Anda di halaman 1dari 14

Starter Kering – Rukmi dkk

Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69

PEMBUATAN STARTER KERING KULTUR CAMPURAN BAKTERI ASAM


LAKTAT DAN Saccharomyces cereviceae UNTUK PROSES FERMENTASI
PRODUK SEREAL INSTAN
Widya Dwi Rukmi.P1 , Elok Zubaidah1, Monika Maria2
1. Staf Pengajar Jur. Tek. Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
2. Alumni Jur. Tek. Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Abstraks
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kombinasi jenis mikroba (Bakteri asam
laktat dan Saccharomyces cereviceae ) dan jenis bahan pengisi yang tepat untuk menghasilkan
starter kering dengan viabilitas kultur tertinggi. kombinasi jenis mikroba yang terbaik akan
digunakan dalam fermentasi produk pangan berbasis serealia dan kacang-kacangan.
Penelitian disusun dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor
pertama, adalah kombinasi mikroba yaitu Lactobacillus plantarum : Saccharomyces cereviceae 1 :
1 (sel/ml) dan L. bulgaricus : Saccharomyces cereviceae 1 : 1 (sel / ml). Faktor kedua, jenis bahan
pengisi yaitu tepung beras, tepung gandum dan kombinasi tepung beras dan tepung gandum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi Lactobacillus bulgaricus :
Saccharomyces cereviceae 1 : 1 (sel / ml) dengan bahan pengisi campuran tepung beras dan
tepung terigu menghasilkan viabilitas yang tertinggi untuk fermentasi serealia dan kacang-
kacangan.
Kata Kunci : sereal, fermentasi
PRODUCTION OF MIXED DRY STARTER FROM LACTIC ACID BACTERIA
AND Saccharomyces cereviceae FOR CEREAL FERMENTATION
Abstract
The aims of this research is to gain combination of microbes (Lactic Acid
Bacteria and Saccharomyces cereviceae) and the kind of filler that produce dry starter
with highest viability.
The experiment is carried out in a Randomized Block Design with two factors.
First factor, the combination of microbes i.e, Lactobacillus plantarum : Saccharomyces
cereviceae 1 : 1 (sel/ml) and Lactobacillus bulgaricus : Saccharomyces cereviceae 1 : 1
(sel / ml). Second factors, the kinds of filler i.e, rice flour, wheat flour and combination
of rice and wheat flour.
The result shows that dry starter from combination of Lactobacillus bulgaricus :
Saccharomyces cereviceae 1 : 1 (sel / ml ) and filler from mixed rice flour and wheat
flour have the highest viability for cereal fermentation.
PENDAHULUAN (2000) menyatakan mikroba dapat
dimanfaatkan untuk memecah senyawa-
Indonesia termasuk salah satu
senyawa organik kompleks menjadi
negara yang memiliki potensi produk
senyawa yang lebih sederhana.
pertanian berupa serealia dan kacang-
Campbell-Platt (1994) menambahkan
kacangan, yang banyak diolah menjadi
bahwa fermentasi sereal oleh mikroba
berbagai macam produk seperti sereal
dapat memperbaiki nilai cerna dari
instan. Produk pangan berbasis serealia
protein dan karbohidrat yang merupakan
dan kacang-kacangan umumnya
komponen utama penyusun serealia dan
memiliki daya cerna yang rendah karena
kacang-kacangan.
tersusun atas senyawa-senyawa
kompleks yang sulit dicerna. Case

69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69

Untuk mempermudah dan tepung beras dan tepung terigu sebagai


mempercepat proses fermentasi pada bahan pengisi dengan rasio tepung dan
produk sereal instan yang berbasis kultur 2:1 dapat menghasilkan kultur
serealia dan kacang-kacangan, perlu dengan viabilitas yang tinggi.
dibuat starter dari jenis mikroba yang
Penelitian tentang pembuatan
sesuai. Jenis mikroba yang dapat
kultur starter campuran kering untuk
digunakan dalam fermentasi produk
proses fermentasi produk sereal instan
pangan berbasis serealia dan kacang-
masih belum banyak dilakukan.
kacangan adalah bakteri asam laktat
Penelitian ini bertujuan untuk
yang salah satunya adalah Lactobacillus
menentukan jenis mikroba dan bahan
sp. golongan homofermentatif. Proses
pengisi yang dapat menghasilkan kultur
fermentasi ini akan memberikan
starter kering dengan viabilitas tertinggi
beberapa keuntungan seperti
untuk fermentasi produk sereal instan.
menghasilkan flavor, mempertahankan
daya simpan dan meningkatkan nilai BAHAN DAN METODE
cernanya (Salovaara, 1998). Bahan yang digunakan untuk
Proses fermentasi tidak selalu menentukan kurva pertumbuhan sel
dilakukan oleh satu jenis mikroba saja mikroba adalah bakteri asam laktat
tetapi bisa dilakukan oleh kombinasi (Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus
dari berbagai jenis mikroba untuk plantarum) dan Saccharomyces
memberikan hasil yang lebih baik cereviceae, aquades, serta medium MRS
(Lucke, 1996). Salah satu kombinasinya Broth (OXOID) untuk Lactobacillus dan
adalah bakteri asam laktat dengan medium Yeast Peptone Dextrose Broth
khamir. Jenis khamir yang paling (YPD) untuk Saccharomyces
banyak digunakan dalam industri cereviceae. Sampel mikroba diukur
pangan adalah Saccharomyces absorbansinya pada panjang gelombang
cereviceae karena kemampuannya untuk 600 nm untuk penentuan kadar biomassa
menghasilkan alkohol, CO2 serta setiap interval waktu lima jam,
komponen flavor (Wyeast Laboratories kemudian dibuat kurva pertumbuhan
Inc., 1997). yaitu hubungan antara waktu dan kadar
biomassa. Pengukuran ini dilakukan
Kultur starter umumnya tersedia
sampai sel mikroba mencapai tahap
dalam bentuk kering untuk
pertumbuhan optimum.
mempermudah penanganan dan
penggunaannya. Menurut Malik (1990), Pembuatan starter kering
pengeringan menggunakan vacuum dilakukan dengan menumbuhkan satu
drying adalah salah satu metode yang ose Lactobacillus bulgaricus,
dapat diterapkan untuk pengawetan Lactobacillus plantarum pada 10 ml
mikroba. Metode pengeringan dengan medium MRS Broth dan Saccharomyces
vacuum drying dapat mempertahankan cereviceae pada 10 ml medium YPD
viabilitas mikroba apabila menggunakan Broth, kemudian diinkubasi pada suhu
medium pemanasan yang sesuai serta ruang (±27°C) selama 48 jam. Kultur
dilakukan pada kondisi yang sesuai tersebut kemudian ditumbuhkan pada
dengan sifat mikroba yang dikeringkan. campuran 2 g tepung beras dan 100 ml
Nuraida dkk. (1993) menambahkan aquades yang masing-masing telah
bahwa penambahan tepung sebagai disterilisasi terlebih dahulu yang
bahan pengisi untuk pembuatan kultur bertujuan untuk perbanyakan kultur dan
starter kering dapat mempertahankan sebagai tahapan fase adaptasi kultur
viabilitas kultur. Salah satu contohnya terhadap medium fermentasi tepung
adalah pada pembuatan kultur starter beras dan diinkubasi pada suhu ruang
kering yoghurt, dimana penggunaan (±27°C) selama 24 jam. Setelah inkubasi

69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69

24 jam, masing-masing kultur dihitung dikeringkan dihaluskan menggunakan


jumlah sel/ml menggunakan mortar dan dianalisa. Analisis yang
haemocytometer. dilakukan pada tepung sereal
terfermentasi meliputi kadar pati
Kultur yang telah diketahui
(Sudarmadji dkk., 1997), kadar N-
jumlahnya dikombinasikan sesuai
Amino (Sudarmadji dkk., 1997) dan
dengan perlakuan yaitu (1) :
total asam (Ranggana, 1979).
Lactobacillus plantarum :
Saccharomyces cereviceae 1:1 (sel/ml) HASIL DAN PEMBAHASAN
dan (2) Lactobacillus bulgaricus :
1. Penentuan Kurva Pertumbuhan
Saccharomyces cereviceae 1:1 (sel/ml).
Lactobacillus sp. dan S.
Kemudian ditambahkan bahan pengisi
cereviceae
untuk setiap 100 ml mikroba sebanyak
sesuai dengan perlakuan yaitu (1) Produksi sel Lactobacillus
Tepung Beras (50%) ; (2) : Tepung plantarum, Lactobacillus bulgaricus dan
Terigu (50%) dan (3) Tepung Beras : Saccharomyces cereviceae yang akan
Tepung Terigu (25%:25%). digunakan sebagai bahan baku utama
Penambahan bahan pengisi ini pembuatan starter kering sereal instan
dimaksudkan untuk mempertahankan dilakukan dengan cara menumbuhkan
aktivitas starter kultur campuran selama ketiga jenis mikroba tersebut dalam
pengeringan. Starter yang telah medium pertumbuhan masing-masing
ditambahkan bahan pengisi dikeringkan jenis mikroba, dan setelah mencapai
menggunakan vacuum drying pada suhu aktivitas yang optimum dilakukan
45oC selama 2 jam sampai dengan kadar pemanenan sel.
air ±10%. Penentuan perlakuan terbaik Penentuan kurva pertumbuhan
dilakukan dengan menghitung total ini selain bertujuan untuk menghasilkan
mikroba, total Lactobacillus plantarum, jumlah sel mikroba yang optimum, juga
Lactobacillus bulgaricus dan untuk mempermudah tahapan perlakuan
Saccharomyces cereviceae serta total kombinasi jenis mikroba 1:1 karena
kapang sebagai mikroba kontaminan. pada tahap pertumbuhan yang optimum
. Starter kering yang memiliki diduga masing-masing jenis mikroba
viabilitas tertinggi digunakan pada memiliki jumlah sel yang perbedaannya
pembuatan tepung sereal terfermentasi . tidak terlalu besar.
Tepung beras dan tepung kedelai rendah 1.1. Kurva Pertumbuhan
lemak dicampur secara homogen dengan Lactobacillus plantarum dan
perbandingan tepung beras : tepung Lactobacillus bulgaricus
kedelai 70%:30% dan disterilisasi.
Kemudian dicampur dengan aquades Rerata kurva pertumbuhan sel
steril sebanyak 125 ml untuk tiap 100 g Lactobacillus plantarum dan
bahan baku dan dicampurkan secara Lactobacillus bulgaricus disajikan pada
aseptis dengan kultur starter kering hasil Gambar 1.
perlakuan terbaik sebanyak 2% dari
jumlah bahan baku. Campuran tersebut
difermentasi selama 24 jam pada suhu Gambar 1 memperlihatkan
ruang suhu ruang (±27°C) untuk parameter kekeruhan medium
memberikan kesempatan mikroba untuk pertumbuhan yang semakin meningkat
tumbuh dan menghasilkan produk yang dari jam ke 0 sampai jam ke 50 baik
diinginkan. Kemudian dikeringkan untuk Lactobacillus plantarum maupun
dengan menggunakan vacuum drying Lactobacillus bulgaricus dan
pada suhu 55°C selama 5 jam. Tepung selanjutnya memasuki fase stasioner.
sereal terfermentasi yang telah Hal ini ternyata berbeda dengan hasil

69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69

penelitian Amrane (2001) yang bakteri akan berbeda dimana hal ini
menentukan kurva pertumbuhan dapat berpengaruh terhadap laju
Lactobacillus helveticus dimana pertumbuhan bakteri.
kekeruhan meningkat dari jam ke 0
sampai jam ke 15 dan selanjutnya
memasuki fase stasioner.  Suhu inkubasi
Suhu inkubasi yang digunakan untuk
L. bulga ricus
L. plantarum
S. cereviceae
menumbuhkan Lactobacillus plantarum
0,8 dan Lactobacillus bulgaricus adalah
0,7

0,6
suhu ruang (±27°C) sedangkan suhu
inkubasi Lactobacillus helveticus adalah
Kekeruhan (Abs)

0,5

0,4
42°C. Pada suhu inkubasi yang lebih
0,3

0,2
tinggi dan mendekati suhu pertumbuhan
0,1 optimum, maka laju pertumbuhan
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
bakteri akan lebih cepat. Ini berarti pada
Wak tu Pertumbuhan (J am)
penggunaan suhu inkubasi 42°C, bakteri
Gambar 7. Rerata Kurva Pertumbuhan Lactobacillus helveticus akan lebih
Sel Lactobacillus plantarum dan cepat memasuki fase pertumbuhan
Lactobacillus bulgaricus optimum yang diikuti dengan fase
pertumbuhan stasioner dibandingkan
dengan Lactobacillus plantarum dan
Adanya perbedaan tersebut Lactobacillus bulgaricus yang suhu
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, inkubasinya lebih rendah.
yaitu:
 Spesies Bakteri Lactobacillus 1.2. Kurva Pertumbuhan
Bakteri jenis Lactobacillus tidak Saccharomyces cereviceae
selalu memiliki laju pertumbuhan Rerata kurva pertumbuhan sel
yang sama, dimana dengan spesies Saccharomyces cereviceae disajikan
yang berbeda maka laju pada Gambar 2.
pertumbuhannya juga bisa berbeda
 Medium
Gambar 8 memperlihatkan
Medium yang digunakan untuk parameter kekeruhan medium
pertumbuhan Lactobacillus pertumbuhan Saccharomyces cereviceae
plantarum dan Lactobacillus yang semakin meningkat dari jam ke 0
bulgaricus adalah MRS Broth sampai jam ke 50 dan selanjutnya
sedangkan medium yang digunakan memasuki fase stasioner. Kurva
oleh Amrane (2001) untuk pertumbuhan tersebut ternyata tidak
pertumbuhan Lactobacillus berbeda jauh dengan kurva pertumbuhan
helveticus adalah whey yang Saccharomyces cereviceae yang
ditambahkan dengan yeast extract terdapat dalam Walker (1998) dimana
serta tripton dan pankreatik kasein kekeruhan medium meningkat dari jam
pepton. Dengan komposisi medium ke 0 sampai jam ke 45 dan selanjutnya
yang berbeda maka nutrisi yang memasuki fase stasioner.
digunakan untuk pertumbuhan

69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69

L. b ulg a ric us
L. p la nta rum sereal instan berkisar antara jam ke 40
S. ce re vice a e
0 ,8 sampai jam ke 50 karena pada jam
0 ,7

0 ,6
tersebut tahap pertumbuhannya
optimum. Hal ini didukung oleh
Kekeruhan (Abs)

0 ,5

0 ,4
pernyataan Gilliland (1985) yaitu salah
0 ,3

0 ,2
satu tahapan yang harus dilakukan untuk
0 ,1 menghasilkan starter adalah dengan
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 menumbuhkan mikroba pada medium
W ak tu P er tumbuhan (J am)
yang sesuai dan diinkubasi sampai
mencapai tahap pertumbuhan yang
optimum.
Gambar 2. Rerata Kurva
Pertumbuhan Saccharomyces cereviceae 2. Total Mikroba
Pertumbuhan sel Lactobacillus Total mikroba pada starter
plantarum, Lactobacillus bulgaricus, kering sereal instan merupakan jumlah
dan Saccharomyces cereviceae yang keseluruhan dari mikroba yang terdapat
ditunjukkan oleh Gambar 7 dan 8 dalam starter kering yaitu Lactobacillus
cenderung meningkat dari jam ke 0 dan Saccharomyces cereviceae. Total
sampai pada jam ke 50. Hal ini diduga mikroba ini juga dipengaruhi oleh
karena pada medium dari jam ke 0 kapang karena setelah dianalisa ternyata
sampai jam ke 50 masih terdapat terdapat kapang sebagai kontaminan
kandungan nutrisi yang diperlukan pada kultur starter kering sereal instan.
sebagai sumber makanan untuk Rerata total mikroba pada
melakukan pembelahan sel. Di atas jam starter kering sereal instan
ke 50 masih menunjukkan adanya berkisar antara 6,2×106 (cfu/g) sampai
pembelahan sel tetapi sangat kecil dan 3,9×107 (cfu/g). Rerata total
diduga akan segera memasuki fase mikroba pada starter kering sereal instan
pertumbuhan stasioner. Setelah disajikan pada Gambar 3.
melewati jam ke 50 diduga kandungan
nutrisi yang dibutuhkan untuk 7,6
Rerata Total Mikroba (Log)

pertumbuhan sel sudah tidak 7,4


mencukupi. Fenomena ini sesuai dengan
7,2
pendapat Pelczar and Reid (1978) yang
7
menyatakan bahwa pertumbuhan sel
6,8
mikroba dalam medium fermentasi
6,6
cenderung meningkat selama nutrisi
6,4
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Tepung Beras Tepung Terigu Tepung Beras dan
atau pembelahannya terpenuhi. Pada Terigu
saat kandungan nutrisi sudah tidak
mencukupi atau habis, maka akan Gambar 3. Grafik Rerata Total Mikroba
sedikit sekali atau bahkan tidak terjadi pada Starter Kering Sereal
pembelahan sel sehingga jumlah sel Instan
statis. Gambar 3 menunjukkan bahwa
Berdasarkan pengamatan total mikroba starter kering terbesar
parameter pertumbuhan sel baik adalah pada penggunaan kombinasi
Lactobacillus plantarum, Lactobacillus tepung beras dan tepung terigu sebagai
bulgaricus, maupun Saccharomyces bahan pengisi, kemudian jumlah
cereviceae, waktu pemanenan sel yang mikroba menurun pada penggunaan
tepat untuk pembuatan starter kering bahan pengisi tepung beras dan jumlah

69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69

mikroba terendah adalah pada Hal ini diduga karena kadar pati tepung
penggunaan tepung terigu sebagai bahan beras lebih tinggi daripada kadar pati
pengisi pada starter kering sereal instan. tepung terigu. Gaonkar (1995)
menyatakan bahwa kadar pati tepung
Berdasarkan hasil analisis ragam
terigu sekitar 70% sedangkan kadar pati
terhadap total mikroba diperoleh hasil
tepung beras mencapai 90% dari berat
bahwa perlakuan jenis mikroba dan
kering. Menurut Fardiaz (1992),
bahan pengisi berpengaruh sangat nyata
penggunaan medium pemanasan yang
(α=0,01) sedangkan interaksi antara
mengandung karbohidrat akan
keduanya memeberikan pengaruh yang
meningkatkan ketahanan panas mikroba
nyata (α=0,05). Rerata total mikroba yang terdapat di dalamnya. Komponen
pada starter kering dan hasil pengujian penyusun medium awal mikroba
DMRT (α=0,05) disajikan dalam Tabel sebelum dikeringkan sebagian besar
1. adalah air. Tepung beras memiliki kadar
Tabel 1. Rerata Total Mikroba pada pati yang lebih tinggi, sehingga jumlah
Starter Kering Sereal Instan air dan mikroba yang terikat dan
terlindungi dari kontak langsung
Perlakuan Rerata Total terhadap panas selama pengeringan
Mikroba starter dengan menggunakan bahan
Jenis Mikroba Jenis cfu/g Log pengisi tepung beras akan semakin
Tepung besar. Pernyataan ini didukung oleh
Chaplin (2002) bahwa salah satu fungsi
L. plantarum: Beras 1.2x10 7.070 c pati adalah sebagai bahan pengikat air
7
S. cereviceae (water binder).
L. plantarum: Terigu 6.2x10 6.780 a Selain dipengaruhi oleh kadar
6
S. cereviceae pati, viabilitas mikroba pada starter
L. plantarum: Beras 2.1x10 7.326 kering diduga juga dipengaruhi oleh
S. cereviceae dan 7
d kadar amilosa dan amilopektin penyusun
Terigu pati. Menurut Clarke (2002), pati
tersusun atas 70-80% amilopektin yang
L. bulgaricus: Beras 1.3x10 7.106 c merupakan polimer glukosa yang
7
S. cereviceae berbentuk rantai bercabang. Deis (1997)
L. bulgaricus: Terigu 7.8x10 6.883 menambahkan bahwa amilopektin
S. cereviceae 6
b memiliki kemampuan mengikat air lebih
besar dan juga memiliki kemampuan
L. bulgaricus: Beras 3.9x10 7.588 e melepas air yang lebih rendah
7
S. cereviceae dan dibandingkan amilosa karena rantainya
Terigu yang bercabang. Ini berarti semakin
tinggi kadar amilopektin maka
Keterangan :
kemampuan untuk mengikat air produk
 DMRT (α=0,05) Rerata Total (Log) selama pengeringan menjadi lebih tinggi
Mikroba (6,780-7,588) sehingga semakin tinggi pula sel
mikroba yang terperangkap dan
terlindungi selama proses pengeringan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa Ohio-State (2002) menyatakan bahwa
penggunaan tepung beras sebagai bahan kadar amilopektin pati tepung beras
pengisi menghasilkan jumlah mikroba adalah 83% sedangkan kadar
yang lebih tinggi dibandingkan amilopektin pati tepung terigu adalah
penggunaan tepung terigu sebagai bahan 75%. Berkaitan dengan hal tersebut
pengisi pada starter kering sereal instan. maka starter kering dengan bahan

