Anda di halaman 1dari 8

JURNAL RISET KESEHATAN

POLTEKKES DEPKES BANDUNG


VOLUME 11 NO 2

OPTIMASI VOLUME TEMPLAT DNA DAN JUMLAH SIKLUS


AMPLIFIKASI UNTUK DETEKSI Wuchereria bancrofti
METODE REAL-TIME PCR

Safanah, Anisa1*); Djuminar, Ai1; Merdekawati, Fusvita1; Kurniawan, Entuy1;


Ernawati1
1*)
Jurusan Teknologi Laboratorium Medik Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung,
e-mail : anisasafanah@gmail.com

ABSTRAK
Filariasis yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia. Pemeriksaan mikroskopis darah sebagai gold standard
memiliki beberapa kelemahan, sehingga diagnosis klinis berbasis Biologi Molekuler
mulai dikembangkan, khususnya metode Real-Time PCR. Pada penelitian ini untuk
mencapai hasil terbaik dilakukan optimasi terhadap volume templat DNA dan jumlah
siklus amplifikasi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui berapa volume templat DNA
dan jumlah siklus amplifikasi yang optimum untuk deteksi Wuchereria bancrofti dengan
menggunakan metode Real-Time PCR. Jenis penelitian yang digunakan adalah
eksperimen semu. Desain penelitian yang dilakukan yaitu dibuat matriks terhadap
volume templat DNA dan jumlah siklus amplifikasi yaitu 2;30, 3;30, 4;30, 2;35, 3;35,
4;35, 2;40, 3;40, 4;40, kemudian dilakukan pemeriksaan dari produk templat DNA
Wuchereria bancrofti. Analisis data menggunakan grafik hasil amplifikasi berupa nilai
Ct (cycle threshold). Dari hasil penelitian menunjukkan kondisi optimal untuk volume
templat DNA adalah 2µL, sedangkan untuk jumlah siklus amplifikasi adalah 35 siklus.
Kata kunci: Wuchereria bancrofti, templat DNA, siklus amplifikasi, nilai Ct (cycle
threshold)

ABSTRACT
Filariasis caused by Wuchereria bancrofti is still a health problem in Indonesia.
Microscopic examination of blood as the gold standard has several disadvantages, so
clinical diagnosis based on Molecular Biology is being developed, specifically the Real-
Time PCR method. In this study to achieve the best results, the volume of the DNA
template and the number of amplification cycles were optimized. The purpose of this
study was to determine the volume of DNA templates and the optimum number of
amplification cycles for detection of Wuchereria bancrofti using the Real-Time PCR
method. The type of research used is a quasi-experimental. The design of the research
is made a matrix of the volume of DNA templates and the number of amplification
cycles, namely 2; 30, 3; 30, 4; 30, 2; 35, 3; 35, 4; 35, 2; 40, 3; 40, 4; 40, then an
inspection of the Wuchereria bancrofti DNA template product was carried out. Data
analysis using graphs of amplification results in the form of Ct (cycle threshold). The
results showed that the optimal conditions for the volume of DNA templates were 2µL,
while for the number of amplification cycles was 35 cycles.
Keywords: Wuchereria bancrofti, DNA template, amplification cycle, Ct value (cycle
threshold)

160
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
VOLUME 11 NO 2

PENDAHULUAN
Penyakit menular yang masih maupun praktis lebih menguntungkan
menjadi masalah kesehatan di dibanding PCR konvensional4.
Indonesia adalah penyakit filariasis Untuk melakukan proses Real-
atau kaki gajah. Terdapat tiga jenis Time PCR terdapat berbagai komponen
cacing filaria penyebab filariasis di yang akan berpengaruh terhadap
Indonesia yaitu Brugia malayi, Brugia produk hasil amplifikasi, komponen-
timori, dan Wuchereria bancrofti. Brugia komponen tersebut antara lain: PCR
malayi mempunyai penyebaran paling master mix, primers, fluorescent
luas di Indonesia. Brugia timori hanya probes, SYBR Green, magnesium
terdapat di Indonesia Timur yaitu di klorida (bila kit yang digunakan
Pulau Timor, Flores, Rote, Alor, dan menggunakan buffer yang berpisah),
beberapa pulau kecil di NTT. templat DNA, siklus amplifikasi, suhu,
Sedangkan Wuchereria bancrofti kontrol PCR, dan ROX pasif5.
terdapat di Pulau Jawa, Bali, NTB, dan Untuk mendapatkan hasil PCR
Papua. Meski Wuchereria bancrofti yang optimal perlu dilakukan optimasi
bukan merupakan jenis cacing filaria proses PCR. Secara umum optimasi
penyebab terbesar di Indonesia, jenis proses PCR dapat dilakukan dengan
cacing ini tetap tidak boleh diabaikan, cara memvariasikan kondisi yang
karena sekitar 90% infeksi filariasis di digunakan pada proses PCR tersebut.
dunia disebabkan oleh Wuchereria Optimasi kondisi berkaitan erat dengan
bancrofti1. faktor-faktor yang mempengaruhi
Sehingga jenis cacing filaria komponen-komponen diatas, seperti
Wuchereria bancrofti perlu ditangani konsentrasi, volume, jumlah siklus,
untuk memutus mata rantai penyebaran maupun kondisi lingkungan6. Oleh
penyakit filariasis di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut
karena itu, untuk mendukung program terhadap sampel filariasis di wilayah
pemerintah dalam mengeliminasi yang endemik untuk mengidentifikasi
filariasis di Indonesia, seluruh tenaga Wuchereria bancrofti sebaiknya
kesehatan diharapkan mampu dilakukan optimasi komponen-
berpartisipasi dalam hal ini sesuai komponen Real-Time PCR terlebih
dengan kompetensinya masing-masing, dahulu untuk memperoleh produk PCR
salah satunya oleh tenaga laboratorium yang berkualitas dan berkuantitas
medik dalam melakukan pemeriksaan tinggi7.
sampel filariasis dengan tepat, cepat, Pada penelitian ini difokuskan
dan akurat2. melakukan optimasi terhadap dua
Pemeriksaan filariasis metode komponen yang berpengaruh terhadap
PCR konvensional dan Real-Time PCR keberhasilan produk PCR yaitu volume
sudah dikembangkan untuk diagnosis templat DNA dan siklus amplifikasi.
infeksi filariasis limfatik secara Biologi Volume templat DNA berkaitan dengan
Molekular. Pemeriksaan PCR ini dapat jumlah templat DNA yang ditambahkan,
mendeteksi dari Wuchereria bancrofti dimana apabila terlalu banyak DNA
pada spesimen darah manusia maupun yang ditambahkan akan menghambat
pada vektor nyamuk3. Seiring dengan reaksi dan apabila terlalu sedikit
perkembangan teknologi di dunia mungkin tidak akan terdeteksi5.
kesehatan, Real-Time PCR sudah Sedangkan pada jumlah siklus
mulai menggantikan PCR amplifikasi berkaitan terhadap efisiensi
konvensional, karena Real-Time PCR waktu yang digunakan, tetapi kualitas
memiliki sensitivitas dan spesifitas yang produk akhir juga menjadi poin penting
tinggi. Sehingga, baik dari segi teknis dalam proses PCR, dimana apabila

