Anda di halaman 1dari 6

Bulletin of Applied Animal Research

https://www.ejournal.unper.ac.id/index.php/BAAR
Vol 3(1):17-22, Februari 2021

Peningkatan Nutrien Silase Pennisetum purpureum dengan Penambahan Berbagai


Konsentrasi Asam Formiat
1
Ahimsa Kandi Sariri, 2Sri Sukaryani
Program studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian Univet
Bantara Sukoharjo Jl. Letjen S. Humardani No 1 Sukoharjo,
kode pos 57512, Telp. (0271)593156, Fax (0271)591065
*Corresponding E-mail: ak_sariri@ymail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari konsentrasi penambahan asam formiat pada silase
yang paling efektif dalam meningkatkan nilai nutritif silase Pennisetum purpureum. Asam formiat
yang digunakan dalam bentuk cair yang terbagi dalam perlakuan 0; 0,15; 0,3 dan 0,45 % berat
hijauankemudian hijauan yang telah dipotong-potong kemudian dibagi-bagi dalam perlakuan T0 =
pemberian asam formiat 0% berat hijauan, T1 = pemberian asam formiat 0,15% berat hijauan, T2 =
pemberian asam formiat 0,3% berat hijauan, T3 = pemberian asam formiat 0,45% berat hijauan.
Masing-masing perlakuan diulang 4 kali. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan
acak kelompokpola searah. Analisis yang dilakukan meliputikadar air, kandungan protein
kasardankandunganseratkasarsilase. PenelitianinidapatdisimpulkanPenambahan asam formiat 0,15%
pada pembuatan silase hijauan Pennisetum purpureum memberikan kandungan nutritif dan performa
terbaik yaitu kandungan air 52.15%, PK 12.28%, serat kasar 9,51% dan performa yang menarik
yaitu berwarna segar, hangat dan beraroma asam, penambahan asam formiat 0,3% pada pembuatan
silase hijauan Pennisetum purpureum memberikan kandungan nutritif tidak berbeda nyata dengan
kontrol dan penambahan asam formiat 0,45% pada pembuatan silase hijauan Pennisetum
purpureum memberikan kandungan nutritif yang berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol tetapi
performanya rendah dan mudah rusak.
Kata Kunci: penambahan, asamformiat, silase, hijauan, pennisetumpurpureum

ABSTRACT

This study aims to study the concentration of the addition of formic acid to the silage which is
most effective in increasing the nutritive value of the Pennisetum purpureum silage. Formic acid
used in liquid form which is divided into treatment 0; 0.15; 0,3 and 0,45% by weight of forage
then cut off forages then divided into the treatment T0 = giving formic acid 0% by weight of
forage, T1 = giving formic acid 0,15% by weight of forage, T2 = giving formic acid 0,3% forage
weight, T3 = giving formic acid 0,45% forage weight. Each treatment was repeated 4 times. The
experimental design used was a randomized block design in the same direction. The analysis
included water content, crude protein content and crude fiber silage content. This research can be
concluded that the addition of 0.15% formic acid in the making of Pennisetum purpureum forage
silage provides the best nutritive content and performance of 52.15% water content, PK 12.28%,
crude fiber 9.51% and attractive performance that is fresh, warm and flavorful. acid, the addition
of formic acid 0.3% in making forage silage Pennisetum purpureum gave nutritive content not
significantly different from the control and the addition of formic acid 0.45% in making forage
silage Pennisetum purpureum gave significantly different nutritive content (P <0.05) with control
but low performance and perishable.
Keywords: addition, formic acid, silage, forage, Pennisetum purpureum