69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69

pengisi yang kadar amilopektinnya lebih 3,7×107 (cfu/g) sedangkan rerata total
tinggi yaitu tepung beras mampu Saccharomyces cereviceae pada starter
menghasilkan viabilitas sel yang lebih kering sereal instan berkisar antara
tinggi pula. 1,8×106 (cfu/g) sampai 1,1×107 (cfu/g).
Kombinasi tepung beras dan Hasil analisis ragam terhadap
tepung terigu sebagai bahan pengisi total Lactobacillus dan Saccharomyces
starter kering sereal instan yang cereviceae menunjukkan bahwa
ditunjukkan oleh Tabel 3 ternyata perlakuan kombinasi jenis mikroba dan
mampu menghasilkan starter kering jenis bahan pengisi berpengaruh sangat
dengan viabilitas mikroba tertinggi nyata (α=0,01). Sedangkan interaksi
dibandingkan hanya menggunakan satu antara keduanya berpengaruh sangat
jenis tepung saja. Selain karena kadar nyata (α=0,01) terhadap total S.
pati baik yang terdapat pada tepung cereviceae dan berpengaruh nyata
beras maupun tepung terigu, diduga (α=0,05) terhadap total Lactobacillus.
kandungan protein terutama pada tepung Rerata total Lactobacillus dan total S.
terigu juga berpengaruh dalam cereviceae setelah pengeringan dan hasil
mempertahankan viabilitas mikroba. pengujian DMRT (α=0,05) disajikan
Menurut Fardiaz (1992), kandungan pada Tabel 2.
protein yang terdapat di dalam medium
pemanasan dapat menurunkan hantaran Tabel 2 menunjukkan
panas. Selain itu, tepung terigu penggunaan kombinasi bahan pengisi
mengandung komponen protein gliadin tepung beras dan tepung terigu
dan glutenin yang akan membentuk menghasilkan starter kering dengan
gluten. Wheatfoods (2002) menyatakan viabilitas S. cereviceae,
interaksi antara tepung terigu dan air L. plantarum, serta L. bulgaricus
akan membentuk gluten yaitu adonan tertinggi. Penggunaan tepung beras
yang berbentuk matriks yang kompak sebagai bahan pengisi menghasilkan
dan memiliki struktur yang kuat starter kering dengan viabilitas S.
sehingga dapat memerangkap dan cereviceae, L. plantarum, serta L.
melindungi sel mikroba selama bulgaricus yang lebih rendah dan
pengeringan. Adanya interaksi antara penggunaan tepung terigu sebagai bahan
kadar pati dan protein pada tepung beras pengisi menghasilkan viabilitas yang
dan tepung terigu diduga mampu paling rendah.
menahan dan melindungi mikroba dalam Penggunaan tepung beras
jumlah yang lebih besar terhadap panas
sebagai bahan pengisi yang terlihat
selama pengeringan.
pada Tabel 2 menghasilkan rerata
3. Total Lactobacillus dan total Lactobacillus dan S. cereviceae
Saccharomyces cereviceae yang lebih tinggi dibandingkan
Total Lactobacillus dan penggunaan bahan pengisi tepung
Saccharomyces cereviceae dihitung terigu. Diduga hal ini diakibatkan
sebelum pengeringan dan sesudah oleh kadar pati tepung beras yang
pengeringan. Rerata total Lactobacillus lebih tinggi sehingga pengikatan air
sebelum pengeringan adalah 3,7×107 sekaligus pengikatan Lactobacillus
(cfu/g) sedangkan rerata total dan S. cereviceae yang komponen
Lactobacillus pada starter kering sereal utama mediumnya adalah air akan
instan berkisar antara 4,4×106 (cfu/g) lebih tinggi bila dibandingkan tepung
sampai 2,8×107 (cfu/g).
terigu. Hal ini didukung oleh Fardiaz
Rerata total Saccharomyces (1992) yang menyatakan adanya
cereviceae sebelum pengeringan adalah karbohidrat (pati) akan mengikat air
69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69

yang terdapat di dalam medium dan carrier agent. Kemampuan


maupun sel sehingga menurunkan tepung terigu dalam
aktivitas airnya dan akibatnya sel mempertahankan viabilitas sel
menjadi lebih tahan panas selama mikroba walaupun dalam jumlah
pengeringan. NFM 236 (2002) yang rendah, dipengaruhi oleh
menambahkan bahwa pati yang matriks gluten yang bersifat kompak
dicampur di dalam air dingin akan yang terbentuk dengan adanya
menyerap sedikit air yang semakin interaksi antara tepung terigu dan air
lama akan semakin banyak bila yang diduga dapat memerangkap dan
dipanaskan. Selain itu pati juga melindungi mikroba dari kontak
memiliki kemampuan sebagai binder panas secara langsung.

Tabel 2. Rerata Total Lactobacillus dan S. cereviceae pada Starter Kering Sereal
Instan
Perlakuan Rerata Total Rerata Total S.
Lactobacillus cereviceae
Jenis Mikroba Jenis Tepung cfu/g Log Cfu/g Log
L. plantarum: S. Beras 5.3x106 6,715 b 6.1x106 6,784 d
cereviceae
L. plantarum: S. Terigu 4.4x106 6,638 a 1.8x106 6,211 a
cereviceae
L. plantarum: S. Beras dan Terigu 1.1x107 7,026 d 1.0x107 7,013 e
cereviceae
L. bulgaricus: S. Beras 6.7x106 6,819 c 5.3x106 6,715 c
cereviceae
L. bulgaricus: S. Terigu 4.5x106 6,646 a 3.2x106 6,502 b
cereviceae
L. bulgaricus: S. Beras dan Terigu 2.8x107 7,422 e 1.1x107 7,018 e
cereviceae
Keterangan :
 DMRT (α=0,05) Rerata Total (Log) Lactobacillus (6,638-7,422)
 DMRT (α=0,05) Rerata Total (Log) Saccharomyces cereviceae (6,211-7,018)

Perbedaan viabilitas mikroba bersifat larut di dalam air dingin,


pada starter kering diduga juga sehingga mampu mengikat air dalam
dipengaruhi oleh kadar amilosa dan jumlah yang lebih besar dibandingkan
amilopektin penyusun pati. Menurut amilosa. Berdasarkan teori tersebut,
Jane (2002) amilopektin adalah semakin tinggi kadar amilopektin bahan
komponen utama penyusun pati. AGSCI maka jumlah air yang terikat juga akan
(2002) menambahkan bahwa semakin besar. Tepung beras memiliki
amilopektin merupakan polimer glukosa kadar amilopektin yang lebih besar. Hal
yang berbentuk rantai bercabang dan ini menyebabkan jumlah air serta

69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69

Lactobacillus dan S. cereviceae yang lebih rendah daripada L. bulgaricus


terikat dan terlindungi pada starter sehingga L. plantarum lebih sensitif
kering dengan menggunakan bahan terhadap panas dan pada suhu
pengisi tepung beras lebih besar pengeringan yang sama maka viabilitas
dibandingkan penggunaan bahan pengisi L. bulgaricus akan lebih tinggi. Hal ini
tepung terigu. didukung oleh pernyataan Buchanan and
Gibbons (1975) yaitu L. plantarum
Rerata total Lactobacillus
maupun S. cereviceae tertinggi yang dapat tumbuh pada suhu 20°-50°C
ditunjukkan oleh Tabel 4 adalah dengan sedangkan menurut Gilliland (1985) L.
penggunaan bahan pengisi kombinasi bulgaricus memiliki suhu pertumbuhan
antara tepung beras dan tepung terigu. antara 25°-60°C.
Hal ini diduga disebabkan oleh Tabel 2 juga memperlihatkan
komponen pati, baik yang terkandung bahwa total S. cereviceae pada starter
pada tepung beras maupun pada tepung kering cenderung lebih rendah daripada
terigu. Adanya kandungan pati yang total Lactobacillus. Hal ini juga
tinggi pada tepung beras dan tepung disebabkan karena suhu pertumbuhan
terigu maka jumlah air yang terikat pada maksimum S. cereviceae lebih rendah
pati juga tinggi. Komponen medium dan daripada Lactobacillus, seperti
sel mikroba sebagian besar tersusun atas dikatakan oleh Fardiaz (1990) bahwa
air. Ini berarti dengan kadar pati yang suhu pertumbuhan S. cereviceae
tinggi maka sel mikroba yang terikat berkisar antara 25°-48°C.
pada pati semakin banyak. Selain
disebabkan oleh komponen pati yang 4. Total Kapang
terutama terdapat pada tepung beras, Kapang yang terdapat dalam
viabilitas mikroba dengan bahan pengisi kultur starter kering ini pada dasarnya
tepung kombinasi juga dipengaruhi oleh adalah kontaminan yang tidak
kadar protein terutama gluten yang dikehendaki. Pada pembuatan starter
terdapat dalam tepung terigu. Menurut kering sereal instan ini, kultur yang
Tessier (2001) gluten dihasilkan oleh digunakan adalah kultur murni dari
protein gliadin dan glutenin yang Lactobacillus dan S.
terdapat dalam tepung terigu apabila cereviceae
dicampur dengan air. Alderton (1999)
menambahkan bahwa gluten akan Rerata total kapang pada starter
membentuk jaringan yang elastis dan kering sereal instan berkisar antara
struktur yang kuat yang dapat berfungsi 1,8×104 sampai 8,2×104 . Rerata total
sebagai binding dan absorbing agent. kapang ditunjukkan pada Gambar 4.
Sifat-sifat pati dan protein pada tepung Pada Gambar 4 dapat dilihat
beras dan tepung terigu tersebut diduga bahwa total kapang tertinggi terdapat
dapat menahan dan melindungi pada starter kering yang menggunakan
Lactobacillus dan S. cereviceae bahan pengisi tepung beras, kemudian
terhadap panas selama pengeringan jumlahnya menurun pada penggunaan
sehingga menghasilkan viabilitas bahan pengisi kombinasi tepung beras
mikroba tertinggi. dan tepung terigu dan jumlah kapang
Tabel 2 memperlihatkan rerata terendah adalah pada starter kering
penurunan total bakteri L. plantarum dengan bahan pengisi tepung terigu.
setelah pengeringan lebih besar Berdasarkan hasil analisis ragam
dibandingkan L. bulgaricus. Suhu terhadap total kapang didapatkan hasil
pengeringan yang digunakan adalah bahwa hanya perlakuan jenis tepung
45°C. Hal ini diduga karena suhu yang berpengaruh nyata (α=0,05).
maksimum pertumbuhan L. plantarum

69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69

Rerata total kapang dan hasil pengujian tempe dan ragi kecap yang kulturnya
BNT (α=0,05) disajikan pada Tabel 3. adalah kapang. Republika (2001)
menyatakan produksi inokulum pada
Tabel 3. Rerata Total Kapang pada
pembuatan tempe digunakan beras
Starter Kering Sereal Instan
sebagai substrat. Anonymous (2002)
Rerata Total Kapang menambahkan dalam pembuatan kecap
Perlakuan yang salah satu kulturnya adalah
cfu/g Log kapang, ragi yang digunakan umumnya
4 dicampur dengan 2-10% tepung beras.
Tepung Beras 7.6×10 4,714 b
Ini berarti bahwa kapang dapat tumbuh
Tepung Terigu 1.9×104 4,230 a dengan baik pada tepung beras.
Tepung Beras 2.2×104 4,332 a
dan Terigu Tabel 3 juga memperlihatkan
bahwa starter kering dengan bahan
Keterangan: pengisi tepung terigu ternyata
 BNT (α=0,05) Rerata Total (Log) menghasilkan total kapang yang paling
Kapang (4,230-4,714) rendah dibandingkan dengan
menggunakan bahan pengisi tepung
beras maupun kombinasi antara tepung
4,8
beras dan tepung terigu. Fenomena ini
4,7
diduga terjadi karena kandungan gliadin
Rerata Total Kapang (Log)

4,6
4,5 dan glutenin pada tepung terigu.
4,4 Menurut AGSCI (2002), interaksi antara
4,3
air dan tepung terigu akan menghasilkan
4,2
4,1
gluten yang merupakan adonan yang
4 memiliki struktur yang kuat. Hal ini
3,9 diduga dapat menghambat penetrasi
Tepung Beras Tepung Terigu Tepung Beras dan
Terigu kapang ke dalam starter sehingga
kapang yang terdapat pada starter kering
Gambar 4. Grafik Rerata Total Kapang dengan bahan pengisi tepung terigu
pada Starter Kering Sereal Instan jumlahnya paling kecil.
5. Perlakuan Terbaik
Kapang yang terdapat pada Analisa pemilihan alternatif
starter kering ini diduga berasal dari perlakuan terbaik menggunakan metode
kontaminasi yang terjadi selama proses “Multiple Attribute” (Zeleny, 1982)
pembuatan starter kering terutama pada yang didasarkan pada hasil uji Total
proses pengeringan dan juga Lactobacillus, total Saccharomyces
dipengaruhi oleh jenis tepung yang cereviceae, total mikroba dan total
digunakan sebagai bahan pengisi. kapang. Nilai ideal dari perlakuan
terbaik pada metode ini adalah nilai
yang sesuai dengan pengharapan, yaitu
Penggunaan bahan pengisi
merupakan nilai maksimal atau minimal
tepung beras pada starter kering yang
dari suatu parameter.
ditunjukkan Tabel 3 menghasilkan total
kapang tertinggi. Hal ini diduga karena Hasil perhitungan analisa
kapang mudah tumbuh pada serealia pemilihan perlakuan terbaik
termasuk beras. Menurut Sumarmin dkk. menunjukkan bahwa kultur starter
(1999) kapang sering tumbuh dan kering sereal instan perlakuan jenis
mencemari serealia dan biji-bijian mikroba Lactobacillus bulgaricus :
termasuk beras. Selain itu, beras juga Saccharomyces cereviceae (1:1) dengan
sering digunakan dalam pembuatan ragi bahan pengisi kombinasi tepung beras