161
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
VOLUME 11 NO 2

terlalu banyak siklus dapat grafik nilai Ct (cycle threshold) yang


meningkatkan jumlah dan kompleksitas terbentuk sebagai gambaran dari
produk non-spesifik, sedangkan apabila jumlah amplikon yang dihasilkan.
terlalu sedikit siklus akan menghasilkan
produk PCR yang rendah4. HASIL OPTIMASI TERHADAP
VOLUME TEMPLAT DNA DAN
METODE JUMLAH SIKLUS AMPLIFIKASI
Jenis penelitian yang digunakan Pada penelitian ini dilakukan
pada penelitian ini adalah eksperimen optimasi terhadap volume templat DNA
semu, yaitu suatu metode penelitian dan jumlah siklus amplifikasi untuk
yang dilakukan untuk mengetahui atau deteksi Wuchereria bancrofti
menyelidiki hubungan sebab akibat dan menggunakan metode Real-Time PCR.
suatu gejala atau pengaruh yang timbul Hasil nilai Ct (cycle threshold) yang
dengan cara memberikan intervensi sebanding dengan jumlah amplikon
atau perlakukan terhadap suatu yang dihasilkan dari hasil amplifikasi
variabel sehingga diharapkan adanya didapatkan nilai Ct seperti pada tabel 1.
perubahan pada variabel yang lainnya,
Tabel 1. Nilai Ct (cycle threshold) dari hasil
dan kemudian hasil dari intervensi amplifikasi
tersebut dibandingkan dengan
kelompok tanpa perlakuan. Sedangkan Volume Templat DNA
desain penelitian atau rancangan Siklus Kontrol
penelitian yang digunakan adalah Static 2 µL 3 µL 4 µL Negatif
Amplifikasi
Group Comparison.
Desain penelitian ini dilakukan 30 17.83 17.62 17.32 0
matriks terhadap volume templat DNA 35 17.93 17.43 17.33 0
Wuchereria bancrofti dengan jumlah
siklus amplifikasi. Kemudian hasil dari 40 18.69 17.69 16.49 0
variasi perlakuan volume templat DNA
dan jumlah siklus amplifikasi diamati
Berdasarkan tabel 1, hasil
pada monitor UPS Swift SpectrumTM 48
amplifikasi menunjukkan nilai Ct (cycle
Real Time Thermal Cycler berupa
threshold) dari setiap variasinya berada
grafik yang menggambarkan nilai Ct
pada kisaran 16 hingga 18, dimana
(cycle threshold) yang
keseluruhan hasil tersebut memberikan
menginterpretasikan jumlah amplikon
nilai yang baik dan dapat dikatakan
yang dihasilkan dari hasil amplifikasi.
optimal karena masih pada rentang
Waktu pelaksanaan kegiatan
<298.
penelitian dimulai pada bulan Maret
Keseluruhan nilai Ct dari setiap variasi,
hingga Mei 2019.
dapat terlihat bahwa pada konsentrasi
CARA PENGUMPULAN DAN templat DNA 1,9 ng/µL semakin besar
PENGOLAHAN DATA volume template DNA yang
ditambahkan maka semakin kecil nilai
Data yang digunakan pada Ct yang dihasilkan, sehingga akan
penelitian ini adalah data primer dari semakin banyak jumlah amplikon yang
grafik berupa nilai Ct (cycle threshold) dihasilkan. Hal ini dikarenakan nilai Ct
yang didapatkan dari hasil memberikan dikaitkan dengan jumlah amplikon yang
perlakuan berbagai variasi terhadap dihasilkan dalam reaksi. Semakin
matriks produk templat DNA rendah nilai Ct, semakin banyak produk
Wuchereria bancrofti menggunakan PCR yang hadir. Hal ini dikarenakan
metode Real-Time PCR. dibutuhkan lebih sedikit siklus
Data yang diperoleh dari hasil amplifikasi agar produk tersebut dapat
penelitian yaitu dengan mengamati terdeteksi melalui flourescent9.

