Anda di halaman 1dari 6

JURNAL M EDIA SAINS 2 (1): 37 - 42

P-ISSN : 2549-7413
E-ISSN : 2620-3847

Optimalisasi Produk PCR (Polymerase Chain Reaction)


Pada Analisa Keragaman Genetik Mikrosatelit
Burung Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)
1* I Wayan Rosiana, 2 I Gede Widhiantara
1,2 Program Studi Biologi, Universitas Dhyana Pura, Jl. Raya Padang Luwih, Dalung, Kuta Utara,
Badung, Bali 80361
*email: rosiana_iwayan@yahoo.com

ABSTRAK
Penurunan populasi burung kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea) kian
mengkhawatirkan. Kajian genetik diperlukan dalam mendukung upaya konservasi eksitu satwa
tersebut. Keragaman genetik dapat dianalisa dengan Teknik PCR (Polymerase Chain Reaction)
namun teknik ini sensitif terhadap beberapa variabel dimana salah satunya adalah suhu
annealing. Berdasarkan hal ini diperlukan penelitian optimalisasi produk PCR menggunakan
primer mikrosatelit. Sampel penelitian diperoleh dari PT. Taman Burung Citra Bali
International sebanyak 4 sampel. Ekstraksi DNA menggunakan modifikasi metode Phenol-
Kloroform (Sambrook dan Russel, 2001). Amplifikasi DNA menggunakan mesin PCRx merk
Sensoquest menggunakan dua pasang primer mikrosatelit Prob06 dan Prob15§. Campuran
untuk proses PCR adalah: PCR Master Mix Solution (i-Taqm) intron biotechnology 9,5 µl,
DNA template 2 µl dan primer mikrosatelit 2 µl dengan volume total 13,5µl. Untuk Proses
optimasi PCR menggunakan tiga suhu berbeda pada masing masing primer yaitu : suhu
annealing 600 , 650 dan 700 C pada Prob06 dan suhu 570 , 620 dan 670 C pada Prob15§. Analisis
DNA mikrosatelit dilakukan di Laboratorium Serologi dan Molekuler UPT Forensik Universitas
Udayana, Bukit Jimbaran. Pada lokus Prob 06 semua suhu yang digunakan dalam amplifikasi
tidak menghasilkan pita-pita alel DNA atau null alelle. Pada lokus Prob 15 § dengan
menggunakan suhu 620 C menghasilkan alel 133 pb serta 137 pb. Pada suhu 570 C tidak
menghasilkan pita-pita atau alel DNA dan pada suhu 670 C pita DNA yang dihasilkan berupa
pita yang berbentuk smear.
Kata Kunci: Produk PCR, suhu annealing, burung Kakatua kecil jambul kuning, keragaman
genetik.

ABSTRACT
The declining population of the Lesser Crested Cockatoo (Cacatua sulphurea) are
increasingly. Genetic studies are needed to support exude conservation. Genetic diversity can
be analyzed by PCR (Polymerase Chain Reaction) technique but this technique is sensitive to
several variables which is one of them is annealing temperature. So, it is necessary to research
the optimization of PCR product using microsatellite primer. This research obtained four
samples from PT. Taman Burung Citra Bali International. DNA extraction using modification of
Phenol-Chloroform method (Sambrook and Russel, 2001). DNA amplification using the
Sensoquest PCRx machine and uses two pairs loci microsatellite primers Prob06 and Prob15§.
The mixtures for the PCR process are: PCR Master Mix Solution (i-Taqm) intron biotechnology
9.5 μl, 2 μl DNA template and 2 μl microsatellite primer. The PCR optimization process using
three different temperatures in each primary are : 60 0 , 65 0 and 70 0 C at Prob06 and 57 0 , 62 0
and 67 0 C at Prob15§. Microsatellite DNA analysis was conducted at Laboratorium Serologi
dan Molekuler UPT Forensik Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. Band DNA are not
produce at Prob 06 in all of temperatures used in amplification. At Prob 15§ using 62 0 C
temperature yields an allele of 133 pb and 137 pb. At 57 0C temperature does not produce DNA
bands or alleles and at a temperature of 67 0 C DNA bands are smear.
Keywords: PCR product, temperature annealing, Cacatua sulphurea, Genetic diversity

37 J. Med.Sains – Maret 2018


Rosiana, I W., dan I G. Widhiantara / M edia Sains 2 (1) (2018)

