Abstraks
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kombinasi jenis mikroba (Bakteri asam
laktat dan Saccharomyces cereviceae ) dan jenis bahan pengisi yang tepat untuk menghasilkan
starter kering dengan viabilitas kultur tertinggi. kombinasi jenis mikroba yang terbaik akan
digunakan dalam fermentasi produk pangan berbasis serealia dan kacang-kacangan.
Penelitian disusun dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor
pertama, adalah kombinasi mikroba yaitu Lactobacillus plantarum : Saccharomyces cereviceae 1 :
1 (sel/ml) dan L. bulgaricus : Saccharomyces cereviceae 1 : 1 (sel / ml). Faktor kedua, jenis bahan
pengisi yaitu tepung beras, tepung gandum dan kombinasi tepung beras dan tepung gandum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi Lactobacillus bulgaricus :
Saccharomyces cereviceae 1 : 1 (sel / ml) dengan bahan pengisi campuran tepung beras dan
tepung terigu menghasilkan viabilitas yang tertinggi untuk fermentasi serealia dan kacang-
kacangan.
Kata Kunci : sereal, fermentasi
PRODUCTION OF MIXED DRY STARTER FROM LACTIC ACID BACTERIA
AND Saccharomyces cereviceae FOR CEREAL FERMENTATION
Abstract
The aims of this research is to gain combination of microbes (Lactic Acid
Bacteria and Saccharomyces cereviceae) and the kind of filler that produce dry starter
with highest viability.
The experiment is carried out in a Randomized Block Design with two factors.
First factor, the combination of microbes i.e, Lactobacillus plantarum : Saccharomyces
cereviceae 1 : 1 (sel/ml) and Lactobacillus bulgaricus : Saccharomyces cereviceae 1 : 1
(sel / ml). Second factors, the kinds of filler i.e, rice flour, wheat flour and combination
of rice and wheat flour.
The result shows that dry starter from combination of Lactobacillus bulgaricus :
Saccharomyces cereviceae 1 : 1 (sel / ml ) and filler from mixed rice flour and wheat
flour have the highest viability for cereal fermentation.
PENDAHULUAN (2000) menyatakan mikroba dapat
dimanfaatkan untuk memecah senyawa-
Indonesia termasuk salah satu
senyawa organik kompleks menjadi
negara yang memiliki potensi produk
senyawa yang lebih sederhana.
pertanian berupa serealia dan kacang-
Campbell-Platt (1994) menambahkan
kacangan, yang banyak diolah menjadi
bahwa fermentasi sereal oleh mikroba
berbagai macam produk seperti sereal
dapat memperbaiki nilai cerna dari
instan. Produk pangan berbasis serealia
protein dan karbohidrat yang merupakan
dan kacang-kacangan umumnya
komponen utama penyusun serealia dan
memiliki daya cerna yang rendah karena
kacang-kacangan.
tersusun atas senyawa-senyawa
kompleks yang sulit dicerna. Case
69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69
69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69
69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69
penelitian Amrane (2001) yang bakteri akan berbeda dimana hal ini
menentukan kurva pertumbuhan dapat berpengaruh terhadap laju
Lactobacillus helveticus dimana pertumbuhan bakteri.
kekeruhan meningkat dari jam ke 0
sampai jam ke 15 dan selanjutnya
memasuki fase stasioner. Suhu inkubasi
Suhu inkubasi yang digunakan untuk
L. bulga ricus
L. plantarum
S. cereviceae
menumbuhkan Lactobacillus plantarum
0,8 dan Lactobacillus bulgaricus adalah
0,7
0,6
suhu ruang (±27°C) sedangkan suhu
inkubasi Lactobacillus helveticus adalah
Kekeruhan (Abs)
0,5
0,4
42°C. Pada suhu inkubasi yang lebih
0,3
0,2
tinggi dan mendekati suhu pertumbuhan
0,1 optimum, maka laju pertumbuhan
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
bakteri akan lebih cepat. Ini berarti pada
Wak tu Pertumbuhan (J am)
penggunaan suhu inkubasi 42°C, bakteri
Gambar 7. Rerata Kurva Pertumbuhan Lactobacillus helveticus akan lebih
Sel Lactobacillus plantarum dan cepat memasuki fase pertumbuhan
Lactobacillus bulgaricus optimum yang diikuti dengan fase
pertumbuhan stasioner dibandingkan
dengan Lactobacillus plantarum dan
Adanya perbedaan tersebut Lactobacillus bulgaricus yang suhu
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, inkubasinya lebih rendah.