162
Sedangkan untuk jumlah siklus ditandai dengan tidak meningkat
amplifikasi jika dilihat dari tabel 1, tidak melewati threshold, sehingga dapat
memberikan perbedaan nilai Ct yang disimpulkan bahwa sampel yang
dihasilkan antar variasinya. Hanya saja dikerjakan adalah valid.
pada siklus 40, terdapat perbedaan
antar variasi volume template DNA OPTIMASI VOLUME TEMPLAT DNA
yang ditambahkan. Tetapi secara Optimasi volume templat DNA
keseluruhan, nilai Ct dari variasi jumlah dengan variasi 2 µL ; 3 µL ; 4 µL
siklus amplifikasi menunjukkan hasil menunjukkan bahwa perbedaan
yang baik. volume akan memberikan hasil yang
Validasi pemeriksaan selalu berbeda pada gambaran grafik nilai Ct
dilakukan setiap kali running (cycle threshold). Secara umum, ketiga
menggunakan kontrol negatif berupa variasi volume yang dilakukan
NTC (Non Templat Control). Hasil dari memberikan hasil yang baik yaitu
pengukuran kontrol negatif berada pada kisaran nilai Ct 16 hingga
menunjukkan hasil negatif yang 20, seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Grafik nilai Ct (cycle threshold) pada siklus 40

Garis berwarna hijau menunjukan memiliki konsentrasi DNA yang lebih


volume 4 µL, garis berwarna merah banyak pula jika dibandingkan dengan
menunjukan volume 3 µL, dan garis volume yang lebih sedikit sehingga
berwarna biru menunjukan volume 2 akan berbanding lurus terhadap nilai Ct
µL. Berdasarkan grafik diatas, nilai Ct yang dihasilkan sebagai gambaran
yang muncul pertama kali yaitu pada hasil amplifikasi5.
volume 4 µL, kemudian 3 µL, lalu yang Optimasi volume templat DNA
terakhir 2 µL. Hal ini sesuai dengan dengan variasi yang sama pun diuji
teori bahwa pada konsentrasi tertentu pada siklus yang berbeda yaitu 35 dan
volume yang lebih banyak tentu 30, seperti pada gambar 2 dan 3.

163
Gambar 2. Grafik nilai Ct (cycle threshold) pada siklus 35

Pada grafik hasil optimasi volume pada siklus 40. Tetapi hasil optimasi
templat DNA yang di-running pada volume template DNA pada siklus 35 ini
siklus 35, ketiga variasi volume templat menunjukkan nilai Ct yang baik, baik
DNA menunjukkan muncul tidak jauh volume 2 µL, 3 µL, maupun 4 µL.
berbeda yaitu pada rentang nilai Ct 17, Validasi hasil dapat dilihat dari kontrol
tetapi nilai Ct yang muncul pertama kali negatif berupa NTC (Non Templat
tetap pada volume 4 µL, kemudian 3 Control) dengan garis berwarna merah
µL, lalu 2 µL, dimana hal ini sesuai tua pada grafik 2, kontrol negatif
dengan teori mengenai kandungan menunjukkan hasil yang negatif dengan
templat DNA, seperti yang dinyatakan tidak munculnya nilai Ct sama sekali.