17
PENDAHULUAN bahwa pada waktu hijauan pakan ternak
Kabupaten Sukoharjo adalah sebuah difermentasi, bakteri berkembang biak dengan
kabupaten yang memiliki potensi yang cukup cepat dan memfermentasi karbohidrat menjadi
besar dalam pembangunan pertanian yang asam organik terutama asam laktat, sehingga pH
meliputi tanaman pangan dan hortikultura, turun. Dalam kondisi asam ini pertumbuhan
perkebunan, peternakan dan perikanan. bakteri terhambat dan pada pH 3,4 - 4
Jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak pertumbuhan mikroorganisme terhenti. Schlegel
895,107 jiwa yang membutuhkan (1994) menyatakan bahwa mikroorganisme
ketersediaan pangan hewani setiap tahun tersebut antara lain laktobasili dan streptokokus
meningkat. Populasi ternak di Kabupaten yang toleran asam yang menyebabkan
Sukoharjo tahun 2009 tercatat 738 ekor sapi terjadinya peragian asam laktat.
potong dan 603 ekor sapi perah (Bappeda, Menurut Fendiarto dkk (1984) dalam Fathul
2007), hal ini merupakan peluang yang dkk (1997), bahwa protein bentukan baru pada
sangat besar dalam pengembangan pengawetan hijauan pakan ternak secara
peternakan khususnya untuk ternak fermentasi tersusun dari penggabungan antara N
ruminansia. bebas dari bangkai bakteri dan senyawa sisa
Ternak ruminansia hijauan mempunyai asam lemak volatile (campuran asam asetat,
peranan penting dalam ransum pakannya, propionat dan butirat) yang telah kehilangan ion
karena lebih dari 60 % bahan dasar penyusun O, N dan H. Terbebasnya O, N dan H tersebut
ransum ruminansia adalah hijauan. Di daerah disebabkan oleh peningkatan suhu selama
tropis mempunyai dua musim dengan kondisi proses fermentasi.
cuaca yang berbeda sangat tajam. Pada Pemberian asam formiat maka akan
musim penghujan hijauan akan tersedia mempercepat keadaan anaerob dalam silo.
melimpah sedangkan pada musim kemarau Semakin cepat keadaan anaerob tercapai maka
terjadi kelangkaan hijauan. Dengan keadaan akan semakin cepat penurunan pH dalam silo
tersebut maka sangat diperlukan usaha-usaha yang diinginkan. Ruang lingkup silo yang
untuk mengawetkan hijauanp akan sehingga menjadi asam, akan mengurangi aktivitas enzim
bias terjamin ketersediaannya. Usaha yang akan menguraikan protein.
pengawetan hijauan pakan yang sering Kebiasaan peternak memberikan hijauan
disebut konservasi hijauan pakan ada pakan yang berasal dari familia gramineae
beberapa carayaitudenganpembuatan hay, dengan peringkat pertama kesukaan pada
silase dan haylage. Hay adalah pengawetan rumput Penisetumpurpureum. Rumput ini
hijauan pakan dengan cara pengeringan memang mempunyai palatabilitas tinggi dan
sehingga hijauan (aditif). merupakan rumput unggul (Parrakasi, 1991),
Penggunaan bahan tambahan tergantung tetapi dilain pihak kandungan nutrient dalam
dari bahan yang akan digunakan dan rumput khususnya protein lebih rendah dari
kebutuhan hasil yang ingin dicapai. Aditif hijauan pakan legume. Pemberian rumput yang
yang bisa digunakan dalam pembuatan silase dikeringkan tanpa pencampuran dengan hijauan
antara lain asam formiat, molases, bakteri pakan legume memungkinkan semakin turunnya
asam laktat dan konsentrat. Asam formiat kandungan nutrient hijauan pakan yang
digunakan untuk menurunkan pH bahan kasar diberikan, sehingga perlu dilakukan pembuatan
hingga 4 dan kemudian menekan aktivitas silase rumput dengan penambahan bahan aditif
mikroorganisme yang akan mencemari yang bias meningkatkan kandungan nutriennya,
(Sapiology, 2008). dan seberapa besar konsentrasi optimal dari
Fermentasi berarti merubah struktur penggunaan bahan aditif asam formiat dalam
bahan pangan menjadi lebih mudah dicerna, silase Pennisetum purpureum.
mereduksi komponen yang bersifat allergen,
anti nutritif ataupun susah dicerna, hingga MATERI DAN METODE
menambahkan metabolit penting yang
Penelitian dilakukan di Laboratorium
bersifat anti patogen, antioksidan hingga anti
Biologi, Kimia dan Mikrobiologi Fakultas
karsinogenik. Darmono (1993) menyatakan