yaitu:
Spesies Bakteri Lactobacillus 1.2. Kurva Pertumbuhan
Bakteri jenis Lactobacillus tidak Saccharomyces cereviceae
selalu memiliki laju pertumbuhan Rerata kurva pertumbuhan sel
yang sama, dimana dengan spesies Saccharomyces cereviceae disajikan
yang berbeda maka laju pada Gambar 2.
pertumbuhannya juga bisa berbeda
Medium
Gambar 8 memperlihatkan
Medium yang digunakan untuk parameter kekeruhan medium
pertumbuhan Lactobacillus pertumbuhan Saccharomyces cereviceae
plantarum dan Lactobacillus yang semakin meningkat dari jam ke 0
bulgaricus adalah MRS Broth sampai jam ke 50 dan selanjutnya
sedangkan medium yang digunakan memasuki fase stasioner. Kurva
oleh Amrane (2001) untuk pertumbuhan tersebut ternyata tidak
pertumbuhan Lactobacillus berbeda jauh dengan kurva pertumbuhan
helveticus adalah whey yang Saccharomyces cereviceae yang
ditambahkan dengan yeast extract terdapat dalam Walker (1998) dimana
serta tripton dan pankreatik kasein kekeruhan medium meningkat dari jam
pepton. Dengan komposisi medium ke 0 sampai jam ke 45 dan selanjutnya
yang berbeda maka nutrisi yang memasuki fase stasioner.
digunakan untuk pertumbuhan
69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69
L. b ulg a ric us
L. p la nta rum sereal instan berkisar antara jam ke 40
S. ce re vice a e
0 ,8 sampai jam ke 50 karena pada jam
0 ,7
0 ,6
tersebut tahap pertumbuhannya
optimum. Hal ini didukung oleh
Kekeruhan (Abs)
0 ,5
0 ,4
pernyataan Gilliland (1985) yaitu salah
0 ,3
0 ,2
satu tahapan yang harus dilakukan untuk
0 ,1 menghasilkan starter adalah dengan
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 menumbuhkan mikroba pada medium
W ak tu P er tumbuhan (J am)
yang sesuai dan diinkubasi sampai
mencapai tahap pertumbuhan yang
optimum.
Gambar 2. Rerata Kurva
Pertumbuhan Saccharomyces cereviceae 2. Total Mikroba
Pertumbuhan sel Lactobacillus Total mikroba pada starter
plantarum, Lactobacillus bulgaricus, kering sereal instan merupakan jumlah
dan Saccharomyces cereviceae yang keseluruhan dari mikroba yang terdapat
ditunjukkan oleh Gambar 7 dan 8 dalam starter kering yaitu Lactobacillus
cenderung meningkat dari jam ke 0 dan Saccharomyces cereviceae. Total
sampai pada jam ke 50. Hal ini diduga mikroba ini juga dipengaruhi oleh
karena pada medium dari jam ke 0 kapang karena setelah dianalisa ternyata
sampai jam ke 50 masih terdapat terdapat kapang sebagai kontaminan
kandungan nutrisi yang diperlukan pada kultur starter kering sereal instan.
sebagai sumber makanan untuk Rerata total mikroba pada
melakukan pembelahan sel. Di atas jam starter kering sereal instan
ke 50 masih menunjukkan adanya berkisar antara 6,2×106 (cfu/g) sampai
pembelahan sel tetapi sangat kecil dan 3,9×107 (cfu/g). Rerata total
diduga akan segera memasuki fase mikroba pada starter kering sereal instan
pertumbuhan stasioner. Setelah disajikan pada Gambar 3.