Gambar 3. Grafik nilai Ct (cycle threshold) pada siklus 30

164
Pada grafik hasil optimasi pada siklus 40, seperti pada gambar 1,
volume templat DNA yang di-running dimana pada gambaran grafik tersebut
pada siklus 30 tidak jauh berbeda memberikan rentang perbedaan nilai Ct
dengan grafik siklus 35, dimana ketiga terhadap variasi volume templat DNA
variasi volume templat DNA yaitu berada pada kisaran 16, 17, dan
menunjukkan muncul tidak jauh 18. Sedangkan pada siklus 30 dan 35,
berbeda yaitu pada rentang nilai Ct 17, perbedaan antar variasi volume templat
tetapi nilai Ct yang muncul pertama kali DNA tidak jauh berbeda yaitu
tetap pada volume 4 µL, kemudian 3 keseluruhan menunjukkan nilai Ct
µL, lalu 2 µL, dimana hal ini sesuai berada pada kisaran 17.
dengan teori mengenai kandungan Hal yang menyebabkan adanya
templat DNA, seperti yang dinyatakan perbedaan hasil amplifikasi pada siklus
pada siklus 40. Validasi hasil pada 40 terhadap variasi volume templat
siklus ini sama dengan sebelumnya DNA yang dapat dilihat pada grafik 1
yaitu kontrol negatif berupa NTC (Non dikarenakan pada siklus 40 produk
Templat Control) dengan garis PCR akan meningkat dengan sangat
berwarna biru muda pada grafik 3, baik, serta dimungkinkan karena
kontrol negatif menunjukkan hasil yang memiliki waktu yang lebih lama
negatif dengan tidak munculnya nilai Ct sehingga pemisahan antar variasinya
sama sekali. lebih lama pula4. Oleh karena itu, pada
siklus 40 memberikan hasil yang lebih
OPTIMASI JUMLAH SIKLUS sensitive terhadap variasi volume
AMPLIFIKASI templat DNA, dimana variasi tersebut
Optimasi jumlah siklus amplifikasi mengandung konsentrasi DNA yang
dengan variasi 30 ; 35 ; 40 berbeda.
menunjukkan bahwa perbedaan Namun, meski pada siklus 35 dan
banyaknya siklus yang dipakai akan 30, seperti gambar 2 dan 3, tidak
memberikan hasil yang berbeda pada memberikan perbedaan antar variasi
gambaran grafik nilai Ct (cycle volume templat DNA, pada kedua
threshold). Hasil pengamatan dilihat siklus ini tetap memberikan hasil nilai
dari nilai Ct yang dihasilkan terhadap Ct yang baik, sehingga dari ketiga
volume templat DNA. siklus yang diuji secara keseluruhan
Adapun hasil amplifikasi terbaik hasil amplifikasi dinyatakan baik
terhadap jumlah siklus amplifikasi yaitu dengan nilai Ct seperti pada tabel 1.

Gambar 4. Grafik keseluruhan hasil amplifikasi pada siklus 30

165
Namun, berbeda dengan hasil Salah satu keberhasilan dari hasil
amplifikasi pada siklus 30, seperti pada amplifikasi adalah volume templat DNA.
gambar 4.4, grafik menunjukkan fase Terlihatnya perbedaan dari ketiga
pleateu yang tidak mencapai titik akhir, variasi tersebut membuktikan adanya
hal ini dikarenakan amplifikasi tidak peran dari volume templat DNA yang
kian melambat. Titik akhir fase pleateu sangat mempengaruhi hasil amplifikasi,
menunjukkan semua reagen, seperti dimana apabila terlalu banyak DNA
nukleotida, telah digunakan dalam yang ditambahkan akan menghambat
reaksi PCR, amplifikasi akan melambat, reaksi dan apabila terlalu sedikit
hal ini adalah wilayah di mana tidak ada mungkin tidak akan terdeteksi5. Pada
lagi produk PCR yang tidak dapat penelitian ini, volume templat DNA
diproduksi. Sedangkan pada gambar 4 terkecil yang memberikan hasil yang
menunjukkan semua reagen belum baik untuk meningkatkan efisiensi
habis diproduksi dengan tidak penggunaan bahan adalah 2 µL,
terdapatnya dataran pada akhir dengan konsentrasi 3,8 ng/µL.
amplifikasi. Meskipun memang nilai Ct Sehingga tujuan dari penelitian ini
yang tetap menjadi indikator berdasarkan latar belakang yang
keberhasilan amplifikasi dan fase akhir menjadi landasan yaitu untuk
tidak memberikan makna yang berarti meningkatkan efisiensi penggunaan
terhadap keberhasilan amplifikasi9. bahan dapat tercapai.
Oleh karena itu, apabila ingin Sedangkan berdasarkan hasil
mengambil tujuan dari penelitian ini optimasi yang dilakukan terhadap
berdasarkan latar belakang yang jumlah siklus amplifikasi untuk dapat
menjadi landasan yaitu untuk menghasilkan produk PCR yang baik
meningkatkan efisiensi waktu kerja serta meningkatkan efisiensi waktu
dapat digunakan siklus 35. kerja, siklus yang baik digunakan
Waktu kerja alat yang dihabiskan adalah siklus 35. Akan tetapi jumlah
selama satu kali running pada siklus 40 siklus amplifikasi hanya pada deteksi
menghabiskan waktu selama 1 jam 34 spesies tertentu saja, dalam penelitian
menit. Tentu saja pada siklus 35 ini yaitu Wuchereria bancrofti.
maupun 30 memiliki waktu kerja alat
yang berbeda dengan siklus 40, lebih SIMPULAN
tepatnya akan menghabiskan waktu Setelah dilakukan optimasi
yang lebih singkat dibanding siklus 40. terhadap volume templat DNA dan
Pada siklus 35 akan menghabiskan jumlah siklus amplifikasi untuk deteksi
waktu selama 1 jam 15 menit, Wuchereria bancrofti dengan metode
sedangkan pada siklus 30 akan Real-Time PCR dapat disimpulkan
menghabiskan waktu selama 1 jam 6 bahwa dalam meningkatkan efisiensi
menit. bahan dan waktu kerja maka cukup
PEMBAHASAN menggunakan templat DNA sebesar 2
µL dan menggunakan siklus sebanyak
Berdasarkan gambar 2 dan 3 35.
diatas, dapat dilihat dari ketiga variasi Untuk penelitian selanjutnya
templat DNA yaitu 2 µL, 3 µL, dan 4 µL disarankan menggunakan spesimen
hasil nilai Ct yang dihasilkan tidak jauh klinis manusia yang mengandung
berbeda karena ketiga variasi tersebut antigen mikrofilaria yang lebih
menunjukkan hasil yang baik, Ketiga kompleks sehingga dapat diambil
garis variasi volume template DNA kesimpulan yang lebih bermakna dan
pada grafik muncul berurutan dimulai jelas tingkat perbedaannya, serta agar
dari volume terbesar hingga volume dapat diteliti pula limit deteksi yang
terkecil, berbandng lurus terhadap nilai dapat terbaca oleh metode tersebut.
Ct yang dihasilkan.

166
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
VOLUME 11 NO 2

DAFTAR PUSTAKA California, USA: Sample & Assay


Technologies.
1. Pusat Data Informasi Kementerian
Kesehatan RI. 2016. Filariasis: 9. Top Tip Bio. 2019. What Is A Cycle
Situasi Filariasis di Indonesia Tahun Threshold (Ct) Value In qPCR.
2015: Bulan Eliminasi Kaki Gajah
(BELKAGA). Jakarta Selatan:
Kementerian Kesehatan RI.

2. Menteri Kesehatan RI. 2014.


Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 94 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Filariasis. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

3. Rao, Ramakrisna U., Laura J.


Atkinson, Reda M. R. Ramzy, Hanan
Helmy, Hoda A. Farid, Moses J.
Bockarie, Melinda Susapu, Sandra
J. Laney, Steven A. Williams, and
Gary J. Weil. 2006. A Real-Time
PCR-Based Assay For Detection Of
Wuchereria bancrofti In Blood And
Mosquitoes. NCBI.

4. Pestana, Ericka A., Sandor Belak,


Adama Diallo, John R. Crowther,
and Gerrit J. Viljoen. 2010. Early,
Rapid and Sensitive Veterinary
Molecular. London New York:
Springer.

5. Edwards, K. J. 2009. Performing


Real-Time PCR. Vol. 4, in Real-Time
PCR: Current Technology and
Applications, by Kirstin Edwards,
Nick Saunders Julie Logan. London:
Caister Academic Press.

6. Handoyo, Darmo, and Ari Rudiretna.


2001. Prinsip Umum dan
Pelaksanaan Polymerase Chain
Reaction (PCR).

7. Aqzayunarsih, Irma Andriani,


Rosana Agus, and Onny Nurrahman
Marwayana. Optimasi PCR:
Konsentrasi Primer dan Volume
Template DNA pada Amplifikasi
mtDNA Ikan Medaka Oryzias spp. di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Maros.

8. QIAGEN, 2010. Critical Factors for


Successful Real-Time PCR.

167

Anda mungkin juga menyukai