Anda di halaman 1dari 7

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Agustus 2008

Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

PENGARUH FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


PRODUKSI BUAH PEPAYA
(The Effect of Phosphate on Papaya Growth and Production)

Nadya Nurlan1, Winarso D Widodo, Ketty Suketi2


1)
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura
2)
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura

Abstract

Papaya has potential to be exploited due to its economic value. An effort is necessary to support the plant growth
and production. Fertilization is a way to return the soil fertility so it can provide the plant’s need for optimum plant
development. The experiment was objected to study the effect of phosphate fertilizer level on growth and production of
papaya genotipe IPB-1. The fertilization treatment were using four level of phosphate fertilizer (60, 120, 180 and 240 g
SP-36/plant). Observation included vegetatif growth, production component and fruit quality. The result of experiment
showed that phosphate gave unsignificant effect on vegetatif growth of papaya genotipe IPB-1. In the other hand,
phosphate gave significant effect on plant production. The optimum of fertilizer level on flower and fruit production was
180 g SP-36/plant. There were no difference on chemical fruit quality. But on the physical quality, phosphate treatment
could decreased fruit hardness. Phosfor with 120 g SP-36/plant level had the lowest fruit hardness.

Key words: fertilizer, papaya, phosphate

PENDAHULUAN dalam bentuk ADP dan ATP (Leiwakabessy dan


Sutandi, 2004). Fosfor diserap dalam bentuk ion
Latar Belakang hidrogen fosfat H2PO4- (Epstein, 1972). Jenis spesies
tanaman dan faktor genetiknya merupakan faktor
Tanaman pepaya memiliki potensi yang besar
penting yang mempengaruhi dinamika fosfor dan
untuk dikembangkan. Di Indonesia pepaya memiliki
efesiensi pemupukan fosfor dalam tanah (Nagar, 2002)
peranan besar dalam pemasaran lokal. Total produksi
Kekurangan unsur fosfor dapat menyebabkan
pepaya di Indonesia mencapai 643 451 ton per tahun
terhalangnya pertumbuhan serta proses biokimia dan
dan tersebar di berbagai provinsi (BPS, 2006). Akan
fisiologi tanaman. Leiwakabessy dan Sutandi (2004)
tetapi jumlah produksi pepaya yang dihasilkan belum
menyatakan bahwa mobilitas ion-ion fosfat sangat
dapat mencukupi permintaan pasar yang cendrung
rendah karena retensinya dalam tanah sangat tinggi.
meningkat. Untuk memenuhi permintaan tersebut, pada
Oleh karena itu kemampuan fosfor menjadi bentuk
tahun 2005 pemerintah melakukan impor buah pepaya
yang tersedia bagi tanaman yang berasal dari
sebesar 126.1 ton (BPS, 2006). Hal tersebut dapat
pertambahan pupuk P sangat rendah, yakni antara 10-
dijadikan suatu peluang usaha untuk meraih
30%. Sisanya 70-90% tertinggal dalam bentuk tak larut
keuntungan. Untuk itu diperlukan suatu upaya
atau hilang karena erosi. Berdasarkan hal tersebut perlu
perbaikan untuk meningkatkan produktivitas dan
ditentukan kadar pemupukan fosfor yang tepat bagi
kualitas buah.
tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk
dan produksi buah pepaya dengan kualitas yang baik.
memperbaiki kualitas tanaman yang dihasilkan.
Santoso dan Purwoko (1993) menyatakan bahwa
Tujuan
komposisi dan kualitas tanaman hortikultura
dipengaruhi oleh berbagai faktor pra dan pasca panen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh
Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) pemupukan dosis pupuk fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi
dilakukan karena tanah tidak mampu menyediakan satu buah pepaya IPB-1.
atau beberapa unsur hara untuk menjamin suatu
tingkatan produksi tertentu. Hipotesis
Pepaya merupakan tanaman yang tumbuh cepat,
1. Terdapat dosis optimum dari keempat taraf
karenanya membutuhkan pemupukan berat. Naturland
perlakuan pemupukan untuk pertumbuhan dan
(2000) merekomendasikan pemupukan dengan
produksi tanaman pepaya.
komposisi N 100 kg, P 40 kg dan K 60 kg per hektar
2. Terdapat perbedaan kualitas buah dari hasil
untuk menghasilkan 50 ton buah pepaya.
masing-masing perlakuan.
Produksi buah yang dihasilkan dipengaruhi oleh
ketersediaan unsur fosfor dalam tanaman. Fosfor
berperan dalam pemecahan karbohidrat untuk energi,
BAHAN DAN METODE
penyimpanan dan peredarannya ke seluruh tanaman
Pengolahan data dari hasil pengamatan akan diuji
Waktu dan Tempat dengan menggunakan uji F pada program SAS.
Apabila perlakuan menunjukkan pengaruh nyata,
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September
dilanjutkan dengan uji beda nilai tengah dengan
2006 sampai bulan Oktober 2007 di kebun Percobaan
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
PKBT (Pusat Kajian Buah-buahan Tropika) IPB Pasir
Kuda, Ciomas Bogor. Pengujian kualitas buah
Pelaksanaan
dilaksanakan di Laboratorium Research Group on
Crop Improvement (RGCI) Departemen Agronomi dan Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu :
Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Elevasi kebun 1. Persiapan bahan tanaman dan lahan yang akan