melewati jam ke 50 diduga kandungan
nutrisi yang dibutuhkan untuk 7,6
Rerata Total Mikroba (Log)
69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69
mikroba terendah adalah pada Hal ini diduga karena kadar pati tepung
penggunaan tepung terigu sebagai bahan beras lebih tinggi daripada kadar pati
pengisi pada starter kering sereal instan. tepung terigu. Gaonkar (1995)
menyatakan bahwa kadar pati tepung
Berdasarkan hasil analisis ragam
terigu sekitar 70% sedangkan kadar pati
terhadap total mikroba diperoleh hasil
tepung beras mencapai 90% dari berat
bahwa perlakuan jenis mikroba dan
kering. Menurut Fardiaz (1992),
bahan pengisi berpengaruh sangat nyata
penggunaan medium pemanasan yang
(α=0,01) sedangkan interaksi antara
mengandung karbohidrat akan
keduanya memeberikan pengaruh yang
meningkatkan ketahanan panas mikroba
nyata (α=0,05). Rerata total mikroba yang terdapat di dalamnya. Komponen
pada starter kering dan hasil pengujian penyusun medium awal mikroba
DMRT (α=0,05) disajikan dalam Tabel sebelum dikeringkan sebagian besar
1. adalah air. Tepung beras memiliki kadar
Tabel 1. Rerata Total Mikroba pada pati yang lebih tinggi, sehingga jumlah
Starter Kering Sereal Instan air dan mikroba yang terikat dan
terlindungi dari kontak langsung
Perlakuan Rerata Total terhadap panas selama pengeringan
Mikroba starter dengan menggunakan bahan
Jenis Mikroba Jenis cfu/g Log pengisi tepung beras akan semakin
Tepung besar. Pernyataan ini didukung oleh
Chaplin (2002) bahwa salah satu fungsi
L. plantarum: Beras 1.2x10 7.070 c pati adalah sebagai bahan pengikat air
7
S. cereviceae (water binder).
L. plantarum: Terigu 6.2x10 6.780 a Selain dipengaruhi oleh kadar
6
S. cereviceae pati, viabilitas mikroba pada starter
L. plantarum: Beras 2.1x10 7.326 kering diduga juga dipengaruhi oleh
S. cereviceae dan 7
d kadar amilosa dan amilopektin penyusun
Terigu pati. Menurut Clarke (2002), pati
tersusun atas 70-80% amilopektin yang
L. bulgaricus: Beras 1.3x10 7.106 c merupakan polimer glukosa yang
7
S. cereviceae berbentuk rantai bercabang. Deis (1997)
L. bulgaricus: Terigu 7.8x10 6.883 menambahkan bahwa amilopektin
S. cereviceae 6
b memiliki kemampuan mengikat air lebih
besar dan juga memiliki kemampuan
L. bulgaricus: Beras 3.9x10 7.588 e melepas air yang lebih rendah
7
S. cereviceae dan dibandingkan amilosa karena rantainya
Terigu yang bercabang. Ini berarti semakin
tinggi kadar amilopektin maka
Keterangan :
kemampuan untuk mengikat air produk
DMRT (α=0,05) Rerata Total (Log) selama pengeringan menjadi lebih tinggi
Mikroba (6,780-7,588) sehingga semakin tinggi pula sel
mikroba yang terperangkap dan
terlindungi selama proses pengeringan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa Ohio-State (2002) menyatakan bahwa
penggunaan tepung beras sebagai bahan kadar amilopektin pati tepung beras
pengisi menghasilkan jumlah mikroba adalah 83% sedangkan kadar
yang lebih tinggi dibandingkan amilopektin pati tepung terigu adalah
penggunaan tepung terigu sebagai bahan 75%. Berkaitan dengan hal tersebut
pengisi pada starter kering sereal instan. maka starter kering dengan bahan
69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69
pengisi yang kadar amilopektinnya lebih 3,7×107 (cfu/g) sedangkan rerata total
tinggi yaitu tepung beras mampu Saccharomyces cereviceae pada starter
menghasilkan viabilitas sel yang lebih kering sereal instan berkisar antara
tinggi pula. 1,8×106 (cfu/g) sampai 1,1×107 (cfu/g).
Kombinasi tepung beras dan Hasil analisis ragam terhadap
tepung terigu sebagai bahan pengisi total Lactobacillus dan Saccharomyces
starter kering sereal instan yang cereviceae menunjukkan bahwa
ditunjukkan oleh Tabel 3 ternyata perlakuan kombinasi jenis mikroba dan
mampu menghasilkan starter kering jenis bahan pengisi berpengaruh sangat
dengan viabilitas mikroba tertinggi nyata (α=0,01). Sedangkan interaksi
dibandingkan hanya menggunakan satu antara keduanya berpengaruh sangat
jenis tepung saja. Selain karena kadar nyata (α=0,01) terhadap total S.
pati baik yang terdapat pada tepung cereviceae dan berpengaruh nyata
beras maupun tepung terigu, diduga (α=0,05) terhadap total Lactobacillus.
kandungan protein terutama pada tepung Rerata total Lactobacillus dan total S.
terigu juga berpengaruh dalam cereviceae setelah pengeringan dan hasil
mempertahankan viabilitas mikroba. pengujian DMRT (α=0,05) disajikan
Menurut Fardiaz (1992), kandungan pada Tabel 2.
protein yang terdapat di dalam medium
pemanasan dapat menurunkan hantaran Tabel 2 menunjukkan
panas. Selain itu, tepung terigu penggunaan kombinasi bahan pengisi
mengandung komponen protein gliadin tepung beras dan tepung terigu
dan glutenin yang akan membentuk menghasilkan starter kering dengan
gluten. Wheatfoods (2002) menyatakan viabilitas S. cereviceae,
interaksi antara tepung terigu dan air L. plantarum, serta L. bulgaricus
akan membentuk gluten yaitu adonan tertinggi. Penggunaan tepung beras
yang berbentuk matriks yang kompak sebagai bahan pengisi menghasilkan
dan memiliki struktur yang kuat starter kering dengan viabilitas S.
sehingga dapat memerangkap dan cereviceae, L. plantarum, serta L.
melindungi sel mikroba selama bulgaricus yang lebih rendah dan
pengeringan. Adanya interaksi antara penggunaan tepung terigu sebagai bahan
kadar pati dan protein pada tepung beras pengisi menghasilkan viabilitas yang
dan tepung terigu diduga mampu paling rendah.
menahan dan melindungi mikroba dalam Penggunaan tepung beras
jumlah yang lebih besar terhadap panas
sebagai bahan pengisi yang terlihat
selama pengeringan.
pada Tabel 2 menghasilkan rerata
3. Total Lactobacillus dan total Lactobacillus dan S. cereviceae
Saccharomyces cereviceae yang lebih tinggi dibandingkan
Total Lactobacillus dan penggunaan bahan pengisi tepung
Saccharomyces cereviceae dihitung terigu. Diduga hal ini diakibatkan
sebelum pengeringan dan sesudah oleh kadar pati tepung beras yang
pengeringan. Rerata total Lactobacillus lebih tinggi sehingga pengikatan air
sebelum pengeringan adalah 3,7×107 sekaligus pengikatan Lactobacillus
(cfu/g) sedangkan rerata total dan S. cereviceae yang komponen
Lactobacillus pada starter kering sereal utama mediumnya adalah air akan
instan berkisar antara 4,4×106 (cfu/g) lebih tinggi bila dibandingkan tepung
sampai 2,8×107 (cfu/g).
terigu. Hal ini didukung oleh Fardiaz
Rerata total Saccharomyces (1992) yang menyatakan adanya
cereviceae sebelum pengeringan adalah karbohidrat (pati) akan mengikat air
69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69
Tabel 2. Rerata Total Lactobacillus dan S. cereviceae pada Starter Kering Sereal
Instan
Perlakuan Rerata Total Rerata Total S.