18
Pertanian Universitas Veteran Bangun Kemudiandiukur kandungan nutrient silase yang
Nusantara Sukoharjo. Analisis nutrien protein meliputi KA, protein kasar, seratkasar.
kasar dan serat kasar dalam silase dilakukan Dalam penelitian ini variabel yang
di Laboratorium Hijauan makanan Ternak diamati adalah : kandungan nutrien silase.
dan Pastura Universitas Gadjah Mada Untuk data pendukung diukur suhu silase saat
Yogyakarta dan analisis kadar air silase pemanenan, warna dan aroma silase.Data yang
dilakukan Laboratorium Kimia, Biologi dan diperoleh dianalisis dengan menggunakan
Mikrobiologi Universitas Veteran Bangun rancangan acak lengkap (RAL) pola searah.
Nusantara Sukoharjo. Apabila faktor perlakuan menunjukkan
Materi yang digunakan adalah : pengaruh yang nyata (P < 0,05) maka diuji lagi
• Sampel hijauan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
Sampel hijauan yang dipilih adalah pada taraf 5 % (Astuti, 1980).
rumput Pennisetum purpureum.
• Asam formiat HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini asam formiat yang
digunakan dalam bentuk cair yang Kandungan Air Silase
terbagi dalam perlakuan 0; 0,15; 0,3 dan Hasil penelitian yang diperoleh dari
0,45 % berat hijauan. Hal ini didasarkan penelitian ini adalah kadar air, protein kasar,
pada dosis yang dianjurkan yaitu untuk dan serat kasar. Adapun untuk kandungan air
rumput 0,3 % dan untuk legum 0,4 – silase dapat dilihat pada Gambar 1.
0,5% (Anonimus, 2001).
Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti
60
prosedur sebagai berikut: 58
• Penyiapan Hijauan 56 T0
Pemotongan hijauan dilakukan dengan 54
menyisakan tanaman sepanjang 10 cm 52 T1
diatas permukaan tanah. Hijauan di 50 T3
potong-potong (copper) dengan panjang 48
46 T4
potongan + 5 cm.
Kadar Air Silase Pennisetum
• Pembuatan silase purpureum
Hijauan yang telah dipotong-potong
kemudian dibagi-bagi dalam perlakuan Gambar 1. Kadar Air Silase Pennisetum
T0 = pemberian asam formiat 0% berat purpureum
hijauan Gambar 1. menunjukkan bahwa kadar
T1 = pemberian asam formiat 0,15% air silase meningkat seiring dengan peningkatan
berat hijauan penambahan asam formiat. Pada pembuatan
T2 = pemberian asam formiat 0,3% berat silase hijauan, kadar air hijauan dibuat kurang
hijauan dari 60% dengan cara diangin-anginkan terlebih
T3 = pemberian asam formiat 0,45% dahulu sebelum dibuat silase. Hasil silase yang
berat hijauan mempunyai kandungan air dibawah 60%
Masing-masing perlakuan diulang 4 menunjukkan bahwa dengan penambahan asam
kali kemudian masing-masing bagian formiat, dapat mempertahankan kandungan air
disemprot asam formiat kemudian diaduk silase dibawah 60%.
rata dan dimasukkan kedalam plastik(sebagai Hasil analisis variansi menunjukkan
pengganti silo), ditekan sedemikian rupa bahwa penambahan asam formiat sampai 30%
sehingga tidak ada ruang kosong tidak berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap
dalamplastik. kadar air silase. Hal ini sesuai dengan pendapat
• Pemanenan Silase bahwa asam formiat dapat menurunkan pH
Pemanenan silase dilakukan padahari bahan kasar hingga 4 dan kemudian menekan
ke 22. Hal ini dilakukan karena menurut aktivitas mikroorganisme yang akan mencemari
Sofyan (2007) bahwa proses fermentasi pada (Sapiology, 2008). Dengan menurunnya
silase terjadi selama 3 minggu (21 hari). aktivitas mikroorganisme yang menyertai

