Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui pengaruh perbandingan komposisi
selulosa rumput ilalang dan kolagen tulang ayam terhadap struktur dan morfologi membran
yang dihasilkan dan (2) mengetahui pengaruh perbandingan komposisi selulosa rumput ilalang
dan kolagen tulang ayam terhadap kemampuan membran sebagai dekolorisator limbah pewarna
naphtol pada industri tenun endek Bali. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
melalui studi literatur, studi laboratorium, eksperimen, dan observasi. Tahapan penelitian
dimulai dari pengambilan sampel, ekstraksi selulosa rumput ilalang, ekstraksi kolagen tulang
ayam, sintesis membran, preparasi napthol, uji morfologi membran dengan SEM, uji kuat tarik
(Tensile Strength), uji FTIR, uji densitas, uji fluks, dan uji koefisien rejeksi membran terhadap
pewarna napthol. Hasil penelitian menunjukkan semakin banyak kolagen yang ditambahkan,
maka membran akan memiliki morfologi lebih halus dan struktur lebih kuat. Hasil uji SEM
menunjukkan membran dengan penambahan kolagen terbanyak (0,15 g) memiliki morfologi
paling halus dengan nilai kuat tarik sebesar 5,82 N/mm2. Hasil uji FTIR menunjukkan semakin
tinggi kolagen yang digunakan terlihat puncak pada panjang gelombang 1591 cm-1 semakin
tajam. Hasil uji densitas juga menunjukkan bahwa membran dengan kolagen terbanyak
memiliki kepadatan yang lebih tinggi dengan nilai fluks sebesar 4,58 L/m2 . jam serta nilai
koefisien rejeksi membran meningkat seiring ditambahkannya konsentrasi kolagen. Secara
umum ditunjukkan bahwa komposisi selulosa dan kolagen pada perbandingan 10:1
menghasilkan membran dengan morfologi dan struktur yang lebih halus dan lebih kuat.
Semakin tinggi konsentrasi kolagen yang digunakan meningkatkan kemampuan membran
dalam memisahkan partikel pewarna napthol.
Kata Kunci : Membran, Selulosa, Kolagen, Pewarna Naphtol
Abstract
The purpose of this research is (1) to evaluate the effect of the composition ratio of
Imperata cylindrica cellulose to collagen on morphological and structure membrane and (2) to
evaluate the effect of the composition ratio of Imperata cylindrica cellulose to collagen on
membrane ability as a decolorizer of naphtol dye wastewater. The data collection method used
is through literature studies, laboratory studies, experiments, and observations. The research
stages started from sampling, extraction of Imperata cylindrica cellulose, extraction of chicken
1
e-Journal SMA Negeri 3 Denpasar Tahun 2020
bone collagen, membrane synthesis, napthol preparation, membrane morphology test with
SEM, tensile strength test, FTIR test, density test, flux test, and membrane rejction coefficient
test against napthol dye. The results showed the more collagen added, the membrane will have
a smoother morphology and stronger structure. SEM test results showed the membrane with
the most collagen addition (0.15 g) had the smoothest morphology with a tensile strength value
of 5.82 N/mm2. FTIR test results showed the higher collagen used was seen peaking at a
wavelength of 1591 cm-1 the sharper. The density test results also showed that the membrane
with the most collagen had a higher density with a flux value of 4.58 L/m2 . hours as well as
the value of the membrane rejection coefficient increases as collagen concentrations are added.
It is generally shown that the composition of cellulose and collagen at a ratio of 10:1 produces
membranes with morphology and a smoother and stronger structure. The higher the
concentration of collagen used improves the membrane's ability to separate napthol dye
particles.
Keywords: Membrane, Cellulose, Collagen, Naphtol Dye
ekosistem. Tidak hanya itu, terlepasnya zat Ilalang (Imperata cylindrica (L.)
warna tersebut ke dalam badan air akan Beauv) merupakan tumbuhan rumput
menghalangi penetrasi sinar matahari ke menahun yang tersebar hampir di seluruh
dalam air, mempengaruhi proses belahan bumi dan dianggap sebagai gulma
fotosintesis pada tumbuhan serta pada lahan pertanian. Menurut Garrity dkk.,
berpengaruh pula pada tatanan suatu (1997), di wilayah Asia Tenggara dapat
ekosistem (Hajati dkk., 2014). Beberapa dijumpai sekitar 35 juta ha dan sekitar 8,5
dampak negatif yang timbul akibat juta ha tersebar di Indonesia. Dilihat dari
keberadaan pewarna yang melebihi ambang kandungan kimianya, gulma tersebut
batas yaitu terjadinya iritasi mata, kulit, mengandung bahan lignoselulosa yang
gangguan saluran pernapasan bahkan dapat cukup tinggi terdiri dari selulosa,
menimbulkan kematian (Yuningrat dkk., hemiselulosa, dan lignin. Komposisi
2018). Selain itu zat warna sintetik juga kandungan kimia tersebut antara lain α-
bersifat karsinogenik dan dapat selulosa 40,22%, holoselulosa 59,62%,
menyebabkan kanker (Hazza dan Hussein, hemiselulosa 18,40%, dan lignin 31,29 %
2015). Oleh karena itu perlu dicari alternatif (Sutiya dkk., 2012). Tingginya kandungan
efektif untuk menguraikan limbah tersebut selulosa dalam ilalang berpotensi untuk
(Christina, 2007). dikembangkan sebagai bahan baku
pembuatan membran.
Berbagai solusi sudah banyak
dikembangkan untuk mengendalikan Pemanfaatan serat ilalang perlu
limbah cair yang mengandung pewarna dikombinasikan dengan bahan baku yang
sintetik sebelum dibuang ke perairan, salah mengandung polimer lain untuk
satunya adal ah dengan memanfaatkan meningkatkan efektifitas penyerapan oleh
teknologi membran. Membran adalah membran, yaitu berupa polimer kolagen.
selaput semipermeabel yang dapat Pada penelitian yang dilakukan oleh Zhang
memisahkan komponen dalam suatu dkk., (2015) kolagen dari kulit sapi dan
campuran berdasarkan sifat fisik atau sifat kristalin selulosa dapat membentuk suatu
kimianya (Suseno dkk., 2003). Membran ikatan yang lebih kuat. Selain itu, pada
berfungsi sebagai penghalang tipis untuk penelitian Zhang dkk., (2014) dijelaskan
memisahkan antara 2 fasa, yang dapat pula bahwa sintesis kolagen dari kulit sapi
melewatkan komponen tertentu dan dan mikrokristalin selulosa dapat
menahan komponen lain dari suatu aliran membentuk membran dengan permukaan
fluida melalui membran (Mulder, 1996). yang lebih halus, serta memiliki pori lebih
Keunggulan proses membran dibandingkan rapat dan ukuran lebih kecil. Ukuran pori
proses pemisahan lainnya adalah tidak yang lebih kecil pada membran memiliki
memerlukan pengubahan fase medium, keuntungan tersendiri, yaitu menyebabkan
proses berlangsung cepat, cara terjadinya peningkatan koefisien rejeksi
pengoperasian sederhana, mudah dalam terhadap zat terlarut dalam fluida (Suseno
penggandaan skala, tidak memerlukan dkk., 2003).
ruang yang besar, dan mendapatkan
Terdapat 19 jenis kolagen, yaitu tipe I
permeat dengan kualitas sangat baik. Dalam
sampai XIX. Tipe I, II, III, dan V adalah
sintesisnya, membran dapat dibuat dari
kolagen fibrous. Kolagen tipe I ditemukan
berbagai jenis polimer alami seperti
di semua jaringan ikat, termasuk kulit dan
selulosa ilalang dan kolagen tulang ayam.
tulang. (Jongjareonrak dkk., 2005). Tipe I
3
e-Journal SMA Negeri 3 Denpasar Tahun 2020
ini banyak ditemukan pada kulit, tulang, Sebagai Membran Dekolorisator Pewarna
dan sisik ikan, sementara kolagen tipe V Napthol Pada Limbah Cair Industri Endek
terdapat pada jaringan ikat dalam kulit, Bali”
tendon, dan otot ikan yang juga
Tujuan dari penelitian ini adalah
mengandung kolagen tipe I (Nagai dkk.,
untuk (1) mengetahui pengaruh
2004). Kolagen komersial biasanya
perbandingan komposisi selulosa rumput
diperoleh dari kulit sapi, kulit babi, atau
ilalang dan kolagen tulang ayam terhadap
kulit ayam (Aberoumand, 2012). Kolagen
struktur dan morfologi membran yang
yang berasal dari sisik ikan dapat digunakan
dihasilkan dan (2) mengetahui pengaruh
untuk menyembuhkan luka bakar dan
perbandingan komposisi selulosa rumput
perbaikan jaringan (Gelse dkk., 2003).
ilalang dan kolagen tulang ayam terhadap
Pemilihan tulang ayam dikarenakan kemampuan membran sebagai
di Indonesia tingkat konsumsi ayam sangat dekolorisator limbah pewarna naphtol pada
tinggi dengan jumlah konsumsi mencapai industri tenun endek Bali.
2,1 ton per tahun dan terus mengalami
METODE
peningkatan (BPS, 2018). Tetapi dengan
jumlah konsumsi ayam yang tinggi, limbah Penelitian ini dimulai dari
tulang ayam yang dihasilkan tersebut belum pembuatan proposal, pengajuan hingga
dimanfaatkan secara maksimal. Tulang pelaksanaan penelitian dari Juli-Oktober
ayam memiliki kandungan air sebesar 1,8- 2020. Adapun penelitian dilakukan di
44,3%, lemak 1,2 - 26,9%, kolagen 15,8 - beberapa tempat berbeda, yaitu (1)
32,8%, dan zat anorganik 28,0 - 56,3% Laboratorium Kimia SMA Negeri 3
Denpasar sebagai lokasi ekstraksi selulosa,
(Retno, 2012). Dengan kandungan kolagen
ekstraksi kolagen, sintesis membran, dan
yang cukup tinggi, maka limbah tulang
preparasi larutan naphtol. (2) Laboratorium
ayam sangat berpotensi untuk dijadikan
Fisika SMA Negeri 3 Denpasar lokasi
bahan baku pembuatan membran. pengujian kerapatan atau densitas membran
Pemanfaatan ini akan memberikan dampak dan uji nilai fluks membran. (3)
positif terhadap penanggulangannya Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian
sebagai limbah mengingat konsumsi daging Universitas Udayana sebagai lokasi uji
ayam di restoran- restoran umum atau cepat koefisien rejeksi terhadap pewarna napthol
saji serta dalam industri katering cukup dengan spektofotometer UV-Vis. (4)
besar (Darmayanto, 2009). Integrated Laboratory of Bioproducts
(iLaB), Pusat Penelitian Biomaterial LIPI
Berdasarkan pemaparan diatas, maka sebagai lokasi pengujian morfologi
penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut membran dengan Scanning Electron
mengenai sintesis membran dari selulosa Microscope (SEM), uji kuat tarik dengan
rumput ilalang dan kolagen tulang ayam UTM, dan uji jenis ikatan pada membran
yang selanjutnya akan diaplikasikan dengan FTIR.
sebagai material membran (dekolorisator)
Penelitian ini menggunakan metode
pewarna napthol pada limbah cair industri
penelitian eksperimen. Desain eksperimen
endek Bali. Dari penjelasan di atas maka menggunakan Rancangan Acak Lengkap
penulis ingin membuat suatu penelitian (RAL) dengan menggunakan 4 perlakuan,
yang berjudul “Kombinasi Serat Rumput yakni P0 (Kombinasi membran dengan
Ilalang (Imperata cylindrical) dan Kolagen campuran 1,5 gram selulosa asetat dan 0
Tulang Ayam (Gallus gallus domesticus) gram kolagen), P1 (Kombinasi membran
4
e-Journal SMA Negeri 3 Denpasar Tahun 2020
dengan campuran 1,5 gram selulosa asetat Rumput ilalang dibersihkan dengan
dan 0,05 gram kolagen), P2 (Kombinasi air kemudian dikeringanginkan. Rumput
membran dengan campuran 1,5 gram ilalang yang telah dibersihkan kemudian
selulosa asetat dan 0,075 gram kolagen), dipotong dengan ukuran ± 5 cm dan
dan P3 (Kombinasi membran dengan dihaluskan dengan blender. Proses isolasi
campuran 1,5 gram selulosa asetat dan 0,15 selulosa dimulai dengan merendam serbuk
gram kolagen).
rumput ilalang di dalam larutan NaOH
1. Indikator penelitian : 17.5% (b/v) pada suhu 100 °C selama 3 jam.
Adapun indikator dalam Perbandingan berat rumput ilalang dan
penelitian ini adalah nilai fluks lebih larutan NaOH adalah 1:10. Selanjutnya,
dari 2,39-21,50 L/m2.jam dan serat ilalang dpisahkan dari larutan NaOH
koefisien rejeksi lebih besar dari dan digerus dengan akuades hingga pH
54,32%−90,68%. Parameter netral.
tersebut bertolak ukur pada
penelitian Lindu dkk., (2008) yang Sampel disaring kemudian padatan
mensintesis membran selulosa ditambahkan campuran air dan NaClO 3,5
asetat memiliki karakteristik seperti % (v/v) dengan rasio antara air dan NaClO
diatas, serta pada penelitian Zhang 1:1 dan diaduk pada suhu 75 °C selama 3
dkk., (2014) yang menciptakan jam (Misal dari 30 gram sampel
membran berpori lebih kecil ditambahkan 300 ml campuran air dan
sehingga memiliki kemampuan
NaClO). Campuran kemudian disaring dan
penyerapan lebih baik dibandingkan
dengan membran selulosa asetat. padatan ditambahkan larutan H2SO4 0.5 M
2. Alat dan Bahan dengan rasio 1:10 dan dipanaskan pada
a. Alat alat yang digunakan adalah suhu 65 °C selama 3 jam. Sampel disaring
gelas kimia berbagai ukuran, gelas dan padatan yang diperoleh dicuci dengan
ukur berbagai volume, labu ukur akuades sampai bebas dari asam,
berbagai volume, labu erlenmeyer dikeringkan dan dihomogenkan. Rendemen
berbagai volume, corong, saringan, selulosa dihitung dengan persamaan berikut
pipet volumetrik, kaca arloji, neraca 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑙𝑜𝑠𝑎
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑙𝑜𝑠𝑎(%) ∶ ( ) 𝑥100% (1)
analitik, penangas, magnetic stirrer, 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢
9
e-Journal SMA Negeri 3 Denpasar Tahun 2020
10
e-Journal SMA Negeri 3 Denpasar Tahun 2020
11
e-Journal SMA Negeri 3 Denpasar Tahun 2020
Periode III, Yogyakarta: Universitas Zhang M., Ding C., Chen L. dan
Pembangunan Nasional. Huang L. 2014. “The Preparation of
Cellulose/CollagenComposite Films using
Safithri M, Tarman K, Suptijah P,
1-Ethyl-3-Methylimidazolium Acetate as a
Widowati N. 2019. Karakteristik
Solvent”. Jurnal BioResources. Volume 9
fisikokimia kolagen larut asam dari kulit
No. 1: Halaman 756-771.
ikan parang-parang (Chirocentrus dorab).
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Zhang M., Ding C., Chen L. dan
Indonesia.22(3): 441-452. Huang L. 2015. “Preparation of Tannin-
immobilized Collagen/Cellulose Bead for
Schmidt MM, Dornelles RCP,
Pb(II) Adsorption in Aqueous Solutions”.
Mello RO, Kubota EH, Mazutti MA,
Jurnal BioResources. Volume 10 No. 1:
Kempka AP, dan Demiate IM. 2016. Mini
Halaman 1773-1789.
Review: Collagen extraction process.
International Food Research Journal.
23(3):913-922.
LAMPIRAN FOTO
Souhoka, F.A., Latupeirissa, J.
2018. Sintesis dan karakterisasi selulosa
asetat (CA). Indo. J. Chem. Res. 5 (2): 58-
62.
Steven, Mardiyati dan Suratman, R.
“Pembuatan Mikrokristalin Selulosa Rotan
Manau (Calamus manan sp.) Serta
Karakterisasinya”. Jurnal Selulosa. Volume
4 No. 2: Halaman 89-96.
Sumadi I.W.S, Suteja I.M.D,
Hartono dan Yudha I.P.P.K. 2014.
Inventarisasi Perlindungan Karya Budaya
Endek di Provinsi Bali. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Suseno, N., Adiarto, T., dan Atie.
2003. Sintesis dan Optimasi Membran
Selulosa Asetat pada Proses Mikrofiltrasi
Bakteri. Tesis. Universitas Surabaya.
Surabaya Indonesia
Widayanti, N 2013. Karakterisasi
Membran Selulosa Asetat dengan Variasi
Komposisi Pelarut Aseton dan Asam
Format. Thesis. Universitas Jember.
Jember-Indonesia
12