Lactobacillus cereviceae
Jenis Mikroba Jenis Tepung cfu/g Log Cfu/g Log
L. plantarum: S. Beras 5.3x106 6,715 b 6.1x106 6,784 d
cereviceae
L. plantarum: S. Terigu 4.4x106 6,638 a 1.8x106 6,211 a
cereviceae
L. plantarum: S. Beras dan Terigu 1.1x107 7,026 d 1.0x107 7,013 e
cereviceae
L. bulgaricus: S. Beras 6.7x106 6,819 c 5.3x106 6,715 c
cereviceae
L. bulgaricus: S. Terigu 4.5x106 6,646 a 3.2x106 6,502 b
cereviceae
L. bulgaricus: S. Beras dan Terigu 2.8x107 7,422 e 1.1x107 7,018 e
cereviceae
Keterangan :
DMRT (α=0,05) Rerata Total (Log) Lactobacillus (6,638-7,422)
DMRT (α=0,05) Rerata Total (Log) Saccharomyces cereviceae (6,211-7,018)
69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69
69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69
Rerata total kapang dan hasil pengujian tempe dan ragi kecap yang kulturnya
BNT (α=0,05) disajikan pada Tabel 3. adalah kapang. Republika (2001)
menyatakan produksi inokulum pada
Tabel 3. Rerata Total Kapang pada
pembuatan tempe digunakan beras
Starter Kering Sereal Instan
sebagai substrat. Anonymous (2002)
Rerata Total Kapang menambahkan dalam pembuatan kecap
Perlakuan yang salah satu kulturnya adalah
cfu/g Log kapang, ragi yang digunakan umumnya
4 dicampur dengan 2-10% tepung beras.
Tepung Beras 7.6×10 4,714 b
Ini berarti bahwa kapang dapat tumbuh
Tepung Terigu 1.9×104 4,230 a dengan baik pada tepung beras.
Tepung Beras 2.2×104 4,332 a
dan Terigu Tabel 3 juga memperlihatkan
bahwa starter kering dengan bahan
Keterangan: pengisi tepung terigu ternyata
BNT (α=0,05) Rerata Total (Log) menghasilkan total kapang yang paling
Kapang (4,230-4,714) rendah dibandingkan dengan
menggunakan bahan pengisi tepung
beras maupun kombinasi antara tepung
4,8
beras dan tepung terigu. Fenomena ini
4,7
diduga terjadi karena kandungan gliadin
Rerata Total Kapang (Log)
4,6
4,5 dan glutenin pada tepung terigu.
4,4 Menurut AGSCI (2002), interaksi antara
4,3
air dan tepung terigu akan menghasilkan
4,2
4,1
gluten yang merupakan adonan yang
4 memiliki struktur yang kuat. Hal ini
3,9 diduga dapat menghambat penetrasi
Tepung Beras Tepung Terigu Tepung Beras dan
Terigu kapang ke dalam starter sehingga
kapang yang terdapat pada starter kering
Gambar 4. Grafik Rerata Total Kapang dengan bahan pengisi tepung terigu
pada Starter Kering Sereal Instan jumlahnya paling kecil.
5. Perlakuan Terbaik
Kapang yang terdapat pada Analisa pemilihan alternatif
starter kering ini diduga berasal dari perlakuan terbaik menggunakan metode
kontaminasi yang terjadi selama proses “Multiple Attribute” (Zeleny, 1982)
pembuatan starter kering terutama pada yang didasarkan pada hasil uji Total
proses pengeringan dan juga Lactobacillus, total Saccharomyces
dipengaruhi oleh jenis tepung yang cereviceae, total mikroba dan total
digunakan sebagai bahan pengisi. kapang. Nilai ideal dari perlakuan
terbaik pada metode ini adalah nilai
yang sesuai dengan pengharapan, yaitu
Penggunaan bahan pengisi
merupakan nilai maksimal atau minimal
tepung beras pada starter kering yang
dari suatu parameter.
ditunjukkan Tabel 3 menghasilkan total
kapang tertinggi. Hal ini diduga karena Hasil perhitungan analisa
kapang mudah tumbuh pada serealia pemilihan perlakuan terbaik
termasuk beras. Menurut Sumarmin dkk. menunjukkan bahwa kultur starter
(1999) kapang sering tumbuh dan kering sereal instan perlakuan jenis
mencemari serealia dan biji-bijian mikroba Lactobacillus bulgaricus :
termasuk beras. Selain itu, beras juga Saccharomyces cereviceae (1:1) dengan
sering digunakan dalam pembuatan ragi bahan pengisi kombinasi tepung beras
69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69
69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69
69
Starter Kering – Rukmi dkk
Jurnal. Tek. Pert. Vol 4.(1) : 56 - 69
1
Total Asam Sereal (%) 0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
Sebelum Fermentasi Sesudah Fermentasi
0,07
Kadar N-Amino Sereal (%)
0,06
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0
Sebelum Fermentasi Sesudah Fermentasi
69