Anda di halaman 1dari 9

KLONING GEN Rv 1980c PENGKODE PROTEIN MPT 64 KE VEKTOR EKSPRESI

pQE 30 Xa Mycobacterium tuberculosis SEBAGAI ANTIGEN UNTUK


IMMUNODIAGNOSTIK TUBERKULOSIS LATEN

Besse Nafisah1, Rosana Agus2, Muh. Nasrum Massi3, Fahruddin2


1. Mahasiswa Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245
2. Dosen Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245
3. Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245

email : nafisahbesse@gmail.com

ABSTRAK
Gen Rv 1980c merupakan gen yang mengkodekan protein Mycobacterium Protein
Tuberculosis (MPT 64). MPT 64 adalah protein yang disekresi oleh Mycobacterium
tuberculosis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan klon rekombinan gen Rv 1980c
pengkode protein MPT 64 yang menjadi dasar untuk immunodiagnostik TB laten. Prosedur
untuk melakukan kloning tersebut adalah merestriksi gen Rv 1980c dan vektor ekspresi pQE
30 Xa, dilanjutkan dengan meligasi gen Rv 1980c ke vektor ekspresi pQE 30 Xa, dan
selanjutnya mentransformasi ke sel host Escherichia coli BL21. Karakterisasi klon
rekombinan dilakukan dengan PCR koloni dan isolasi plasmid rekombinan (pQE 30 Xa – Rv
1980c). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen Rv 1980c telah berhasil diligasi ke vektor
ekspresi pQE 30 Xa. Hal ini ditunjukkan pada hasil seleksi koloni biru putih pada sel host
Escherichia coli BL21 dan setelah karakterisasi klon rekombinan diketahui bahwa gen
sisipannya adalah benar gen Rv 1980c berukuran 671 bp dan klon rekombinan (pQE 30 Xa –
Rv 1980c).

Kata Kunci : Gen Rv1980c, MPT 64, Kloning, Vektor pQE 30 Xa, E. coli BL21

ABSTRACT
Gene Rv 1980c is a gene which coding the protein of Mycobacterium Protein Tuberculosis
(MPT 64). MPT 64 is a protein that secreted by Mycobacterium tuberculosis. The aim of this
study is to achieve recombinant clone of Rv 1980c protein coder of MPT 64 which become
the basic for delitescent of TB immunodiagnostic. Procedure to do the cloning by restricting
gene Rv 1980c and expression vector of pQE 30 Xa and inserted into expression vector pQE
30 Xa, after was transformed into Escherichia coli BL21 cell. Characterisation of clone
recombinant made with PCR colony and recombinant of plasmid isolation (pQE 30 Xa – Rv
1980c). These result verified the successful cloning of the MPT 64 gene via the expression
vector pQE 30 Xa. These thing shown toward the evaluation result of white blue colony in the
cell of Escherichia coli BL21 and after characterisation of recombinant clone shows that
inserted gene is true that gen Rv 1980c with lengths of 671 bp and recombinant clone (pQE
30 Xa-Rv 1980c)

Keywords : Gen Rv1980c, MPT 64, Cloning, Vector pQE 30 Xa, E. coli BL21

PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan salah tuberkulosis telah dikembangkan melalui
satu indikator dalam menentukan derajat temuan antigen spesifik yang berasal dari
kesehatan masyarakat, tuberkulosis sudah protein yang disekresi oleh M. tuberculosis
menjadi masalah utama kesehatan global yang reaktif terhadap serum penderita
sebagai penyebab utama kematian pada tuberkulosis laten, dilakukan untuk
jutaan orang setiap tahun diseluruh dunia menangani penderita TB yang semakin
setelah Human Immunodeviciency Virus meningkat. Salah satu antigen protein
(HIV), diperkirakan sekitar sepertiga tersebut adalah Mycobacterium Protein
penduduk dunia telah terinfeksi Tuberculosis 64 (MPT 64). Dihipotesiskan
Mycobacterium tuberculosis yaitu bakteri bahwa protein MPT 64 disekresikan oleh
penyebab tuberkulosis (Saraswati et al., M. tuberculosis adalah protein yang
2016). pertama kali berinteraksi dengan sistem
Berdasarkan laporan WHO dalam kekebalan tubuh, karena itu protein MPT
Global Tuberculosis Report (2015), angka 64 akan mengaktifkan respon sistem
kejadian TB di dunia diperkirakan kekebalan tubuh pada individu yang
mencapai 10,4 juta penderita kasus TB terinfeksi M.tuberculosis, protein MPT 64
dimana 5,9 juta terjadi pada pria, 3,5 juta ini akan dikenali oleh sel Th1 manusia.
terjadi pada wanita dan 1 juta terjadi di Oleh karena itu MPT 64 dijadikan sebagai
antara anak-anak. Data Kementerian vaksin kandidat baru untuk diagnostik TB
Kesehatan Repubik Indonesia (2016) spesifik.
menunjukkan pada tahun 2015 jumlah Berdasarkan hal tersebut perlu
kasus tuberkulosis sebanyak 330.910 dilakukan produksi antigen MPT 64
kasus, meningkat bila dibandingkan semua dengan teknologi DNA rekombinan.
kasus tuberkulosis yang ditemukan pada Produksi antigen tersebut dapat dilakukan
tahun 2014 yaitu sebesar 324.539 kasus. dengan terlebih dahulu melakukan kloning
Berdasarkan data Dinas Kesehatan gen penyandi protein MPT 64 ke vektor
Provinsi Sulawesi Selatan (2015), Angka ekspresi pQE 30 Xa. Dihasilkannya protein
Case Notification Rate (CNR) yang MPT 64 tersebut dapat digunakan untuk
dihitung berdasarkan jumlah seluruh kasus diaplikasikan bagi kesehatan manusia yaitu
TB yang ditemukan dan diobati memberikan proteksi terhadap penderita
menunjukkan peningkatan pada tahun TB laten pada usia produktif, yang pada
2015 yaitu 154/100.000 penduduk akhirnya diharapkan dapat mengurangi
dibandingkan tahun 2014 yaitu angka morbiditas dan mortalitas yang
152/100.000 penduduk. disebabkan oleh tuberkulosis.
Diagnosis tuberkulosis berbasis
reaksi imunologis yang pertama kali METODE PENELITIAN
dikembangkan adalah Tes Kulit Tuberkulin Alat
atau Tuberculosis Skin Test (TST). Metode Alat yang digunakan yaitu Lamina
ini di dasarkan respon imun seluler Air Flow (ESCO), PCR (SOE-PLAST),
terhadap antigen Purified Protein derivatif elektroforesis (BIO-RAD), Gel-Doc (BIO-
(PPD). Tes kulit tuberkulin mempunyai RAD), sentrifuse (Profuge), vortex
beberapa keterbatasan yaitu dapat terjadi (Heidolph), autoclave (Hirayama),
reaksi positif palsu karena adanya reaksi microwave (Electrolux), dry bath
silang antara PPD dan antibodi yang (Memmert), water bath (Memmert),
dihasilkan oleh vaksinasi BCG atau inkubator (Memmert), incubator shaker
infeksi dengan mikobakteria bukan TB (Heidolph), mikropipet (BIO-RAD),
(Diel et al., 2009). Mengantisipasi reaksi cawan petridish, mikrotube (Axygen),
silang antigen PPD maka berbagai bahan mikrosentrifuge, tabung 1,5 ml dan 0,5 ml
pemeriksaan untuk mendeteksi antigen (Axygen), tabung falcon, tabung spin
kolom, tabung eppendorf, botol reagen, agarosa 1,2%. Sebanyak 1,2 g gel
agarosa dilarutkan dalam 60 ml TBE
Bahan 0,5X, kemudian dipanaskan di dalam
Bahan yang digunakan adalah klon microwave ±3 menit (sampai larut),
rekombinan (pGEM-T – Rv 1980c), tambahkan EtBr (Ethidium Bromida) 2 μl
plasmid pQE-30 Xa, nuclease free water, dan diamkan sejenak, selanjutnya dituang
Escherichia coli strain BL21, medium ke dalam cetakan gel berisi sisir. Gel
Luria Bertani (LB), buffer PB [Qiagen], agarosa yang telah memadat kemudian
buffer PE [Qiagen], buffer EB [Qiagen], dimasukkan ke dalam tangki
buffer NE [Qiagen], T4 DNA ligase elekroforesis berisi TBE 0,5X.
[Invitrogen], Buffer 10X T4 DNA ligase, Kertas parafilm disiapkan untuk
2X tango buffer, primer MPT F’, primer mencampurkan sampel dengan loading
MPT R’, enzim KAPA, enzim BamHI, dye. Sebanyak 5 μl Rv 1980c hasil
enzim HindIII, aquadest, loading dye 2X, restriksi (sampel), 5 μl pGEM-T – Rv
X-Gal, IPTG, marker 100 bp. Bahan kimia 1980c (tidak restriksi), 3 μl pQE restriksi
yang digunakan antara lain tryptone, yeast dan 3 μl pQE tidak restriksi, masing-
extract, NaCl, bacto agar, ampisilin, 10 M masing ditambahkan loading dye 2 μl
CaCl2, gel agarosa, TBE 0,5X, ETBR kemudian dimasukkan ke dalam sumur
(Etidium Bromide). gel, dan terakhir masukkan 3 μl marka
100 pb yang digunakan sebagai penanda.
Prosedur Kerja Perangkat elektroforesis dihubungkan
A. Kloning Gen Rv 1980c Pengkode dengan sumber arus listrik bertegangan
Protein MPT 64 ke Vektor pQE 30 Xa 100 V selama ± 60 menit. Setelah 60
1. Restriksi Gen Target Rv 1980c dan menit, gel kemudian diletakkan di dalam
Vektor pQE 30 Xa perangkat dokumentasi hasil
Gen Rv 1980c yang telah disisipi elektroforesis (Gel Doc) untuk
vektor kloning pGEM-T Easy didigesti visualisasi.
dengan metode restriksi. Komposisi 2. Ligasi Gen Rv 1980c ke Vektor
reaksi restriksi untuk memotong gen Ekspresi pQE 30 Xa
target Rv 1980c yaitu nuclease free water Proses ligasi dilakukan dengan
14 μl, 2X tango buffer 2 μl, sampel menggunakan T4 DNA Ligasi.
(pGEM-T - Rv 1980c) 2 μl, enzim Komposisi reaksi ligasi terdiri dari hasil
BamHI 1 μl, enzim HindIII 1 μl. restriksi Rv 1980c (sampel) 3 µl, pQE 30
Campuran tersebut dimasukkan ke dalam Xa 1 µl, nuclease free water 13,8 µl,
tabung 1,5 ml, dihomogenisasi dan buffer 10x T4 DNA Ligase 2 µl, dan T4
diinkubasi di incubator shaker pada suhu DNA Ligase 0,2 µl. Campuran
37oC selama 16 jam. Komposisi reaksi dimasukkan dalam tube 1500 μl. Proses
restriksi untuk memotong plasmid pQE pencampuran dilakukan dalam Laminar
30 Xa yaitu nuclease free water 14 μl, 2X Air Flow. Setelah semua larutan berada
tango buffer 2 μl, plasmid pQE 30 Xa 2 dalam kondisi homogen, kemudian
μl, enzim BamHI 1 μl, enzim HindIII 1 diinkubasi di dry bath sebagai proses
μl. Campuran reaksi dihomogenisasi dan ligasi pada suhu 22oC selama 60 menit,
diinkubasi pada suhu 37°C selama 16 setelah itu diinkubasi dalam water bath
jam. Produk restriksi di cek dengan sebagai proses inaktiv pada suhu 70oC
menggunakan elektroforesis gel agarosa selama 5 menit. Hasil reaksi ligasi
1,2%. Elektroforesis gel agarosa kemudian ditransformasikan ke dalam E.
dilakukan berdasarkan metode Sambrook coli BL21 yang kompeten.
dkk. (1989). Produk restriksi di cek 3. Transformasi PlasmidRekombinan
dengan menggunakan elektroforesis gel ke Escherichia coli BL21
Metode yang digunakan dalam menggunakan elektroforesis gel agarose
transformasi ini adalah heat shock 1,2%.
berdasarkan Sambrook et al., (1989). 2. Isolasi Plasmid Rekombinan
Sebanyak 10 μl produk ligasi dimasukkan Karakterisasi klon rekombinan
ke dalam 50 μl sel kompeten E. coli dilakukan dengan mengisolasi koloni
BL21, lalu diinkubasi di es selama 30 putih dengan Kit Qiagen. Transforman
menit kemudian dilakukan proses kejut yang membawa DNA rekombinan
panas (heat shock) dengan memindahkan diinokulasikan ke dalam 4 ml medium
sampel ke dalam water bath dengan suhu Luria Bertani cair yang telah
42°C selama 90 detik, kemudian ditambahkan ampisilin (50 mg/ml)
diinkubasi ke dalam es selama 30 menit. sebanyak 4 μl. Kultur diinkubasi pada
Selanjutnya ditambahkan media LB cair shaker inkubator dengan kecepatan 200
sebanyak 600 μl. Sampel diinkubasi rpm pada suhu 37°C selama 16 jam.
dengan menggunakan incubator shaker Kultur kemudian dipindahkan ke dalam
pada suhu 37oC selama 3 jam dengan tabung mikrosentrifus dan disentrifugasi
kecepatan 150 rpm. Selanjutnya dengan kecepatan 14.000 rpm selama 2
disentrifugasi selama 1 menit dengan menit. Supernatan dibuang dan pelet
kecepatan 14.000 rpm, kemudian dilarutkan dengan 250 μl buffer P1
supernatan di buang dan pelet (sampel) kemudian dihomogenkan, lalu tambahkan
50 μl diinokulasikan ke dalam medium 250 μl buffer P2, tabung dibolak-balik
Luria Bertani padat yang mengandung sebanyak 4-6 kali, lalu tambahkan 350 μl
ampisilin (2,5 mg/ml) dan yang tidak buffer N3 dan tabung dibolak-balik lagi
mengandung ampisilin (sebagai kontrol), sebanyak 4-6 kali. Campuran
40 μl X-Gal diinokulasikan juga dalam disentrifugasi dengan kecepatan 13.000
medium Luria Bertani padat, kemudian rpm selama 10 menit. Supernatan
diinkubasi pada suhu 37°C selama 16 dipindahkan ke tabung spin kolom,
jam. kemudian disentrifugasi kembali dengan
B. Karakterisasi Klon Rekombinan kecepatan 13.000 rpm selama 1 menit.
(pQE 30 Xa – Rv 1980c) pada Koloni Selanjutnya, supernatan yang terbentuk
Putih dibuang dan sebanyak 700 μl buffer
1. PCR Koloni pencuci PE ditambahkan ke dalam spin
Koloni biru yang tumbuh pada colom, kemudian disentrifugasi dengan
medium Luria Bertani hanya merupakan kecepatan 13.000 rpm selama 1 menit.
vektor pQE 30 Xa tanpa insert (Rv Cairan yang terbentuk dibuang, setelah
1980c), sedangkan koloni putih yang itu colom dipindahkan ke eppendorf steril
tumbuh pada medium Luria Bertani dan ditambahkan 30 μl buffer EB.
(+ampisilin) merupakan klon rekombinan Selanjutnya didiamkan selama 3 menit,
(Rv 1980c - pQE 30 Xa). Klon kemudian disentrifugasi dengan
rekombinan (koloni putih) diisolasi ke kecepatan 13.000 rpm selama 1 menit,
dalam aquades 20 μl, lalu di vortex cairan yang terbentuk dibuang sampai
selama 10 detik dan ditambahkan ke didapatkan DNA pekat. Produk yang
dalam reagen PCR. Komposisi reagen sudah di isolasi plasmid di cek dengan
PCR terdiri dari enzim KAPA 12,5 μl, menggunakan elektroforesis gel agarose
primer forward 0,5 μl, primer reseverse 1,2%
0,5 μl, nuclease free water 6,5 μl dan
sampel 5 μl, kemudian dihomogenasi
dan di PCR. Reaksi PCR dilakukan Analisis Data
sebanyak 30 siklus selama 2 jam. Produk Data yang diperoleh berupa data
yang sudah di PCR di cek dengan kualitatif sehingga analisis data dilakukan
secara deskriptif berdasarkan hasil 1980c) tidak terpotong berukuran 3.686 bp
elektroforesis dari proses restriksi, (lajur 2). Setelah itu dilakukan pengecekan
transformasi plasmid rekombinan, dan pada data gen Bank didapatkan ukuran gen
karakterisasi plasmid rekombinan. Rv 1980c yaitu sebesar 671 bp. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN oleh Fu, et al., (2009) bahwa gen Rv 1980c
1. Restriksi Gen Rv 1980c dan Vektor memiliki ukuran 671 bp.
Ekspresi pQE 30 Xa
Hasil restriksi di cek menggunakan 2. Ligasi Gen Rv 1980c ke Vektor
elektroforesis gel agarosa 1,2% untuk Ekspresi pQE 30 Xa
memastikan pita gen Rv 1980c berhasil Fragmen gen Rv 1980c yang telah
terpotong dari vektor pGEM-T dan juga direstriksi selanjutnya diligasikan ke
memastikan vektor pQE 30 Xa berhasil vektor pQE 30 Xa. Ujung-ujung sisipan
terpotong. gen Rv 1980c hasil pemotongan BamHI-
HindIII berlekatan dengan ujung-ujung
vektor pQE 30 Xa yang berkomplemen
menghasilkan plasmid rekombinan (pQE
3.015 bp 3.509 bpbp 30 Xa – Rv 1980c).
Reaksi ligasi yang dilakukan pada
671 bp penelitian ini menggunakan rasio vektor
3.461 bpbp
dan sisipan (1 : 3). Menurut Cranenburgh
(2004), rasio molar sisipan dan vektor
penting dalam reaksi ligasi untuk
mengoptimalkan pembentukan plasmid
rekombinan dan meminimalisir
pembentukan fragmen-fragmen gen yang
tidak diharapkan. Suhu optimum untuk
aktivitas gen ligasi yaitu berada pada suhu
30oC. Reaksi ligasi kedua fragmen DNA
tersebut dikatalisis menggunakan T4 DNA
ligase. Menurut Cranenburgh (2004), T4
DNA ligase mengkatalisis reaksi
pengikatan ujung-ujung molekul DNA
yang saling berkomplemen. Penambahan
enzim T4 DNA ligase ini mampu
membentuk kompleks enzim AMP yang
selanjutnya terikat pada nick (daerah
putus). Hasil dari ligasi kemudian
ditransformasi ke dalam sel kompeten E.coli
BL21.

Gambar 1. Hasil restriksi gen Rv 1980c 3. Transformasi Plasmid Rekombinan


dan vektor pQE 30 Xa ke Sel Kompeten Escherichia coli
Visualisasi hasil elektroforesis BL21
(Gambar 1) menunjukkan dua pita gen Hasil ligasi ditransformasi ke
yaitu gen vektor pGEM-T berukuran 3015 dalam sel kompeten Escherichia coli BL21
bp dan gen sisipan Rv 1980c berukuran untuk memperbanyak DNA plasmid
671 bp (lajur 1 dan lajur 3), sedangkan pita rekombinan (pQE 30 Xa – Rv 1980c).
gen klon rekombinan (pGEM-T – Rv Transformasi dilakukan menggunakan
metode heat shock yaitu dengan pemberian Penambahan ampisilin pada
kejut panas pada suhu 42⁰C selama 50 medium LB padat berfungsi sebagai media
detik. Prinsip dari proses heat shock seleksi pertama, karena bakteri yang akan
tersebut adalah terjadi lonjakan suhu dari tumbuh adalah bakteri yang memiliki gen
0⁰C ke 42⁰C terhadap sel yang telah diberi resistensi ampisilin, yaitu E. coli yang
perlakuan CaCl2. Perlakuan CaCl2 ini mengandung pQE 30 Xa. Vektor pQE 30
dilakukan saat pembuatan sel kompeten. Xa memiliki marka seleksi berupa gen
Menurut Zhiming Tu, et al, (2005), sel resistensi ampisilin. Gen pembawa sifat
kompeten yang dipreparasi dengan metode resistensi terhadap ampisilin ini mengkode
CaCl2 memiliki kualitas yang cukup baik, enzim β-laktamase. Enzim β-laktamase
sehingga dapat digunakan untuk akan mendegradasi ampisilin sehingga
mentransformasi hasil reaksi ligasi. ketika sel pembawa plasmid rekombinan
Sel transforman yang telah ditumbuhkan dalam media yang
diberikan kejutan panas dikultur pada mengandung ampisilin, maka sel tersebut
medium Luria Bertani (LB) selama 3 jam. akan tumbuh dalam media seleksi LB,
Setelah itu sel transforman disebar pada sementara sel yang tidak membawa
medium LB padat yang sudah ditambahkan plasmid rekombinan akan mati.
antibiotik ampisilin, isopropyl β-D-1- Penambahan IPTG yang kemudian
thiogalactopyranoside (IPTG), dan X-Gal, dimasukkan ke dalam media LB
kemudian diinkubasi pada suhu 37⁰C dimaksudkan sebagai induser transkripsi
selama 16 jam. pada gen operon lac yaitu lacZ. Gen lacZ
akan mengkode suatu enzim β-
1 galaktosidase yang berfungsi memecah
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Kehadiran enzim β-galaktosidase ini akan
menghidrolisis substrat X-gal (5-bromo-
4chloro-3-indolyl-β-D-galactactoside)
2
yang ditambahkan pada media seleksi
menjadi galaktosa dan senyawa turunannya
5-bromo-4-chloroindigo yang berwarna
biru (Madigan and Martinko, 2005).
Koloni biru yang terbentuk pada media
seleksi LB adalah koloni yang tidak
Gambar 2. Hasil transformasi gen Rv memiliki fragmen gen sisipan sehingga
1980c - pQE 30 Xa ke E. coli BL21 enzim β-galaktosidase dapat mendegradasi
(Keterangan:1: Koloni putih (pQE 30 Xa- substrat galaktosa yang tersedia.
Rv 1980c), 2: Koloni biru (pQE 30 Xa)) Sebaliknya, koloni E. coli yang
berwarna putih menunjukkan DNA
Hasil transformasi ke Escherichia pengkode Rv 1980c telah diligasi pada
coli BL21 menunjukkan terbentuknya daerah MCS (multi cloning site) yang
koloni bakteri berwarna putih dan biru terdapat pada gen lacZ pQE 30 Xa. Ketika
pada cawan petri yang berisi medium LB terdapat fragmen gen sisipan Rv 1980c
padat, X-Gal, IPTG dan ampisilin (Gambar pada vektor pQE 30 Xa maka sintesis α-
2). Koloni putih menandakan bahwa DNA peptida yang berperan sebagai aktivator
sisipan Rv 1980c telah berhasil disisipkan terhadap kerja enzim β-galaktosidase akan
ke vektor pQE 30 Xa, sedang koloni biru terhambat, karena gen sisipan Rv 1980c
berarti DNA sisipan Rv 1980c tidak terletak di antara gen lacZ menyebabkan
berhasil diligasikan ke vektor pQE 30 Xa. fragmen gen sisipan Rv 1980c akan
menginaktifkan ekspresi dari gen lacZ
sehingga enzim β-galaktosidase tidak dapat koloni yang mengalami kegagalan proses
mendegradasi substrat galaktosa yang ligasi atau dapat pula merupakan koloni
tersedia, maka yang tampak pada media bakteri kontaminan yang tidak diinginkan.
seleksi LB adalah koloni berwarna putih. Perbedaan tebal dan tipisnya pita DNA
Hasil transformasi yang didapatkan yang terlihat pada geldoc hasil
menunjukkan keberhasilan proses elektroforesis menunjukkan banyak dan
transformasi vektor ke dalam sel host sedikitnya pita DNA sisipan. Lajur 2, 5 dan
E.coli BL21, kemudian di karakterisasi 6 memperlihatkan pita DNA yang tebal
dengan PCR koloni dan isolasi plasmid dibanding lajur lainnya, hal ini berarti
rekombinan. terdapat banyak DNA sisipan Rv 1980c di
4. Karakterisasi Plasmid Rekombinan dalam lajur 2, 5 dan 6 yang terambil dari
pQE 30 Xa – Rv 1980c koloni putih yang telah diisolasi yang
4.1 PCR Koloni kemudian diperbanyak lagi dengan PCR.
Enam koloni sel transforman Pada lajur 1 dan 3, pita DNA yang
diambil untuk diamplifikasi dengan teknik terbentuk nampak tipis dibanding lajur
PCR koloni dan dikonfirmasi dengan lainnya, hal ini disebabkan karena
elektroforesis gel agarosa 1,2% (b/v). konstentrasi DNA sampel pada lajur ini
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan 3
sampel pada lajur lainnya, sehingga
visualisasi pita DNA yang terbentuk pada
gel agarosa juga tidak nampak jelas.
Koloni positif selanjutnya dikultur pada
media LB yang ditambah ampisilin.

4.2 Isolasi Plasmid Rekombinan


Kebenaran plasmid rekombinan pada
koloni putih dikarakterisasi setelah plasmid
berhasil diisolasi. Hasil Isolasi dan Analisis
DNA Plasmid rekombinan dilakukan
dengan menggunakan prosedur dari
manual kit miniprep Qiagen. Dalam kit
tersebut terdapat sejumlah komponen
larutan yang ditambahkan secara berurutan
yakni buffer P1, P2, N3. Tujuan
Gambar 3. Hasil Elektroforesis dari PCR dilakukannya isolasi plasmid yaitu untuk
Koloni (Keterangan: M : Marker dengan mendapatkan plasmid rekombinan yang
ukuran 100 bp, lajur 1-6 : lajur koloni yang murni. Isolasi DNA ini dilakukan dengan
digunakan sebagai cetakan) serangkaian proses sentrifugasi yang
Hasil PCR koloni menunjukkan berulang seiring dengan penambahan
sampel (Gambar 3 lajur 1, 2, 3, 5, dan lajur reagen-reagen tertentu. Hasil isolasi
6) membawa fragmen gen Rv 1980c plasmid dianalisis dengan menggunakan
berukuran 671 bp, Hal ini sesuai dengan elektroforesis gel agarosa 1,2 %.
penelitian yang dilakukan oleh Fu, et al,
(2009) bahwa gen Rv 1980c memiliki
ukuran 671 bp. Adapun lajur 4 tidak
terlihat pita DNA berukuran 671 bp yang
berarti tidak terdapat pita gen Rv 1980c di
dalam sampel, hal ini dapat disebabkan
karena koloni yang terambil merupakan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
4.132 bp menunjukkan bahwa gen Rv 1980c
pengkode protein MPT 64 berukuran 671
bp telah berhasil diinsersikan ke vektor
ekspresi pQE 30 Xa sehingga diperoleh
klon rekombinan (pQE 30 Xa – Rv 1980c)
Mycobacterium tuberculosis.

DAFTAR PUSTAKA
Cranenburgh, R. M. 2004. An Equation
Gambar 4. Hasil
for Calculating the Volumetric
isolasi plasmid rekombinan (pQE 30 Xa –
Ratios Required in a Ligation
Rv 1980c)
Reaction. Applied Genetics and
(Keterangan : M : Marker 100 bp; Lajur 1 :
Molecular Biotechnology 65: 200-202.
plasmid rekombinan)
Diel, R., Robert, L. K., Karen, M. W.,
Hasil elektroforesis menunjukkan
Rene, G., and Albert, N. 2009.
terbentuknya plasmid berukuran sekitar
Comparative Performance of
4.132 bp (Gambar 4). Plasmid ini
Tuberculin Skin Test,
merupakan plasmid pQE 30 Xa berukuran
QuantiFERON-TB-Gold In Tube
3.509 bp yang telah mengandung fragmen
Assay, and T-Spot. American
gen Rv 1980c berukuran 671 bp
College of Chest Physicians. Chest
menjadikan plasmid rekombinan Skema
135:1010-1018.
hasil ligasi yang menyebabkan terjadinya
Dinas Kesehatan Makassar. 2014. Profil
penambahan ukuran plasmid menjadi
Kesehatan Kota Makassar 2013.
plasmid rekombinan berukuran 4.132 bp
Pemerintah Kota Makassar. Makassar.
(Gambar 5).
Fu, R., Chun, W., Chunwei, S., Mengji, L.,
Zhengming, F., Jia, L., Fang, W., and
Xionglin, F. 2009. An Improved
Whole-Blood Gamma Interferon
Assay Based on the CFP21-MPT64
4.132 bp
Fusion Protein. Journals Clinical
And Vaccine Immunology. Vol. 16 (5):
686-691.
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2016. Data dan Informasi
Gambar 5. Peta Marka QE 30 Xa – Rv 1980c Tahun 2015 (Profil Kesehatan
Indonesia). Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Keberhasilan kloning gen Rv1980c
Sambrook, J., dan D. W. Russell. 2001.
yang menyandikan MPT 64 sebagai
Molecular Cloning: A Laboratory
antigen yang spesifik pada Mycobacterium
Manual 3rd Ed. Cold Spring Harbor
tuberculosis memberikan peluang untuk
Laboratory Press. New York.
melakukan serangkaian pengujian lebih
Saraswati, R., Nur, H., Basirun, A. U.
lanjut dalam imunodiagnostik, selain itu
2016. Konsep Diri Penderita TB
dapat pula dilakukan rekombinasi antigen
Paru Di RS PKU Muhammadiyah
(protein) spesifik untuk meningkatkan
Gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan
spesifitas uji imunodiagnostik terhadap
Keperawatan. Vol. 12 (2): 91-101.
penderita tuberkulosis laten.
WHO. 2015. Global Tuberculosis Report.
World Health Organization.
Zhiming Tu, Guangyuan, H., Kexiu, X. L,
Mingji, J. C., Junii, C., Ling, C., Qing,
Y., Dongping, P. L., Huan, Y., Jiantao,
S., & Xuqian, W. 2005. An Improved
System for Competent Cell
Preparation and High Effeciency
Plasmid Transformation Using
Different Escherichia coli strains.
Electronic Journal of Biotechnology
Vol. 8 (1): 113-120.

Anda mungkin juga menyukai