Latar Belakang
Tujuan
METODE
Penelitian ini dilaksanakan dari Pebruari 2019 sampai dengan Maret 2020.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biotechnology Research Indonesia-The
Netherlands (BIORIN) dan Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman
(BMST), Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB),
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Institut Pertanian
Bogor (IPB).
Bahan
Bahan Tanaman
Bahan tanaman yang digunakan ialah tiga genotipe padi var. Kasalath, yaitu
non-transgenik (NT), transgenik generasi T6 klon K1/2/1 dan klon K1/2/2
(Andalusia 2017). Padi var. Kasalath transgenik tetua dari T6 mengandung gen
MmCu/Zn-SOD di bawah kendali promoter konstitutif 35S CaMV. Padi transgenik
tersebut dirakit melalui perantara Agrobacterium tumefaciens yang mengandung
pGWB5-SOD. Daerah T-DNA yang mengandung gen MmCu/Zn-SOD di dalam
pGWB5-SOD disajikan pada Gambar 1.
Bahan Analisis
Bahan analisis yang digunakan ialah larutan CTAB dari Suharsono (2002)
dengan modifikasi, primer cAct-F (5’-GGA TGC CTA TGT GGG TGA TG-3’)
dan cAct-R (5’-ATT TAC ACT CGC GCA TGC TA-3’) untuk mengamplifikasi
bagian gen aktin padi (Eka 2020), primer 35S-F1 (5’-AAA CCT CCT CGG ATT
CCA TT-3’) dan primer MmSOD-R2 (5’-CAT CTC CAA CGG TGA CAT TG-3’)
untuk mengamplifikasi daerah promoter dan gen MmCu/Zn-SOD (Hannum 2012),
dan media kultur cair Famoso et al. (2010) dengan modifikasi (Lampiran 1).
Alat
Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan yaitu: (1) analisis stabilitas transgen
di dalam tanaman transgenik, (2) analisis toleransi tanaman transgenik terhadap
cekaman pH rendah, dan terhadap cekaman Al.
Isolasi DNA Genom. DNA genom diisolasi dari daun tanaman padi menggunakan
metode CTAB mengikuti Suharsono (2002) dengan modifikasi. Sebanyak 0.05
gram potongan daun digerus hingga menjadi tepung halus menggunakan alu dan
lumpang dengan tambahan nitrogen cair. Tepung daun lalu dimasukkan ke dalam
tabung mikro (1.5 ml) yang berisi 600 µl larutan buffer ekstraksi CTAB (2 %
CTAB, 0.1 M Tris-HCl, 20 mM EDTA, 1.4 M NaCl, 2 % polyvinylpyrrolidone
[PVP], dan pH 8.0) dan ditambahkan 0.2 % β-mercaptoethanol. Tabung mikro
diinkubasi pada suhu 65 ºC di dalam heat block selama 30 menit dan dibolak-balik
setiap 10 menit, kemudian didinginkan hingga mencapai suhu ruang. Sebanyak 600
µl CI (chloroform:isoamylalcohol; 24:1) dingin ditambahkan, lalu suspensi
dihomogenkan dengan membalik-balik tabung mikro dan disentrifugasi pada
kecepatan 10000 rpm selama 10 menit. Supernatan dipindahkan ke dalam tabung
mikro baru dan ditambah dengan PCI (phenol:chloroform:isoamylalcohol; 25:24:1)
sebanyak 1 x volume, dibolak-balik perlahan, selanjutnya disentrifugasi kembali.
Supernatan dipindahkan ke dalam tabung mikro baru dan ditambah dengan
isopropanol sebanyak 1 x volume, kemudian disimpan di dalam freezer (-20 ºC)
selama semalam. Setelah disimpan semalam, tabung sampel disentrifugasi pada
10000 rpm dan suhu 4 ºC selama 25 menit. Supernatan dibuang, lalu endapan diberi
500 µl etanol 70 % dingin dan disentrifugasi kembali selama 10 menit. Supernatan
4
Analisis Kualitas dan Kuantitas DNA Hasil Isolasi. Kualitas DNA hasil isolasi
dianalisis berdasarkan keutuhan DNA. Keutuhan DNA genom dianalisis dengan
elektroforesis dan PCR (polymerase chain reaction). Elektroforesis terhadap DNA
hasil isolasi dan 30 ng DNA lambda yang digunakan sebagai pembanding dilakukan
pada 1 % gel agarosa di dalam larutan penyangga TAE 1 x (40 mM Tris, 20 mM
asam asetat glasial, 1 mM EDTA), pada tegangan 100 V selama 28 menit. Hasil
elektroforesis lalu divisualisasi di bawah sinar ultraviolet di dalam gel doc. PCR
dilakukan terhadap bagian gen aktin. Larutan PCR terdiri atas 1 µl DNA genom
(100 ng/l; hasil pengenceran) sebagai cetakan, 5 µl master mix PCR (NZYTaq II
2x Green Master Mix), 0.25 µl primer cAct-F (2.5 pmol), 0.25 µl primer cAct-R
(2.5 pmol) dan 3.5 µl ddH2O sehingga volume total menjadi 10 µl. Kontrol negatif
PCR menggunakan 100 ng/l plasmid pGWB5-SOD sebagai cetakan. Kondisi PCR
adalah sebagai berikut: pra-PCR pada suhu 94 ºC selama lima menit, diikuti dengan
35 siklus yang terdiri atas denaturasi pada suhu 94 ºC selama 30 detik, penempelan
primer pada suhu 55 ºC selama 45 detik, dan pemanjangan pada suhu 72 ºC selama
1 menit, dan diakhiri dengan pasca-PCR pada suhu 72 ºC selama 5 menit.
Elektroforesis hasil PCR dilakukan pada kondisi yang sama dengan elektroforesis
pada DNA genom namun dengan pembanding berupa markah DNA ladder 1 kb.
Kuantitas DNA hasil isolasi ditentukan berdasarkan densitas optik (OD) larutan
DNA pada panjang gelombang 260 nm. Kemurnian DNA hasil isolasi ditentukan
berdasarkan perbandingan OD260 nm dan OD280 nm dari larutan DNA. OD DNA
genom hasil isolasi ditentukan dengan mengukur 2 µl DNA menggunakan
spektrofotometer.
Uji Tantang Padi Transgenik. Uji tantang padi terhadap cekaman pH rendah dan
aluminium dilakukan menggunakan media kultur cair mengikuti Famoso et al.
(2010) dengan beberapa penyesuaian. Sebanyak 140 benih padi dari masing-masing
genotipe dikecambahkan. Benih padi direndam di dalam larutan NaOCl 0.5 % (v/v)
selama 15 menit, dibilas dengan akuades sebanyak 3 kali, kemudian direndam di
dalam akuades selama 24 jam. Setelah direndam, benih dikecambahkan di atas
kertas merang lembap di dalam baki plastik selama 2 x 24 jam pada suhu ruang dan
kondisi gelap. Kecambah padi dengan radikula ± 5 mm ditanam di atas waring (±
4 x 4 mm) yang terpasang pada styrofoam di dalam bak plastik berisi 4 l media
kultur hara cair pH 5.8 selama 24 jam untuk merangsang gravitropisme akar.
Sebanyak 10 kecambah padi yang relatif seragam dari masing-masing genotipe
dipilih lalu ditanam di media pH 4, pH 4+Al dan pH 5.8 yang diberi aerasi dan
dipelihara selama 14 hari. Kondisi pH media tanam diperiksa setiap hari
menggunakan pH-meter dan indikator pH universal, dan dipertahankan dengan
penambahan NaOH 1 N atau HCl 1 N. Media kultur cair dibarui setiap 5 hari.
Percobaan uji tantang dilakukan di dalam ruang kultur jaringan dengan kondisi suhu
± 29 °C (siang) dan ± 27 °C (malam), lama penyinaran 16 jam, dan intensitas cahaya
sebesar ± 3000-3500 lux pada jarak 10 cm dari sumber cahaya (Philips TLD
36W/54-765 Cool Daylight). Gambar percobaan uji tantang tanaman padi terhadap
cekaman pH 4 dan Al disajikan pada Lampiran 2.
Pengamatan Morfologi. Karakter akar yang diamati ialah: panjang akar total
(PAT), panjang akar utama (PAU), panjang akar adventif (PAA), panjang akar
lateral (PAL), jumlah akar adventif (JAA), diameter akar utama (DAUA) dan luas
permukaan akar utama dan adventif (LPAUA). Penentuan jenis akar mengacu pada
Clark et al. (2011) (Lampiran 3). Karakter tajuk yang diamati ialah panjang tajuk
total (PAT), tinggi tajuk (TT yaitu panjang batang dengan daun terpanjang) dan
jumlah daun (JD). Pengukuran karakter panjang akar dan tajuk dilakukan sebanyak
dua kali, yaitu sebelum perlakuan sebagai faktor koreksi dan 14 hari setelah
perlakuan (HSP). Pengukuran sebelum perlakuan dilakukan secara manual
menggunakan penggaris (galat ketelitian ± 0.5 mm). Pengukuran pada 14 HSP
dilakukan secara digital terhadap sampel acak sebanyak 5 tanaman per genotipe
dalam tiap unit percobaan. Akar diletakkan di dalam bak akrilik berisi air dan
ditempatkan di atas lightbox sedangkan tajuk diletakan di atas kain hitam, lalu
diambil gambarnya menggunakan kamera dengan skala pembanding berupa
penggaris. Tajuk kemudian diukur menggunakan program aplikasi ImageJ,
sedangkan akar diukur dengan tambahan plugin SmartRoot (Lobet et al. 2011) pada
ImageJ. Pengukuran tajuk dan akar disajikan pada Lampiran 4.
Analisis Data
Data pengamatan morfologi dianalisis melalui uji analisis ragam (Anova) satu
faktor untuk setiap percobaan dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05. Subdata
yang berbeda nyata diuji lanjut menggunakan Duncan multiple range test (DMRT)
dengan taraf signifikansi 0.05. Analisis data dilakukan menggunakan software
Microsoft Excel 2016 dan SPSS 16 trial version.
L NT T1 T2 M P NT T1 T2
(a) (b)
Gambar 2 Hasil elektroforesis DNA di gel agarosa 1 %. (a)= DNA genom, (b)=
hasil PCR bagian gen aktin, M= DNA ladder 1 kb, L= DNA lambda,
P= plasmid pGWB5-SOD, NT= non-transgenik, T1= transgenik klon
K1/2/1, T2= transgenik klon K1/2/2.
Gen penyandi aktin digunakan sebagai indikator keutuhan DNA genom. Gen
penyandi aktin termasuk ke dalam kelompok housekeeping gene, yaitu kelompok
gen ensensial yang berperan dalam penyusunan sel dan banyak terkonservasi di
dalam genom (Jain et al. 2006). Jumlah gen aktin berlimpah di dalam genom
sehingga keberadaan dan keutuhan gen aktin dapat digunakan sebagai indikator
keberadaan dan keutuhan gen lainnya dari suatu sel. PCR terhadap bagian gen aktin
dengan pasangan primer cAct-F dan cAct-R menghasilkan amplikon berukuran 450
pb pada semua genotipe padi Kasalath. PCR terhadap DNA plasmid sebagai
cetakan dengan primer yang sama tidak menghasilkan amplikon (Gambar 2b). Hasil
ini menunjukkan bahwa gen aktin terdapat di dalam DNA genom hasil isolasi dari
ketiga genotipe padi dan tidak terfragmentasi atau dalam keadaan utuh, sehingga
DNA genom hasil isolasi mempunyai keutuhan yang tinggi. Selain itu, hasil PCR
tersebut juga menunjukkan bahwa primer yang digunakan adalah spesifik untuk
aktin, khususnya aktin padi.
Berdasarkan OD260 nm (Tabel 1), konsentrasi DNA genom hasil isolasi dari
Kasalath non-transgenik, K1/2/1, dan K1/2/2 berturut-turut ialah 798.64, 569.17,
dan 434.55 ng/μl. Menurut Frey (1998), konsentrasi DNA cetakan yang umum
digunakan untuk PCR ialah 100 ng/µl, sehingga konsentrasi DNA dari ketiga
genotipe tersebut memenuhi syarat sebagai DNA cetakan untuk PCR. Berdasarkan
OD260 dan OD280 (Tabel 1), perbandingan OD260/OD280 DNA genom hasil
isolasi dari Kasalath non-transgenik, K1/2/1, dan K1/2/2 berturut-turut adalah
1.962, 1.856, dan 2.019. Wilfinger et al. (1997) menyatakan bahwa DNA
mempunyai kemurnian yang baik dan tidak terkontaminasi oleh protein bilamana
mempunyai rasio A260/A280 pada rentang 1.8-2.0, sehingga kemurnian dari DNA
genom ketiga genotipe padi yang diperoleh tergolong baik.
8
Tabel 1 Konsentrasi dan absorbansi DNA genom terhadap sinar ultra violet
Genotipe A260 A280 A260/A280 Konsentrasi (ng/μl)
Non-transgenik 15.972 8.159 1.962 798.64
K1/2/1 11.383 6.153 1.856 569.17
K1/2/2 8.69 4.312 2.019 434.55
DNA genom hasil isolasi dari padi Kasalath non-transgenik, K1/2/1, dan
K1/2/2 genotipe memiliki kualitas dan kuantitas yang cukup baik untuk digunakan
sebagai DNA cetakan dalam PCR. Aboul-Maaty dan Oraby (2019) mengisolasi
DNA menggunakan metode CTAB dengan modifikasi dan mendapatkan DNA
genom dari 15 spesies tumbuhan dengan rentang OD260/OD280 berkisar 2.08-2.23
dan konsentrasinya sekitar 111.89-528.52 ng/μl. Kualitas DNA yang baik,
dibuktikan dengan keberhasilan Aboul-Maaty dan Oraby (2019) melakukan
analisis RAPD (random amplified polymorphic DNA) dan PCR terhadap gen nptII
dengan menggunakan DNA tersebut sebagai cetakan. Selain itu, DNA tersebut
berhasil dipotong secara sempurna dengan enzim HindIII.
M P NT T1 T2
Gambar 3 Hasil elektroforesis pada gel agarosa 1 % dari produk PCR transgen
MmCu/ZnSOD di bawah kendali promoter 35S CaMV. M= DNA
ladder 1 kb, P= plasmid pGWB5-SOD, NT= non-transgenik, T1=
transgenik klon K1/2/1, T2 = transgenik klon K1/2/2.
Transgen MmCu/Zn-SOD di dalam genom padi Kasalath transgenik klon
K1/2/1 dan K1/2/2 stabil diwariskan hingga generasi T6. Melalui seleksi terhadap
gen hpt pada generasi T4, padi Kasalath homozigot transgenik yaitu klon K1/2/1
dan K1/2/2 telah berhasil diperoleh (Andalusia 2017). Homozigositas di dalam
tumbuhan terjadi akibat penyerbukan sendiri atau inbreeding melalui beberapa
generasi (Charlesworth 1992). Padi merupakan tumbuhan yang melakukan
penyerbukan sendiri (Matsui dan Kagata 2003).
Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 5 dan 6), antar genotipe padi tidak ada
perbedaan untuk jumlah akar adventif, diameter dan luas permukaan akar utama
dan adventif baik yang ditumbuhkan pada media pH 4 ataupun pH 5.8. Pada media
pH 5.8, K1/2/1 memiliki akar adventif (PAA) yang paling panjang sehingga
berimplikasi pada panjang akar total (PAT) yang paling tinggi. Namun, panjang
akar utama (PAU) dan panjang akar lateral (PAL) dari K1/2/1 paling rendah (Tabel
2). Pada media pH 4, antar genotipe tanaman hanya berbeda pada panjang akar
lateral (PAL). Kasalath non-transgenik cenderung mempunyai PAL lebih panjang
daripada K1/2/1 dan K1/2/2 (Tabel 2; Lampiran 7 dan 8). Secara umum, ukuran
akar padi transgenik K1/2/1 dan K1/2/2 tidak berbeda dibandingkan dengan
Kasalath non-transgenik.
10
Tabel 3 Relative root growth padi 14 HSP pada media pH 4 terhadap pH 5.8
RRGpH
Genotipe
PAT (%) PAU (%) PAA (%)
NT 0.97 0.96 0.98
T1 0.90 0.98 0.88
T2 0.95 0.92 0.96
Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 9), antar genotipe juga tidak terdapat
perbedaan RRG yang nyata, yang menunjukkan bahwa toleransi terhadap cekaman
pH 4 antar ketiga genotipe tidak berbeda. Hasil ini menunjukkan bahwa tanaman
padi Kasalath transgenik yang mengandung gen MmCu/Zn-SOD mempunyai
toleransi terhadap pH 4 sama dengan Kasalath non-transgenik yang berarti bahwa
gen MmCu/Zn-SOD tidak mampu meningkatkan toleransi tanaman terhadap
cekaman pH 4.
11
NT T1 T2
pH 5.8
NT T1 T2
pH 4
Gambar 4 Morfologi akar padi 14 HSP pada pH 5.8 dan pH 4. NT= non-
transgenik, T1= transgenik klon K1/2/1, T2= transgenik klon K1/2/2,
garis hitam = 2 cm.
Pertumbuhan tajuk ketiga genotipe padi tidak berbeda nyata pada media pH
4, hanya berbeda pada pH 5.8 untuk karakter panjang tajuk total (PTT) dan jumlah
daun (JD) (Tabel 4; Lampiran 5 dan 6). Morfologi tajuk ketiga genotipe tanaman
padi yang ditanam pada media pH 5.8 dan pH 4 juga relatif sama (Gambar 5). Hal
ini menunjukkan bahwa tajuk ketiga genotipe tanaman padi tidak terpengaruh oleh
perlakuan pH 4.
12
pH 5.8 pH 4
Genotipe
PTT (cm) TT (cm) JD PTT (cm) TT (cm) JD
NT 66.42a 35.11 4.00a 59.26 34.99 3.38
T1 63.45ab 35.23 4.00a 60.42 35.10 3.25
T2 62.32b 34.73 3.58b 59.48 35.51 3.25
Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama
adalah tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5%
NT T1 T2
pH 5.8
NT T1 T2
pH 4
Gambar 5 Morfologi tajuk padi 14 HSP pada pH 5.8 dan pH 4. NT= non-
transgenik, T1= transgenik klon K1/2/1, T2= transgenik klon K1/2/2,
garis putih = 2 cm.
Pertumbuhan akar antar genotipe Kasalath, K1/2/1 dan K1/2/2 secara umum
tidak berbeda nyata baik pada pH 4 maupun pH 4+Al, kecuali PAL (Tabel 5;
Lampiran 6 dan 10). Morfologi akar antar ketiga genotipe pada perlakuan yang
sama juga tidak berbeda (Gambar 6). Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi
13
NT T1 T2
pH 4
NT T1 T2
pH 4+Al
Gambar 6 Morfologi akar padi 14 HSP pada pH 4 dan pH 4+Al. NT= non-
transgenik, T1= transgenik klon K1/2/1, T2= transgenik klon K1/2/2,
garis hitam = 2 cm.
RRG antar ketiga genotipe tidak berbeda nyata (Tabel 6; Lampiran 11) yang
menunjukkan bahwa ketiga genotipe mempunyai sensitivitas yang sama terhadap
cekaman 300 µl Al. Hasil ini selaras dengan Famoso et al. (2010) yang
mendapatkan RRG akar total padi var. Kasalath sebesar 25 % akibat perlakuan 540
µM AlCl3. Kasalath juga digunakan sebagai kontrol sensitif Al dalam analisis
quantitative trait loci (QTL) (Ma et al. 2002). Hasil ini menunjukkan bahwa gen
MmCu/Zn-SOD di dalam tanaman transgenik tidak mampu meningkatkan toleransi
padi Kasalath terhadap cekaman Al.
Tabel 6 Relative root growth padi 14 HSP pada media pH 4+Al terhadap pH 4
RRGAl
Genotipe
PAT PAU (%) PAA (%)
NT 0.37 0.23 0.40
T1 0.38 0.23 0.41
T2 0.36 0.25 0.39
Pada media pH 4+Al, tinggi tajuk tanaman padi transgenik lebih rendah
daripada non-transgenik sedangkan jumlah daunnya sama (Tabel 7; Lampiran 12).
Secara morfologi ketiga genotipe tidak berbeda, semuanya mempunyai bentuk dan
15
warna daun yang sama (Gambar 7). Walaupun tidak berdasarkan pertumbuhan
relatif tajuk, perlakuan Al tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tajuk tanaman
ketiga genotipe. Hasil ini juga menunjukkan bahwa MmCu/Zn-SOD yang
terintegrasi di dalam tanaman padi Kasalath transgenik tidak meningkatkan
toleransi terhadap cekaman Al.
Tabel 7 Pertumbuhan tajuk tanaman padi 14 HSP pada media pH 4 dan pH 4+Al
pH 4 pH 4+Al
Genotipe
PTT (cm) TT (cm) JD PTT (cm) TT (cm) JD
NT 59.26 34.99 3.38 57.62a 35.44a 3.32
T1 60.42 35.10 3.25 55.65b 32.88b 3.19
T2 59.48 35.51 3.25 53.72c 32.94b 3.19
Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama
adalah tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5%
NT T1 T2
pH 4
NT T1 T2
pH 4+Al
Gambar 7 Morfologi tajuk padi 14 HSP pada pH 4 dan pH 4+Al. NT= non-
transgenik, T1= transgenik klon K1/2/1, T2= transgenik klon K1/2/2,
garis putih = 2 cm.
Simpulan
Saran
Uji aktivitas enzim SOD pada padi var. Kasalath transgenik klon K1/2/1 dan
K1/2/2 generasi T6 perlu dilakukan. Selain aktivitas enzim, analisis ekspresi gen
MmCu/Zn-SOD juga perlu dilakukan untuk membedakan padi var. Kasalath
transgenik dan non-transgenik serta meniadakan pengaruh dari SOD endogen.
Tingkat keasaman pada pH 3.5 perlu digunakan untuk menguji toleransi padi var.
Kasalath transgenik yang mengandung gen MmCu/Zn-SOD terhadap cekaman pH
rendah dan aluminium.
DAFTAR PUSTAKA
Aboul-Maaty NA, Oraby HA. 2019. Extraction of high-quality genomic DNA from
different plant orders applying a modified CTAB-based method. Bull Natl
Res Cent. 43 (25).doi:10.1186/s42269-019-0066-1.
Abu-Romman S, Shatnawi MM. 2011. Isolation and expression analysis of
chloroplastic copper/zinc superoxide dismutase gene in barley. S Afr J Bot.
77 (2): 328-334.
Alscher RG, Erturk N, Heath LS. 2002. Role of superoxide dismutases (SODs) in
controlling oxidative stress in plants. J Exp Bot. 53 (372): 1331–
1341.doi:10.1093/jexbot/53.372.1331.
Andalusia GG. 2017. Analisis tanaman padi kultivar Kasalath transgenik generasi
T4 yang mengandung gen MmCu/Zn-SOD penyandi superoksida dismutase
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Bojórquez-Quintal E, Escalante-Magaña C, Echevarría-Machado I and Martínez-
Estévez M. 2017. Aluminum, a friend or foe of higher plants in acid soils.
Front Plant Sci. 8:1767.doi:10.3389/fpls.2017.01767.
Charlesworth B. 1992. Evolutionary rates in partially self-fertilizing species. Am
Nat. 140 (1):126–148.doi:10.1086/285406.
Clark RT, MacCurdy RB, Jung JK, Shaff JE, McCouch SR, Aneshansley DJ,
Kochian LV. 2011. Three-dimensional root phenotyping with a novel
imaging and software platform. Plant Physiol. 156: 455–
465.doi:/10.1104/pp.110.169102.
Damayanti F, Suharsono, Tjahjoleksono A, Mariska I. 2017. Agrobacterium
tumefaciens- mediated transformation of MmCu/Zn-SOD gene to sugarcane
(Saccharum officinarum cv PS 864) for acidic soil stress tolerance. Int J Agric
Biol. 19: 1489-1496.
Delhaize E, Ryan PR. 1995. Aluminum toxicity and tolerance in plants. Plant
Physiol. 107: 315-321.doi:10.1104/pp.107.2.315.
Demidchik V. 2014. Mechanisms of oxidative stress in plants: From classical
chemistry to cell biology. Environ Exp Bot. 109: 212–228.
Eckardt NA. 2000. Sequencing the rice genome. Plant Cell. 12(11): 2011–
2017.doi:10.1105/tpc.12.11.2011.
Eka A. 2020. Introgresi gen LYZ-C dari padi japonica transgenik KinLys 1/3/23 ke
dalam padi indica kultivar Ciherang [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
18
LAMPIRAN
Lampiran 1 Komposisi larutan kultur hara Famoso et al. (2010) dengan modifikasi
Lampiran 5 Hasil analisis ragam terhadap pertumbuhan akar dan tajuk pada media
pH 5.8
Lampiran 6 Hasil analisis ragam terhadap pertumbuhan akar dan tajuk pada
media pH 4
Lampiran 7 Uji lanjut DMRT pertumbuhan akar dan tajuk pada media pH 5.8
Lampiran 10 Hasil analisis ragam terhadap pertumbuhan akar dan tajuk pada
media pH 4+Al