69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69

dan tepung terigu merupakan perlakuan Gambar 5 menunjukkan kadar


yang terbaik. Hasil perlakuan terbaik pati tepung sereal sesudah difermentasi
memiliki nilai total mikroba 3,9×107 menggunakan starter kering mengalami
(cfu/g), total Lactobacillus 2,8×107 penurunan. Pati merupakan komponen
(cfu/g), total Saccharomyces cereviceae utama karbohidrat yang terdapat pada
1,1×107 (cfu/g) dan total kapang 2,2×104 sereal. Proses fermentasi diduga
(cfu/g). menyebabkan penurunan kadar pati
karena selama fermentasi pati akan
6. Tepung Sereal terfermentasi dipecah oleh mikroba yang terdapat
pada starter yaitu Lactobacillus
Tepung sereal terfermentasi bulgaricus dan Saccharomyces
merupakan bahan baku pembuatan cereviceae menjadi gula sederhana.
sereal instan yaitu tepung beras yang Fenomena ini sesuai dengan pendapat
difortifikasi dengan tepung kedelai El-Tinay (1979) yang menyatakan
rendah lemak (kadar lemak ±10%) dan bahwa selama proses fermentasi sereal
difermentasi menggunakan starter akan terjadi penurunan kadar pati.
kering hasil perlakuan terbaik pada Menurut Hofvendahl (1998), pada
penelitian ini. Pada tepung sereal proses fermentasi oleh bakteri asam
terfermentasi ini dilakukan analisa kadar laktat salah satu substrat yang dapat
pati, kadar N-Amino serta total asam digunakan adalah pati. Selain itu
yang merupakan parameter terjadinya Corriher (2002) menambahkan bahwa
fermentasi oleh starter yang digunakan. Saccharomyces cereviceae mampu
Hasil analisa ini dibandingkan dengan memecah molekul pati menjadi gula-
kontrol yaitu tepung beras yang gula sederhana yang lebih mudah
difortifikasi dengan tepung kedelai dicerna.
rendah lemak tetapi tidak mengalami
proses fermentasi. Total Asam
6.1. Kadar Pati
Rerata total asam sereal
Rerata kadar pati tepung sereal sebelum difermentasi adalah 0,574%
sebelum difermentasi adalah 9,973% sedangkan setelah difermentasi
sedangkan setelah difermentasi menggunakan starter kering rerata total
menggunakan starter kering rerata kadar asam sereal adalah 0,913%. Rerata total
pati sereal adalah 6,830%. Rerata kadar asam sereal sebelum dan setelah
pati sereal sebelum dan setelah difermentasi menggunakan starter
difermentasi menggunakan starter kering hasil perlakuan terbaik disajikan
kering hasil perlakuan terbaik disajikan pada Gambar 6.
pada Gambar 5.
12
Gambar 6 memperlihatkan total
10
asam pada tepung sereal setelah
Kadar Pati Sereal (%)

difermentasi mengalami peningkatan


8
yang cukup besar. Total asam yang
6
diukur merupakan jumlah asam laktat
4
yang dihasilkan oleh Lactobacillus
2
bulgaricus selama proses fermentasi.
0 Menurut Hofvendal (1998), proses
Sebelum Fermentasi Sesudah Fermentasi
fermentasi oleh bakteri asam laktat
melalui fermentasi karbohidrat akan
Gambar 5. Kadar Pati Tepung Sereal menghasilkan sejumlah asam laktat.
Sebelum dan Sesudah Fardiaz (1990) menambahkan
Fermentasi Lactobacillus bulgaricus merupakan
bakteri asam laktat golongan
69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69

homofermentatif yang produksi asam terjadinya penurunan kadar pati, serta


laktatnya tinggi. peningkatan total asam dan kadar N-
6.2. Kadar N-Amino amino yang merupakan parameter
terjadinya fermentasi oleh starter yang
Rerata kadar N-Amino tepung
digunakan. Ini berarti starter kering hasil
sereal sebelum difermentasi adalah
perlakuan terbaik dapat diaplikasikan
0,040% sedangkan setelah difermentasi
untuk proses fermentasi sereal instan.
menggunakan starter kering rerata kadar
N-Amino sereal adalah 0,060%. Rerata
kadar N-Amino sereal sebelum dan KESIMPULAN DAN SARAN
setelah difermentasi menggunakan
Kesimpulan
starter kering hasil perlakuan terbaik
disajikan pada Gambar 7. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan kombinasi jenis
Gambar 7 menunjukkan kadar
mikroba berpengaruh sangat nyata
N-Amino tepung sereal sesudah
(α=0,01) terhadap total mikroba, total
fermentasi lebih tinggi dibandingkan
Lactobacillus dan total Saccharomyces
sereal tanpa fermentasi. Hal ini diduga
cereviceae. Tetapi perlakuan ini tidak
karena selama proses fermentasi terjadi
berpengaruh nyata terhadap total
pemecahan protein walaupun jumlah
kapang. Sedangkan perlakuan jenis
peningkatannya tidak terlalu besar.
bahan pengisi berpengaruh sangat nyata
Fenomena ini sesuai dengan pernyataan
Campbell-Plat (1994) bahwa selama (α=0,01) terhadap total mikroba, total
fermentasi akan terjadi pemecahan Lactobacillus, total Saccharomyces
komponen protein bermolekul besar cereviceae serta berpengaruh nyata
menjadi komponen asam-asam amino. (α=0,05) terhadap total kapang.
Interaksi antara kedua faktor tersebut
Pemecahan protein ini diduga berpengaruh sangat nyata (α=0,01)
dilakukan oleh Lactobacillus bulgaricus terhadap total Saccharomyces
karena menurut Gilliland (1985), cereviceae serta berpengaruh nyata
Lactobacillus bulgaricus memiliki terhadap total Lactobacillus dan total
aktivitas proteolitik. Chavan and Kadam mikroba tetapi tidak berpengaruh nyata
(1989) menambahkan bahwa aktivitas terhadap total kapang.
proteolitik bakteri dalam memproduksi
asam-asam amino selama proses Saran
fermentasi lebih tinggi dibandingkan
fermentasi yang dilakukan oleh yeast.  Pada pembuatan sereal
Berdasarkan hasil penelitian terfermentasi, perlu dilakukan
diperoleh perlakuan terbaik pada kultur analisa lebih lanjut pada kadar
starter kering sereal instan dengan alkohol yang merupakan parameter
kombinasi mikroba Lactobacillus yang dapat menunjukkan terjadinya
bulgaricus:Saccharomyces cereviceae fermentasi oleh Saccharomyces
(1:1) dan bahan pengisi kombinasi cereviceae
tepung beras dan tepung terigu. Hasil  Starter kering yang dihasilkan
perlakuan terbaik memiliki nilai total dalam penelitian ini ternyata
mikroba 3,9×107 (cfu/g), total mengandung kontaminan berupa
7
Lactobacillus 2,8×10 (cfu/g), total kapang sehingga untuk proses
Saccharomyces cereviceae 1,1×107 aplikasinya perlu ditambahkan
(cfu/g) dan total kapang 2,2×104 (cfu/g). bahan yang dapat menghambat
pertumbuhan kapang tetapi tidak
Hasil analisa tepung sereal yang
menghambat pertumbuhan
difermentasi menggunakan starter
perlakuan terbaik menunjukkan

69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69

Lactobacillus bulgaricus dan Hofvendahl, K. 1998. Fermentation of


Saccharomyces cereviceae Wheat Starch Hydrolysate by
. DAFTAR PUSTAKA Lactococcus lactis: Factors
Affecting Product Formation.
Alderton, R. 1999. Flour.
(http://www.lub.lu.se/cgi-bin/show
(http://www.abc.net.au/centralwest/stori
diss.pl/db=global&fname-tec
es/s398468.htm)
220.html)
Bressani, R. 1985. Nutritive Value of
Kokini, Jozef L., Ho, Chi-Tang, Karwe,
Cowpea. In Cowpea Research,
Mukund V. 1992. Food Extrusion
Production and Utilization. Ed by
Science and Technology. Marcel
S. R. Singh and K. O. Rachie. John
Dekker, Inc. New York
Wiley and Sons. New York.
Muchtadi, T. R., Purwiyatno, A. Basuki.
Cambell-Platt,G. 1994. Fermented
1988. Teknologi Pemasakan
Foods – A Worlds Perspective.
Ekstruksi. Pusat Antar Universities
Food Research International.
IPB. Bogor
27:253.
Pearson, Scott., Falcon, Water.,
Cellis, L., P. Cruzy, L.W. Rooney, and
Heytens, Paul., dan Monke, Eric.
C.M. McDonough. 1996. A Ready
1991. Rice Policy in Indonesia.
to Eat Breakfast Cereal From-
Cornell University Press. London.
Grain Sorghum. Journal of Cereal
Chemistry. 73(1) : 108-114. Ray, B. 1992. Cells of Lactic Acid
Bacteria as Food Biopreservatives
Chaplin, M. 2002. Starch.
dalam Ray, B. and Daeschel, M.
(http://www.sbu.ac.uk/water/hysta.h
(eds). Food Biopreservatives of
tml)
Microbial Origin. CRC Press, Inc.
Chavan, J. K., S.S. Kadam, and D.K.
Rahayu, E.S. dan Margino, S. 1997.
Salunkhe. 1989. Cowpea in D.K.
Bakteri Asam Laktat : Isolasi dan
Salunkhe and S.S Kadam (ed)
Identifikasi. Materi Workshop,
CRC Handbook of Food Legumes
diselenggarakan di PAU Pangan dan
:Nutritional Chemistry,Processing
Gizi, Universitas Gadjah Mada.
Technology and Utilization vol 2.
Yogyakarta 13-14 Juni 1997.
CRC Press Inc. Boca Raton. Florida.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi.
El-Tinay, A.H., A.M., Abdel-Gadir and
1887. Prosedur Analisa untuk
M. El-Hidai. 1979. Sorghum
Bahan Makanan dan Pertanian.
Fermented Kisra Bread I.
Liberty. Yogyakarta.
Nutritive Value of Kisra. Journal
Science Food Agriculture. 30:859. Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi,
Teknologi dan Konsumen. PT
Fardiaz, S. 1990. Mikrobiologi Pangan.
Gramedia. Jakarta.
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. Yuwono, S. S. dan Tri Susanto. 1998.
Pengujian Fisik Pangan. Jurusan
Gaonkar, A.G. 1995. Ingredient
Teknologi Hasil Pertanian. fakultas
Interaction On Food Quality.
TP-UB. Malang.
Marcel Dekker inc. New York.
Gilliland, A.G. 1985. Bacterial Starter
Culture for Foods. CRC Press Inc.
California.

69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69

1
Total Asam Sereal (%) 0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
Sebelum Fermentasi Sesudah Fermentasi

Gambar 6. Total Asam Tepung Sereal Sebelum dan Sesudah Fermentasi

0,07
Kadar N-Amino Sereal (%)

0,06

0,05
0,04

0,03
0,02

0,01
0
Sebelum Fermentasi Sesudah Fermentasi

Gambar 7. Kadar N-Amino Tepung Sereal Sebelum dan Sesudah Fermentasi.

69

Anda mungkin juga menyukai