Anda di halaman 1dari 7

I.

ANALISIS JURNAL PERTAMA

JUDUL JURNAL : Pengaruh Pemberian Gibberellin Dan Sitokinin Pada Konsentrasi Yang
Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Gandum (Triticum aestivum L.) Di Dataran
Medium Jatinangor
TUJUAN : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman
gandum yang maksimum di dataran medium melalui pemberian giberelin dan sitokinin
dengan konsentrasi yang berbeda
RUMUSAN MASALAH :
1. Apakah ada saling kebergantungan antara giberelin dan sitokinin dalam meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman gandum di dataran medium?
2. Pada konsentrasi berapa hormon sitokini dan hormon giberelin bekerja secara
optimal?
ANALISIS :
Tanaman gandum tergolong tanaman yang memiliki adaptasi yang baik di daerah
tropis khususnya pada dataran tinggi, sehingga pada dataran rendah produksi gandum
menurun. Pemberian hormon giberelin yang dibarengi dengan pemberian hormon sitokinin
pada konsentrasi tertentu dapat mempengaruhi produksi tanaman gandum.
Giberelin adalah zat pengatur tumbuh yang berperan merangsang perpanjangan ruas
batang, terlibat dalam inisiasi pertumbuhan buah setelah penyerbukan (terlebih jika auksin
tidak berperan optimal), giberelin juga meningkatkan besaran daun beberapa jenis tumbuhan.
Respons terhadap giberelin meliputi peningkatan pembelahan sel dan pembesaran sel.
Pemberian giberelin memberikan pengaruh yang nyata pada komponen pertumbuhan, juga
memperpanjang umur tanaman. Konsentrasi yang digunakan pada hormon giberelin yaitu
150ppm, 250 ppm, dan 350ppm. Sedangkan pada hormon sitokinin diyakini dapat berjalan
beriringan dengan hormon giberelin yang memiliki fungsi hampir sama. Penyemprotan
sitokinin dapat mengurangi kerusakan yang disebabkan karena kekeringan, menghindari
penurunan jumlah anakan sekunder, meningkatkan hasil dan biomassa pada tanaman
gandum. Konsentrasi yang digunakan untuk hormon sitokini yaitu 20ppm, 40ppm, dan
60ppm.
Homron giberelin dan sitokinin mampu menghambat penuaan pada tanaman, mampu
mempengaruhi tinggi tanaman yang juga menunjukkan peningkatan, selain itu kedua hormon
ini juga mempengaruhi jumlah anakan dan indeks luas daun serta penambahan jumlah
klorofil pada daun untuk proses fotosintesis, tetapi kedua hormon ini kurang berpengaruh
terhadap yaitu jumlah malai, jumlah biji per malai, bobot 100 butir, dan bobot biji per malai.
Hormon giberelin dan sitokinin menunjukan penundaan penuaan pada tanaman
gandum, Umur berbunga tanaman gandum yang diberi perlakuan giberelin dan atau sitokinin
selama percobaan adalah 63 HST, sedangkan yang tidak diberi perlakuan giberelin dan atau
sitokinin hanya 55 HST. Umur panen gandum yang diberi perlakuan giberelin dan atau
sitokinin selama percobaan adalah 133 HST, sedangkan yang tidak diberi perlakuan giberelin
dan atau sitokinin hanya 105 HST. Hal ini sesuai dengan pernyatan Harahap dkk (2019)
pemberian konsentrasi yang tepat antara hormon giberelin dengan sitokinin akan mampu
menunda penuaan pada daun serta dapat mempercepat proses pembungaan. Peningkatan
tinggi tanaman pada tanaman gandum terjadi, pemberian konsentrasi giberelin akhirnya
saling bergantung pada beberapa taraf konsentrasi sitokinin terhadap peningkatan tinggi
tanaman, begitu pula sebaliknya. Aplikasi sitokinin dapat mengurangi konsentrasi giberelin,
atau sebaliknya. Sitokinin dapat meningkatkan tinggi tanaman dengan cara mendorong
pemanjangan sel, karena sitokinin terbukti meningkatkan laju pemanjangan sel (Salisbury
dan Ross, 1995). Konsentrasi giberelin dan sitokinin juga menunjukkan saling
kebergantungan pada komponen jumlah anakan. Sitokinin dapat berfungsi untuk
meningkatkan pembentukan anakan pada tanaman serealia, sehingga anakan dapat
ditingkatkan , Giberelin juga dapat meningkatkan anakan tanaman serealia sampai batas
tertentu (Taiz and Zeiger, 2002). Batas ini diduga apabila terlalu tinggi akan meracuni
tanaman yang mengakibatkan penurunan daya tumbuh dan membuat tanaman menjadi kerdil.
Indeks luas daun dan penambahan jumlah anakan memiliki keterkaitan Sitokinin
meningkatkan indeks luas daun dengan cara meningkatkan jumlah anakan sehingga luas daun
bertambah besar. Penambahan konsentrasi sitokinin dapat mengurangi konsentrasi giberelin
pada indeks luas daun karena sitokinin dan giberelin masing-masing dapat meningkatkan
indeks luas daun.

II. ANALISIS JURNAL KEDUA

JUDUL JURNAL: Pengaruh Hormon Giberelin (GA3) Terhadap Daya Kecambah dan
Vigoritas Calopogonium caeruleum(Effect of Gibberellins (GA3) Hormones to Germination
and Vigority of Calopogonium caeruleum)
TUJUAN: Untuk mengetahui pengaruh hormon giberelin (GA 3) terhadap daya kecambah
dan vigoritas Calopogonium caeruleum
RUMUSAN MASALAH:
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi GA3dan lama perendaman biji terhadap vigoritas
benih?
2. Berapakah konsentrasi GA3yang paling optimal untuk vigoritas benih?
3. Berapa lama waktu optimum perendaman biji yang dibutuhkan untuk terjadi
perkecambahan dengan cepat?
ANALISIS:
Hormon giberelin GA3merupakan salah satu zat pengatur tumbuh tumbuhan yang
sangat berpengaruh terhadap sifat genetik, pembungaan, penyinaran, mobilisasi karbohidrat
selama perkecambahan (germination) dan efek fisiologis lainnya. Giberelin memiliki peranan
penting dalam mendukung perpanjangan sel, aktivitas kambium dan mendukung
pembentukan RNA baru serta sintesis protein.
Pada jurnal, giberelin internal yang dihasilkan sendiri oleh tumbuhan tersebut belum
cukup untuk merangsang perkecambahan terutama untuk biji berkulit keras. Penambahan
konsentrasi GA3500 ppm merupakan konsentrasi terbaik bagi biji Calopogonium caeruleum
untuk melakukan perkecambahan. Apabila giberelin internal berada dalam jumlah terbatas
atau belum aktif maka proses perkecambahan akanberjalan lambat, dengan adanya
penambahan giberelin eksternal menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah giberelin di
dalam benih, sehingga meningkatkan ketersediaan dan aktivitas enzim alfa amylase. Hal
tersebut diperkuat oleh Salisbury dan Ross, (1995) peningkatan kadar hormon giberelin
dalam tanaman mempengaruhi proses pembelahan sel dan pembesaran sel, giberelin mampu
meningkatkan kadar auksin dalam tubuh tumbuhan dengan cara giberelin memacu sintesa
enzim proteolitik yang mampu melunakkan dinding sel. Melunaknya dinding sel ini akan
melepaskan amino triptofan yang merupakan prekursor auksin sehingga kadar auksin
meningkat. Auksin yang mempunyai peran dalam pembelahan sel sedangkan giberelin
berperan dalam pembentangan sel sehingga sinergisme diantara keduanya akan menambah
ukuran sel. Untuk mempertahankan keberadaan auksin, giberelin juga berperan dalam
merangsang pembentukan polihidroksi asam sinamat yaitu senyawa yang menghambat kerja
dari enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim perusak auksin. Giberelin
memicu terbentuknya enzim α-amilase yang akan memecah amilum sehingga kadar gula
dalam sel akan naik sehingga air diluar sel akan masuk kedalam sel yang akan
mengakibatkan sel memanjang. Hasil dari pemecahanamilum ini juga akan digunakan untuk
respirasi oleh mitokondria sehingga menghasilkan ATP yang nantinya digunakan untuk
energi dalam proses pembentangan sel.
Perlakuan kedua adalah dengan perendaman biji. Biji Calopogonium caeruleum
memiliki kulit yang sangat keras, sehingga pemberian perlakuan dengan perendaman sangat
membantu untuk proses pelunakan lapisan kulit biji. Untuk itu waktu perendaman terbaik
adalah sebesar 24 jam. Proses perkecambahan sangat bergantung pada kondisi internal
bijiyaitu endosperm biji tersebut. Hasil metabolit seperti karbohidrat, lemak danprotein yang
terkandung di dalam endosperm akan berperan sebagai cadanganmakanan untuk
pertumbuhan embrio. Selain itu perkecambahan jugadipengaruhi oleh kemampuan imbibisi
biji serta ketersediaan air dilingkungan. Secara fisik air berperan untuk membantu
melunakkan kulit bijimelalui proses imbibisi, selain itu air juga berperan untuk memicu
aktifasienzim-enzim yang berperan dalam perombakan cadangan makanan melalui
proses respirasi (Sutopo, 2002).

III. ANALISIS JURNAL KETIGA


Judul
Pengaruh Tingkat Konsentrasi 2,4-D Dan BAP Pada Media MS Terhadap Induksi
Kalus Embriogenik Temulawak.
Tujuan Penulisnya
Peneliti menulis jurnal ini bertujuan untuk, memperoleh konsentrasi 2,4-D dan BAP
yang optimal untuk induksi dan proliferasi kalus embriogenik temulawak pada media
MS.
Rumusan Masalah
3.1 Bagaimana efek dari pemberian 2,4 D dengan konsentrasi tinggi ?
3.2 Bagaimana hasil dari perlakuan 2,4 D 2 ppm dengan BAP 0 ppm ?
3.3 Bagaimana pengaruh tingkat konsentrasi 2,4-D dan BAP pada induksi kalus
embriogenik temulawak?
Analisis
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman yang
berpotensial untuk dikembangkan dan digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat
tradisional yang mampu mengatasi penyakit, dimanfaatkan sebgai kosmetik juga
dimanfaatkan sebgai minuman penyeggar. Di tahun 2008 hingga tahun 2010
produksinya mengalami penurunan namun, permintaan konsumen semakin
meningkat, hal tersebut tidak diimbangi dengan ketersedian rimpang yang memadai
dan varietas bibit unggul, oleh karena itu, dibutuhkan alternatif lain yaitu melalui
teknik kultur jaringan (nonkonvesional) dengan fusi protoplas ataupun
embriosomatik. Induksi kalus merupakan tahapan penting dalam hibridisasi somatic
melalui fusi protoplas untuk menghasilkan tanaman hibrida serta pembentukan
embrio dalam embryogenesis somatik, induksi kalus juga dapat digunakan untuk
produksi kurkumin secara missal dalam waktu singkat. Konsentrasi auksin 2,4-D yang
dibutuhkan untuk tanaman monokotil berkisar antara 2 ppm-5 ppm (Katuuk, 1989 &
Wattimena, 1992 dalam Yuanti, 2004). Auksin 2,4-D merupakan auksin sintetik kuat
yang berfungsi memacu pebentukan kalus, pemanjangan/pertumbuhan sel, inisiasi
akar dan induksi embryogenesis somatic (Damayanti et al., 2005). Penambahan
sitokinin BAP berfungsi untuk memacu pembelahan sel, jaringan, organogenesis,
menginduksi pembentukan tunas dan proliferasi tunas aksilar(Damayanti et al., 2005).
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu (1) tahap persiapan meliputi inisiasi,
proliferasi, pemeliharaan tunas steril, (2) tahap inisiasi kalus untuk eksplan,(3) tahap
penelitian percobaan induksi kalus dengan penambahan 2,4-D dan BAP. Eksplan
yang digunakan untuk proliferasi temulawak steril adalah tunas rimpang, sedangkan
eksplan untuk kalus bahan eksplan adalah tunas meristem dari temulawak steril dan
yang digunakan berasal dari tahap 2 pertumbuhan yang baik. Dari hasil analisis pada
jurnal ini, saya mendapatkan banyak pengetahuan baru terutama tentang hormone
yang membantu tumbuh dan kembang tumbuhan. Pada jurnal penelitian ini dapat
dikatakan berhasil karena pada hasil akhir perlakuan 2,4D 2 ppm dengan BAP 0 ppm
mampu menghasilkan kalus yang baik, banyak, inisiasi yang cepat dan
efisien(opttimal). Pada jurnal ini juga disertakan apa penyebab atau faktor yang
membantu keberhasilan penelitian.

IV. ANALISIS JURNA KETIGA


JUDUL JURNAL: Pengaruh Kalsium, Hormon Auksin, Giberellin dan Sitokinin
terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Jagung
TUJUAN: Untuk mengetahui pengaruh penambahan kalsium, hormon auksin, giberelin, dan
sitokinin terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung.
RUMUSAN MASALAH:
4. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
5. Bagaimana pengaruh terhadap penambahan kalsium, hormon auksin, giberelin, dan
sitokinin terhadap pertumbuhan dan perkembanga tanaman jagung ?
6. Berapa lama waktu yang optimum untuk pengamatan fase perkembangan dan
pertumuhan pada tanamna jagung.?
7. Berapakah konsentrasi pemberian pupuk yang paling optimal untuk tanaman jagung?
ANALISIS:
Optimalisasi penanaman jagung intensifikasi pertanian dapat tercapai apabila faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman terpenuhi. Faktor luar
yaitu pemenuhan nutrisi atau pemupukan selama ini yang telah dilakukan oleh para petani
baik itu pemupukan organik maupun anorganik.Jika analisa melalui kandungan unsur kimia
pada pupuk yang digunakan suplai unsur kalsium masih kurang. Kalsium merupakan unsur
penting dalam pembentukan meristem tanaman, terutama pada ujung-ujung akar tanaman.
Faktor dalam yang dapat ditambahkan pada penelitian ini adalah fitohormon. Hormon
tersebut adalah auksin, giberellin, dan sitokinin. Meskipun sebenarnya hormon tersebut sudah
disintesis dalam tubuh tanaman dalam jumlah kecil sehingga untuk mengoptimalkan kerja
dari hormon perlu ada suplai atau penambahan hormon sintesi dari luar. Hormon auksin
berperan untuk merangsang pembentukan bunga dan buah, merangsang pemanjangan titik
tumbuh mempengaruhi pembongkotan batang, merangsang pembentukan akar lateral, dan
merangsang terjadinya proses diferensiasi. Penambahan hormon giberellin pada tanaman
jagung adalah karena hormon tersebut mampu merangsang pembelahan sel kambium,
merangsang pembungaan lebih awal sebelum waktunya. Sedangkan sitokinin berfungsi
merangsang pembelahan sel, memunda pengguguran daun, bunga, dan buah, mempengaruhi
pertambahan tunas dan akar, meningkatkan daya resistensi terhadap pengaruh yang
merugikan seperti suhu rendah infeksi virus, pembunuh gulma, dan radiasi, menghambat
menguningnya daun dengan jalan membuat kandungan protein dan klorofil yang seimbang
dalam daun.
Fase Optimalisasi Pertumbuhan Tanaman
Setelah dilakukan fase pemberian kalsium selanjutnya dilakukan aplikasi pupuk kalsium dan
zat pengatur tumbuh yaitu hormonik (auksin, gibberellin,sitokinin) sebagai alat pemacu
pertumbuhan pada usia tanaman 21 hari. Kalsium yang diberikanadalah 0,162 gram/tanaman.
Penyemprotan zat pengatur tumbuh tersebut dilakukan secara simultan dengan penyemprotan
supermes. Penyemprotan tersebut dilakukan dengan komposisi 100 ml supermes, 10 ml
hormon pemacu pertumbuhan dan dilarutkan dalam 17 liter air. Penyemprotan ini dilakukan
kembali pada usia tanaman ke 46. Selanjutnya tanaman tersebut dibiarkan tumbuh hingga
usia 75 hari.
Pengamatan Fase Pertumbuhan dan Perkembangan
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tinggi, ukuran batang, jumlah ruas, kondisi
perakaran dan panjang dan lebar daun terhadap tanaman jagung selam 75 hari. Selain itu
dilakukan pengukuran berat residu produk jagung dengan perlakuan penambahan pupuk
organik, anorganik, pupuk kalsium dan penambahan hormon.
Fase Pemberian Pupuk Anorganik Pada Tanaman Jagung
Pupuk anorganik yang digunakan pada penelitian ini adalah pupuk majemuk NPK yaitu
merek Phonska, ZA, Urea. Aminisasi, amonifikasi, dan oksidasi belerang nyata dipercepat
oleh meningkatnya pH yang diakibatkan oleh pemberian kalsium. Dengan meningkatnya pH
tanah, maka akan menjadikan tersedianya unsur N, P, dan S, serta unsur mikro bagi
tanaman.Fase anorganik dibutuhkan untuk memenuhi sebagian kecil unsur yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu unsure N, P, K dan S. Dari hasil
perhitungan didapatkan N yang didapatkan dari tiap tanaman sebesar 3,71 gram/tanaman.
Selain itu unsur P dan K per tanaman dari perhitungan didapatkan 1,352 gram/tanaman.
Selanjutnya unsur S yang diberikan per tanaman adalah 0,43 gram/tanaman.
Pengamatan Fase Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengamatan tanaman ini dilakukan pada hari ke 75 pada tanaman tanpa tambahan kalsium
dan auksin, gibberellin, serta sitokinin. Pertumbuhan kurang optimal disebabkan kurangnya
suplai kalsium terhadap tanaman sehingga batang dan produk jagung kurang optimal. Hal ini
disebabkan penyerapan unsur penting kurang optimal dan adanya difisiensi unsur kalsium.
Tahap optimalisasi pertumbuhhan tanaman yaitu meliputi pemberian fitohormon berupa
auksi, giberellin dan sitokinin pada tanaman jagung. Diberikannya zat tersebut diharapkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih optimal. Selain ditambahkan kalsium
sebanyak 0,162 g pada variasi sampel tersebut juga ditambahkan fitohormon sebanyak 8,94
10-6 mL/tanaman. Sehingga hasil tanaman jagung sampel ini lebih optimal.
Pemberian kalsium 0,162 gram/tanaman dan pupuk auksin, gibberellin, dan sitokinin
sebanyak 8,94 x 10-6 mL/tanaman dapat menaikan produksi tanaman jagung 2 kali lipat.
Metode pemberian kalsium 0,162 gram/tanaman dan hormon auksin, gibberellin, dan
sitokinin sebanyak 8,94 10-6 8,94 x 10-6 mL/tanaman dapat mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman hingga 11%.

Anda mungkin juga menyukai