Manfaat
Keberhasilan overekspresi dan transformasi gen Sucrose Transporter (SUT)
pada tebu dalam penelitian ini dapat meningkatkan kandungan sukrosa pada
tanaman tebu budidaya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Aktifitas Sucrose Transporter (SUT)
Sukrosa transporter memiliki peran sentral, karena mengatur alokasi
sukrosa baik intra maupun di tingkat tanaman secara keseluruhan.
Menurut Slameto (2010) dalam disertasinya yang berjudul Kloning dan
Karakterisasi Ekspresi Gen Famili Sucrose Transporter (SUT) pada Tanaman
Tebu (Saccharum officinarum L.) bahwa SUT merupakan protein yang
menentukan transport sukrosa dari daun sebagai tempat asimilasi sukrosa ke
tempat jaringan yang memerlukan atau ke tempat organ penyimpanan (sink).
Banyak tanaman yang mengandung Sucrose Transporter (SUTs) atau juga
dikenal sebagai pembawa sukrosa yaitu Sucrose Carriers (SUCs), yang mungkin
memiliki fungsi yang berbeda dalam floem loading dan unloading atau
translokator sukrosa ke tempat organ penyimpanan (sink).
Menurut Eckardt (2003) peneliti terdahulu telah mentransfer SUT2 ke membran
plasma SE dalam tomat (LeSUT2), pisang (PmSUC3) dan Arabidopsis
(AtSUC3), kentang (StSUT2), dan jagung (ZmSUT1).
Meyer et al. (2000) memberikan lebih rinci karakterisasi Arabidopsis protein,
yang mereka sebut AtSUC3. Barker et al. (2000) dalam hipotesisnya
menyatakan bahwa LeSUT2 dan AtSUT2/SUC3 berfungsi sebagai sensor
sukrosa dalam sieve element, berdasarkan perbandingan tanaman sukrosa
transporter dengan famili yang berkarakter sensor glukosa dalam ragi.
Bakteri Agrobacterium tumefaciens
2004).
MS1
MS + (30 gl-1 sukrosa, 7 gl-1 agar, 3 mgl-1 2,4-D, 100 ml-1 air kelapa) Induksi
kalus
MS2
MS + (30 gl-1 sukrosa, 7 gl-1 agar, 0,2 ppm BAP, 0,1 ppm IAA) Induksi tunas
MS3
MS + (30 gl-1 sukrosa, 7 gl-1 agar, 0,2 ppm BAP, 0,1 ppm kinetin). Multiplikasi
tunas
MS4
MS + (30 gl-1 sukrosa, 7 gl-1 agar, 0,1 ppmBA, 0,2 ppm kinetin, 100 ppm
acetosyringone) Ko-kulivasi
MS5
MS + (30 gl-1 sukrosa, 7 gl-1 agar, 0,1 ppm BA,
0,2 ppm kinetin, 500 ppm cefotaxime )
MS + (30 gl-1 sukrosa, 7 gl-1 agar, 0,1 ppm BA, Eliminasi
tumefaciens
MS6
0,2 ppm kinetin, 500 ppm cefotaxime, 25 ppm higromisin )
Seleksi ketahanan antibotika vektor pCAMBIA
YEP
Yeast Extract dan Peptone cair yang berisi antibiotika 50 mgl-1 kanamisin dan
100 mgl-1 rifamfisin Mengkulturkan
A. tumefaciens
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir (TA) ini adalah
metode uji t karena untuk membandingkan dua macam perlakuan. Adapun dua
macam perlakuan tersebut adalah jenis eksplan yang digunakan untuk bahan
transformasi yakni A = kalus dan B = tunas. Dengan menggunakan metode uji t
dapat membandingkan dan memperoleh jenis eksplan yang tepat dan efesien
untuk bahan tranformasi.
Hipotesis : H0 : = B atau _ B = d
H1 : B atau _ B 0
Kriteria uji :
t_( hitung)= d/s_d atau t= (|-B|)/S_((-B))
Pelaksanaan Penelitian
Membuat media
Membuatan media inisiasi tebu dengan medium MS1 dan media untuk
menumbuhkan tunas MS2, masing-masing bervolume 1 liter.
Persiapan Eksplan Transformasi
Eksplan tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) varietas PS158 dari
gulungan daun termuda yang berumur 2-2,5 bulan dari bibit kemudian
disterilkan dengan alkhohol 96 % setelah itu dibakar sampai tiga kali.
Selanjutnya pucuk tebu yang telah dibakar dikupas sampai didapatkan spindle
leaf yang mendekati titik tumbuh. Satu pucuk dapat dipotong-potong menjadi 9
eksplan dan setiap botol ditanam 2 eksplan.
Eksplan ditanam media MS1 dalam kondisi gelap dengan suhu 260C. Proses
penyimpanan dilakukan selama 4 minggu hingga memperoleh kalus dengan
ciri-ciri nodular, kompak dan menunjukkan warna kekuningan dan digunakan
sebagai eksplan untuk transformasi.
Sebagian kalus disubkulturkan ke dalam media MS2 untuk menghasilkan tunas
dan ditanam pada kondisi gelap selama 4 minggu. Bagian basal (pangkal) tunas
tanaman ini (0,5 cm) dipisahkan dan digunakan sebagai eksplan untuk
transformasi.
memindahkan kalus yang diinfeksi pada media MS1 ditambah 100 mgl-1
aceosyringone pada kondisi gelap dengan suhu 28 C selama 3 hari.
Pangkal tunas tanaman in vitro berdiameter 3 mm dan tinggi 5 mm yang
diisolasi dari tunas tebu in vitro yang tingginya lebih dari 1,5 cm disimpan di
dalam media MS cair di dalam LAFC. Jumlah eksplan yang diinfeksi adalah 50
eksplan, 25 eksplan untuk uji GUS dan 25 eksplan untuk kokultivasi. Kemudian
ditiriskan di atas tissue steril sambil melakukan penusukan sebanyak 4-5 kali
menggunakan jarum suntik steril yang berdiameter 1 mm. Tanaman yang telah
dilukai direndam dalam MS cair 50 ml yang mengandung A. tumefaciens
dengan kerapatan sel bakteri (OD(600) infeksi) = 1.0, dan acetosyringone (100
mgl-1). Setelah itu diprekultur di dalam media MS yang diletakkan dalam
shaker dengan kecepatan putaran 150 rpm pada suhu 28 C selama 30 menit.
Eksplan terinfeksi dikeringkan menggunakan kertas filter steril dan diinokulasi
pada media MS padat yang mengandung acetosyringone. Ko-kultivasi
dilakukan selama 3 hari di dalam gelap dengan suhu 28 C.
Seleksi Transforman pada medium antibiotik
Tahapan selanjutnya adalah seleksi transforman yaitu untuk mengetahui
keberhasilan transformasi dan ketahanan antibiotika dari transforman. Eksplan
putatif terinfeksi dicuci tiga kali dengan 500 mgl-1 cefotaxime dan kemudian
dikeringkan di atas kertas filter steril dalam laminar air fow.
Untuk kalus yang terinfeksi disubkultur pada media MS4 untuk mengeliminasi
A. tumefaciens dan diinkubasi pada kondisi gelap selama satu minggu.
Kemudian kultur ditransfer pada media seleksi MS5, serta diinkubasi pada
kondisi yang sama selama 14 hari. Proses seleksi dilakukan sebanyak 5 siklus.
Tunas yang diperoleh dari kalus tunggal ditetapkan sebagai satu klon putative
transforman.
Tunas yang terinfeksi dan telah diko-kultivasi disubkultur ke dalam media MS5
pada itensitas cahaya sekitar 2000 lux selama 16 jam per hari dengan suhu
270C. Proses seleksi dilakukan sebanyak lima siklus, tiap siklus 14 hari. Setelah
melalui 5 siklus, tunas yang tumbuh disubkultur ke media MS0 selama 4
minggu untuk mendukung pertumbuhan selanjutnya.
Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR)
Analisis PCR dilakukan dengan DNA genom yang telah diisolasi menggunakan
TaKaRa Ex Taq polymerase (Takara Bio Inc) dan satu set primer yang didesain
dari sekuen DNA CaMV, nptII (the neomycin phosphotransferase gene) atau
gus. Kondisi reaksi PCR yang digunakan untuk denaturasi, annealing, dan
extention berturut-turut adalah pada 98C selama 10 detik, 55C selama 30
detik, 72C selama 1 menit dengan 30 siklus. DNA yang teramplifikasi
kemudian dianalisis dengan elektroforesis pada 1% gel agarosa dan difoto.
Uji Gen GUS
Uji gen GUS dilakukan terhadap eksplan tebu yang sudah dikokultivasi di
dalam ruang gelap selama 3 hari sesuai dengan prosedur histochemical yang
disebutkan oleh Jefferson et al. (1987) dengan beberapa modifikasi. Sample
dicuci satu kali dengan larutan buffer 0,1 M potassium phosphate, pH 7,0.
Sample diinkubasi dalam larutan buffer yang berisi 2% metanol, 0,3% Triton X100, 0,5 mM potassium ferricyanide, 0,5 mM potassium ferrocyanide dan 0,5
mg ml1 5-bromo-4-chloro-3-indolyl--D-glucoronide pada suhu 37C,
diletakkan di dalam shaker dengan kecepatan putaran 85 rpm selama 48 jam.
Sampel dicuci dengan etanol 70%. Pengamatan spot atau bercak berwarna biru
karena adanya ekspresi gen GUS dilakukan menggunakan mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA
Arencibia, A.D., E.R Carmona., P Tellez., M. Chan., S.M. Yu., L.E. Trujillo. and
P. Oramas. 1998. An Efficient Protocol for Sugarcane (Saccharum spp.L.)
Transformation-mediated by Agrobacterium tumefaciens. Trans. Res. 7: 213222.
Binns A.N. and Thomashow, M.F. 1988. Cell Biology of Aagrobacterium
Infection and Transformation of Plants. Annual Review of Microbiolog. 42:
575-606.
Datta K. and S.K. Datta. 2002. Plant Transformation. In Moleculac Biology: A
Partical Approach. Gilmartin, P., and C. Bowler. 2002 (Eds.) Oxpord University
Press. Volume One-Chapter 2: 13-32.
De la Riva G.A., J. Gonzalez-Cabrera, R. Vazquez-Padron, and C. Ayra-Pardo,.
Liu D., S.V. Oard, J.H. Oard. 2003. High Transgene Expression Levels In
Sugarcane (Sacchanarum Officinarum L.) Driven by The Rice Ubiquitin
Promoter RUBQ2. Palnt Science. 165: 743-750.
Marveldani., M. Barnawi. K. Setiawan., dan S.D. Utomo. 2007. Pengembangan
Kedelai Transgenik yang Tahan Herbisida Amonium-glufosinat dengan
Agrobacterium tumefaciens. Jurnal Akta Agrosia Vol. 10 No 1 hlm 49-55.
Manickavasagam, M., Ganapathi, A., Anbazhagan, V.R., Sudhakar, B., Selvaraj,
N., Vasudevan, A., dan Kasthurirengan, S. 2004. Agrobacterium-mediated
Genetic Transformation and Development of Herbicide-resistant Sugarcane
(Saccharum species hybrids) Using Axillary Buds. Plant Cell Rep. 23: 134-143.
Miswar, Sugiharto, B., Soedarsono, J., dan Moeljapawiro, S. 2007.
Transformasi Gen Sucrose Phosphate Synthase (SoSPS1) Menggunakan
Agrobacterium tumefaciens untuk Meningkatkan Sintesis Sukrosa pada
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Berk. Penel. Hayti. 12: 137-143.
Ogras T.T., and Gozukirmizi N. 1999. Expression And Inheritance of GUS Gene
in Transgenic Tobacco Plants. Tr. J. of Botany. 23: 297-302.
Okviandari. 2004. Transformasi Gen Sucrose Phosphate Synthase pada
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) dengan Bantuan Agrobacterium
tumefaciens. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Jember. Jember,
Indonesia. pp. 43.
Old, R.W., dan Primose, S.B. 2003. Prinsip-prisip Manipulasi Gen (Pengantar
Rekayasa Genetika). Ed. IV. Jakarta: Universitas Indonesia Press.