5 4 1 SM PDF
5 4 1 SM PDF
The growth and qualitative test of secondary metabolite content of the callus
culture of Spilanthes acmella Murr. with addition of PEG to induce drought stress
Laboratorium Riset Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Andalas, Kampus UNAND Limau Manis, Padang, 25163
*)
Koresponden : zoelciil@yahoo.com
Abstract
The study about the growth and qualitative test of secondary metabolite content of the callus
culture of Spilanthes acmella Murr. with addition of PEG to induce drought stress had been
done used completely randomized design with six treatments and six replications. The
treatments were the addition of PEG in various consentration : 1%, 2%, 3%, 4%, 5% and
control (without addition of PEG). The result showed that the addition of PEG to medium could
decrease fresh weight of callus. The fresh weight of callus was decrease significantly by
addition 5% PEG. On the qualitative test of secondary metabolite, alkaloid content was
increase by addition of 2% - 5% PEG (++), terpenoid content was increase by addition 3% - 4%
PEG (++) and fenolik was found on 4% PEG (+).
Keywords: callus culture, secondary metabolite, PEG, drought stress, Spilanthes acmella
biologi yang dapat menginduksi respon disubkultur. Setelah kalus berumur 45 hari,
pertahanan tumbuhan. kalus disub kultur ke medium perlakuan.
Media padat yang ditambahkan Penambahan Elisitor
elisitor PEG telah digunakan untuk Penambahan elisitor PEG sesuai dengan
menciptakan kondisi cekaman kekeringan beberapa konsentrasi perlakuan dilakukan
dengan menurunkan potensial air pada saat pembuatan medium subkultur kalus.
medium pada berbagai percobaan kultur Kalus hasil elisitasi di uji pada hari ke-21
jaringan. Potensial air yang rendah di setelah elisitasi (pemberian elisitor).
medium menurunkan pembelahan sel dan
meningkatkan kandungan metabolit Pengamatan
sekunder (Ehsanpour dan Razavizadeh, Pengamatan dilakukan setelah 21 hari
2005). elisitasi. Pengamatan yang dilakukan
Konsentrasi pemakaian PEG meliputi persentase hidup kalus, tekstur dan
sebagai pengatur cekaman kekeringan warna kalus, bobot basah kalus (mg), dan
secara in vitro bervariasi dengan kisaran analisa kualitatif kandungan metabolit
0,2- 20%. Dragiiska et al. (1996) memakai sekunder yang meliputi pemeriksaan
5-10% PEG pada tanaman alfalfa alkaloid, terpenoid dan fenolik.
(Medicago sativa). Penelitian Astuti (cit. Pemeriksaan alkaloid dilakukan
Yulinda, 2010) melaporkan bahwa dengan metoda Culvenor-Fitzgerald. Reaksi
kandungan alkaloid dari tanaman positif alkaloid ditandai dengan adanya
Catharantus roseus mengalami peningkatan kabut putih hingga gumpalan putih. Apabila
dengan penambahan 1, 3, 5 dan 7 % PEG. terbentuk kabut putih berarti kandungan
Sedangkan Yulinda (2010) melaporkan alkaloid sedikit ditandai dengan (+), apabila
bahwa kandungan metabolit sekunder terbentuk endapan putih menandakan
triterpenoid pada kultur in vitro tanaman kandungan alkaloid sedang, ditandai
Centella asiatica meningkat dengan dengan (++), apabila terbentuk gumpakan
penambahan 1 dan 2 % PEG. putih menandakan kandungan alkaloid
Penelitian ini dilakukan dalam tinggi, ditandai dengan (+++) (Culvenor
mempelajari penggunaan elisitor berupa dan Fitzgerald, 1963).
PEG dalam peningkatan kandungan Pemeriksaan senyawa terpenoid
metabolit sekunder pada tanaman gatang dilakukan dengan menggunakan pereaksi
(Spilanthes acmella Murr.). Liebermann-Burchard. Sebagai pemban-
ding dari uji pereaksi Liebermann-Buchard
Metode Penelitian ini, digunakan biji Mahoni yang dilarutkan
dalam etanol dengan konsentrasi 0,05 %,
Penelitian ini dilakukan dengan metoda dicatat sebagai (+), 0,1 % dicatat sebagai
eksperimen menggunakan Rancangan Acak (++) dan 0,5 % dicatat sebagai (+++)
Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 6 (Culvenor dan Fitzgerald, 1963). Warna
ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah sampel dicocokkan dengan warna
dengan penambahan A. 0% PEG setara pembanding untuk menentukan kadar
dengan 0 MPa, B. 1% PEG setara dengan - sedikit (+), sedang (++) dan banyak (+++).
0,01 MPa, C. 2% PEG setara dengan -0,02 Sedangkan pemeriksaan senyawa fenolik
MPa, D. 3% PEG setara dengan -0,03 MPa, dilakukan dengan menggunakan pereaksi
E. 4% PEG setara dengan -0,04 MPa, F. 5 FeCl3. Sebagai pembanding digunakan
% PEG setara dengan -0,05 MPa (Michael ekstrak tanaman Vitex trifolia yang
dan Kaufmann, 1973). dilarutkan dalam etanol dengan konsentrasi
0,05 %, dicatat sebagai (+), 0,1 % dicatat
Kultur Kalus sebagai (++) dan 0,5 % dicatat sebagai
Kalus diinduksi dari internodus tanaman (+++) (Adfa, 2007). Warna sampel
gatang (Spilanthes acmella). Eksplan dicocokkan dengan warna pembanding
kemudian ditanam kedalam medium kalus, untuk menentukan kadar sedikit (+), sedang
yaitu medium MS yang berisi 1 ppm NAA (++) dan banyak (+++).
dan 1 ppm BAP. Kalus yang terbentuk
3
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
1(1) – September 2012 : 1-8