yakni 250 mdpl dengan curah hujan 300 mm per bulan digunakan.
dan kelembaban relatif 82.6%. 2. Pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman
pepaya, meliputi tinggi tanaman, jumlah daun
Bahan dan Alat dan diameter batang.
3. Pengamatan generatif tanaman, meliputi
Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman
jumlah bunga, pertumbuhan panjang dan
pepaya genotipe IPB-1, pupuk SP-36 sebagai sumber
diameter buah.
unsur P dan bahan kimia untuk keperluan analisis
4. Pemanenan dilakukan pada buah pepaya yang
kualitas buah.
telah memenuhi kriteria panen untuk
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dilakukan pengujian pasca panen.
meteran, jangka sorong, label, pisau, timbangan,
5. Buah pepaya yang sudah dipanen dilakukan
penetrometer, hand refraktometer, alat-alat titrasi.
uji kualitas, yaitu bobot buah, panjang buah,
diameter buah, kekerasan kulit buah,
Metode Penelitian
kekerasan daging buah, tebal daging buah,
Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini jumlah biji, bobot biji, bobot 100 biji, padatan
adalah pemupukan fosfor dengan empat taraf dosis terlarut total (PTT), asam tertitrasi total
perlakuan, yaitu P1= 60 g/tanaman; P2= 120 (ATT), kandungan vitamin C.
g/tanaman; P3= 180 g/tanaman; P4= 240 g/tanaman.
Pemberian pupuk dilakukan dalam tiga tahapan, yakni Pengamatan
pada saat tanaman berumur 0 Bulan sesudah tanam
Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan
(BST), 3 BST dan 6 BST. Perlakuan ditujukan untuk
secara fisik dan kimia, meliputi :
melihat pengaruh dosis pupuk fosfor terhadap
a. Pengamatan komponen produksi :
pertumbuhan dan produksi buah.
 Jumlah bunga dan buah.
Pengamatan terdiri atas pengamatan
 Pengamatan perkembangan buah meliputi
perkembangan vegetatif tanaman, komponen produksi
pertumbuhan panjang buah (cm) dan diameter
dan kualitas buah pepaya genotipe IPB-1. Untuk
buah (cm).
pengamatan perkembangan vegetatif tanaman
b. Pengamatan kualitas buah
digunakan enam tanaman dengan jumlah ulangan
Sifat fisik buah :
untuk masing-masing perlakuan sebanyak 5 kali. Pada
 Diameter buah (cm).
pengamatan komponen produksi menggunakan buah
 Panjang buah diukur (cm).
yang berumur 1 sampai 16 minggu dengan ulangan
 Bobot buah utuh (g) dan bobot kulit buah (g).
sebanyak 5 buah untuk masing-masing perlakuannya.
 Kekerasan buah terdiri atas kekerasan kulit
Pada pengamatan kualitas buah, digunakan tiga buah/
dan daging buah.
pohon untuk masing-masing perlakuan dengan ulangan
 Ketebalan daging buah (cm).
sebanyak 12 pohon.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak  Jumlah total biji, bobot total biji (g) dan bobot
Kelompok (RAK) dengan satu faktor yakni dosis 100 biji (g).
pupuk fosfor. Sifat kimia buah:
Model matematis :  Padatan Terlarut Total (PTT)
 Asam Tertitrasi Total (ATT)
Yij =  + i + j + εij  Kandungan asam askorbat (vitamin C)
c. Pengamatan vegetatif :
Keterangan:  Tinggi tanaman (cm).
Yij = respon perlakuan ke-i dan dan ulangan ke j  Jumlah daun.
 = rataan umum  Diameter batang.
i = tambahan nilai karena pengaruh perlakuan
ke i
j = tambahan nilai karena pengaruh ulangan ke HASIL DAN PEMBAHASAN
j
εij = galat percobaan Kondisi Umum
Hasil analisis tanah pada lahan percobaan PKBT merupakan konidia dan konidiofor jamur. Pada
Pasir Kuda, Ciomas sebelum dilakukan penelitian penyakit busuk buah terdapat becak busuk dengan
menunjukkan bahwa tanah bersifat masam dengan pH bentuk yang tidak teratur dan bau khas yang tidak
(H2O) sebesar 5.35. Unsur hara yang terdapat dalam sedap. Buah yang terserang akan menjadi berair dan
tanah, yakni N sebesar 0.23%, P sebesar 1.54 ppm dan permukaannya tertutupi oleh masa spora jamur yang
K sebesar 2.14 me/100 g. M. Komposisi tanah meliputi berwarna putih. Pengendalian penyakit dilakukan
53.54% pasir, 20.93% debu dan 25.23% liat. dengan membuang tanaman yang terserang dan
Kondisi suhu lapang selama penelitian penyemprotan dengan fungisida.
(September 2006-Agustus 2007) berkisar antara 22.3 –
31.90C dan rata-rata kelembaban nisbi 82.3%. jumlah Kandungan Fosfor pada Tanaman
curah hujan sebesar 3 249.0 mm, dengan curah hujan
Fosfor dalam tanah dan penyerapannya oleh
terendah pada bulan September (26 mm/bulan) dan
tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah,
tertinggi pada bulan Desember (363 mm/bulan).
keadaan iklim dan kemampuan tanaman untuk
Kecepatan angin rata-rata 2.5 km/jam.
menyerap hara dari tanah. Untuk mengetahui
Penyakit yang ditemukan pada buah pepaya
kandungan fosfor tanaman pepaya genotipe IPB-1
selama penelitian yakni gejala becak konsentris yang
dilakukan pengujian terhadap kandungan fosfor daun
disebabkan oleh cendawan Colletotrichum
yang disajikan pada Gambar 1. Data yang terlihat pada
gloeosporioides (Penz) Sacc dan busuk buah yang
Gambar 1 menunjukkan adanya peningkatan jumlah
disebabkan oleh patogen Rhizopus sp. Pada buah yang
fosfor setelah pemupukan 0, 3 dan 6 bulan setelah
terkena gejala becak konsentris, bagian tengah becak
tanam (BST).
tertutupi oleh masa cendawan berwarna hitam yang

Gambar 1. Kandungan Fosfor pada Daun Pepaya Genotipe IPB-1

Perkembangan Vegetatif Tanaman


160
Fosfor dan Nitrogen merupakan unsur yang harus
disediakan pada tahap-tahap awal pertumbuhan untuk 140
Tinggi Tanaman (cm)

memastikan pertumbuhan vegetatif yang baik (Yon, 120


1994). Pada masa perkembangan vegetatif tanaman 100
parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, 80
jumlah daun dan diameter batang. Tinggi tanaman dan 60
jumlah daun pada masing-masing perlakuan
40
mengalami peningkatan, namun perlakuan pemupukan
20
fosfor yang diberikan tidak memberikan hasil yang
berbeda pada keempat taraf perlakuan (Gambar 2). 0
7 10 13 16 19 22

Pengamatan (MST)

(a)
karbohidrat dan penyusun asam amino yang
60
merupakan faktor internal yang mempengaruhi induksi
pembungaan. Kekurangan karbohidrat pada tanaman
50 dapat menghambat pembentukan bunga dan buah.
Jumlah Daun (buah)

40

30

20

10

0
7 10 13 16 19 22
Pengamatan (MST)

(b)

Gambar 2. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Pepaya P1 = 60 g SP-36/tan P3 = 180 g SP-36/tan


Genotipe IPB-1 pada Empat Dosis Pupuk P2 = 120 g SP-36/tan P4 = 240 g SP-36/tan
Fosfor; (a) Pertumbuhan Tinggi Tanaman;
(b) Pertambahan Jumlah Daun.
Gambar 4. Jumlah Bunga dan Buah Pepaya Genotipe
IPB–1 pada Empat Dosis Pupuk Fosfor.
Pengukuran diameter batang dilakukan pada
minggu terakhir pengamatan perkembangan vegetatif
Jumlah bunga yang diamati adalah jumlah bunga
tanaman (22 MST). Aplikasi pemupukan fosfor sampai
dan buah yang terdapat di pohon pada saat
konsentrasi 240 g SP-36/tanaman tidak mempengaruhi
pengamatan. Sedangkan untuk jumlah buah yang
diameter batang (Gambar 3).
diamati adalah jumlah keseluruhan buah yang terdapat
di pohon dan belum dipanen. Perlakuan dosis pupuk P
18 yang diberikan mempengaruhi jumlah bunga dan buah
16 yang dihasilkan. Perlakuan pupuk P dengan dosis 180 g
14 SP-36/tanaman memberikan hasil yang paling tinggi
12
diameter batang (cm)

untuk jumlah bunga dan buah. Sedangkan perlakuan


10
pupuk P dengan dosis 240 g SP-36/tanaman
8
6
memberikan hasil yang paling rendah.
4 Perlakuan pupuk P dengan dosis 180 g
2 SP-36/tanaman dapat dianggap sebagai dosis optimum
0 untuk penyerapan fosfor oleh tanaman pepaya genotipe
P1 P2 P3 P4 IPB-1 sehingga ketika dosis ditambahkan produksi
perlakuan pemupukan bunga dan buah akan mengalami penurunan. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pramono (2004) yang menyatakan bahwa perlakuan
P1 = 60 g SP-36/tan P3 = 180 g SP-36/tan
dosis pupuk P yang diberikan dalam bentuk SP-36
P2 = 120 g SP-36/tan P4 = 240 g SP-36/tan
mampu meningkatkan jumlah bunga pada 11 MST dan
penambahan P pada 15 MST menyebabkan
Gambar 3. Diameter Batang Pepaya Genotipe IPB-1
pengurangan jumlah bunga setelah antesis. Dosis
(22 MST) pada Empat Dosis Pupuk
pupuk 150 g pupuk P/tanaman menghasilkan produksi
Fosfor.
bunga paling tinggi.
Komponen Produksi
Perkembangan Buah
Jumlah Bunga dan Buah
Perkembangan buah yang diamati meliputi
Tahapan ketika kuncup vegetatif dirangsang parameter panjang dan diameter buah selama
secara biokimia dan berubah menjadi pucuk penelitian. Laju pertumbuhan panjang dan diameter
reproduktif dikenal dengan induksi pembungaan. buah disajikan pada Gambar 5.
Perlakuan pemupukan fosfor dapat meningkatkan rata-
rata jumlah bunga dan buah yang dihasilkan oleh
pepaya genotipe IPB-1 pada usia 25 MST sampai 50
MST, seperti yang terlihat pada Gambar 4. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Poerwanto (2003) yang
menyatakan bahwa fungsi fosfor sebagai penyusun
(g SP- (cm) (cm) Buah (g) (g)
36 /tan)
60
10.37 21.52 0.49 835.84 132.53
120
9.44 19.05 0.50 626.14 111.15
180
10.24 20.47 0.50 751.90 119.84
240
9.72 19.01 0.51 642.02 91.84

 Kekerasan Buah
Kekerasan buah mencangkup kekerasan pada
kulit dan daging buah. Nilai kekerasan kulit buah
pepaya genotipe IPB-1 berkisar antara 22.79 sampai
31.32 mm/5 s (Gambar 6). Menurut PKBT (2008)
kekerasan kulit buah pepaya genotipe IPB-1 yakni
0.832 mm/s. Meningkatkannya nilai kekerasan buah
Gambar 5. Pertumbuhan Panjang dan Diameter Buah yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan
Pepaya Genotipe IPB–1 pada Empat Dosis bahwa perlakuan pupuk P dapat menurunkan kekerasan
Pupuk Fosfor. kulit buah pada pepaya genotipe IPB-1. Sedangkan
Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa untuk kekerasan daging buah tidak terdapat pengaruh
pertumbuhan panjang dan diameter buah untuk pada hasil yang diperoleh untuk tiap-tiap perlakuannya
masing-masing perlakuan tidak berbeda jauh. (Tabel 2).
Perbedaan mulai tampak pada laju pertumbuhan Kekerasan buah cendrung menurun sejalan
panjang buah berumur 12 sampai 16 minggu. dengan proses pemasakan buah. Hal tersebut
Sedangkan pada laju pertumbuhan diameter buah, disebabkan karena terjadi perubahan pada struktur
perbedaan terlihat pada buah berumur 14 sampai 16 dinding sel buah. Santoso dan Purwoko (1993)
minggu. Terjadinya penurunan pada kurva menyatakan bahwa pemecahan polimer karbohidrat,
pertumbuhan panjang dan diameter buah diakibatkan khususnya senyawa pektin dan hemisellulosa
karena pada akhir-akhir penelitian buah yang melemahkan dinding sel dan gaya kohesif yang
berukuran besar telah dipanen terlebih dahulu dan mengikat sel bersama-sama. Hal ini sejalan dengan
banyaknya buah yang terserang oleh hama penyakit, Wang et al. (1996) yang menyatakan bahwa
sehingga buah yang tersisa untuk diamati adalah buah pembelahan sel untuk struktur kekerasan buah sebagai
yang berukuran lebih kecil. pengaruh proses stabilisasi matriks pektin dari dinding
sel berhubungan dengan proses pemasakan.
Kualitas Fisik dan Kimia Buah
Kualitas Fisik Buah
 Ukuran Buah Panen
Pada penelitian ini, pepaya genotipe IPB-1
memiliki ukuran panjang dan diameter buah berkisar
antara 21 – 19 cm dan 9 – 10 cm. Bobot buah utuh 626
sampai 835 g/buah dengan bobot kulit 91 sampai 132
g/buah. Dari tabel 1 terlihat bahwa perlakuan dosis
pupuk P tidak berpengaruh nyata terhadap panjang
buah, diameter buah, rasio P/D, bobot buah utuh dan
bobot kulit buah. Hal ini sesuai dengan penelitian
Pramono (2004) yang menyatakan bahwa perlakuan
pupuk P tidak berpengaruh nyata terhadap panjang,
diameter dan bobot buah pepaya. Menurut Yon (1994)
kadar fosfor dalam tananaman harus dikurangi pada
tahap tanaman berbuah, karena kadar fosfor yang
tinggi dapat mengurangi ukuran buah.
Gambar 6. Kekerasan Kulit Buah Pepaya Genotipe
Tabel 1. Panjang Buah, Diameter Buah, Rasio P/D, IPB–1 pada Empat Dosis Pupuk Fosfor.
Bobot Buah dan Bobot Kulit Buah Pepaya
Genotipe IPB-1
Tabel 2. Kandungan TAT, Vitamin C dan PTT Buah
Dosis Diameter Panjang Rasio Bobot Bobot Pepaya Genotipe IPB-1
Pupuk P Buah Buah P/D Buah Kulit
Dosis Kekerasa Saran
Pupuk P TAT Vitamin C PTT  n
Perlu diadakannya penelitian serupa dengan
(g SP- (mg/100g) (mg/100g) (0Brix) Buah
menggunakan tanaman tanpa perlakuan dosis pupuk
36 /tan) (mm/5 s)
sebagai kontrol untuk perbandingan.
60 19.24 136.94 11.52 73.12
120 22.38 143.65 11.82 90.28 DAFTAR PUSTAKA
180 22.48 135.02 11.23 69.82
240 22.87 143.74 11.58 64.02 BPS. Biro Pusat Statistik. 2005. Data Statistik Produksi
Buah Indonesia Per Propinsi.
http://bps.go.id (3 Maret 2007).
Kualitas Kimia Buah
Umumnya kandungan asam organik menurun Epstein, E. 1972. Mineral Nutrition of Plants:
selama proses pemasakan buah karena direspirasikan Principles and Perspectives. John Wiley and
atau diubah menjadi gula. Asam-asam dapat dianggap Sons, Inc. New York. 412 p.
sebagai sumber cadangan energi pada buah. Asam
dominan yang terdapat dalam buah adalah asam sitrat Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan
dan asam malat (Santoso dan Purwoko, 1993). Pemupukan. Diktat Kuliah. Departemen
Berdasarkan hasil yang diperoleh, Perlakuan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 208
pemupukan P tidak memberikan pengaruh yang nyata hal.
terhadap kandungan TAT buah pepaya genotipe IPB-1.
Kandungan TAT buah untuk masing-masing perlakuan Nagar, J. P. 2002. Soil phosphorus, its transformation
berkisar antara 19.24 - 22.87 mg/100 g bahan (Tabel and their relevance to crop productivity,
2). p.109-135. In: K. R. Krishna (Ed.). Soil
Vitamin C (asam askorbat) hanya komponen Fertility and Crop Production. Science
minor dari buah tetapi sangat penting dalam nutrisi Publishers, Inc. USA.
manusia. Kebutuhan vitamin C untuk diet manusia
hampir 90% berasal dari buah dan sayuran (Santoso Naturland. 2000. Organik Farming In The Tropics and
dan Purwoko, 1993). Buah pepaya memiliki Subtropics, Exemplary Description of 20
kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Pada Crops: Papaya. Naturland e. V. 1st (Ed.).
penelitian ini, kandungan vitamin C pada buah pepaya Germany. 35 p.
genotipe IPB-1 berkisar antara 135.02 – 143.74
mg/100g bahan. Data yang disajikan pada Tabel 5 PKBT. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2008.
menunjukkan bahwa kandungan vitamin C pada Genotipe Unggul Pepaya IPB.
perlakuan dosis pupuk P tidak memberikan hasil yang http://www.rusnasbuah.or.id/template.phpl=
berbeda nyata. var_menu.php&m=variety/var_home.php.
Perlakuan dosis pemupukan P secara umum (8 Mei 2008).
memberikan hasil yang sama untuk masing-masing
perlakuannya. Kandungan PTT buah yang diperoleh
pada penelitian yakni antara 11.23 – 11.82 0Brix. Poerwanto, R. 2003. Budidaya Buah-buahan: Proses
Menurut Santoso dan Purwoko (1993) PTT dapat Pembungaan dan Pembuahan. Bahan
digunakan sebagai indikator tingkat kemanisan, karena Kuliah. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 44
gula merupakan komponen utama bahan padat yang hal.
terlarut.
Poerwanto, R. 2003. Budidaya Buah-buahan:
Pengelolaan Tanah dan Pemupukan Kebun
KESIMPULAN DAN SARAN Buah-buahan. Bahan Kuliah. Fakultas
Pertanian, IPB. Bogor. 42 hal.
Kesimpulan
Pemupukan fosfor mampu meningkatkan jumlah Pramono, A. 2004. Pengaruh Pupuk Fosfor dan Kalium
buah tanaman pepaya genotipe IPB-1 dengan dosis Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
optimum 180 g SP-36/tanaman. Sedangkan pada Pepaya (Carica papaya L.). Skripsi.
pertumbuhan tanaman tidak terdapat perbedaan. Pada Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
ukuran buah panen dan kriteria mutu buah perlakuan
yang diberikan tidak berpengaruh, kecuali pada Santoso, B. B. dan B. S. Purwoko. 1993. Fisiologi dan
kekerasan kulit buah. Pemupukan fosfor dapat Teknologi Pasca Panen Tanaman
menurunkan kekerasan kulit buah. Buah dengan dosis Hortikultura. Indonesia Australia Eastern
pupuk 120 g SP-36/tanaman memiliki nilai kekerasan Universities Project. Jakarta. 187 hal.
tertinggi dibandingkan ketiga perlakuan lainnya.
Wang, Y., S. G. Wyllie, and D. N. Leach. 1996. Prihatman, K. 2000. Sistem Informasi Manajemen
Chemical changes during the development Pembangunan di Pedesaan: Pepaya (Carica
and ripening of the fruit of Cucumis melo papaya L.). BAPENAS. Jakarta. 12 hal.
(CV. Makdimon). J. Agric. Food Chem.
44:210-216. Yon, R. Md. 1994. Introduction. p. 1-4. In. : R. Md.
Yon (Ed). Papaya Fruit Development,
Postharvest, Physiology, Handling and
Market in ASEAN.

Anda mungkin juga menyukai