Anda di halaman 1dari 2

Nama : Kadek Wirna Dewi Suaningsih

NIM : 210210103234

Kasus homeostasis
1. Bagaimana pengaruh olahraga terhadap keseimbangan oksidatif otak?

Jawaban :
Semakin tinggi aktivitas otak, maka semakin tinggi pula laju kebutuhan energi dalam satu satuan
waktu. Saat beraktivitas otak membutuhkan stimulasi saraf dalam jumlah besar untuk koordinasi
gerak tubuh, menalar dan mengambil keputusan. Kondisi ini memacu modulasi metabolisme
energi. Aktivitas otak tidak terlepas dari potensial aksi. Hantaran sinyal antar neuron
membutuhkan aliran potensial aksi yang melibatkan proses influks Na+ dan Ca+, effluks K+,
dan transpor aktif untuk mengembalikan ke potensial istitrahat yang membutuhkan ATP. Selain
itu, energi juga dibutuhkan untuk memproduksi dan menstimulasi neurotransmiter di sinapsis.
Aktivitas neurotransmiter dipengaruhi oleh dinamika motorik, mulai dari persepsi sensoris,
integrasi sensoris-motorik, dan mekanisme efektor motorik. Interrelasi neurotransmitter terjadi di
otak karena terjadi interaksi berbagai reflek gerak selama berolahraga. Studi pada hewan hidup
mampu membuktikan bahwa terjadi pelepasan neurotransmitter sentral dan perifer di otak dalam
jumlah yang besar selama aktivitas fisik. Neurotranmiter monoaminergic di saraf terlibat penting
pada fungsi pengaturan lokomotor.
Sesungguhnya selama olahraga terjadi pembentukan ROS pada level moderat. Bila pada level
tinggi,ROS menimbulkan kerusakan oksidatif dan neurodegenerasi, namun pada level moderat
ROS akan mengatur sinyal-sinyal redox dan mempertahankan sinyal redox dalam kondisi normal
di sel-sel neuron. Olahraga akan menimbulkan adaptasi kompleks termasuk neurogenesis karena
faktor neurotropik, peningkatan kapilerisasi (angiogenesis), penurunan kerusakan oksidatif dan
peningkatan degradasi proteolitik. ROS memiliki peran penting untuk memacu ekspresi brain-
derived neurotrophic factors (BDNF), tyrosinerelated kinase B (TrkB), dan CREB, sehingga
akan memacu neurogenesis.

Sumber : https://www.jurnalkedokteranunsri.id/index.php/UnsriMedJ/article/view/75
Ditanggapi oleh :
Nama : Ayu Kadek Ratna Sari Suparini
NIM : 210210103235

Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik yang memiliki tujuan seperti untuk memperoleh
kesehatan, pendidikan, prestasi, sekedar mengisi waktu luang, atau untuk terapi. Namun,
sekarang ini banyak orang beranggapan bahwa olahraga menyebabkan seseorang yang
melakukannya mudah kecapaian sehingga tidak cukup energi untuk berpikir. Padahal faktanya,
aktivitas fisik haruslah dilakukan secara seimbang antara waktu latihan, istirahat, dan pola
makan. Lalu bagaimana pengaruh olahraga tersebut terhadap keseimbangan oksidatif otak?
Latihan olahraga merupakan suatu bentuk rangsang motorik yang akan direspons dalam bentuk
gerak. Semua rangsang yang diterima oleh indera manusia yang berpusat pada tulang belakang
akan masuk ke otak. Di otak akan diproses dan dipilah-pilah berdasarkan skala prioritas untuk
menjawabnya berupa respons gerak. Sehingga, olahraga akan memberikan memori gerak yang di
simpan di dalam otak. Pemrosesan informasi yang berasal dari rangsangan sampai terjadi
respons mengalir melalui batang otak yang disalurkan oleh sel-sel syaraf di dalam otak yang
disebut dengan dendrits dan axon. Dengan demikian, proses olahraga akan berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan saluran pemrosesan informasi yaitu penerima rangsang, pemilahan,
sampai munculnya gerak yang sernuanya terjadi di dalam otak.
Olahraga akan memberikan dampak terhadap penurunan ketegangan elektrik otot dan akan
meningkatkan transportasi oksigen ke otak (Nieman, 1986: 255). Oleh karena itu, pengaruh
olahraga dapat mengakibatkan pembesaran pada saluran pembuluh darah ke otak, sehingga
proses pemenuhan energi ke otak akan menjadi lancar. Peningkatan kapasitas saluran
pemrosesan informasi yang lebih baik dan pemenuhan kebutuhan darah di otak yang lancar dan
mencukupi akan berpengaruh terhadap kemampuan dan daya tahan berpikir seseorang menjadi
lebih lama.
Aktivitas olahraga yang terprogram, teratur, dan terukur akan memberikan dampak yang positif
terhadap kebugaran otot dan kebugaran energi. Secara psikologis, olahraga juga memberikan
dampak terhadap kesehatan mental. Tingkat kebugaran otot dan energi yang baik pada individu
akan berdampak baik juga terhadap kualitas hidupnya, karena sirkulasi darah ke seluruh tubuh
akan menjadi lancar, termasuk kebutuhan darah di dalam otak. Pasokan darah yang selalu
mencukupi di dalam otak juga akan meningkatkan daya tahan otak untuk mampu berpikir lebih
lama.
Sumber :
Sukadiyanto. (2004). PERANAN LATIHAN OLAHRAGA TERHADAP PERKEMBANGAN
OTAK. Cakrawala Pendidikan, Februari 2004, Th. XXIII, No. 1, 99-118.

Anda mungkin juga menyukai