Anda di halaman 1dari 25

EKSTRAKSI DAUN NILA

PUTTY ZINDA FEBRILA (INDIGOFERA TINCTORIA


17035035 LINN.) SEBAGAI PEWARNA
Pendidikan Kimia B ALAMI TEKSTIL

Dosen Pembimbing :
Dra. SYAMSI AINI, M.Si, Ph.D
PENDAHULUAN
Saat ini, industri tekstil sedang banyak digeluti
oleh masyarakat Indonesia. Sebagai pewarna,
industri tekstil menggunakan pewarna alami
dan pewarna sintetik.

Akhir-akhir ini, posisi pewarna alami sebagai


pewarna tekstil telah tergeser oleh pewarna
sintetik. Hal ini karena kepraktisan , efisiensi
waktu, serta warna yang dihasilkan lebih
beragam.

Namun, pewarna sintetik memiliki kelemahan


yaitu sulit diuraikan oleh alam sehingga dapat
mencemari lingkungan.
Untuk itu, perlu dikembangkan kembali penggunaan
pewarna alami pada industri tekstil. Selain aman bagi
lingkungan, juga biaya produksi lebih rendah.

Salah satunya dengan ekstrak daun nila. Daun ini


mengandung senyawa indigo yang dapat menghasilkan
pigmen warna biru yang dapat diaplikasikan sebagai
pewarna teksil.

Maka perlu adanya pengetahuan mengenai teknik


pengolahan yang tepat untuk tanaman nila sebagai
usaha untuk meningkatkan kualitas zat warna alami
pada tekstil.

Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengkaji cara


mengekstraksi daun nila sebagai pewarna alami tekstil
(Tujuan penulisan / tujuan pembahasan).
KAJIAN PUSTAKA

1. Zat Warna Alami Tekstil


a. Zat warna alami
b. Klasifikasi pewarna tekstil berdasarkan kelas pewarna
2. Tanaman nila (Indigofera tinctoria Linn.)
a. Penggolongan secara taksonomi
b. Komposisi (Kandungan kimia)
c. Senyawa yang menimbulkan zat warna
3. Senyawa Indigo
a. Pengertian, struktur, sifat fisika dan sifat kimia, kegunaan
b. Cara mengekstrak senyawa indigo menjadi zat warna
c. Interaksi dengan pelarut beserta reaksi yang terjadi
GARIS BESAR
KAJIAN

1. Analisis senyawa kimia daun nila (Indigofera tinctoria Linn.)


2. Proses ekstraksi daun nila menjadi zat warna
3. Interaksi senyawa Indigo dengan pelarut
Zat Warna Alami

Zat warna alami merupakan hasil Pengrajin batik telah banyak


ekstraksi dari daun, batang, kulit, mengenal tumbuhan-tumbuhan
bunga, buah, akar tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil
dengan kadar dan jenis colouring beberapa diantaranya adalah: daun
matter bervariasi sesuai dengan nila, kunyit, teh, akar mengkudu
spesiesnya. dan daun jambu biji.

(Robinson dkk, 1991; 11)


KLASIFIKASI ZAT WARNA TEKSTIL BERDASARKAN KELAS PEWARNA

1. Direct Dyes
2. Vat Dyes
3. Sulphur Dyes
4. Azoic Dyes
5. Reactive Dyes
6. Acid Dyes
7. Disperse Dyes
8. Basic Dyes
(Clark, 2011 : 11-25)
TANAMAN NILA (Indigofera tinctoria Linn.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyladonae
Ordo : Fabales
Genus : Indigoferra
Spesies : Indigoferra tinctoria Linn

(Ramamurthy & Sathiyadevi, 2017 : 1-2)


Komposisi (Kandungan Kimia) pada Daun Nila

Tanaman nila mengandung Kandungan daun Indigofera


berbagai senyawa kimia seperti terdiri dari: 5.11% N, 0.78%
flavonoid, terpenoid, alkaloid, P2O5, 1.67% K2O dan 5.35%
glikosida, dan Indigotin. CaO menurut bobot kering.
Tanaman nila mengandung
glikosida indikan yang berperan
sebagai zat warna,
menghasilkan warna biru.

(Purnama dkk, 2017 : 3).


Senyawa yang menimbulkan zat warna pada
daun nila
Senyawa penghasil zat warna
pada tanaman nila adalah Pewarna ini termasuk jenis
senyawa indigo. vat dyes karena tidak larut
dalam air dan setidaknya
Indigo merupakan pewarna mengandung dua karbonil
alami berwarna biru yang kelompok (C=O) serta
diproduksi oleh reaksi antara bersifat tahan luntur.
indican dan enzim pada
tumbuhan nila.

(Handayani & Amar, 2013 : 2).


Senyawa Indigo
Indigo merupakan zat warna yang termasuk senyawa organik
glikosida yang tergolong senyawa karbonil. Senyawa ini
mengasilkan pigmen warna biru yang bisa digunakan sebagai
pewarna tekstil.

Struktur pigmen Indigo

(Lakshmi, 2014 :
89).
SIFAT FISIKA DAN KIMIA
• Rumus kimia : C16H10N2O2
Sifat Fisika • Tidak larut dalam air
• Larut dalam pelarut organik
• Tidak berwarna
• Massa molar 262.27 g/mol
• Densitas 1.199 g/ cm3

Sifat Kimia • Dapat dihidrolisis oleh enzim


• Mudah teroksidasi
KEGUNAAN :

1. Digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan


sembelit, penyakit jantung dan asam urat.
2. Digunakan sebagai zat warna biru pada tekstil.
3. Secara farmakologis digunakan sebagai antioksidan,
antibakteri, antidiabetes, dan anti inflamasi.

(Lakshmi, 2014 :
89).
PROSES EKSTRAKSI  Persiapan bahan berupa daun nila, air, tawas,
kapur , tunjang, gula merah, reaktor dan bak
Persiapan bahan aerator.
baku
 Ekstraksi 1 kg daun nila dengan 5 L air,
Panaskan smpai air berkurang 50 %.
 Saring dengan kain halus , di dapat filtrat (zat
warna indigo).
 Filtrat didiamkan membentuk pasta.
Ekstraksi
 Pasta dimasukkan dalam larutan NaOH pH 11
 Pasta dimasukkan dalam larutan gula
 Zat warna siap diaplikasikan pada kain tekstil
 Kain diangin-anginkan.
 Fiksasi (25 gram zat pengikat dalam 1 L air)
Tahap Fiksasi (tawas,
kapur dan tunjung)
(Hakiim & Sarii, 2018 : 123 -124).
INTERAKSI ANTAR
PELARUT

(Kim dkk, 2009 : 285).

 Ketika tanaman nila direndam dalam air, terjadi hidrolisis


oleh enzim Β-glukosidase.
 Enzim tersebut mengubah Indikan menjadi glukosa dan
indoksil.
 Indoksil mengalami oksidasi menghasilkan indigo (zat
warna biru).
 Perendaman dalam NaOH berfungsi untuk meningkatkan daya gabung
zat warna terhadap kain.
 Perendaman dalam larutan gula merah berfungsi untuk mereduksi
pewarna indigo agar larut dalam air.
 Filtrat yang tersaring pada kain adalah senyawa indigo berupa bubuk
kristal biru tua.
 Indigo biru adalah pigmen yang tidak larut dalam air.
 Sementara kandungan kimia daun nila yang lain selain indigo tidak
tersaring serta larut dalam air.
CARA KERJA SECARA KIMIA

Proses Biosintesis Indigo pada Tanaman


 Indigofera tinctoria mengandung isatan B (indoxyl--
ketogluconate), sebagai prekursor mayor indigo dan indican
sebagai prekursor minor indigo.

Rumus Molekul Prekusor Indigo

(Lestari, 1998 )
 Kondensasi indoxyl dengan isatan B
menghasilkan indirubin, yang
merupakan struktur mirip dengan
indigo biru dalam struktur pigmen.

Struktur Kimia Indirubin

(Laitonjam, 2011)
Gambar. Proses Perubahan Indigo secara Kimia pada Tanaman

(Laitonjam, 2011)
Uji Fiksasi (Zat pengikat)

 Perubahan warna yang paling kelihatan adalah penggunaan tunjung,


karena kandungan besi dalam tunjung membuat warna pada kain tua.
 Penggunaan kapur menghasilkan warna biru muda
 Penggunaan tawas menghasilkan warna biru seperti aslinya.

(Handayani & Amar, 2013 : 5).


Interaksi dengan Tawas 2 KAl(SO4)2.12 H2O dan Kapur (CaO)

 Fiksasi memberikan penguatan partikel warna untuk


bisa masuk ke dalam pori-pori serat kain.
 Selain itu juga mempertegas corak warna yang
dihasilkan, sehingga warna tidak mudah lolos dari
serat kain.
 Fiksasi dengan tawas dan kapur kurang tahan Tawas
terhadap pencucian dan sinar matahari
 Hal ini disebabkan adanya fiksasi yang bersifat
asam dengan proses perlakuan ekstraksi
menghasilkan reaksi penyerapan serat yang lemah,
sehingga mudah sekali mengalami pelepasan pada
permukaan dan dinding serat.
(Hakiim & Sarii, 2018 : 123 -124). Kapur
Interaksi dengan Tunjung Fe(SO4)

 Fiksasi tunjung mampu mengikat warna dan


mengubah arah kecondongan warna menjadi
corak warna biru tua kehijauan.
 Ion Fe²+ pada tunjung memberikan arah
warna paling gelap
 Ion-ion tersebut dapat membentuk kompleks
logam untuk memperbaiki ketahanan luntur
warna pada kain. Tunjung

(Hakiim & Sarii, 2018 : 123 -124).


DAFTAR PUSTAKA
Clark, Matthew. 2011. Handbook of textile and industrial dyeing. Woodhead Publishing.

Hakiim, A., Dessy Agustina Sari., 2018. Ekstraksi dan Fermentasi Daun Indigofera Sebagai Pewarna
Alami pada Tekstil . Jurnal Chimica et Natura Acta. Vol. 6 No. 3: 122-126

Handayani, P.A., Amar Mualimin. 2013. PEWARNA ALAMI BATIK DARI TANAMAN NILA
(Indigofera) DENGAN KATALIS ASAM. Jurnal Bahan Alam Terbarukan. Vol 2. No.1. Hal 1-6.

J. Y. Kim., et al. 2009. Mining and Identification of a Glucosidase Family Enzyme with High Activity
toward the Plant Extract Indican. Journal of Molecular Catalysis B: Enzymatic. 57: 284-291.

Laitonjam, W.S and Sujata, D .2011. Comparative study of the major components of the
indigo dye obtained from Strobilanthes flaccidifolius Nees. and Indigofera tinctoria
Linn. International Journal of Plant Physiology and Biochemistry Vol. 3(7), pp. 108-
116, July 2011.
Lakshmi, Chaitanya. 2014. Food Coloring: The Natural Way. Research Journal of Chemical
Sciences. 4(2) : 87-96.

Lestari, K.W.F. 1998. Dyeing process with natural indigo : The Tradition and Technology.
Revival Natural Indigo dye. Sept. 20-29.

Purnama, H., Hidayati, N., Safitri, D. S., & Rahmawati, S. (2017). Effect of initial treatment in the
preparation of natural indigo dye from Indigofera tinctoria. doi:10.1063/1.4985467 

Ramamurthy V., Sathiyadevi M. 2017. Preliminary Phytochemical Screening of Methanol Extract


of Indigofera trita Linn. Journal of Molecular Histology & Medical Physiology. Vol 2.
No. 1. Halaman 1-2.

Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai