Anda di halaman 1dari 4

Fungsi Hormone Auksin, Sitokinin, Giberelin, dan

Asam Absisat
1. Auksin
Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormone auksin dihasilkan
pada bagian koleoptil (titik tumbuh). Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi
fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian
yang terkena cahaya matahari. Akibatnya, tumbuhan akan memmbengkok ke arah cahaya matahri. Auksin
yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan siferensiasi sel
tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apical (ujung) batang dapat menghambat tumbuhnya tunas
lateral (samping) atau tunas ketiak. Bila tunas apical batang dipotong, tunas lateral akan menumbuhkan daundaun. Peristiwa ini disebut dominansi apical.
Fungsi lain dari auksin adalah merangsang cambium untuk membentuk xylem dan floem, memelihara
elastisitas dinding sel, membentuk dinding sel primer (dinding sel yang pertama kali dibentuk pada sel
tumbuhan), menghambatnya rontoknya buah dan gugurnya daun, serta mampu membantu proses
partenokarpi. Partenokarpi adalah proses pembuahan tanpa penyerbukan.
Pemberian hormone auksin pada tumbuhan akan menyebabkan terjadinya pembentukan buah tanpa biji, akar
lateral (samping), dan serabut akar. Pembentukan akar lateral dan serabut akar menyebabkan proses
penyerapan air dan mineral dapat berjalan optimum.

1. Giberelin
Giberelin merupakan hormone yang berfungsi sinergis (bekerja sama) dengan hormone auksin. Giberelin
berpengaruh terhadap perkembangan dan perkecambahan embrio. Giberelin akan merangsang pembentukan
enzim amylase. Enzim tersebut berperan memecah senyawa amilum yang terdapat pada endosperm
(cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa. Glukosa merupakan sumber energy pertumbuhan. Apabila
giberelin diberikan pada tumbuhan kerdil, tumbuhan akan tumbuh normal kembali.
Giberelin juga berfungsi dalam proses pembentukan biji, yaitu merangsang pembentukan serbuk sari (polen),
memperbesar ukuran buah, merangsang pembentukan bunga, dan mengakhiri masa dormansi biji. Giberelin
dengan konsentrasi rendah tidak merangsang pembentukan akar, tetapi pada konsentrasi tinggi akan
merangsang pembentukan akar.
Giberelin pertama kali diisolasi dari jamur Giberrella fujikuroi. Hormone giberelin dapat dibagi menjadi
berbagai jenis, yaotu giberelin A, giberelin A2, dan giberelin A3 yang memiliki struktur molekul dan fungsi
yang sangat spesifik. Misalnya, hormone giberelin yang satu berpengaruh terhadap pertumbuhan, sedangkan
yang alin berpengaruh terhadap pembentukan bunga.
Giberelin (bahasa Inggris: gibberellin) atau asam giberelat (bahasa Inggris: gibberellic acid, disingkat GA)
adalah semua anggota kelompok hormon tumbuhan yang memiliki fungsi yang serupa atau terkait dengan
bioassay GA1. GA hadir pada hampir sepanjang hidup tumbuhan dan diketahui mengatur perkecambahan,
pemanjangan batang, pemicuan pembungaan, perkembangan kepala sari (anther), perkembangan biji dan
pertumbuhan perikarp. Selain itu, fitohormon ini juga berperan dalam tanggapan terhadap rangsang melalui
regulasi fisiologis yang terkait dengan mekanisme biosintesisnya.
Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA bioaktif) dan
giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif) mengontrol beragam aspek
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji, batang perpanjangan, perluasan
daun, dan bunga dan pengembangan benih. Hingga tahun 2008 terdapat lebih daripada seratus GA telah

diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah kecil darinya, seperti GA1 dan GA4, diperkirakan berfungsi
sebagai hormon bioaktif.
Giberelin pertama kali dikenali pada tahun 1926 oleh seorang ilmuwan Jepang, Eiichi Kurosawa, yang
meneliti tentang penyakit padi yang disebut "bakanae". Hormon ini pertama kali diisolasi pada tahun 1935
oleh Teijiro Yabuta, dari strain cendawan Gibberella fujikuroi. Isolat ini lalu dinamai gibberellin.
Giberelin aktif untuk merangsang perkembangan sel serta dapat meningkatkan
hasil tanaman. Perendaman giberelin selain menambah tinggi tanaman juga
menambah luas daun yang berarti terdapat peninggatan aktivitas fotosintesa.
Biosintesis Giberelin Acid terutama berlangsung dalam tunas, daun dan akar.
Salah satu efek fisiologis dari giberelin adalah mendorong aktivitas dari enzim-enzim hidrolotik pada
proses perkecambahan biji-biji serelia. Hal ini mula-mula datang dari observasi perubahan-perubahan kimia
yang terjadi pada biji jelai selama proses malting (perubahan pati ke gula). Pada proses ini biji jelai itu
menghisap air dan biji mulai berkecambah. Pada proses perkecambahab ini pati di ubah menjadi gula. Biji
jelai yang mulai berkecambah ini dikenal sebagai malt yang dipakai untuk menumbuhkan ragi yang
kemudian merubah gula menjadi alkohol. Giberelin menginisiasi sintesa amilase, enzim pencerna, dalam selsel auleron, lapisan sel-sel paling luar endosperm. Giberelin juga terlibat dalam pengaktifan sintesa protase
dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Senyawa-senyawa gula dan asam amino, zat-zat dapat larut yang
dihasilkan oleh aktivitas amilase dan protase ditranspor ke embrio, dan zat-zat ini mendukung perkembangan
embrio dan munculnya kecambah. Aktifnya enzim -amilase akan semakin meningkatkan perombakan
karbohidrat menjadi gula reduksi. Gula reduksi tersebut sebagian akan digunakan sebagai respirasi dan
sebagian lagi translokasi ke titik-titik tumbuh penyusunan senyawa baru. Proses respirasi tersebut sangat
penting karena respirasi akan menghasilkan energi yang selanjutnya digunakan untuk proses-proses
metabolisme benih.
Fungsi Fisiologis Giberelin
Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang ada di dalam
tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara lain adalah seperti di
bawah ini:
1. Merangsang batang dengan merangsang pembelahan sel dan perpanjangan.
2. Merangsang lari / berbunga dalam menanggapi hari panjang.
3. Breaks dormansi benih di beberapa tanaman yang memerlukan stratifikasi atau cahaya untuk
menginduksi perkecambahan.
4. Merangsang produksi enzim (a-amilase) di germinating butir serealia untuk mobilisasi cadangan
benih.
5. Menginduksi maleness di bunga dioecious (ekspresi seksual).
6. Dapat menyebabkan parthenocarpic (tanpa biji) pengembangan buah.
7. Dapatkah penundaan penuaan dalam daun dan buah jeruk.
8. Genetik Dwarsfism Penjelasan singkat dari masing-masing fungsi fisiologis tersebut.
9. Pembungaan, Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian.
Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada tanaman
Spathiphyllum mauna. Ternyata pemberian GA3 meningkatkan pembungaan setelah beberapa minggu
perlakuan.
10. Genetik Dwarsfism, Genetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya
mutasi genetik. Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa mengubah tanaman kerdil
menjadi tinggi. Sel-sel pada tanaman keril mengalami perpanjangan (elongation) karena pengaruh

giberelin. Giberelin mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang. Penelitian lain juga
menemukan bahwa pemberian giberelin merangsang pembentukan enzim proteolitik yang akan
membebaskan tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini menjelaskan fonomena peningkatan
kandungan auksik karena pemberian giberelin.
11. Pematangan Buah, Proses pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan aroma.
Pemberian giberelin dapat memperlambat pematangan buah. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa aplikasi giberelin pada buah tomat dapat memperlambat pematangan buah. Pengaruh ini juga
terlihat pada buah pisang matang yang diberi aplikasi giberelin.
12. Perkecambahan, Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm terdapat
pati yang dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan aleuron. Pertumbuhan embrio tergantung pada
ketersediaan nutrisi untuk tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim amilase yang
akan merubah pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio.
13. Stimulasi aktivitas kambium dan xylem, Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin
mempengaruhi aktivitas kambium dan xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya differensiasi
xylem pada pucuk tanaman. Kombinasi pemberian giberelin + auksin menunjukkan pengaruh
sinergistik pada xylem. sedangkan pemberian auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem.
14. Dormansi, Dormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses dormansi
merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor. Penelitian yang dilakukan oleh
Warner menunjukkan bahwa aplikasi giberelin menstimulasi sintesis ribonuklease, amulase, dan
proteasi pada endosperm biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan, giberelin perperan
dalam fase perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas.

1. Sitokinin
Sitokinin adalah hormone yang berperan dalam pembelahan sel (sitokinesis). Fungsi sitokinin adalah :

Merangsang pembentukan akar dan batang serta pembentukan cabang akar dan batang dengan
menghambat dominansi apical

Mengatur pertumbuhan daun dan pucuk

Memperbesar daun muda

Mengatur pembentukan bunga dan buah

Menghambat proses penuaan dengan cara merangasang proses serta transportasi garam-garam
mineral dan asam amino ke daun.

Sitokinin diperlukan bagi pembentukan organel-organel semacam kloroplas dan mungkin berperan
dalam perbungaan

Merangsang sintesis protein dan RNA untuk mensintesis substansi lain

Senyawa sitokinin pertama kali ditemukan pada tanaman tembakau dan disebut kinetin. Senyawa ini
dibentuk pada bagian akar dan ditrasportasikan ke seluruh bagian sel tanaman tembakau. Senyawa sitokinin
juga terdapat pada tanaman jagung dan disebut zeatin.
Sitokinin (bahasa Inggris: cytokinins, CK) adalah sekelompok hormon tumbuhan dan zat pengatur tumbuh
yang mendorong terjadinya pembelahan sel (sitokinesis) di jaringan meristematik. Selain peran utamanya
sebagai pengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel, sitokinin juga mempengaruhi dominansi pucuk,
pertumbuhan kuncup tepi, dan penuaan (senescense) daun. Peran sitokinin pertama kali ditemukan oleh

Folke Skoog dalam percobaannya yang memakai santan pada tahun 1940-an sewaktu ia bekerja di
Universitas Wisconsin, Madison.
Terdapat dua tipe sitokinin: tipe adenin dan tipe fenilurea. Tipe adenin diwakili oleh kinetin, zeatin, dan BA.
Tipe fenilurea, misalnya adalah difenilurea dan tidiazuron (TDZ), tidak dibentuk oleh tumbuhan. Hampir
semua sitokinin tipe adenin dibentuk di bagian perakaran. Jaringan kambium dan bagian-bagian yang selselnya masih aktif membelah juga membentuk sitokinin.
Sitokinin dapat bekerja lokal ataupun jarak jauh. Biasanya, sitokinin ditransportasi lewat pembuluh kayu.
Dalam menjalankan fungsi fisiologinya, sitokinin kerap kali bekerja bersama-sama dengan auksin.

1. Asam absisat (ABA)


Asam absisat merupakan senyawa inhibitor (penghambat) yang bekerja antagonis (berlawanan) dengan
auksin dan giberelin. Asam absisat berperan dalam proses penuaan dan gugurnya daun. Hormone ini
berfungsi untuk mempertahankan tumbuhan dari tekanan lingkungan yang buruk, misalnya kekurangan air,
dengan cara dormansi. Kekurangan air akan menyebabkan peningkatan kadar hormone asam absisat di sel
penutup stomata. Akibatnya, stomata akan tertutup dan transpirasi berkurang sehingga keseimbangan
airdapat dijaga.

Anda mungkin juga menyukai