Hasil akhir dari proses fotosintesis pada tanaman tomat adalah sukrosa dan pati.
Sukrosa di dalam sel tanaman mempunyai peran penting dalam proses metabolisme
(Castleden et al., 2004) sebagai sumber energi dan kerangka karbon serta merupakan
bentuk karbohidrat yang lebih mudah untuk ditranslokasi antar jaringan tanaman
(Cheng et al., 1996). Biosintesis sukrosa di dalam sel tanaman tomat (Lycopersicon
esculentum) dikatalisis oleh beberapa enzim. Sucrose phosphat synthase (SPS)
merupakan enzim yang berfungsi dalam mengkatalis fruktosa-6-phosphate dan UDP-
glucose menjadi sucrose-6-phosphate (Dickinson et al., 1991). Pada beberapa tanaman
diketahui SPS sebagai enzim utama dalam menentukan kandungan sukrosa, seperti
pada buah tomat, melon, batang tebu, dan umbi bit dan merupakan salah satu enzim
kunci dalam asimilasi karbon (Sugiharto et al., 2003).
Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan tanaman sayuran penting di
Indonesia. Salah satu upaya perakitan galur tomat adalah dengan rekayasa genetik
melalui metode DNA rekombinan. Penyisipan materi genetik pada tanaman tomat
menggunakan Agrobacterium tumefaciens telah dilakukan sejak tahun 1986
(McCormick et al., 1986), namun hasilnya masih bervariasi. Beberapa faktor
mempengaruhi keberhasilan penyisipan materi genetik, diantaranya adalah binary
vector (An, 1986), varietas (Ling et al., 1998; Ellul et al., 2003; Santoso et al., 2009),
tipe eksplan (Fillati et al., 1987), zat pengatur tumbuh (Pfitnzer et al., 1998; Cortina et
al., 2004), konsentrasi bakteri (Shanin et al., 1986), strain Agrobacterium (Roekel et
al., 1993), dan konsentrasi antibiotik (Hu dan Phillips, 2001; Qiu et al., 2007).
Transformasi gen SPS (Sucrose Phophat Synthase) telah dilakukan pada
beberapa tanaman seperti tembakau (Miswar et al., 2005), tomat (Laporte et al., 2001,
Worrel et al., 1991), bayam dan Arabidopsis thaliana (Signora et al., 1998), dan tebu
(Miswar et al., 2007). Hasil dari beberapa transformasi gen SPS tersebut menunjukkan
adanya peningkatan aktivitas SPS dan kandungan sukrosa. Hasil penelitian Dali et al.
(1992) menyatakan bahwa sukrosa yang dibentuk di daun tomat akan dihidrolisis
menjadi glukosa dan fruktosa oleh invertase setelah sampai di buah. Sukrosa kemudian
dibentuk kembali (resintesis) dari glukosa dan fruktosa yang dikatalisis oleh SPS buah
(Miron dan Schaffer, 1991). Disini terlihat bahwa SPS merupakan enzim penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efisiensi transformasi dan mendapatkan tanaman tomat transgenik yang ditransformasi
dengan gen SoSPS1 menggunakan Agrobacterium tumefaciens.
Pesatnya perkembangan ilmu biologi yang didukung dengan teknologi saat ini
menjadikan abad 21 ini disebut sebagai abad biologi (Yulaikah, 2015). Hampir semua
masalah-masalah biologi yang telah, sedang dan akan terus dijawab mengarah pada
tingkat molekuler. Hasil penelitian Ekasari et al., (2012), analisis keanekaragaman
genetik menggunakan penanda molekuler yaitu deoxyribonucleic acid (DNA) sebagai
penanda dari spesies tertentu untuk tujuan pengembangan sistem pemuliaan berbasis
molekular.
DNA menjadi salah satu kajian materi dalam biologi molekuler. DNA
mengandung materi genetik yang mengkode semua informasi yang dibutuhkan
untuk proses metabolisme dalam setiap organisme. Suatu molekul DNA tersusun atas
basa nitrogen, gula, dan fosfat (Yuwono, 2006).
Isolasi DNA merupakan langkah yang tepat untuk memelajari DNA. Ekstraksi
DNA daun tanaman Grevillea (Proteaceae) dengan memodifikasi metode Doyle dan
Doyle (1990), telah berhasil diperoleh DNA dengan kualitas yang baik (Pharmawati,
2009) dalam (Restu et al., 2012). DNA dapat diisolasi baik dari sel tanaman, hewan,
manusia maupun bakteri (Faatih, 2009). Salah satu rangkaian teknik rekayasa genetika
adalah isolasi DNA, yang melibatkan suatu proses memindahkan DNA dari suatu
organisme ke organisme lain dengan tujuan tertentu. Melalui isolasi DNA kita dapat
memeroleh DNA murni, yaitu tanpa protein maupun RNA dari suatu sel dalam
jaringan. DNA murni yang sudah diperoleh dapat digunakan sebagai bahan pengayaan
pokok bahasan sel yaitu DNA berada di sel tumbuhan maupun hewan, sebagai kajian
genetika bahwa gen merupakan bagian dari DNA (terdapat sebagai lokus-lokus) yang
berfungsi untuk mengontrol perkembangan fisik maupun perilaku dari setiap mahluk
hidup, sebagai kajian bioteknologi yang jika kita kaji lebih lanjut salah satu
kemanfaatannya yaitu sebagai tanaman transgenik.
Tahapan pada proses isolasi DNA ini, adalah ekstraksi dan pelisisan sel secara
mekanik maupun kimia melalui penggerusan serta penggunaan garam dan detergent,
pencernaan protein menggunakan enzim proteinase dari ekstrak buah pepaya,
presipitasi DNA dari bahan yang lain yang tidak diinginkan menggunakan ethanol atau
alkohol dingin (Yulianti, 2006).
METODE PENELITIAN
Tahapan dalam isolasi DNA ini yaitu ekstraksi dan pelisisan sel, pencernaan
protein, pengendapan atau presipitasi dan pemanenan DNA, modifikasi Yulianti
(2006); Mardiyyaningsih (2013); NLECT (2010). Isolasi yang dilakukan terdiri atas 2
sampel yaitu tanaman bayam dan ikan lele, sebagai berikut:
Isolasi DNA Tanaman Bayam
Sebanyak 2,5 gram daun bayam digerus menggunakan mortar dan pistil lalu
ditambah 2,5 ml aquadest. Ekstrak bayam disaring menggunakan kertas saring atau
kain bersih dan ditampung di beaker glass 250 ml. Larutan hasil saringan ditambahkan
2 ml larutan (1 sendok detergent + 1 sendok garam dalam 50 ml aquadest). Larutan
dipindah ke dalam tabung reaksi dan ditambah dengan 2 ml ekstrak buah pepaya yang
telah digerus (20 gram tanpa ditambah aquadest). Ditambahkan 5 ml ethanol 96%
dingin perlahan-lahan melewati dinding tabung reaksi. Diamati DNA yang terbentuk.
Isolasi DNA Ikan Lele
Sebanyak 5 gram daging ikan lele dicuci lalu direndam dalam larutan NaCl
80% selama 2 menit. Daging lele ditiriskan lalu digerus menggunakan mortar dan pistel
dan ditambah 2,5 ml aquadest. Ekstrak daging ikan lele disaring menggunakan kertas
saring atau kain bersih dan ditampung di beaker glass 250 ml. Larutan hasil saringan
ditambahkan 2 ml larutan (1 sendok detergent + 1 sendok garam dalam 50 ml
aquadest). Larutan dipindah ke dalam tabung reaksi dan ditambah dengan 2 ml ekstrak
buah pepaya yang telah digerus (20 gram tanpa ditambah aquadest). Ditambahkan 5 ml
ethanol 96% dingin perlahan-lahan melewati dinding tabung reaksi. Diamati DNA
yang terbentuk.
Data yang dihasilkan berupa gumpalan DNA yang berwarna putih keruh yang
berada di atas permukaan larutan. Dimana akan terbentuk 3 lapisan yaitu lapisan bawah
filtrat, tengah ethanol dan lapisan paling atas adalah gumpalan DNA. Data akan di
analisis secara deskriptif baik isolasi DNA pada tanaman bayam dan maupun ikan lele.
Saat ini perkembangan ilmu biologi yang didukung dengan teknologi cukup
pesat. Hampir semua masalah biologi yang telah, sedang dan akan terus dijawab
mengarah pada tingkat molekuler. Hasil penelitian oleh Ekasari et al (2012), analisis
keanekaragaman genetik menggunakan penanda molekuler yaitu deoxyribonucleic
acid (DNA) sebagai penanda dari spesies tertentu untuk tujuan pengembangan sistem
pemulian berbasis molekuler.
DNA menjadi salah satu kajian materi dalam biologi molekuler. DNA
mengandung materi genetik yang mengkode semua informasi yang dibutuhkan untuk
proses metabolisme dalam setiap organisme. DNA tersusun atas basa nitrogen, gula,
dan fosfat (Yuwono, 2006). Isolasi DNA merupakan langkah yang tepat untuk
mempelajari DNA. DNA dapat diisolasi dari sel tanaman, hewan, manusia, maupun
bakteri (Fatih, 2009). Isolasi DNA digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti
amplifikasi dan analisis DNA melalui elektroforesis maupun spektrofotometri. Isolasi
DNA dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan DNA dari bahan lain seperti protein,
lemak, dan karbohidrat. Melalui isolasi DNA kita dapat memperoleh DNA murni, yaitu
tanpa protein maupun RNA dari suatu sel dalam jaringan. Prinsip utama dalam isolasi
DNA ada tiga yakni penghancuran (lisis), ektraksi atau pemisahan DNA dari bahan
padat seperti selulosa dan protein, serta pemurnian DNA (Dolphin, 2008).
Salah satu masalah utama yang mempengaruhi produksi dan kualitas buah
pepaya adalah cepatnya buah pepaya menjadi masak sehingga menyulitkan transportasi
pada waktu pengiriman buah ke pasar domestik maupun internasional sebagai ekspor
buah segar. Perakitan varietas unggul untuk mempertahan- kan kualitas buah dapat
dilakukan dengan pendekatan bioteknologi atau rekayasa genetik melalui teknik kul-
tur jaringan dan transformasi gen.
Teknik rekayasa genetik dapat digunakan sebagai mitra pelengkap teknik
pemuliaan yang sudah mantap dan digunakan dengan sukses selama bertahun-tahun
(Herman 1996). Produk rekayasa genetik yang berupa tanaman transgenik sudah
banyak ditanam dan dipa- sarkan di berbagai negara (James 2003). Tanaman transgenik
yang memiliki sifat baru seperti ketahanan terhadap hama, penyakit maupun
meningkatkan kua- litas sudah banyak ditanam dan dipasarkan di beber- apa negara.
Menurut hasil survei James (2004) sejak tahun 1996-2004 telah terjadi peningkatan
lebih dari 47 kali lipat areal penanaman tanaman transgenik, yaitu 1,7 juta hektar pada
tahun 1996 menjadi 81 juta hektar pada tahun 2004.