19
hijauan saat panen maka akan semakin cepat nyata akibat penambahan asam formiat,
tercipta suasana anaerob yang akan kandungan protein kasar tertinggi dicapai pada
menyebabkan kondisi asam pada silo. penambahan asam formiat 0,15% dan terjadi
Keadaan tersebut akan menghambat aktivitas penurunan kandungan protein kasar seiring
mikroorganisme dalam penguraian bertambahnya penambahan asam formiat.
karbohidrat dan protein yang hasil Meningkatnya kandungan protein kasar
sampingannya adalah uap air. Pada pada penambahan asam formiat 0,15% ini bisa
penambahan asam formiat 0,45% disebabkan karena adanya protein bentukan
memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) baru yang tersusun dari penggabungan antara N
terhadap kandungan air silase. Hal ini sesuai bebas dari bangkai bakteri dan senyawa sisa
dengan pendapat (Fathul, 2007) yang asam lemak volatile (campuran asam asetat,
menyatakan bahwa penambahan asam propionat dan butirat) yang telah kehilangan ion
formiat pada hijauan golongan rumput- O, N dan H. Terbebasnya O, N dan H tersebut
rumputan melebihi 0,30% akan mematikan disebabkan oleh peningkatan suhu selama
mikroorganisme dalam hijauan sehingga proses fermentasi. Selain itu dengan pemberian
tidak akan terjadi aktivitas mikroorganisme asam formiat maka akan mempercepat keadaan
dan akhirnya bukan suasana asam dalam silo anaerob dalam silo. Semakin cepat keadaan
yang tercapai tetapi memacu terjadinya anaerob tercapai maka akan semakin cepat
pembusukan mikroorganisme dalam hijauan. penurunan pH dalam silo yang diinginkan.
Ruang lingkup silo yang menjadi asam, akan
Kandungan Protein Kasar Silase mengurangi aktivitas enzim yang akan
Palatabilitas pakan dipengaruhi oleh menguraikan protein.
beberapa faktor, salah satunya adalah Tetapi, peningkatan suhu yang drastic
kandungan protein pakan sehingga dalam akibat proses fermentasi ternyata tidak
penelitian ini juga dilihat kandungan protein signifikan mempercepat penurunan pH silo
silase. Kandungan protein kasar silase sehingga aktivitas penguraian protein oleh
Pennisetum purpureum yang didapat dari aktivitas mikroorganisme, hal ini kemungkinan
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. yang terjadi pada penambahan asam formiat
0,3% dan 0,45%. Sehingga protein yang
12.5 terbentuk akan terurai kembali.
12
11.5 T1 Kandungan Serat Kasar Silase
11 Ternak ruminansia membutuhkan pakan
10.5 T2
dengan kandungan serat kasar tinggi, sumber
10 T3
9.5
serat kasar pada pakan adalah hijauan sehingga
9 T4 pengawetan hijauan pun harus tetap
Kandungan Protein Kasar Silase mempertimbangkan perubahan kandungan serat
Pennisetum purpureum kasar agar kebutuhan ternak tetap tercukupi.
Kandungan serat kasar silase yang didapat dari
Gambar 2. Kandungan Protein Kasar Silase penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Pennisetum purpureum
12
10
Gambar 3 menunjukkan bahwa
8 T0
kandungan protein silase rata-rata diatas
6 T1
10%. Kandungan protein ini cukup tinggi
4
(PK>10%), hal ini bisa disebabkan karena T2
2
bahan baku dari silase ini adalah
0 T4
Pennisetumpurpureum, rumput unggul yang
Kandungan Serat Kasar Silase
mempunyai kandungan nutrien, produksi
Pennisetum purpureum
biomassa, dan daya adaptasi yang tinggi.
Walaupun hasil analisis variansi (lampiran 3) Gambar 3. Kandungan Serat Kasar Silase
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang Pennisetum purpureum

20
pembuatan silase. Suhu, warna dan aroma silase
Gambar 3. menunjukkan bahwa yang didapat ditampilkan pada Lampiran 5.
kandungan serat kasar silase mempunyai Penambahan asam formiat 0,15%
kecenderungan menurun seiring penambahan memberikan performa silase terbaik yaitu suhu
asam formiat bahkan dari hasil analisis hangat (34,9oC), warna hijauan yang masih
variansi untuk penambahan asam formiat relatif segar dan bau asam. Aroma asam
sebesar 0,45% berpengaruh nyata (P<0,05) diakibatkan oleh adanya asam laktat yang
terhadap penurunan kandungan serat kasar dihasilkan oleh aktivitas mikroorganisme yang
silase. memfermentasi karbohidrat.
Kandungan serat kasar hanya terdapat
pada produk tumbuhan, Pennisetum KESIMPULAN
purpureum adalah tanaman dari familia
gramineae. Keberadaan serat kasar dalam Berdasarkan hasil penelitian yang telah
tanaman diakibatkan oleh adanya kandungan dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
lignin yang melingkupi selulosa dan Penambahan asam formiat 0,15% pada
hemiselulosa pada dinding sel tanaman. pembuatan silase hijauan Pennisetum
Semakin tua umur tanaman maka semakin purpureum memberikan kandungan nutritif dan
tinggi kandungan serat kasar tanaman performa terbaik yaitu kandungan air 52.15%,
tersebut (Parakkasi, 1995). Adanya serat PK 12.28%, serat kasar 9,51% dan performa
kasar tersebut membuat suatu pakan semakin yang menarik yaitu berwarna segar, hangat dan
tidak sulit dicerna dan kurang palatabel beraroma asam.
walaupun keberadaan serat kasar ini mutlak
harus ada dalam pakan ternak ruminansia. REFERENSI
Fermentasi berarti merubah struktur
bahan pakan menjadi lebih mudah dicerna, Asturi, Maria. 1980. Rancangan Percobaan.
mereduksi komponen yang bersifat allergen, Universitas Gadjah Mada Press.
anti nutritif ataupun susah dicerna, hingga Yogyakarta.
menambahkan metabolit penting yang
bersifat anti patogen, antioksidan hingga anti Bappeda Kabupaten Sukoharjo. 2007. Rencana
karsinogenik (Anonim, 2009). Selulosa dan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten
hemiselulosa merupakan suatu karbohidrat, Sukoharjo Tahun 2007.
pada waktu hijauan pakan ternak Darmono. 1993. Tata Laksana Usaha Sapi
difermentasi, bakteri berkembang biak Kereman. Yogyakarta: Kanisius.
dengan cepat dan memfermentasi karbohidrat Fathul. 1997. Kualitas Gisi Silase Hijauan
menjadi asam organik terutama asam laktat Jagung (Zea mays) dengan Berbagai Bahan
(Darmono, 1993).Sedangkan asam formiat Media dan Masa Fermentasi yang Berbeda.
akan mempercepat keadaan anaerob dalam Sain Teks Vol. IV. No.3. Universitas
silo. Semakin cepat keadaan anaerob tercapai Semarang.
maka akan semakin cepat terjadi proses
Hakim, N. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
fermentasi, sehingga aktivitas
Penerbit Universitas Lampung. Lampung.
mikroorganisme dalam menguraikan lignin
dari selulosa dan hemiselulosa yang ada Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan
dalam hijauan semakin cepat. Dengan Ternak Ruminan. Penerbit Universitas
penurunan kandungan lignin maka akan Indonesia. Jakarta.
semakin mudah hijauan tercerna. Reksohadiprodjo, S. 1987. Pakan Ternak
Gembala. Fakultas Ekonomi. UGM.
Performa Silase Yogyakarta.
Dalam penelitian ini juga diukur suhu,
warna dan aroma silase. Data ini diperlukan,
karena palatabilitas pakan juga dipengaruhi ______________________. 1994. Produksi
oleh suhu dan aroma pakan sedangkan warna Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropis.
silase merupakan indikator keberhasilan Fakultas Ekonomi. UGM. Yogyakarta.

21
Sapiology • View topic.2008. Teknik Sofyan A. dan Febrisiantosa A. 2007. Pakan
pembuatan Silase Ternak dengan Silase Komplit. UPT.
Fermentasi.http://www.disnak.jabarprov. BPPTK - LIPI, Yogyakarta. Sumber:
go.id/data/berita. Majalah INOVASI Edisi 5 Desember 2007.
Schlegel, Hans. 1984. MikrobiologiUmum Tillman, Allen D., Hari H, Soedomo R, Soeharto
Yogyakarta. GadjahMada University P, P. Soekanto L. 1984. Ilmu Makanan
Press.Yogyakarta. Ternak Dasar. UGM Press. Yogyakarta.
Siregar,SoriBasya.1994.
RansumTernakRuminansia.
PenebarSwadaya. Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai