Anda di halaman 1dari 11

Konsep dan Prinsip Integrasi Islam dari Sains

A. Definisi Agama dan Sains


1. Agama
Pengertian Agama Pengertian tentang agama sangatlah banyak, namun Harun
Nasution mendefinisikan agama sebagai berikut:
a) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
harus dipatuhi
b) Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
c) Mengikatkan diri pada suatu bentuka hidup yang mengandung pengakuan pada
suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-
perbuatan manusia.
d) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
e) Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.
f) Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada
kekuatan yang gaib.
g) Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan
takut terhadap kekuatan misteriusyang terdapat dalam alam sekitar manusia.
h) Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.

Agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi
manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia
sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinngi dari manusia.
Aktivitas agama itu sendiri mencakup kepada: ketaatan dan kecintaan terhadap
Tuhan, penerimaan wahyu yang supranatural, kepercayaan kepada jiwa, kebaktian,
pemisahan antara yang sakral dengan profane pengorbanan, perasaan diosa dan
menyesal serta pencarian keselamatan. Agama tidak hanya sekedar agama,
melainkan untuk diterapkan dalam kehidupan dan segala aspeknya.

Dalam agama, harus ada perealisasian dalam kehidupan manusia dengan


mematuhi ajaran agama yang telah dianut manusia tersebut sehingga manusia yang
memang benar-benar mematuhi ajaran agama akan mendapatkan balasannya kelak
nanti di akhirat. Pengetahuan dan kebenaran agama dapat dijadikan sumber inspirasi
untuk menyusun teori-teori dalam kehidupan. Pengetahuan dan kebenaran agama
yang berisikan kepercayaan dan nilai-nilai dalamkehidupan, dapat dijadikan sumber
dalam menentukan tujuan dan paradigma hidup manusia, dan sampai pada perilaku
manusia itu sendiri.

2. Ciri-Ciri Agama
Ciri-ciri agama dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Agama merupakan suatu sistem keimanan atau keyakinan terhadap sesuatu yang
mutlak.
b) Agama merupakan satu sistem ritual atau peribadatan atau penyembahan.
c) Agama merupakan suatu sistem nilai (value system) atau sistem norma yang
menjadi pola hubungan manusiawi antara sesama manusia.
d) Agama memiliki kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib, Maha Agung, dan
pencipta alam semesta (Tuhan).
e) Manusia melakukan hubungan dengan Tuhan dengan melakukan berbagai cara,
seperti dengan mengadakan upacara-upacara ritual, pemujaan, pengabdian,
ataupun do’a.
f) Agama memiliki suatu ajaran yang harus di jalankan oleh setiap pemeluknya.

3. Manfaat Agama
Menurut Hocking, agama merupakan obat dari kesukaran, dan kekhawatiran
yang dihadapi manusia, sekurang-kurangnya meringankan kehawatiran dari
kesukaran yang dialami manusia tersebut. Agama merupakan pernyataan
pengharapan manusia dalam dunia yang besar (jagat raya), karena ada jalan hidup
yang benar yang perlu ditemukan. Tujuan akhir dari agama bagi manusia adalah
mengembalikan manusia kepada keadaan sebelum ia diciptakan, dan ini melibatkan
upaya pencarian identitas dan nasib terakhirnya, dengan melakukan perbuatan yang
benar (amal shaleh).
Kemudian bagaimana dengan Islam? Dalam bahasa Arab, perkataan "Islam"
bermaksud "tunduk" atau "patuh". Jika seorang Muslim ditanya, "Apakah itu Islam?",
biasanya dia akan menjawab, "Agama yang tunduk kepada Allah, satu-satu Tuhan
yang benar." Tidak hanya bermakna demikian, Islam adalah agama yang diturunkan
Allah yang memberikan keselamatan serta sebagai rahmat bagi seluruh alam yang
diturunkan melalui Nabi Muhammad saw yang memiliki kitab suci Al-qur’an sebagai
pedoman hidup.
Islam muncul dunia yang fana ini untuk memberikana solusi serta menjawab
permasalahan permasalahan hidup dialami oleh manusia. Islam bukanlah satu
golongan, kepentingan kelompok tertentu ataupun kepentingan politik lainnya dan
juga Islam bukanlah semata-mata untuk umat Islam itu sendiri. Lebih dari itu, Islam
diturunkan oleh Allah dengan suatu visi dan misi, yaitu untuk menyebarkan kebaikan
dan keselamatan serta rahmat bagi seluruh alam.

‫َو َم ٓا َاْر َس ْلَنا َقْبَلَك ِااَّل ِر َج ااًل ُّنْو ِح ْٓي ِاَلْيِهْم َفْس َٔـُلْٓو ا َاْهَل الِّذْك ِر ِاْن ُكْنُتْم اَل َتْع َلُم ْو َن‬

Terjemahnya:

Dan Kami tidak mengutus Engkau ( Muhammad) melainkan unutk


(menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (QS Al-Anbiya [21] : 07)

4. Sains
Pengertian Sains
Kata sains berasal dari kata science, scienta, scine yang artinya mengetahui.
Dalam kata lain, sains adalah logos, sendi, atau ilmu. Sains dapat diartikan sebagai
ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mencari kebenaran berdasarkan fakta atau
fenomena alam (Sudjana, 2008: 3-4). Sains yang dipahami dalam arti sebagai
pengetahuan obyektif, tersusun, dan teratur tentang tatanan alam semesta. Sains
pada wilayah yang sempit atau spesifik dapat dipahami sebagai ilmu pengetahuan
alam dan pada tataran yang luas dipahami sebagai sagala macam disiplin ilmu
pengetahuan.
Djojosoebagio, S (1995) sebagaimana dikutip oleh Sudjana (2008:4)
mengemukakan beberapa sifat-sifat sains antara lain;
 Kumulatif, artinya dinamis atau tidak statis karena selalu mencari tambahan
ilmu mengingat
 kebenaran bersifat sementara.
 Mempunyai daya cipta tentang sesuatu

Ciri-ciri sains menurut Melsen (1994) yang dikutip oleh Sudjana (2008: 4-5)
dalam buku
yang sama antara lain ;
 Secara metodis, harus mencapai suatu keseluruhan logika kolumer,
 Harus tanpa pamrih,
 Universalisme,
 Objektifitas,
 Intersubjektifitas
 Progresif

5. Manfaat Sains
Dalam kehidupan manusia sians diidentikan dengan penelitian-penelitian yang
memberikan manfaat yang sangat besar dalam kehidupan manusia itu sendiri.
Karena dengan adanya sains membuat peradaban manusia menjadi lebih maju.
Dengan munculnya teknologi membuat manusia ingin lebih mengembangkan adanya
teknologi tersebut dengan mengadakan penelitian-penelitian demi kelangsungan
hidup manusia yang lebih baik.