PENDAHULUAN (2014). Penelitian keragaman genetik burung


Burung kakatua kecil jambul kuning jalak bali yang dipelihara di Lembaga
(Cacatua sulphurea) merupakan salah satu Konservasi di Bali menggunakan penanda
jenis burung yang mengalami ancaman mikrosatelit lokus TH3 dan TH6 (Widhiantara
kepunahan. Satwa yang memiliki daerah dan Rosiana, 2014).
penyebaran di wilayah Indonesia bagian timur Ada beberapa kelemahan yang terjadi
mulai dari Nusa Penida dan kawasan pada penelitian dengan penanda mikrosatelit
bioregion Wallacea merupakan satwa yang sebelumnya yaitu produk amplifikasi yang
nilai ekonomisnya sangat tinggi sehingga kurang spesifik sehingga menyulitkan untuk
banyak diminati dan diburu oleh para menganalisa variasi genetik. Sebab reaksi
penggemar burung (Imansyah et al., 2005). dalam proses amplifikasi atau PCR peka
Burung kakatua kecil jambul kuning terhadap sejumlah parameter meliputi:
merupakan satwa liar dari keluarga burung magnesium klorida, DNA templet, konsentrasi
paruh bengkok yang populasinya di alam liar primer, dan suhu annealing selama
dengan status konservasi terancam punah amplifikasi. Seperti penelitian oleh
(PHPA/LIPI/BirdLife IP (1998) di dalam Widhiantara et al., (2015) pada burung
Imansyah et al (2005). Seperti kejadian yang kakatua jambul kuning dengan menggunakan
sangat menyedihkan di awal tahun 2015 yaitu penanda mikrosatelit Prob06 dan Prob15§
sebanyak 21 ekor burung kakatua kecil jambul yang menghasilkan produk amplifikasi yang
kuning diselundupkan melalui kapal motor tidak spesifik pada lokus Prob06 sehingga
tidar di Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur menyulitkan menganalisa variasi genetik
dengan memsukkannya ke dalam botol bekas burung kakatua jambul kuning. Sehingga
air mineral kemasan (Wahono, 2015). lebih lanjut perlu dilakukan percobaan untuk
Upaya konservasi kakatua kecil mengoptimalkan produk PCR.
jambul kuning secara eksitu seperti program
penangkaran pada lembaga konservasi MATERI DAN METODE
memerlukan kajian biologi yang baik. Kajian Pengambilan sampel darah dilakukan
ini dapat meliputi pakan, usia, perilaku, dengan memotong salah satu kuku burung
manajemen kandang hingga data kekerabatan kakatua kecil jambul kuning atau dengan
genetik burung. Pada populasi yang kecil, menagambil darah dari pangkal folikel bulu
keragaman genetik juga cenderung rendah. muda. Darah yang diambil sekitar tiga tetes.
Hal ini dapat menjadi ancaman bagi Sampel darah kemudian dimasukkan pada
kelangsungan populasi serta upaya tabung ekstraksi DNA 1,5 ml yang telah berisi
penangkaran yang dilakukan. Data bufer lisis DPZ sebanyak 150 µl.
kekerabatan genetik diperlukan untuk DNA diekstraksi menggunakan
mengantisipasi hal tersebut (Zein, 2015). metode fenol-kloroform dari Sambrook dan
Penelitian dengan menggunakan Russell (2001) yang di modifikasi. Proses
penanda mikrosatelit pada hewan antara lain amplifikasi PCR menggunakan campuran
penelitian Puja (2006) untuk mengamati PCR yang meliputi : PCR Master Mix
karakteristik genetik anjing kintamani dengan Solution 9,5 µl, DNA template 2 µl dan
menggunakan penanda mikrosatelit. Evaluasi primer mikrosatelit 2 µl dengan volume total
kemurnian genetik sapi bali di Kabupaten 13,5 µl. DNA diamplifikasi pada mesin PCR
Barru menggunakan DNA penciri menggunakan dua pasang primer mikrosatelit
mikrosatelitlokus INRA035 oleh Mahmud spesifik Prob06 dan Prob15§.

38 J. Med.Sains – Maret 2018


Rosiana, I W., dan I G. Widhiantara / M edia Sains 2 (1) (2018)

Tabel 1. Primer mikrosatelit Prob06 dan Prob15§


Primer Sisi Urutan Basa
Prob06 Reverse GTTTCTTAGCTGGAATTCCGGGCTC
Forward (6-
T
Prob15§ Reverse TCAGGTGTCCTGTCTCTGCTTCC
FAM)TCCAACCCACCTGAATTATCC
Forward (HEX)GTGTCCCAGCCAGACCCAAT
AT

Optimalisasi proses PCR dan Prob 15§ menggunakan metode


menggunakan modifikasi metode Sambrook Tegelström (1986) dengan pewarna perak
dan Russell (2001). Denaturasi DNA pada nitrat (AgNO3 ).
suhu 95o C selama 5 menit. Proses amplifikasi Hasil optimalisasi produk PCR
dilakukan selama 30 siklus dengan rincian: dipaparkan secara deskriptif melalui analisa
denaturasi suhu 95 o C selama 45 detik, secara visual pita-pita DNA yang muncul
annealing menggunakan 3 perlakuan suhu pada gel elektroforesis. Jarak migrasi pita-pita
yang berbeda yaitu suhu annealing time DNA pada polyacrylamide gel electrophoresis
(dengan perhitungan 4 X jumlah GC ditambah (PAGE) 10% diukur dari ujung sumur gel
2 X AT – 50 C ) dan suhu berikutnya 5o C sampai pita DNA dan hasil pengukuran
dibawah dan 5o C diatas suhu yang diperoleh dianalogikan pada kertas semilog untuk
dari perhitungan 4 X jumlah GC ditambah 2 X menetapkan panjang DNA hasil amplifikasi
AT – 50 C tersebut. Proses selanjutnya mikrosatelit.
dilakukan elongasi DNA pada suhu 72 o C
selama 90 detik. Setelah amplifikasi 30 siklus HASIL DAN PEMBAHASAN
PCR dilakukan pemanjangan DNA akhir Pada penelitian ini digunakan sampel
tahap akhir pada suhu 72 o C selama 5 menit. sebanyak empat ekor burung kakatua kecil
DNA hasil amplifikasi disimpan pada suhu 4 jambul kuning. Semua Burung yang menjadi
o
C dan siap di elektroforesis. sampel penelitian ini berasal dari PT. Taman
Elektroforesis produk PCR Burung Citra Bali Internasional yang
menggunakan polyacrylamide gel merupakan salah satu lembaga konservasi di
electrophoresis (PAGE) 10% selama 90 menit Bali. Semua sampel dalam penelitian ini
dengan tegangan konstan 110 volt. Visualisasi kemudian dikode seperti pada tabel 2 berikut :
DNA hasil amplifikasi mikrosatelit Prob 06

Tabel 2. Sampel Penelitian Burung Kakatua Kecil Jambul Kuning

No Kode Riwayat/Sumbe r Koleksi Burung


1 CB1 Koleksi PT. Taman Burung Citra Bali International
2 CB2 Koleksi PT. Taman Burung Citra Bali International
3 CB3 Koleksi PT. Taman Burung Citra Bali International
4 CB4 Koleksi PT. Taman BurungCitra Bali International

39 J. Med.Sains – Maret 2018


Rosiana, I W., dan I G. Widhiantara / M edia Sains 2 (1) (2018)

Hasil amplifikasi primer mikrosatelit lokus Prob 06 dan Prob 15§ dapat dilihat seperti
berikut:
Keterangan Gambar :
C1= Lokus Prob 06, C2= Lokus Prob

15 §, Lajur M= Marker standar 100 bp

ladder, Lajur Cb= Kode sampel

kakatua kecil jambul kuning,

Angka = Ukuran alel pasang basa

Gambar 1. Hasil Amplifikasi DNA Mikrosatelit Lokus Prob 06 dan Lokus Prob 15§
Menggunakan Suhu Annealing Time 65 0 C (Prob 06) dan 620 C (Prob 15 §)

Keterangan Gambar :
C1= Lokus Prob 06, C2= Lokus Prob

15 §, Lajur M= Marker standar 100 bp

ladder, Lajur Cb= Kode sampel

kakatua kecil jambul kuning,

Angka = Ukuran alel pasang basa

Gambar 2. Hasil Amplifikasi DNA Mikrosatelit Lokus Prob 06 dan Lokus Prob 15§
Menggunakan Suhu Annealing Time 60 0 C (Prob 06) dan 570 C (Prob 15 §)

Keterangan Gambar :
C1= Lokus Prob 06, C2= Lokus Prob 15 §,

Lajur M= Marker standar 100 bp ladder,

Lajur Cb= Kode sampel kakatua kecil

jambul kuning,

Angka = Ukuran alel pasang basa

Gambar 3. Hasil Amplifikasi DNA Mikrosatelit Lokus Prob 06 dan Lokus Prob 15§
Menggunakan Suhu Annealing Time 70 0 C (Prob 06) dan 670 C (Prob 15 §)

Dari keseluruhan sampel yang teramplifikasi hanya pada Primer Prob 15§
diperoleh dalam penelitian ini, pada suhu sedangkan pada Primer Prob 06 semua sampel
annealing time (menggunakan rumus 4xGC + tidak berhasil teramplifikasi. Untuk
2xAT – 50) sampel yang berhasil amplifikasi yang dilakukan pada suhu 50

40 J. Med.Sains – Maret 2018


Rosiana, I W., dan I G. Widhiantara / M edia Sains 2 (1) (2018)

dibawah ataupun 50 diatas suhu tersebut, DNA template. Hal tersebut menyebabkan
kedua proses tersebut tidak menghasilkan tidak berjalannya proses amplifikasi sehingga
DNA target. Tidak munculnya pita DNA pada tidak akan dihasilkan DNA target.
suhu 50 dibawah ataupun 50 diatas suhu yang Adapun data jumlah sampel dan
diperoleh dari perhitungan 4xGC + 2xAT – 50 sampel yang berhasil teramplifikasi pada
diperkirakan karena primer mikrosatelit tidak penelitian ini bisa dilihat seperti tabel 3
tepat menempel pada area annealing site di berikut:

Tabel 3 Jumlah Sampel, Sampel Teramplifikasi, dan Jumlah Alel


Pada Lokus Prob 06 dan Prob 15 §

Sampel & Suhu Annealing


Jumlah Alel 65 62 60 57 70 67
Prob 06 Prob 15§ Prob 06 Prob 15§ Prob 06 Prob 15§
Jumlah Sampel 4 4 4 4 4 4
Teramplifikasi - 4 - - - -
Jumlah Alel - 2 - - - -

Dari gambar 1 dan tabel 3, pada lokus primer menempel, enzim polymerase yang
Prob 06 tidak menghasilkan pita-pita DNA ada pada regen PCR yang digunakan akan
pada semua suhu annealing time 600C, 650C mengkatalisasi proses pemasangan basa
dan 700C. Tidak munculnya pita-pita DNA nitrogen yang sesuai dengan pasangan basa
pada lokus tersebut kemungkinan disebabkan pada DNA template sehingga menghasilkan
oleh mutasi pada sisi annealing atau primer DNA yang baru. Proses PCR akan dilanjutkan
site pada DNA template baik pada reverse ke tahap proses elongation atau pemanjangan
ataupun forward. Akibat terjadinya mutasi untai DNA dimana semua siklus dilakukan
tersebut akan menghasilkan null alel pada sebanyak 30 kali. Alel DNA yang dihasilkan
lokus tersebut. Menurut Wattier et al. (1998) dapat dilihat seperti gambar 5.1. Dari gambar
null alel pada berbagai lokus mikrosatelit tersebut pita DNA tampak jelas yang
disebabkan oleh mekanisme amflipikasi menunjukkan bahwa suhu annealing time
diferensial yang berdasarkan varian ukuran yang digunakan sudah mendekati sesuai.
alel. Karena sifat kompetitif pada proses PCR, Pada suhu 570C yang digunakan pada
alel DNA yang berukuran lebih kecil memiliki penelitian ini tidak menghasilkan pita DNA.
peluang lebih besar berhasil diamplifikasi Hal ini menunjukkan bahwa suhu tersebut
daripada alel yang lebih panjang. Selain itu sangat tidak sesuai untuk proses penempelan
menurut Gagneux et al., 1997 ; Garcia et al., primer. Menurut Hsu et. al (1996) suhu yang
1998 null alel lebih disebabkan karena lebih rendah dari melting temperature
kualitas atau kuantitas DNA hasil ekstraksi. menyebabkan primer akan sulit menempel.
Pada lokus Prob 15§ dari Gambar 5.1 Tidak menempelnya primer menyebabkan
dan tabel 5.2 suhu yang menghasilkan alel enzim polymerase tidak bisa mengkatalisasi
hanyalah pada suhu 62 0C. Suhu tersebut proses PCR sehingga tidak menghasilkan pita
merupakan suhu yang diperoleh dari DNA. Berbeda dengan suhu 620C, pada suhu
penghitungan rumus 4xGC + 2xAT -50C. 670C pada lokus Prob 15§, hasil elektroforesis
Suhu tersebut kemungkinan merupakan menunjukkan pita DNA namun berbentuk
melting temperaure atau suhu yang paling smear. Adanya pita DNA dengan bentuk
sesuai digunakan untuk menganalisa ragam smear yang tebal menunjukkan adanya DNA
alel yang ada pada lokus Prob 15§ non target yang terbentuk abat dari tidak
dibandingkan dengan dua suhu lain yang tepatnya suhu annealing.
digunakan pada penelitian ini. Ketika suhu
annealing time yang digunakan sesuai, maka SIMPULAN DAN SARAN
primer mikrosatelit akan menempel dengan Adapun kesimpulan dari penelitian ini
tepat pada sisi annealing site pada DNA adalah optimalisasi suhu terbaik untuk proses
template. Menurut Yuwono (2005), setelah polymerase chain reaction pada analisa

