Anda di halaman 1dari 2

Nama : Kadek Wirna Dewi Suaningsih

NIM : 2013041022

Tugas Pertemuan 9 MK.THK

Uraikan apa yang Anda pahami tentang penerapan THK dalam kehidupan yang
multkultural!

Tri Hita Karana (THK) merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Bali, warisan
nenek moyang (para leluhur) yang berbasis Hinduitis. THK sudah menjadi pegangan dan
pandangan hidup masyarakat Bali sejak dulu kala, namun belum diketahui secara pasti
kapan dan di mana dimulainya. Data sejarah menunjukkan: kebudayaan pertanian sudah
dikenal di Bali pd tahun caka 522, diperkuat oleh Prasasti Sukawana (caka 800) dan
Prasasti Trunyan (caka 813), pada saat itu subak yang berfalsafah THK sudah dikenal di
Bali. Aspek filosofis THK bersumber pd 4 (empat) pemikiran filsafat, yaitu: aspek
Teosentris, Kosmosentris, Antroposentris, dan Logosentris. Teosentris merupakan teori
pemikiran filsafat bahwa segala sesuatu bersumber dari Tuhan. Tuhan sebagai pencipta
alam semesta beserta isinya. Antroposentris merupakan teori pemikiran filsafat bahwa
manusia sebagai titik pusatnya, karena manusia lengkap memiliki tri pramana (sabda,
bayu, dan idep) yang merupakan kelebihan dari makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki
kemampuan berpikir. Pada teori pemikiran filsafat Kosmosentris bahwa alamlah yang
menjadi titik pusat segalanya, sedangkan Logosentris merupakan teori pemikiran filsafat
bahwa istilah atau pernyataan/ungkapan yang menjadi sumbernya. Dalam hal ini
Logosentris menjiwai istilah atau kata harmoni dalam THK yang dijadikan interpretasi
filsafat hidup orang Bali yang senantiasa berproses, berubah, inovatif, dan konstruktif.
Jadi keempat fase pemikiran tersebut diramu menjadi filsafat hidup THK sebagai suatu
konsep harmoni, yang menyangkut keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan
(Parhyangan), keseimbbangan hubungan antar sesama manusia (Pawongan), dan
keseimbangan hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya (Palemahan).
Dalam konsep ini manusialah menjadi titik sentral sekaligus subjek dalam implementasi
THK dalam kehidupan sehari-hari. Pengelolaan lingkungan Menurut Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, pada
Bab I disebutkan bahwa yang dimaksud lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya. Lebih lanjut dinyatakan pula bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah
upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
lingkungan hidup. Selanjutnya dijelaskan pula tentang pencemaran lingkungan hidup
adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain
ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke
tingkat tertentu, yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya. Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan
asas tanggung jawab, asas keberlanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk
mewujudkan pembangunan masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, seperti yang telah diatur dalam Regveda IV.26.2 yang berbunyi:
‘’Aham bhumimadadamaryayaha; Vrstim dasuse martyaya Ahamapo anayam vavssana
mama; Devaso amu ketamayan’’
Artinya:
Aku memberikan bumi kepada orang-orang baik dan hujan serta udara untuk umat
manusia, wahai para bijaksana, datanglah kepada Ku dengan keinginan yang penuh.

Anda mungkin juga menyukai