B. Ruang lingkup dan Prinsip Integrasi Islam dan Sains


Integrasi merupakan combine (parts) into a whole, join wits other group or
race(s) yaitu menggabungkan bagian- bagian yang terpisah dalam satu kesatuan. Dalam
kata lain Integrasi berarti utuh atau menyeluruh. Integrasi bukan sekedar
menggabungkan pengetahuan sains dan agama atau memberikan bekal norma
keagamaan yang sangat dominan.
Integrasi adalah upaya mempertemukan cara pandang, cara bepikir dan cara
pandang, cara bepikir dan cara bertindak antara sains dan Islam. Integrasi juga memiliki
pemikiran ekslusif Islam dengan pemikiran sekuler Barat. Sehingga dihasilkan pola
paradigma paradigma keilmuan baru yang utuh dan madern. Sains digunakan dalam
bidang ilmu pengetahauan sebagai ilmu yang merujuk kepada objek-objek yang berada
di alam yang bersifat umum dan menggunakan hukum-hukum pasti yang berlaku kapan
pun dan dimanapun. Sains merupakan merupakan Kumpulan pengetahuan dan cara
untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan tersebut
Ilmu sains berasal dari ayat-ayat kauniyah yang berarti ucapan atau perkataan
yang dipaparkan melalui pembuktian, ilmu sains merespon kemajuan yaitu Restorasionis
berusaha mencari pembaharuan masa lalu kemudian meletakkan
kegagalan/kemunduran orang Islam karena penyimpangan dari jalan yang benar serta
kelompok Islam menentang pondasi dan kemunculan metode dan sains ilmiah sekuler
modern. Rekontruksi dan Prakmatis merupakan berpandangan tidak sama dengan
restrosinis karena posisi penganut rekontruksionis dan pramatis mengintegrasikan
kembali ajaran-ajaran Islam tertentu untuk memperbaiki hubungan peradaban modern
dengan Islam.
Ilmu KeIslaman menunjukkan kesatuan dan keterkaitan semua yang ada,
memiliki keseimbangan dalam merenungkan kosmos bahwa manusia mampu mencapai
prinsip keTuhanan serta ilmu pengetahuan yang rasional empiris akan mengantarkan
pada penegasan kesatuan keTuhanan Integralisasi kekayaan keilmuan manusia dengan
wahyu (petunjuk Allah beserta pelaksanaannya dalam Sunnah Nabi).
Ilmu integralistik yaitu ilmu yang menyatukan wahyu Allah dengan temuan
pikiran manusia. Dengan adanya integralisme akan sekaligus menyelesaikan konflik
antara sekularisme ekstrem dan agama dalam banyak sektor. Integrasi Sains dan Islam
adalah mengemban misi yang luar biasa dalam membekali siswa memperoleh suatu
keilmuan yang utuh antara pengetahuan intelektual dan pengetahuan religiusitas dalam
mengembangkan kepribadian yang Islami. Berkaiatan dengan sains maka teknologi juga
memiliki peran yang paling utama dalam menjalankan nya, Al-Qur’an memerintahkan
manusia supaya terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiah untuk terus
mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan sesuatu yang ada yang Allah telah
berikan dan limpahkan kepadanya. Berbicara tentang alam dan materi serta fenomena
yang ada supaya manusia mengetahui dan memanfaatkan alam ini dengan sebaik-
baiknya.

C. Ragam Paradigma dan Teknik Integrasi Islam dan Sains


Paradigma adalah suatu keyakinan atau kepercayaan yang mendasari seseorang
dalam melakukan segala tindakan. Suatu paradigma akan semakin kuat posisinya bila
mampu memecahkan masalah masalah keilmuan secara lebih berhasil dibandingkan
dengan paradigma-paradigma yang lain. Komunitas ilmiah memandang paradigma yang
lebih produktif apabila memiliki ketepatan, ruang lingkup, simplisitas, guna dan
sebagainya yang lebih baik dari paradigma yang lain (Fedyani, 2005). Kebenaran
keilmuan yang sifatnya mutlak, melainkan selalu terdapat celah dalam sebuah gagasan
terlebih lagi dalam ruang dan waktu yang berbeda. Maka akan ada peluang untuk
lahirnya pengetahuan baru dengan epistemologi keilmuan yang terkadang lebih dapat
diterima oleh masyarakat. Sehingga, dalam konteks keilmuan Islam menunjukkan bahwa
Islam memiliki dasar pegangan alQur’an dan al-Hadits yang masih relevan sepanjang
zaman sebagai kebenaran dan pedoman dalam hidup. Tetapi, apabila dalam
perkembangannya muncul berbagai persoalan umat yang belum termaktub di dalam al-
Qur’an dan al-Hadits, maka ilmuan muslim hendaklah terbuka dengan metodologi baru
dalam memahami Islam dengan tetap berpegang teguh pada kebenaran al-Qur’an dan
al-Hadits.
Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan
antara Agama dan Teknologi, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma.
a) Paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan IPTEK adalah
terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah
dipisahkan dari kehidupan (fashl al-din an al-hayah). Agama tidak dinafikan
eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan
Tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma ini
memandang agama dan IPTEK tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang
lainnya. Agama dan IPTEK sama sekali terpisah baik secara ontologis (berkaitan
dengan pengertian atau hakikat sesuatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara
memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan
pengetahuan).
b) Paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan
eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, tidak ada hubungan dan kaitan
apa pun dengan IPTEK. IPTEK bisa berjalan secara independen dan lepas secara total
dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih
ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak
dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal
manusia-Tuhan. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik,
yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama
sekali dengan IPTEK. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis
didasarkan pada ide dasar materialisme, khususnya Materialisme Dialektis (Yahya
Farghal, 1994:112). Paham Materialisme Dialektis adalah paham yang memandang
adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus melalui proses
dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yang
sudah mengandung benih perkembanganitu sendiri.
c) Paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan
pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan.
Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits
menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya
dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia. Paradigma
ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan
Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah
SAW telah meletakkan Aqidah Islam sebagai dasar ilmu pengetahuan, sebab beliau
menjelaskan, bahwa fenomena alam adalah tanda keberadaan dan kekuasaan Allah,
tidak ada hubungannya dengan nasib seseorang. Hal ini sesuai dengan aqidah
muslim yang tertera dalam Al-Qur`an (artinya): “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal”. (QS Ali Imran [3]: 190).

D. Teknik Integrasi Islam dan Sains


Integrasi adalah pandangan ini melahirkan hubungan yang lebih bersahabat dari
pada pendekatan dialog dengan mencari titik temu diantara sains dan agama. Bahkan
pemahaman tentang dunia yang diperoleh melalui sains diharapkan dapat memperkaya
pemahaman keagamaan bagi manusia yang beriman.
Teknik integrasi Islam dan Sains yaitu upaya untuk mengintegrasikan Islam dan
sains banyak dilakukan oleh sarjana Islam kontemporer, baik melalui pola dewesternisasi
ilmu oleh M. Naquib al-Attas, Islamisasi ilmunya Raji al-Faruqi, Ziauddin Saddar dengan
Islam peradabannya, Mehdi Golshani dengan ide sains Islam ataupun ilmuisasi Islam
seperti yang digagas oleh Kuntowijoyo melalui integralisasi dan objektifikasi. Selain itu,
upaya integrasi juga mulai banyak dilakukan oleh para cendekiawan muslim di beberapa
perguruan tinggi, seperti Amin Abdullah (teori jaring laba- labanya) dan Imam Suprayogo
(dengan pohon ilmunya). Dalam tataran lebih konkrit, integrasi Islam dan sains berwujud
dalam bentuk metode studi Islam melalui pendekatan multidispliner, interdisipliner, dan
transdisipliner sebagaimana digagas oleh Mujamil Qomar dan Amin Abdullah.
Langkah-langkah Pengintegrasian Islam dan Sains dalam Pembelajaran Integrasi
Ilmu merupakan satu dari usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam mewujudkan
integrasi Islam dan Sains di lingkungan pendidikan terutama dalam pendidikan Islam
dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 23
a) Menjadikan kitab suci sebagai basis atau sumber utama Ilmu Al-Qur’an dalam
pengintegrasian ilmu ini diposisikan sebagai sumber utama atau landasan dasar bagi
pencapaian ilmu umum yang diperoleh dari hasil observasi, eksperimen, dan
penalaran logis yang kedudukannya sebagai sumber pendukung dalam rangka
menambah keyakinan terhadap Allah melalui sumber utama yakni AlQur’an.
b) Memperluas batas materi kajian Islam dan Menghindari dikotomi ilmu Ajaran Islam
bersifar universal oleh karena itu tidak ada dikotomi dalam Islam karena semua llmu
itu penting untuk dipelajari agar menjalankan kehidupan dengan baik.
c) Menumbuhkan pribadi yang berkarakter Ulil Albab. Ulil Albab adalah orang yang
benar-benar mampu menggunakan akal dan pikirannya untuk memahami fenomena
alam sehingga dapat memahami sampai pada bukti-bukti keesaan dan kekuasaan
sang Maha pencipta yakni Allah swt.
d) Menelusuri ayat-ayat dalam AlQur’an yang berbicara tentang sains. Menelusuri ayat-
ayat Al-Qur’an merupakan bentuk langkah yang sangat vital untuk terintegrasinya
sains dan Islam. Seterusnya bahwa kebenaran Al-Qur’an itu merupakan sumber yang
relevan dengan ilmu pengetahuan (sains) yang saat ini sangat pesat berkembang.
e) Mengembangkan kurikulum pendidikan di lembaga pendidikan. Berdasarkan hasil
kajian beberapa ilmu dan pendekatan, tampaknya ada kesamaan pandangan bahwa
segala macam krisis itu berpangkal dari krisis akhlak dan moral, krisis spiritual. Untuk
mewujudkan insan yang mempunyai kedalaman spiritual, keagungan akhlaq,
keluasan intelektual dan kematangan professional, akan dapat dicapai secara utuh
jika terpadu/terintegrasi nya ilmu sains dan Islam dalam proses pembelajaran.
Melalui pembelajaran terpadu dan integrative tersebut, suatu masalah yang
menggejala tidak bias disalahkan kepada guru tertentu.

E. Model Praktik Integrasi Islam dan Sains


Pembelajaran merupaan sebuah usaha yang mempengaruhi emosi, intelektual,
dan spritual seseorang agar belajar dengan kehendak sendiri. Melalui pembelajaran
akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta
didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.25
Pembelajaran sebagai sebuah proses yang kompleks yang berjalan secara
bertahap meliputi pendahuluan, inti penutup atau singkatan dari apersepsi menuju
evaluasi. Proses pembelajaran perlu dilakukan secara gradual sehingga pembelajaran
sistematis. Abdur Rahman Assegaf 26 dalam papernya merinci integrasi keilmuan alam
pembelajaran sebagai berikut:
a) Integrasi Tingkat Filosofi. Tingkat filosofi dalam integrasi sains dalam pembelajaran
dimaksudkan bahwa setpa kajian memiliki nilai fundamental dalam kaitannya dengan
disiplin keilmuan dan hubungannya dengan ilmu humanistik.
b) Integrasi Tingkat Metode dan Pendekatan Riset. Metode yang dimaksud dalam
integrasi yaitu metode yang digunakan dalam mengembangkan ilmu yang
dibutuhkan engan menggunakan pedekatan (approach).
c) Integrasi Tingkat Materi. Tingkat materi merupakan suatu proses mengintegrasikan
nilai-nilai kebenar an universal umumnya dengan kajian keislaman khususnya ke
dalam sains sosial,
d) Integrasi Tingkat strategi. Tingkat materi menunjukkan pada bahan yang disediakan
akan disampaikan dalam proses pembelajaran, maka tingkat strategi merupakan
tahapan pelaksana an pembelajaran dengan menerapkan berbagai model dan
metode pembelajaran.
e) Integrasi Tingkat Evaluasi. Tingkat evaluasi dilakukan setelah seluruh proses
pembelajaran selesai, agar diketahui berapa besar keberhasialan dan kegagalan,
keunggulan dan kelemahan, serta bagian mana yang perlu remedial.

Tingkat evaluasi tidak bisa diabaikan kerena proses pembelajaran tidak dapat
diketahui hasilnya tanpa evaluasi. Evaluasi pendidikan secara singkat dimaknai sebagai
kegiatan menilai yang terjadi dalam proses pendidikan27 pembelajaran pada akhirnya
perlu dievaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
pembelajaran universal. Sehingga pada akhirnya dikotomi keilmuan yang cenderung
dapat merusak keseimbanganperadaban. Integrasi kelimuan harus dilandasi sebuah
dasar yang akurat dan dapat dipercaya sehingga dalam memamahi dan menyampaikan
kembali tidak ada kejanggalan yang dapat merusak keilmuan itu sendiri.
Daftar Pustaka

Abd. Rachman. Assegaf, Integrasi SainsSosial dalam Pembelajaran Pendidikan Agama


Islam. pada Seminar Nasional tanggal 15-16 Oktober 2014 oleh PPs UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta Prodi PI.

Abuddin Nata, dkk., (2005), Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, Jakarta: PT. Grafindo
Persada

Abdurrahman R Effendi dan Gina Puspita. Membangun Sains dan Teknologi Menurut
Kehendak Tuhan. 2007. Jakarta: Giliran Timur.

Habib, Zainal. Islamisasi Sains:Mengembangkan Integrasi, Mendialogkan Perspektif.

Malang: UIN-MALANG PRESS, 2007

Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN Malang,


(Malang: UIN-Malang Press, 2006),

Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran: Meningkatkan


Mutu Pembelajaran Sesaui Standar Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2012)

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara., 1993

Anda mungkin juga menyukai