41 J. Med.Sains – Maret 2018


Rosiana, I W., dan I G. Widhiantara / M edia Sains 2 (1) (2018)

keragaman genetik mikrosatelit burung Available at: https://www.yumpu.com.


kakatua kecil jambul kuning (Cacatua Opened: 12.05.2016.
sulphurea) adalah 620C pada Prob 15§ dan Puja. (2006). Genetic Characteristics of
pada Prob 06 suhu terbaik tidak bisa Kontamani Dogs Using Microsatelitte
ditentukan karena semua suhu yang digunakan Markers. Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
dalam penelitian ini tidak mampu Hayati. Volume: 11, No. 3. Hal:181-
menghasilkan alel yang diduga akibat lokus 184.
ini sudah bermutasi sehingga menghasilkan Sambrook, J., D.W. Russell. (2001).
null alel. Molecular Cloning : A Laboratory
Disarankan untuk penelitian sejenis Manual. 3rd edition. New York. Cold
dikemudian hari menggunakan sampel dan Spring Harbor Lab Pr.
primer mikrosatelit yang lebih banyak dari Tegelström, H. (1986). Mitochondrial DNA in
yang digunakan dalam penelitian ini. Natural Population: an improved routine
for screening of genetic variation based
UCAPAN TERIMA KASIH on sensitive silver staining.
Penulis mengucapkan terimakasih Electrophoresis 7:226-229.
yang sebesar-besarnya kepada Kementrian Wattier, R., C.R. Engel., P. Saumitou-
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Laprade., M. Valero. (1998). Short
melalui Anggaran (DIPA) Direktorat Jendral Allele Dominance as a Source of
Penguatan Riset dan Pengembangan. Serta Heterozygote Deficiency at
semua pihak yang mendukung sehingga Microsatellite Loci: Experimental
penelitian berjalan dengan baik. Evidence at the Dinucleotide
Wahono, T. (2015). CS File: Penyelundupan
REFERENSI Sadis Kakatua Jambul Kuning.
Gagneux, P., C. Boesch., D.S. Woodruff. Available:http://sains.kompas.com/read/
(1997). Microsatellite Scoring Errors 2015/06/24/21334011/CS.File.Penyelun
Associated With Noninvasive dupan.Sadis.Kakatua.Jambul.Kuning.
Genotyping Based on Nuclear DNA Opened : 12.05.2016
Amplified from Shed Hair. Mol Ecol 6: Widhiantara, I. G. dan I. W. Rosiana. (2014).
861–868. Keragaman Genetik DNA Mikrosatelit
Garcia, F.J., M. Canonne., E. Quillet., F. Burung Jalak Bali (Leucopsar
Bonhomme., B. Chatain. (1998). The rothschildi). Prosiding Seminar
Application of Microsatellite Markers to Nasional Biosains I. Program Studi
Breeding Programmes in the Sea Bass, Magister Biologi Universitas Udayana
Dicentrarchus labrax. Aquaculture 159: Denpasar
303–316. Widhiantara, I. G., Permatasari, A. A. A. P.
Hsu, J.T., S. Das dan M. Satish. (1996). dan Rosiana, I. W. (2016). Ragam Alel
Polymerase Chain Reaction DNA Mikrosatelit Burung Kakatua
Engineering. Bhiopharmacertical Kecil Jambul Kuning (Cacatua
Thecnology Institute. Department of sulphurea). Jurnal Virgin Jilid. 2.
Chemical Engineering. Bethlehem: Nomor 1.
Lehigh University. Yuwono, T. (2005). Biologi Molekuler.
Imansyah, M. J., D.G. Anggoro., N. Jakarta : Erlangga.
Yangpatra., A. Hidayat., Y.J. Benu. Zein, S. A. (2015). Faktor Genetik Menjadi
(2005). Sebaran dan Karakteristik Ancaman.Available:http://lipi.go.id/lipi
Pohon Sarang Kakatua Jambul Kuning media/single/faktor-genetik-menjadi-
(Cacatua sulphurea parvula) di Pulau ancaman/10589 Opened: 12.05.2016
Komodo, Taman Nasional Komodo.

42 J. Med.Sains – Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai