


apabila  tidak dilakukan dengan hati-hati, akan

menyebabkan menurunnya ketersediaan  nutrien suatu


bahan.  Pemanasan tinggi  selama proses pengeringan 

dapat mengakibatkan menurunnya bioavailabilitas asam


amino tertentu, terutama  lisin.  Komposisi nutrisi tepung

d h di jik d l T b l2
darah disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2.  Komposisi kimia tepung darah
Komponen Bahan Kering (g/kg)
Analisis proksimat Protein 852,3
Lemak 14,9
Serat kasar 35,1
Abu 20,6
Asam amino Arginin 39,1
Lisin 81,4
Histidin 53,3
Fenillalanin 61,3
Tirosin 28,8
Metionin 12,8
Leusin 116,0
Isoleusin 8,5
Valin 79,0
Treonin 45,9
Cystin 11,7
Triptofan 14,6

Sumber:  Kurniasih (2008).

Tepung darah memiliki profil asam amino esensial yang


cukup baik, dengan  kandungan lisin, metionin, arginin,

cystein, leusin, dan treonin yang cukup tinggi,  namun


rendah kandungan isoleusinnya.  Kadar lisin pada tepung

darah adalah dua kali kadar lisin tepung ikan, dan hampir
tiga kali dari tepung bungkil kedelai (Kurniasih, 2008). 

3.        Tanduk dan Kuku


Tanduk dan kuku adalah keratin keras yang sukar dicerna

dan tidak disukai sebagai bahan pakan ternak.  Meskipun


demikian, tanduk merupakan bahan yang baik untuk

pembuatan gelatin atau barang-barang kerajinan.  Tanduk


hewan, ukuran, warna, bentuk dan kelengkungannya

bervariasi tergantung paa umur, breed, jenis kelamin dan


sebagainya.  Selain itu, tanduk dan kuku dapat

dimanfaatkan sebagai pupuk terutama dalam bentuk


tepung (Nurwantoro dan Sri, 2003).

4.        Kelenjar (glands)


j (g )
Sekresi yang dihasilkan kelenjar atau glands dapat berupa

hormon atau enzim.  Berikut ini adalah produk yang dapat


dihasilkan oleh kelenjar.

Tabel 3.  Produk hasil sekresi kelenjar


Kelenjar/glands Produk
Thyroid Hormon Thyroid
Hormon Calcitonin
Parathyroid Hormon Parathyroid
Tonus Sistem Syaraf
Adrenal/Subrarenal Hormon Steroid
Hormon Epinephrine
Ovarium Hormon Estrogen
Hormon Progesteron
Testes Hormon Testosteron
Enzim Hyaluronidase
Thymus Hormon Thymosin
Hypophyse/pituitary Growth Promoting Hormon
Hormon Prolaktin
Pankreas Hormon Insulin, Tripsin
Hormon Glukagon, Tripsin,
Lipase

Sumber:  Nurwantoro dan Sri (2003).

Adapun cara preservasi dan pengawetan kelenjar pasca

pemotongan ternak dapat dilakukan dengan cara


pembekuan, pengawetan kimiawi, dan pengawetan vakum. 

Kelenjar dapat digunakan sebagai penghasil enzim dan


hormon secara laboratorium sesuai fungsi kelenjar itu

masing-masing (Nurwantoro dan Sri, 2003). 


5.        Kulit

Kulit sapi dapat digunakan sebagai bahan industri


kerajinan, cindera mata, maupun kuliner atau makan

ringan seperti kerupuk kulit sapi, rambak, dan lain


sebagianya.  Kulit segar tersusun dari 64% air, 33% protein,

2% lemak, 0,5% garam mineral dan 0,5% penyusun lainnya


misalnya vitamin dan pigmen. Komponen  penyusun kulit
terpenting adalah protein terutama protein kolagen. 
Protein kulit terdiri dari protein kolagen, keratin, elastin,

albumin, globulin dan musin.  Protein albumin, globulin


dan musin larut dalam larutan garam dapur.  Protein

kolagen, keratin dan elastin tidak larut dalam air dan


pelarut organik.  Protein kolagen inilah yang akan

direaksikan menjadi bahan penyamak kulit untuk


menghasilkan kulit samak.  Protein kolagen sangat

menetukan mutu kulit samak (Wulan, 2013).


Penyamakan kulit merupakan suatu proses untuk

mengubah kulit mentah (hide/skin) yang bersifat labil


(mudah rusak oleh pengaruh fisik, kimia dan biologis)

menjadi kulit yang lebih stabil terhadap pengaruh tersebut


yang biasa disebut kulit tersamak (leather).  Penyamakan

kulit bertujuan untuk mencegah  terjadinya lisis dan


autolisis terhadap komponen-komponen penyusun kulit.

Jenis penyamakan yang kita kenal ada empat, yakni


penyamakan mineral, penyamakan nabati, penyamakan

sintetis dan penyamakan minyak.  Secara umum


penyamakan kulit memiliki tahap-tahap sebagai berikut:

a.       Tahap pertama adalah proses pendahuluan (beam house


operation)  yang meliputi: perendaman, pembuangan

lemak, pengapuran, buang  bulu,  buang daging,


pengapuran ulang, buang kapur, pengikisan protein dan

pengasaman;
b.      Tahap kedua proses penyamakan; dan

c.       Tahap ketiga adalah proses finishing yang meliputi:


pemeraman, pemerahan, pengetaman, penetralan, 

pengecatan dasar, peminyakan,  fiksasi, pengurangan kadar 


air, perataan rajah, pengeringan, pembasahan  kembali,

pelemasan, pementangan, pengampelasan, pengecatan


tutup dan pengkilapan (Said, 2012).

Kulit samak digunakan untuk menghasilkan berbagai


Kulit samak digunakan untuk menghasilkan berbagai
macam barang seperti sepatu, sendal,tas, ikat pinggang,

koper, jaket, topi, jok mobil, sarung Hp, dompet,  dan


cindera mata seperti gantungan kunci. Barang kerajinan

lain yang dihasilkan dari kulit mentah misalnya wayang


kulit, hiasan dinding, kaligrafi, beduk, genderang, kendang,

dan kipas.  Kulit juga dapat digunakan untuk produksi


krupuk kulit, gelatin dan lem kulit (Wulan, 2013).

6.        Organ dalam dan Visceral


Organ dalam dan visceral dari hasil ikutan ternak juga

dapat dimanfaatkan dengan berbagai cara pengolahannya,


yaitu:

a.       Usus halus, digunakan sebagai bahan untuk benang bedah


atau casing;

b.      Hati sebagai sumber ekstrak heparin;


c.       Kantong empedu sebagai ekstrak hormon cortisone;

d.      Paru-paru sebagai bahan zat anti koagulan;


e.       Sumsum tulang merupakan sumber kolesterol;

f.       Perut/lambung sebagai sumber enzim rennin, pepsin,


pepton, dan lain-lain;

g.      Otak sapi sebagai sumber trhromboplastin.


(Nurwantoro dan Sri, 2003). 
III.  KESIMPULAN

Keimpulan yang diperoleh dari penulisan makalah ini


adalah:

1.      Hasil ikutan (side


(side product)
product) ternak merupakan produk
sampingan ternak setelah pemotongan yang masih dapat

dimanfaatkan dan berguna untuk kepentingan manusia.


2.      Hasil ikutan ternak berdasarkan layak dan tidaknya

dikonsumsi diklasifikasikan menjadi hasil ikutan yang


dapat dimakan (edible), dan tidak dapat dimakan (inedible),

secara ekonomis hasil ikutan ternak diklasifikasikan


menjadi hasil ikutan dasar dan terolah.
menjadi hasil ikutan dasar dan terolah.

3.      Hasil ikutan ternak yang dapat dimanfaatin diantaranya


adalah tepung tulang, darah, kulit, tanduk dan kuku, organ

dalam dan viscera. Diolah  berdasarkan sifat fisik dan


kimianya menjadi bahan pakan ternak, gelatin, dan produk

kerajinan.

DAFTAR PUSTAKA

Atmoko, I.D., Ratri, D.P, 2011.  Produksi Gelatin dari Tulang


Sapi Dengan Proses Hidrolisa. Jurusan Teknik
Kimia,  Fakultas Teknik, Universitas Diponogoro. 
Semarang.
Kurniasih, T., 2008.  Potensi Tepung Darah Sebagai Sumber
Protein Pakan Ikan Alternatif.  Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Tawar.  Bogor.
Nurwantoro., Sri, M. 2003.  Buku Ajar Dasar Teknologi Hasil
Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas
Diponogoro.  Semarang.
Pertiwi, M.F.D.  2012. Pemanfaatan Tepung Tulang Sebagai
Bahan Pakan Ikan Tinggi Kalsium.  Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya.  Malang.
Said, M. I.  2012.  Ilmu dan Teknologi Pengolahan Kulit. 
Teknologi Hasil Ternak.  Fakultas Peternakan. 
Universitas Hasanuddin.  Makasar.
Wulan, Z. 2013.  Hasil Ikutan Ternak.
http://zawusastory92.blogspot.com/2013/07/pht-hasil-
ikutan-ternak.html
Diakses pada:  07 Desember 2013. 
Popular posts from this blog

PROSES PEMBUATAN SUSU KENTAL MANIS


November 25, 2013

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Susu


merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi
karena mengandung zat-zat makanan yang …

READ MORE

SIFAT FUNGSIONAL TELUR


April 07, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Telur merupakan bahan


pangan yang sempurna yakni merupakan bahan pangan hasil ternak
unggas yang memiliki sumber protein hewani yang memiliki rasa …

READ MORE

SISTEM KANDANG POSTAL


November 26, 2013

I.                    PENDAHULUAN A.     Latar Belakang


Kandang berfungsi untuk melindungi ternak ayam
dari pengaruh buruk iklim, seperti hujan, panas …
READ MORE

Powered by Blogger

Theme images by Michael Elkan

NIA

Indonesia

VISIT PROFILE

Popular posts from this blog

METABOLISME
KARBOHIDRAT, PROTEIN
DAN LIPID/LEMAK
April 26, 2012

PROSES METABOLISME
KARBOHIDRAT Lintasan metabolisme
d di l k j di 3
READ MORE

ESTRUS DAN SIKLUS


ESTRUS
May 10, 2018

BAB VIII. ESTRUS DAN SIKLUS


ESTRUS 8.1 Pendahuluan 8.1.1
Deskripsi             Pada bab ini akan …

READ MORE

HORMON-HORMON
REPRODUKSI
April 06, 2013

BAB V. HORMON-
HORMON
REPRODUKSI 5.1 …

READ MORE

Archive

Report abuse

Anda mungkin juga menyukai